METODE PENELITIAN Model Perilaku Adherensi (Adherence) dan Kaitannya dengan Kualitas Hidup Pasien Asma di Kota Medan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 tahap penelitian. Tahap pertama dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan tahap kedua dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengembangkan instrumen penelitian dan pendekatan kuantitatif bertujuan untuk analisis instrumen, pengujian hipotesis dan pengujian model struktural pengukuran.

4.1.1. Tahap Pengembangan Instrumen

Penelitian ini didahului dengan tahap pengembangan instrumen penelitian. Tahap pertama adalah eksplorasi instrumenalat ukur adherensi dan kualitas hidup pasien asma. Pada tahap ini dilakukan pengembangan model instrumen adherensi pengobatan, dengan indikatornya yaitu: pengetahuan, sikap, kepercayaan, tindakan, komunikasi dokter-pasien dan dukungan keluarga. Beberapa langkah yang dilakukan untuk pengembangan instrumen ini adalah: Universitas Sumatera Utara

a. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan ini dilakukan terhadap dimensi-dimensi adherensi pengobatan dan kualitas hidup dengan menilai validitas isi content validity. Pendekatan ini dilakukan berdasarkan berbagai studi kepustakaanreferensi dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan pada beberapa orang dari para ahlidokter spesialis paru. Jumlah seluruh informanresponden yang dibutuhkan untuk pengembangan kuesioner adalah 10 responden. Namun jumlah ini juga ditetapkan berdasarkan saturasi data kontribusi marginal yang semakin menurun dari setiap pertambahan kasus. Apabila saturasi setiap pertambahan kasus mendekati nol, maka peneliti tidak perlu melanjutkan mencari tambahan kasus Murti, 2006. Implikasi penelitian kualitatif adalah bersifat eksploratif, fleksibel, reflektif, terbuka dan berkembang terus sesuai dengan kemajuan yang terjadi sepanjang proses penelitian, sehingga ukuran sampel bisa bertambah atau berkurang dari rencana semula Murti, 2006; Patilima, 2005.

b. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kualitatif dilakukan terhadap draft awal, yang akan dianalisis secara statistik untuk memperoleh nilai validitas dan reliabilitasnya. Validitas konstruk diuji dengan menggunakan Analisis Faktor EksploratoriExploratory Factor Analysis dan Analisis Faktor KonfirmatoriConfirmatory Factor Analysis CFA. Langkah selanjutnya dilakukan validasi data. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling independen. CFA pada dasarnya adalah metode statistik eksploratori, hanya saja factor loading Universitas Sumatera Utara untuk variabel-variabel ditetapkan berdasarkan studi terdahulu atau teori yang relevan. CFA kemudian memproses dan mengukur kesesuaian loading dalam suatu matriks target. CFA dilakukan, dengan mempertimbangkan struktur faktor yang sudah diposisikan. CFA menguji kesesuaian dari suatu model yang dengan sejumlah faktor tertentu dan menentukan butir-butir spesifik yang mengukur atau load terhadap setiap faktor Wibowo, 2005. Adapun tahapan pengembangan instrumen adherensi pengobatan dan kualitas hidup tergambar dalam skema berikut ini: Tahap 1 Tahap 2 Kualitatif dan Kuantitatif Kuantitatif Gambar 4.1. Bagan Tahapan Penelitian 4.1.2. Tahap Pengujian Hipotesis dan Pengembangan Model Perilaku Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis dan pengembangan model perilaku adherensi pengobatan serta keterkaitannya dengan kualitas hidup pasien asma dengan menggunakan Penentuan Model Pengukuran Instrumen Adherensi Pengobatan dan Kualitas Hidup pasien asma Analisis EFACFA Pendapat Para Ahli Review Literatur Pengukuran Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Adherensi pengobatan dan kualitas hidup Structural Equation Model Universitas Sumatera Utara analisis Stuctural Equation Modelling SEM dengan rancangan penelitian yang disebut kausal komparatif atau explanatory research. Penelitian ini menjelaskan hubungan dan pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Selain itu penelitian ini menggunakan data sesaat crosssectional. Data yang diperoleh dipergunakan untuk memprediksi keadaan di masa depan. Penelitian ini dilakukan untuk pengujian hipotesis. Hipotesis disusun atas dasar teori dan hasil penelitian sebelumnya. Diharapkan penelitian ini mampu dengan benar menjelaskan penyebab terjadinya adherensi dan memprediksi hubungan adherensi dengan kualitas hidup pasien asma di kota Medan.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan terhadap pasien asma yang berdomisili di Kota Medan. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan pertimbangan: 1 daerah Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dengan prevalensi pasien asma yang diperkirakan cukup tinggi yaitu 3 Dinas Kesehatan, 2007, 2 standar pelayanan asma, terutama perilaku penatalaksanaanpengobatan pasien asma di Indonesia dan khususnya di Kota Medan, pada umumnya belum maksimal Marliza, 2005. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur, pengembangan alat ukur sampai pengumpulan data dan peyajian hasil. Lama pengembangan instrumen dan pengumpulan data penelitian ini 14 bulan. Universitas Sumatera Utara

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pasien asma yang berdomisili di kota Medan yang menjalani pengobatan di praktek dokter umum atau spesialis paru.

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien asma dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi 1 Pasien asma dewasa yaitu berumur 18-60 tahun 2 Pasien asma yang datang ke dokter praktek umum atau dokter spesialis paru di kota Medan 3 Pasien yang sudah menjalani pengobatan asma dengan obat sesuaistandar inhalasi kombinasi corticosteroid dengan agonis β2 kerja lama LABA minimal 6 bulan 4 Pasien asma stabil tidak dalam serangan asma 5 Pasien terpilih adalah pasien yang memiliki data alamat yang lengkap 6 Bersedia mengikuti penelitian ini disetujui dengan informed consent b. Kriteria Eksklusi 1 Adanya riwayat penyakit penyerta seperti PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronik, penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, Universitas Sumatera Utara penyakit ginjal, penyakit hati dan adanya riwayat alergi terhadap obat yang digunakan pada penelitian ini. 2 Pasien asma berat atau sedang yang dirawat inap di Rumah Sakit.

4.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi Sastroasmoro, 2002. Sampel penelitian ini adalah sebagian pasien asma yang berobat di praktek dokter umum atau spesialis penyakit paru.

a. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara Consecutive Sampling, yaitu proses penarikan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability yang paling baik. Agar consecutive sampling dapat menyerupai probability sampling, maka jangka waktu pemilihan pasien harus tidak terlalu pendek, terutama untuk penyakit yang dipengaruhi musim Sastroasmoro, 2002. Penyakit asma adalah penyakit yang kebanyakan dipengaruhi musim sebagai faktor risikonya. Lama pengumpulan data pada penelitian ini sekitar 8-10 bulan. Dengan waktu demikian maka peneliti menganggap waktu tersebut cukup lama, sehingga hasil penelitian dengan teknik consecutive sampling ini dapat mendekati atau menyerupai hasil probability sampling. Data pasien asma adalah berasal dari pasien yang mendapat pengobatan di Universitas Sumatera Utara praktek dokter spesialisumum yang berpraktek tersebar di Kota Medan baik di rumah sakit, klinik spesialis atau praktek pribadi. Hal ini berarti sampel yang dikumpulkan dapat mewakili pasien asma yang berada di Kota Medan.

b. Besar Sampel

Penentuan besar sampel berdasarkan rumus uji hipotesis satu proporsi Lemeshow, 1997: {Z1- α2 √Po 1-Po + Z1-β√Pa 1-Pa } n = ------------------------------------------------------- 2 Pa- Po Keterangan: 2 n = besar sampel minimum Z1- α2 = nilai distribusi normal baku tabelZ 95 = 1.96 Z1- β = nilai distribusi normal baku tabelZ 90 = 1.282 Po = proporsi adherensi pengobatan dengan ICS di populasi 52 Tamsil, 2005 Pa = perkiraan proporsi adherensi pengobatan dengan ICS di populasi 40 n = 180 Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan teknik SEM. Teknik SEM mensyaratkan pengambilan jumlah sampel yang besar agar hasil yang didapat mempunyai kredibilitas yang cukup baik Santoso, 2007. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan besar sampel Universitas Sumatera Utara dengan teknik SEM. Pertimbangan besar sampel dapat ditentukan berdasarkan rasio yang umum untuk setiap parameter yang akan diuji dengan SEM 20:1 atau 10:1 serta faktor lain seperti kompleksitas model. Makin kompleks model yang dibuat semakin besar jumlah sampel. Namun Santoso 2007 menyatakan bahwa tidak ada pedoman yang mengikat karena adanya keterbatasan tenaga, dana, dan waktu. Jumlah sampel sebanyak 200 pada umumnya dapat diterima sebagai sampel yang representatif pada analisis SEM. Berdasarkan pertimbangan di atas jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 200 pasien asma.

4.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Ada 2 jenis sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder.

4.4.1. Sumber Data primer

Penelitian pada tahap dua ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data Danim, 2004. Teknik pengumpulan data pada penelitian tahap dua dilakukan dengan wawancara dan pengisian langsung kuesioner oleh responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Dasar dari teknik ini adalah self report kondisi yang dialami oleh pasien asma. Data kualitas hidup dan perilaku adherensi ini dilakukan untuk satu kali pengumpulan data. Penilaian Universitas Sumatera Utara kualitas hidup pada pasien berdasarkan kondisi yang dirasakan pasien tentang kualitas hidupnya. Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan setelah mendapat persetujuan pasien di tempat kediamanrumah responden atau di tempat pasien kontrol pengobatannya. Tujuannya adalah agar hasil yang didapatkan dapat valid dan tidak dipengaruhi dengan kondisi yang lain bias penelitian. Petugas pewawancara adalah peneliti bekerjasama dengan 6 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sudah dilatih oleh peneliti. Selain itu peneliti bekerjasama dengan 8 orang perawat rumah sakit yang sudah dilatih peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Petugas pewawancara dilatih untuk dapat memandu dan memberikan arahan teknik pengisian data pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Beberapa petugas pewawancara mendemonstrasikan teknik pengisian kuesioner di hadapan peneliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid pada pasien asma yang diteliti.

4.4.2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan observasi. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mengetahui prevalensi asma di kota Medan yang berasal dari Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera Utara. Data pasien asma dikumpulkan dari distributor obat atau pihak farmasi yang memiliki catatan data lengkap pasien Universitas Sumatera Utara pengguna obat ICS. Selain itu data pasien asma dikumpulkan dari data pasien di praktek dokter spesialis dan poliklinik paru rumah sakit atau data di praktek dokter pribadi.

4.5. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengukuran

a. Instrumen Adherensi Pengobatan

Instrumen adherensi pengobatan terdiri dari Instrumen pengetahuan, sikap, kepercayaan, tindakan, komunikasi dokter-pasien, dan dukungan keluarga. Teknik pengukuran dari pengetahuan adalah memberikan skor 1 untuk setiap butir pertanyaan yang benar. Untuk sikap adalah memberikan skor sesuai dengan sikap responden. Rentang penilaian adalah 1 sampai 4. Skor 4 menunjukkan sikap pasien semakin positif. Penilaian kepercayaan berdasarkan kepercayaan yang benar dan skor yang diberikan adalah 1. Penilaian tindakan adalah skor 1 untuk tindakan yang benar. Penilaian komunikasi dokter pasien adalah skor 1 apabila pasien menjawab ada atau pernah pada setiap butir pertanyaan komunikasi dokter-pasien. Penilaian variabel dukungan keluarga berdasarkan ada tidaknya dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien asma. Skor 1 diberikan bila pasien menjawab ada pada butir pertanyaan dukungan keluarga. Universitas Sumatera Utara

b. Instrumen Kualitas Hidup

Instrumen ini terdiri dari dimensi kesehatan, emosi, lingkungan dan keterbatasan aktivitas. Penilaian skor kualitas hidup mempunyai rentang 1-5. Skor paling tinggi 5 menunjukkan pasien tidak pernah terganggu kualitas hidupnya

c. Instrumen Karakteristik Sosiodemografi

Instrumen karakteristik sosiodemografi adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, penghasilan, dan suku. Penilaian karakteristik demografi adalah berdasarkan pilihan yang ditetapkan dari pasien sesuai dengan katerogi yang telah ditetapkan pada definisi operasional pada penelitian ini.

4.6. Etika Penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu membuat lembar penjelasan yang jujur dan terbuka tentang prosedur, tujuan, keuntungan dan kerugian yang dapat terjadi selama penelitian berlangsung, yang dinilai dan ditelaah oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK USU. Hal ini diperlukan untuk memperoleh persetujuan etik Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK USU. Keikutsertaan responden bersifat sukarela, dan mereka berhak tidak bersedia atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Apabila responden bersedia maka calon responden menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian informed Universitas Sumatera Utara consent. Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selama penelitian berlangsung segala pembiayaan adalah tanggung jawab peneliti dan tidak membebani responden. Ethical Clearance penelitian ini diperoleh pada bulan Maret 2011.

4.7. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut: a. Editing Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan Hasan, 2004. Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan data dan konsistensi jawaban. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden. b. Coding Coding adalah pemberianpembuatan kode-kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode dibuat dalam bentuk angka-angka sebagai petunjuk atau identitas suatu data yang akan dianalisis Hasan, 2004. Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Universitas Sumatera Utara c. Entry Entry adalah memasukkan data ke dalam program komputer yang akan digunakan untuk analisis data. Data yang dimasukkan adalah data yang telah diedit dan dicoding. d. Cleaning Data Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya.

4.8. Analisis Data

Data pada penelitian ini adalah data numerik dan kategori. Analisis data dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dalam 3 tahap analisis, yaitu analisis univariat, bivariat dan analisis multivariat.

4.8.1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing- masing variabel yang diteliti. Analisis data pada seluruh variabel dengan menentukan distribusi frekuensi, rerata, standar deviasi dan proporsi. Data yang berhasil dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Data disajikan dalam bentuk tabel. Universitas Sumatera Utara

4.8.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini. Apabila data variabel independen adalah kategori 2 kelompok atau 2 kelompok digunakan analisis uji beda rata-rata yaitu Uji T independen atau Analisis of Variance ANOVA Hasan, 2004. Kemaknaan perhitungan statistik ditetapkan dengan batas kemaknaan α sebesar 0.05. Bila p value 0.05, maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel yang diuji.

4.8.3. Analisis Multivariat

Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasinya yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dalam rangka mengungkap fenomena tertentu. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian tahap kuantitatif ini peneliti mendapatkan data kualitatif yang akan diukur dengan suatu skala sehingga hasilnya berbentuk angka. Selanjutnya angka atau skor tersebut diolah dengan metode statistik. Pengukuran metode ini adalah untuk mempermudah proses analisis data. Penelitian ini bertujuan membuktikan dan menganalisis hubungan variabel eksogen terhadap variabel endogen. Hubungan tersebut sangat Universitas Sumatera Utara kompleks dimana terdapat variabel bebas, variabel antara dan variabel terikat. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel laten unobserved observedlatent variable dan dibentuk oleh beberapa indikator observed variabelmanifest variabel. Teknik statistik yang digunakan adalah analisis Structural Equation Modelling SEM, yang dioperasikan melalui program Amos Analysis Moment Structure. Dalam sebuah model SEM, sebuah variabel laten dapat berfungsi sebagai variabel eksogen atau variabel endogen. Variabel eksogen adalah variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Pada model SEM, variabel eksogen ditunjukkan dengan adanya anak panah yang berasal dari variabel tersebut menuju ke variabel endogen. Variabel endogen adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen eksogen Santoso, 2007. Variabel pada penelitian ini yaitu hubungan antara variabel adherensi pengobatan dengan kualitas hidup, variabel eksogen adalah adherensi pengobatan dan variabel endogen adalah kualitas hidup. Prinsip analisis SEM adalah analisis statistik dengan pendekatan terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis jalur path analysis. Alasan menggunakan analisis SEM adalah dengan alat ini dapat dijelaskan tata hitung antar variabel dan hubungan variabel yang perlu diperhitungkan karena dianggap penting. Analisis ini memungkinkan dilakukannya analisis terhadap serangkaian hubungan secara simultan sehingga memberikan hasil yang efisien secara statistik. Selain itu, dengan analisis ini peneliti dapat melakukan tiga kegiatan secara Universitas Sumatera Utara serempak yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen setara analisis faktor konfirmatori, pengujian model hubungan antar variabel laten analisis jalur dan membuat model yang bermanfaat untuk prediksi setara dengan model struktural atau analisis regresi Wibowo, 2006. Pada penelitian ini analisis SEM digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh, karena dari model yang disusun terdapat keterkaitan hubungan antara sejumlah variabel yang dapat diestimasi secara simultan bersamaan. Selain itu variabel dependen pada satu hubungan yang ada, akan menjadi variabel independen pada hubungan selanjutnya. Model pengukuran menentukan relasi di antara variabel laten, yaitu menentukan variabel yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perubahan nilai pada variabel laten lainnya dalam model. Pada model persamaan struktural harus sudah dapat dibedakan antara variabel bebasvariabel eksogen dan variabel tergantungvariabel endogen Wibowo, 2006; Santoso, 2007. Keunggulan aplikasi SEM dalam suatu penelitian adalah karena kemampuannya untuk menampilkan sebuah model komprehensif bersamaan kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh hubungan yang secara teoritis ada. Biasanya SEM dipandang sebagai kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi dan diaplikasikan secara terpisah dalam analisis faktor Confirmatory Factor Analysis atau hanya analisis regresi Ferdinand, 2002. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa tahapan pokok yang akan dilalui untuk menggunakan SEM dalam sebuah kegiatan penelitian Hair, 2006: Wibowo, 2006; Ferdinand, 2002:

1. Membuat Sebuah Model SEM Model Specification Berbasis

Teori Pada tahap ini model dibuat berdasarkan teori tertentu baik dalam bentuk equation persamaan matematis maupun dalam bentuk diagram gambar. Diagram akan menggambarkan model pengukuran dan model struktural.

2. Menyiapkan Disain Penelitian dan Pengumpulan Data

Setelah model dibuat, sebelum model diuji, akan dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang seharusnya dipenuhi dalam SEM, perlakuan terhadap missing data jika ada, mengumpulkan data, dan sebagainya.

3. Model Identifikasi

Setelah model dibuat dan disain sudah ditentukan, pada model dilakukan uji identifikasi, apakah model dapat dianalisis lebih lanjut. Penghitungan besar degree of freedom menjadi bagian yang penting dalam tahap ini. Universitas Sumatera Utara

4. Menguji Model Model Testing dan Model Estimation

Setelah model dibuat dan dapat diidentifikasi, tahapan dilanjutkan dengan menguji measurement model dan kemudian menguji struktural model. Dari pengujian measurement model akan didapat keeratan hubungan antara indikator dengan konstruknya. Jika measurement model dianggap valid, pengujian dilanjutkan pada struktural model untuk memperoleh sejumlah korelasi yang menunjukkan hubungan antar konstruk. Dalam melakukan melakukan pemodelan SEM terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi Hair, 2006; Wibowo, 2006; Santoso, 2007: a Ukuran sampel. Pada pemodelan ini untuk bisa dianalisis, diperlukan kurang lebih 5-10 observasi untuk setiap estimated parameter. b Normalitas dan linieritas. Sebaran data yang dianalisis harus memenuhi asumsi sebaran normal dan hubungan antar estimated parameter bersifat linier. c Outlier. Observasi yang muncul dengan nilai ekstrem seringkali ada dalam setiap set data, dan ini bisa mengganggu pada saat analisis data. d Multicolinierity dan singularity. Variabel yang saling berhubungan dalam data itu sendiri akan menyebabkan hasil yang bias. Sebaiknya pada data tidak ada multicolinierity dan singularity. Bila hal ini ada, sebaiknya data tersebut dikeluarkan. Universitas Sumatera Utara

5. Respesifikasi Model

Jika model SEM tidak layak berdasarkan uji kelayakan maka kita perlu melakukan respesifikasi model. Respesifikasi model adalah perubahan model SEM menjadi model yang baik Widarjono, 2010. Respesifikasi model bisa dilakukan dengan berbagai cara.

4.8. Perincian Langkah-langkah Pemodelan SEM Hair, 2006;

Wibowo, 2006; Santoso, 2007

a. Pengembangan Model Berbasis Konsep dan Teori.

Prinsip pengembangan model berbasis konsep dan teori adalah menganalisis hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen, sekaligus memeriksa validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Langkah awal di dalam SEM adalah pengembangan model hipotetik, yaitu pengembangan model berdasarkan teori atau konsep atau dikenal sebagai pembuatan model dengan pendekatan konfirmatori. Setelah model terbentuk kemudian dikonfirmasi berdasarkan data empirik melalui SEM Wibowo, 2006. Konseptualisasi model mengharuskan dua hal yang harus dilakukan. Pertama hubungan yang dihipotesiskan antara variabel laten harus ditentukan. Tahap pengembangan model ini berfokus pada model struktural dan harus mempresentasikan kerangka teoritis yang diuji. Disini variabel eksogen, endogen harus jelas dibedakan. Peran teori dan hasil penelitian sebelumnya sangat berperan dalam tahap ini. Universitas Sumatera Utara

b. Mengembangkan Diagram Jalur

Mengembangkan diagram jalur bermanfaat untuk menunjukkan alur hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen. Untuk melihat alur hubungan kausal dibuat beberapa model kemudian diuji menggunakan SEM untuk mendapatkan model yang paling tepat. Kemudian ditentukan variabel bebas dan variabel tergantungnya, kemudian dibuat arah panah sesuai dengan arah kausalitas. Bila model pengukuran ini dimasukkan ke dalam jalur, maka diperoleh diagram jalur model struktural dan model pengukuran secara terintegrasi. Didalam pemodelan SEM, peneliti biasanya bekerja dengan construct atau factor, yaitu konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Konstruk-konstruk dibangun, dibedakan dalam dua kelompok, yaitu: a. Konstruk Eksogen Exogenous Construct b. Konstruk Endogenous Endogenous Construct Universitas Sumatera Utara PGT HN SKP KPCYN1 e1 1 e2 1 e3 1 T DKN KDP DKGKLG Adherensi II 1 e4 1 e5 1 e6 1 Adherensi I 1 Kualitas Hidup KSHTN EMS LKGN AKTVTS 1 e7 1 e8 1 e9 1 e10 1 e11 1 Gambar 4.2. Model Struktural Adherensi Pengobatan dengan Kualitas Hidup Model dikembangkan untuk disertasi

c. Konversi Diagram Jalur ke dalam Model Struktural .

Untuk jelasnya adalah mengkonversi diagram jalur ke dalam model matematika. Setelah teori model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri dari persamaan structural equation modelling.

1. Persamaan Struktural Struktural Equation

Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Persamaan struktural pada dasarnya dibangun dengan pedoman berikut ini: Variabel endogen=variabel eksogen+variabel endogen+error Keterangan: Pgthn=pengetahuan Skp=sikap Kpcyn=kepercayaan Tdkn=tindakan Kdp=komunikasi dokter-pasien Dkgklg=dukunngan keluarga Kshtn=kesehatan Ems=emosi Lkgn=lingkungan Aktvts=aktivitas Universitas Sumatera Utara Model struktural dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan model kausalitas dengan hubungan berjenjang antara variabel Adherensi dan Kualitas hidup. Dengan demikian persamaan strukturalnya adalah: Kualitas hidup= ß1 Adherensi Pengobatan I + ß2 Adherensi Pengobatan II + δ1 ß = regression weight δ = disturbance term

2. Persamaan Spesifikasi Model Pengukuran Measurement model

Pada spesifikasi ini, peneliti menentukan variabel mana dan mengukur konstruk mana, serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesis antar konstruk atau variabel. Komponen-komponen ukuran mengidentifikasikan variabel laten dan komponen-komponen struktural untuk mengevaluasi hipotesis hubungan kausal antara variabel laten pada model kausal dan menunjukkan sebuah pengujian seluruh hipotesis dari model sebagai satu atau keseluruhan. Model pengukuran dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu proses permodelan yang digunakan untuk melakukan konfirmasi pada dimensi-dimensi yang digunakan Adherensi dan Kualitas hidup. Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen adherensi pengobatan adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

a. Model Adherensi I

X 1 = λ1Adherensi Pengobatan + δ1 X 2 = λ2Adherensi Pengobatan + δ2 X 3 = λ3Adherensi Pengobatan + δ3

b. Model Adherensi II

X4 = λ1Adherensi Pengobatan + δ4 X5 = λ2Adherensi Pengobatan + δ5 X6 = λ3Adherensi Pengobatan + δ6 Persamaan untuk measurement model untuk konstruk endogen Kualitas hidup adalah sebagai berikut: X7 = λ1Kualitas Hidup + ε1 X8 = λ2Kualitas Hidup + ε2 X9 = λ3Kualitas Hidup + ε3 X10 = λ4Kualitas Hidup + ε4

d. Memilih Matrix Input

Data input untuk SEM dapat berupa matriks korelasi atau matrik kovarians. Input data berupa matriks kovarians, bila tujuan analisis adalah pengujian suatu model yang telah mendapatkan justifikasi teori, sedangkan input data matriks korelasi dapat digunakan bila tujuan analisis Universitas Sumatera Utara ingin mendapatkan penjelasan mengenai pola hubungan kausal antar variabel laten.

e. Menilai Masalah Identifikasi

Permasalahan yang sering muncul di dalam model struktural adalah pendugaan parameter, bisa tidak teridentifikasi atau kurang teridentifikasi, yang menyebabkan proses pendugaan parameter tidak memperoleh solusi. Gejala yang muncul akibat adanya masalah identifikasi antara lain: 1. Terdapat standard error yang terlalu besar dari penduga parameter 2. Ketidak mampuan program menyajikan matriks informasi yang seharusnya disajikan. 3. Pendugaan parameter tidak dapat diperoleh. 4. Muncul angka yang aneh seperti varians error yang negatif 5. Terjadi korelasi tinggi 0.9 antar koefisien hasil dugaan 6. Evaluasi Goodness of fit. Untuk mendapatkan model hasil analisis yang valid diperlukan beberapa asumsi yaitu asumsi yang berkaitan dengan model dan asumsi pendugaan parameter dan pengujian hipotesis. Kesesuaian model dievaluasi melalui telaah beberapa kriteria goodness of fit. Tindakan pertama adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan memenuhi asumsi-asumsi SEM yaitu ukuran sampel, normalitas, outliers dan multicolinearity dan singularity. Setelah itu melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Beberapa indeks kesesuaian Universitas Sumatera Utara dan cut off valuenya batas penilaiannya yang digunakan untuk menguji apakah sebuah model diterima atau ditolak yaitu:

a. X

2 X -Chi Square Statistic 2 -Chi Square Statistic merupakan alat uji paling fundamental untuk mengukur overal fit. Chi Square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena itu bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel, maka statistik chi square ini harus didampingi alat uji lainnya. Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan apabila nilai chi squarenya rendah. Semakin kecil nilai X 2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p 0.05 atau p 0.10

b. RMSEA The Roat Mean Square Error of Approximation

Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan nilai goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model tsb berdasarkan degrees of freedom. Universitas Sumatera Utara

c. GFI Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian fit indeks ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang diestimasikan. Merupakan ukuran non statistikal yang mempunyai rentang antara 0 poor fit sampai dengan 1 perfect fitsempurna. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah model yang lebih baik. d AGFI Adjusted Goodness of Fit Index Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. e CMINDF Adalah the minimum sample discrepancy function yang dibagi dengan degree of freedomnya. Cmindf merupakan statistic chi square, X 2 dibagi dengan dfnya sehingga disebut X-relatif. Nilai X-relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. f TLI Tucker Lewis Index Merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model, dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan diterimanya sebuah model adalah 0.95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit sangat baik. Universitas Sumatera Utara g CFI Comparative Fit Index Rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0.95. Keunggulan indeks ini adalah bahwa indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel, sehingga sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Secara ringkas indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1. Tabel Penilaian Goodness of Fit Index Goodness of Fit Index Batas penilaianCut of value X-Chi Square diharapkan kecil Significancy Probability 0.05 RMSEA 0.08 GFI 0.90 AGFI 0.90 Cmindf TLI 1.96 0.95 CFI 0.95 Sumber: Ferdinand, 2002

f. Interpretasi dan Modifikasi Model

. Bila model sudah baik, model dapat diinterpretasi, tetapi bila belum baik, perlu dilakukan modifikasi. Universitas Sumatera Utara g Respesifikasi model Respesifikasi model bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu Widarjono, 2010: a. Melakukan korelasi antara variabel laten b. Menambah variabel indikator baru dari variabel indikator yang ada kepada setiap variabel laten c. Melakukan korelasi antara variabel indikator d. Melakukan korelasi antara variabel residual Metode respesifikasi model untuk memperoleh model yang layak, tetap harus berlandaskan pada teori yang ada.

4.8.4. Validitas dan Reliabilitas

Validitas mempunyai arti seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain, suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai. Uji dilakukan dengan menggunakan analisis faktor konfirmatory confirmatory factor analysis pada masing- masing variabel laten. Apabila nilai loading factor pada indikator 0.5 maka indikator dapat mengukur. Nilai loading factor antara ± 0.30 s.d 0.40 adalah minimal nilai yang dapat diterima, adapun nilai ≥ 0.50 umumnya diperlukan sebagai syarat kebermaknaan secara praktis Hair, 2006. Selain harus valid instrumen juga harus reliabel dapat diandalkan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat konsistensi instrumen Universitas Sumatera Utara yang digunakan. Dengan demikian instrumen ini dapat dipakai dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada waktu berbeda dan kondisi yang berbeda. Jadi reliabilitas menunjukkan seberapa besar pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Reliabilitas konstruk dinilai dengan menghitung indeks reliabilitas instrumen yang digunakan dari model SEM yang dianalisis. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Construct Reliability = ΣStandard Loading 2 ΣStandard Loading 2 + Σe Variance Extracted = ΣStandard Loading j 2 ΣStandard Loading 2 + Σe j Keterangan: Standard Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap- tiap indikator e j adalah measurement error dari tiap-tiap indikator Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah Contruct reliability adalah 0.7. Bila penelitian yang digunakan adalah eksploratory maka nilai di bawah 0.7 masih dapat diterima sepanjang disertai alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksploratori. Nilai batas Variance Extracted adalah 0.5 Hair, 2006. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN