BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 2 tahap penelitian. Tahap pertama dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan tahap kedua dengan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengembangkan instrumen penelitian dan pendekatan kuantitatif
bertujuan untuk analisis instrumen, pengujian hipotesis dan pengujian model struktural pengukuran.
5.1 Tahap Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif 5.1.1. Tahap pengembangan alat ukur
Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan eksploratif kualitatif. Tahap ini dilakukan lebih kurang 6 bulan. Peneliti
menetapkan 10 orang informan dari kalangan medis.
a. Karakteristik Informan
Informan yang terpilih dari kalangan medis harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1 Dokter umum atau dokter spesialis paru yang sudah memahami masalah dan penatalaksanaan pasien asma
2 Sudah lebih dari 3 tahun mengembangkan praktek dokter spesialis di rumah ataupun di rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
3 Secara sukarela menjadi informan untuk penelitian ini. Informan berlatar belakang dokter spesialis 7 orang dan dari dokter
umum 3 orang. Informan dokter spesialis adalah dokter yang menjalani dwi fungsi, yaitu selain sebagai profesional juga sebagai staf pengajar di
Fakultas Kedokteran. Informan yang berasal dari dokter umum adalah dokter yang juga bertugas sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran.
Dari 3 orang dokter umum ini 1 orang diantaranya adalah pasien penyakit asma dan menggunakan obat inhalasi. Satu orang adalah dokter umum
dengan mempunyai keahlian di bidang kesehatan masyarakat dan satu orang dokter umum yang mempunyai keahlian dalam bidang farmakologi.
Karakteristik informan dapat diuraikan pada tabel 5.1 di bawah ini. Proporsi Informan yang berjenis kelamin laki-laki sama dengan
perempuan yaitu 50, berumur sekitar 41-50 tahun 70 dan mempunyai tingkat pendidikan S2 spesialis 70.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Pendidikan
Variabel n
Jenis Kelamin Laki-laki
5 50.0 Perempuan
5 50.0 Usia
31-40 1 10.0
41-50 7 70.0
51-60 2 20.0
Pendidikan S2 Spesialis
7 70.0
S2 Non Spesialis 2 20.0
S3 1 10.0
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Hasil Penelitian Pengembangan Alat Ukur Tahap Eksploratif Kualitatif
Tahap pertama dengan pendekatan kualitatif ini adalah mengidentifikasi konstruk dari variabel adherensi pengobatan dan kualitas
hidup. Tahap ini dilakukan dengan wawancara mendalam. Jumlah sampel yang diwawancarai akan berakhir apabila informasi yang diinginkan telah
tercapai. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.
a. Adherensi Pengobatan Pasien Asma
Adherensi pengobatan pasien asma bentukan hasil tahap I terdiri dari 6 indikator yaitu pengetahuan, sikap, tindakan, kepercayaan terhadap
penyakitpengobatan, komunikasi dokter-pasien, dukungan keluarga. Butir pertanyaan untuk pengetahuan terdiri dari 9 pertanyaan yang terdiri dari
pertanyaan: defenisi asma, pengenalan gejala asma, pengenalan faktor pencetus asma, kontrol asma, pengenalan kapan pengobatan
penatalaksanaan asma dilakukan, cara yang paling baik dalam pengobatanpenatalaksanaan asma, paham terhadap teknik penggunaan
obat asma, pemeriksaan yang dianjurkan, serta manfaat penggunaan obat asma yang dianjurkan.
Butir pernyataan untuk sikap terdiri dari 9 pertanyaan, tindakan terdiri dari 9 pertanyaan, komunikasi dokter-pasien terdiri dari 20
pertanyaan. Untuk butir pertanyaan kepercayaan terdiri dari 12 butir pertanyaan dan dukungan keluarga adalah 5 pertanyaan. Adapun
pertanyaan yang terbentuk terlihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Rincian Butir Pertanyaan Adherensi Pengobatan
Indikator No
Rincian Butir Pertanyaan Pengetahuan
1 Pengertian penyakit asma
2 Gejala penyakit Asma
3 Faktor pencetus penyakit asma
4 Kontrol penyakit asma
5 Waktu pengobatan penyakit asma
6 Cara yang paling baik dalam pengobatan asma
7 Teknik penggunaan obat asma dengan cara inhalasi
8 Pemeriksaan yang dianjurkan untuk menilai kemajuan
pengobatan asma. 9
Manfaat bila menggunakan obat pengontrol dan pelega asma dengan inhalasi.
Sikap 1
Menggunakan obat asma inhalasi kombinasi sangat penting bagi saya.
2 Saya menggunakan obat asma berdasarkan instruksi dokter
3 Saya akan menghentikan obat asma berdasarkan pemeriksaan
dan instruksi dokter. 4
Saya ingin bekerja sama dengan dokter yang merawat penyakit saya.
5 Saya akan meminta kepada dokter penjelasan tentang
pengobatan penyakit saya. 6
Saya akan konsultasi dengan dokter mengenai penyakit, pengobatan serta perkembangan asma.
7 Saya akan mengontrol penyakit saya dengan menggunakan
alat periksa fungsi parupeak flow meter 8
Mempelajari tentang penyakit asma sangat penting saya lakukan.
9 Saya akan mempersiapkan obat asma kapan saja di rumah
ataupun sedang bepergian Tindakan
1 Saya menggunakan obat asma setiap hari sesuai anjuran
dokter yang merawat. 2
Saya memperhatikan jadwalwaktu pemberian obat teratur menggunakan obat.
3 Saya menggunakan alat pengingat untuk menggunakan obat
asma. 4
Saya melakukan konsultasi rutin dengan dokter mengenai penyakit saya.
5 Saya melakukan pemeriksaan fungsi paru untuk menilai
perkembangan penyakit saya.. 6
Saya meminta kepada dokter untuk menilai perkembangan penyakit saya dengan peak flow meter.
7 Saya selalu berkomunikasi dengan dokter yang merawat lewat
media komunikasi seperti teleponHpinternet. 8
Saya rutin berolahraga untuk mengurangi serangan penyakit asma.
9 Saya selalu menbaca artikel atau tulisan tentang penyakit dan
pengobatan asma. Komunikasi
Dokter-Pasien 1
Dokter yang merawat saya memberikan informasi mengenai penyakit dan proses perkembangan penyakit saya.
2 Dokter yang merawat saya memberikan informasi mengenai
jenis dan dosis obat yang harus saya gunakan setiap hari. 3
Dokter yang merawat saya memberikan informasi bagaimana manfaat jangka pendek pengobatan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
4
Lanjutan tabel 5.2 Dokter yang merawat saya memberikan informasi bagaimana
manfaat jangka panjang pengobatan yang diberikan. 5
Dokter yang merawat saya memberikan informasi bagaimana penyakit dan teknik penggunaan obat asma kadang dengan
menggunakan alat peraga. 6
Dokter yang merawat saya sering menyuruh saya memperagakan teknik penggunaan obat.
7 Dokter yang merawat saya memberikan informasi mengenai
dampak dari penyakit ini bila tidak diobati sesuai dengan anjuran.
8 Dokter yang merawat saya selalu mengingatkan untuk
menghindari faktor pencetus penyakit. 9
Dokter yang merawat saya selalu menanyakan keluhanperkembangan penyakit saya ketika konsultasi
langsung. 10
Dokter yang merawat saya akan memberikan waktu yang cukup untuk berkonsultasi dengan saya.
11 Dokter yang merawat saya akan mendengarkan keluhan saya
ketika konsultasi langsung. 12
Dokter yang merawat saya selalu bersemangat dalam memberikan penjelasan tentang penyakit asma dan
pengobatannya. 13
Dokter yang merawat saya akan memotivasi saya untuk menggunakan obat inhalasi.
14 Dokter yang merawat saya sangat memahami dan
berempatipeduli dengan masalah penyakit saya. 15
Dokter yang merawat saya peduli dengan masalah keuangan saya untuk pengobatan penyakit ini.
16 Dokter yang merawat saya memberikan informasi untung rugi
pengobatan dengan biaya yang harus dikeluarkan. 17
Dokter yang merawat saya selalu melibatkan saya dalam mengambil keputusan tentang penyakit saya.
18 Dokter yang merawat saya memantau penggunaan obat
dengan menanyakan penggunaan obat ketika datang berkonsultasi.
19 Dokter yang merawat saya selalu siap sedia dihubungi dengan
menggunakan alat komunikasi seperti Hpteleponemail. 20
Dokter yang merawat saya selalu berkomunikasi dengan anggota keluarga saya untuk mendorong saya aktif dalam
pengobatan penyakit ini.
Kepercayaan 1
Penyakit asma adalah penyakit ringan dan mudah disembuhkan Terhadap
2 Tidak ada gejala berarti penyakit asma sudah sembuh
Pengobatan 3
Pengobatan asma cukup pada saat serangan. 4
Pengobatan asma yang tepat adalah jenis obat makan. 5
Pengobatan dengan cara inhalasi adalah pengobatan untuk asma berat.
6 Pengobatan dengan cara inhalasi adalah untuk golongan sosial
ekonomi yang tinggi orang kaya. 7
Pengobatan dengan cara inhalasi akan menimbulkan kecanduanketagihan.
Universitas Sumatera Utara
8
Lanjutan tabel 5.2 Harga obat asma dengan inhalasi adalah mahal dan tidak
terjangkau. 9
Tidak perlu pemeriksaan fungsi paru pada pasien asma. 10
Tidak perlu konsultasi dengan dokter tentang penyakit asma. 11
Obat pelega pernapasan yang dijual bebas sudah cukup mengobati penyakit saya.
12 Tidak ada komplikasi dari penyakit ini.
Dukungan 1
Keluarga selalu mengingatkan untuk menggunakan obat yang diresepkan dokter.
Keluarga 2
Keluarga selalu mendorong saya untuk mengikuti anjuran dokter yang merawat.
3 Keluarga selalu ikut untuk menemani bertemu dengan dokter yang
merawat. 4
Keluarga ikut membantu dana pengobatan penyakit saya. 5
Keluarga ikut mencari informasi mengenai penyakit asma.
b. Kualitas Hidup Pasien Asma
Kualitas hidup pasien asma terdiri dari 4 indikator pembentuk yaitu indikator kesehatan, emosi, lingkungan dan aktivitas. Indikator kesehatan
terdiri dari 3 butir pertanyaan, emosi 4 pertanyaan, lingkungan 5 pertanyaan dan aktivitas 4 pertanyaan.
Adapun rincian dari pertanyaan yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 5.3:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Rincian Butir Pertanyaan Kualitas Hidup Pasien Asma
Indikator No
Rincian Butir Pertanyaan Kesehatan
1 Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami
batuk? 2
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak napas?
3 Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma menyebabkan
anda terbangun malamlebih awal? Emosi
1 Selama 4 minggu terakhir seberapa sering anda khawatir tidak
mendapatkan obat? 2
Selama 4 minggu terakhir seberapa sering anda cemas dan depresi dengan penyakit anda?
3 Selama 4 minggu terakhir apakah anda merasa sebagai orang
yang tidak nyamanbahagia? 4
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu anda berhubungan dengan orang lain?
Lingkungan 1
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda terganggu dengan debu?
2 Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda terganggu
dengan asap rokok? 3
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda terganggu dengan polusi udara?
4 Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda terganggu
karena faktor cuaca dinginpanas? 5
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu anda berhubungan dengan hewan?
Aktivitas 1
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu pekerjaan kantor, rumah, aktivitas sekolah, dll?
2 Selama 4 minggu terakhir seberapa sering asma menganggu
kegiatan rutin sehari-hari makan, mandi, naik tangga, dll? 3
Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu kegiatan olahraga atau aktifitas fisik yang berat?
4 Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu
kegiatan sosial berorganisasi, mengunjungi teman, pertemuan sosial, dll?
5.2. Hasil Penelitian dengan Pendekatan Kuantitatif
5.2.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Profil Kota Medan, 2009
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Kota Medan terletak antara Lintang Utara 2
.27 – 2 .47
’
dan bujur Timur 98 .35 – 98
.44, serta berada
Universitas Sumatera Utara
2.5 – 37.5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berada di pantai timur pulau Sumatera, di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
dan di sebelah Selatan, barat, dan Timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah Kota Medan adalah 265.10 km
2
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22.7
. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah tempat pertemuan
dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
C – 24.1 C dan suhu maksimum berkisar antara 30.5
C – 33.2
Kota Medan merupakan salah satu dari 17 daerah kabupaten dan kota di propinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Propinsi Sumatera Utara. Administrasi pemerintahan Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota dan pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan
152 keluarahan yang terbagi dalam 1887 lingkungan. Sejak tahun 1990 penduduk kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata yaitu dari
1739725 jiwa pada tahun 2000. Kota Medan sudah berkali-kali mengalami perluasan dan terakhir pada tahun 1996 diperluas dari 19 kecamatan
menjadi 21 kecamatan. , sedangkan kelembapan udara wilayah rata-rata berkisar antara 83
– 84. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0.44mdetik, dan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 128.1 mm. Hari hujan di Kota Medan rata-
rata per bulan pada tahun 2011 adalah 18 hari dengan rata-rata curah hujan per bulan 141.83 mm.
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kota Medan sebesar 1302 dengan rasio terhadap penduduk sebesar 1:1716 penduduk.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Karakteristik Pasien
Penelitian ini dilakukan pada pasien asma yang telah menetap di Kota Medan. Selain itu pasien asma yang menjadi subjek pada penelitian
ini sudah 6 bulan menderita penyakit asma dan menggunakan obat kombinasi inhalasi kortikosteroid dengan LABA.
a. Karakteristik Demografi Pasien Asma Kota Medan
Karakteristik responden dijabarkan pada tabel 5.4 yaitu karakteristik sosiodemografi, terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, suku,
pekerjaan, penghasilan dan status perkawinan. Peneliti mengumpulkan data di tempat kediaman pasien atau di tempat pasien sering melakukan
pengobatan.
Tabel 5.4. Karakteristik Sosiodemografi Pasien Asma Kota Medan
Variabel n
Usia 44
20
22.0
21-30 44
22.0
31-40 33
16.5 41-50
41 20.5
51-60 38
19.0 MeanSD
35.7SD 13.3 Jenis Kelamin
Laki-laki 74
37.0 Perempuan
126
63.0
Pendidikan SD
9 4.5
SMP 11
5.5 SMA
84 42.0
PT 96
48.0
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 5.4 Status Perkawinan
Kawin
126
63.0
Tidak kawin 74
37.0 Pekerjaan
Tidak Bekerja 11
5.5 IRT
40 20.0
Pelajarmahasiswa 40
20.0
PNSTNIPolri 35
17.5 Pegawai swasta
28 14.0
Wiraswasta 31
15.5 Dll
15 7.5
Penghasilan 1 juta
29 14.5
1-3 juta 93
46.5
4-5 juta 35
17.5 5 juta
43 21.5
Suku Batak
92 46.0
Jawa 48
24.0 Melayu
11 5.5
Minang 25
12.5 Aceh
13 6.5
Dll 11
5.5
Berdasarkan tabel di atas diketahui umur yang lebih banyak terdapat pada kelompok umur 20 tahun dan 21-30 tahun dengan
proporsi 22. Responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada responden perempuan yaitu 63. Tingkat pendidikan paling
banyak adalah perguruan tinggi yaitu 48, status kawin yang terbanyak yaitu sudah menikah 63, pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga
dan pelajarmahasiswa yaitu 20. Untuk tingkat penghasilan terbanyak adalah 1-3 juta yaitu 46.5, dan suku yang terbanyak adalah suku Batak
yaitu 46.
Universitas Sumatera Utara
b. Karakteristik Adherensi dan Dimensi Pembentuk Adherensi Pengobatan Pasien Asma
Tabel berikut menjelaskan karakteristik adherensi pengobatan pasien asma berdasarkan indikator pembentuknya yaitu pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tindakan, komunikasi dokter-pasien dan dukungan keluarga.
Tabel 5.5. Karakteristik Adherensi Pengobatan Pasien Asma
Adherensi Jumlah
Pertanyaan
Min Maks
Mean SD
Pengetahuan 9
8
3.9 1.8
Sikap 9
18 36
28.9 4.0
Kepercayaan thd penyakitpengobatan
12
1 12
8.0 2.4
Tindakan 9
9
5.4 2.3
Komunikasi Dokter- Pasien
20
18
14.6 3.5
Dukungan keluarga 5
5
4.2 1.1
Total Adherensi 84
45 84
66.8 8.6
Tabel di atas berisikan penilaian pengetahuan, sikap, kepercayaan, tindakan komunikasi dokter pasien, dan dukungan keluarga. Rata-rata
pengetahuan adalah 3.9 SD 1.8, sikap 28.9, SD 4 kepercayaan terhadap penyakitpengobatan adalah 8.0 SD 2.4, tindakan 5.4 SD 2.3
dan komunikasi dokter pasien adalah 14.6 SD 3.5 dan dukungan keluarga adalah 4.2 SD 1.1.
Berikutnya dimensi adherensi pengobatan dibagi atas 2 kelompok. Nilai ditetapkan baik bila berada di atas nilai rata-rata dan kurang baik bila
berada di bawah rata-rata dari setiap dimensi. Terlihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Distribusi Dimensi Adherensi Pengobatan Pasien Asma
Dimensi Adherensi Baik
Kurang baik
Batasan n
n Pengetahuan
127 63.5
73 36.5 3.9
Sikap 101
50.5 99
49.5 28.9 Kepercayaan
128 64.0
72 36.0 8
Tindakan 105
52.5 95
47.5 5.4 Komunikasi dokter-
pasien 100
50.0 100
50.0 14.6
Dukungan keluarga 113
56.5 87
43.5 4.2 Total Adherensi
106 53.0
94 47.0 66.8
Batasan Baik digunakan nilai mean Hasil penelitian menunjukkan dimensi adherensi pengobatan yang
paling baik adalah dimensi kepercayaan terhadap penyakitpengobatan 64 dan yang paling kecil adalah dimensi komunikasi dokter-pasien
50
d. Karakteristik Kualitas Hidup dan Dimensi Kualitas Hidup Pasien Asma Kota Medan
Tabel berikut menjelaskan karakteristik kualitas hidup pasien asma berdasarkan indikator pembentuknya yaitu kesehatan, emosi, lingkungan
dan aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7 Karakteristik Kualitas Hidup Pasien Asma Kota Medan
Kualitas Hidup Jumlah
pertanyaan
Min Maks
Mean SD
Kesehatan 3
4 15
10.5 2.7
Emosi 4
8 20
16.9 3.5
Lingkungan 5
8 25
16.5 4.4
Aktivitas 4
6 20
15.8 3.8
Total Kualitas Hidup 16
31 80
59.8 12
rentang nilai 1-5
Tabel di atas menunjukkan rata-rata kualitas hidup pasien asma adalah 59.8 SD 12.0. Indikator kualitas hidup yang dinilai terdiri dari
kesehatan, emosi, lingkungan dan aktivitas. Rata-rata kesehatan adalah 10.5 SD 2.7, emosi 16.9 SD 3.5, lingkungan 16.5 SD 4.4 dan aktivitas
adalag 15.8 SD 3.8. Berikutnya dimensi kualitas hidup dibagi atas 2 kelompok. Nilai
ditetapkan baik bila berada di atas nilai rata-rata dan kurang baik bila berada di bawah rata-rata dari setiap dimensi. Terlihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 5.8. Distribusi Dimensi Kualitas Hidup Pasien Asma
Dimensi Kualitas Hidup
Terganggu Tidak
Terganggu Batasan
n n
Kesehatan 96
48.0 104
52.0 10.5
Emosi 72
36.0 128 64.0
16.9 Lingkungan
107 53.5
93 46.5
16.5 Aktivitas
99 44.5
111 55.5
15.8 Total Kualitas
Hidup 95
47.5 105
52.5 59.8
Batasan Tidak Terganggu digunakan nilai mean
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan dimensi kualitas hidup yang paling terganggu adalah dimensi lingkungan 53.5 dan yang paling kurang
terganggu adalah dimensi emosi 64
5.2.3. Analisis Adherensi Pengobatan Pasien Asma a. Analisis Adherensi Pengobatan Faktor Sosiodemografi
Analisis adherensi pengobatan pasien asma dibedakan berdasarkan faktor sosiodemografinya yaitu usia, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, penghasilan, dan suku. Hasil analisis terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5.9. Karakteristik Skor Adherensi Pengobatan Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi Pasien Asma
Variabel n
Mean SD
p Usia
44 20
65.4 7.8
0.13 21-30
44 68.7
8.3 31-40
33 68.9
8.5 41-50
41 65.2
9.1 51-60
44 66.1
9.2 Jenis Kelamin
Laki-laki 74
66.9 8.8
0.943 Perempuan
126 66.8
8.6 Pendidikan
SD 9
62.6 9.9
0.027
SMP 11
63.5 9.9
SMA 84
65.7 7.1
PT 96
68.6 9.2
Status Perkawinan Kawin
126 67.2
9.0 0.400
Tidak Kawin 74
66.2 8.0
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 5.9 Pekerjaan
Tidak Bekerja 11
60.0 7.3
0.008
IRT 40
64.6 8.7
Pelajarmahasiswa 40
66.5 7.1
PNSTNIPolri 35
69.0 10.2
Pegawai swasta 28
69.9 7.4
Wiraswasta 31
66.1 8.7
Dll 15
69.5 7.6
Penghasilan 1 juta
29 65.6
9.1 0.484
1-3 juta 93
66.7 8.3
4-5 juta 35
66.1 10.9
5 juta 43
68.5 7.0
Suku Batak
92 67.2
8.4 0.766
Jawa 48
66.7 9.9
Melayu 11
69.6 9.5
Minang 25
65.9 7.3
Aceh 13
64.7 7.6
Dll 11
65.9 8.4
Tabel di atas menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata nilai adherensi berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan,
penghasilan dan suku dengan nilai p 0.05. Terdapat perbedaan rata-rata nilai adherensi berdasarkan pendidikan dan pekerjaan p 0.05.
Adherensi pengobatan paling tinggi pada tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu 67.6 SD 7.8 dan paling rendah tingkat pendidikan Sekolah
Dasar SD yaitu 61.5 SD 11.3. Pada pekerjaan paling tinggi nilai adherensi pengobatan pada pekerjaan PNSTNIPolri dengan nilai 67.7
SD 7.9, dan paling rendah pada yang tidak bekerja yaitu 60.2 SD 5.5.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4. Analisis Kualitas Hidup Pasien Asma Kota Medan
a. Analisis Kualitas Hidup Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Suku, Pekerjaan, Penghasilan
Analisis kualitas hidup pasien asma dibedakan berdasarkan faktor sosiodemografinya yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, penghasilan, dan suku. Hasil analisis terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5.10. Skor Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pasien Asma
Variabel n
Mean SD
p Usia
44 20
61.5 12.4
0.352 21-30
44 57.4
11.0 31-40
33 59.0
11.0 41-50
41 58.8
14.2 51-60
44 62.1
10.7 Jenis Kelamin
Laki-laki 74
59.8 13
0.980 Perempuan
126 59.8
11.4 Pendidikan
SD 9
56.1 14
0.144 SMP
11 56.6
12.1 SMA
84 58.3
12.4 PT
96 61.7
11.2 Status Perkawinan
Kawin 126
59.7 11.9
0.971 Tidak Kawin
74 59.8
12.2 Pekerjaan
Tidak Bekerja 11
51.7 10.7
0.151 IRT
40 58.8
12.2 Pelajarmahasiswa
40 61.0
12.5 PNSTNIPolri
35 62.7
12.9 Pegawai swasta
28 59.7
11.9 Wiraswasta
31 57.7
10.6 Dll
15 62.4
9.9
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 5.10 Variabel
n Mean
SD p
Penghasilan 1 juta
29 57.3
12.1 0.364
1-3 juta 93
59.7 12.2
4-5 juta 35
59.1 11.7
5 juta 43
62.3 11.7
Suku Batak
92 61.7
12.1 0.140
Jawa 48
56 12.1
Melayu 11
62.8 12.1
Minang 25
58.3 11.9
Aceh 13
59.6 11.9
Dll 11
60.5 8.8
Tabel di atas menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata kualitas hidup berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, penghasilan dan suku p 0.05.
5.3. Analisis Data Model Adherensi Pengobatan Pasien Asma
Analisis data dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah dari SEM. Sebelum membentuk Full Model SEM, terlebih dahulu dilakukan
pengujian faktor-faktor yang membentuk masing-masing variabel. Pengujian akan dilakukan secara bertahap, yakni: estimasi model dengan
teknik confirmatory factor analysis, yang digunakan untuk menguji unindimensional dengan konstruk-konstruk endogen dan eksogen.
Estimasi SEM melalui Full Model untuk melihat kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang dibangun dalam model.
Universitas Sumatera Utara
5.3.3. Analisis Faktor Konfirmatori Confirmatory Factor Analysis
Analisis faktor konfirmatori merupakan tahap pengukuran terhadap dimensi-dimensi yang membentuk variabel laten dalam model penelitian.
Analisis ini dilakukan untuk menyelidiki undimensionalitas dari indikator- indikator dari sebuah faktor atau variabel bentukan dalam hal ini adalah
variabel adherensi dan variabel kualitas hidup. Variabel-variabel laten atau konstruk yang digunakan pada model penelitian ini terdiri dari 3 variabel
laten dengan jumlah dimensi sebanyak 10. Terdapat dua uji dasar dalam Confirmatory Factor Analysis yaitu uji kesesuaian model serta uji
signifikansi bobot faktor. Konstruk Eksogen pada penelitian ini adalah adherensi pengobatan dan konstruk endogen dalam penelitian ini adalah
variabel kualitas hidup.
a. Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Eksogen Adherensi Pengobatan
Untuk konstruk eksogen analisis faktor konfirmatori dilakukan pada dua varabel yaitu variabel adherensi I dan variabel adherensi II. Varibel
adherensi I terdiri dari 3 indikator yaitu pengetahuan, sikap, dan kepercayaan terhadap penyakitpengobatan dan adherensi II terdiri dari
tindakan, komunikasi dokter-pasien dan dukungan keluarga. Hasil pengolahan data untuk Confirmatory Factor Analysis konstruk Adherensi
ditampilkan pada gambar:
Universitas Sumatera Utara
.27 PGT HN
.20 SKP
.63 KPCYN1
e1 e2
e3 .43
T DKN .53
KDP .12
DKGKLG Adherensi II
.65 .73
.35 e5
e6 e7
Adherensi I .52
.45 .79
.14
Goodness of Fit Chi square =13.960
Probability = .083 Cmindf =1.745
GFI =.978 AGFI =.941
TLI =.916 CFI =.955
RMSEA =.061
Gambar 5.1 : Analisis Faktor Konfirmatori Variabel Adherensi Eksogen
Tabel berikut menjelaskan hasil uji kesesuaian model dari variabel eksogen, adherensi pengobatan dengan berdasarkan indeks-indeks
kesesuaian model.
Tabel 5.11. Uji Kesesuaian Model Goodnessof-Fit Variabel
Adherensi
Goodness of Fit Indeks Cut off Value
Hasil Analisis Evaluasi
Model Chi Square
Diharapkan kecil 13.960
Baik Probabilitas
0.05 0.083
Baik Cmindf
1.745 1.96
Baik GFI
0.90 0.978
Baik AGFI
0.90 0.941
Baik TLI
0.95 0.916
Marginal CFI
0.95 0.955
Baik RMSEA
0.08 0.061
Baik
Universitas Sumatera Utara
Hasil evaluasi model menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0.083. Hipotesis nol menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
matriks kovarians sampel dan populasi yang diestimasi. Hal ini berarti model dapat diterima
. Indeks-indeks kesesuaian model lainnya seperti
Cmindf 1.745, GFI 0.98, AGFI 0.941, TLI0.916, CFI 0.955, RMSEA 0.061 memberikan konfirmasi yang cukup untuk dapat
diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa variabel-variabel di atas dapat mencerminkan variabel laten adherensi pengobatan yang dianalisis.
Uji signifikansi bobot faktor adalah dengan mendapatkan hasil CR Critical Ratio dan regression weight construct eksogen dari confirmatory
factor analysis. Nilai dari koefisien regresi untuk masing-masing indikator di atas 1.96. Critical Ratio atau CR adalah identik dengan t hitung dalam
analisis regresi. Oleh karena itu CR yang lebih besar dari 1.96 menunjukkan bahwa variabel-variabel itu signifikan pada taraf signifikansi
5 dan merupakan dimensi dari faktor laten yang dibentuk. Regression weight construct eksogen dari confirmatory factor
analysis dapat ditunjukkan faktor loading masing-masing indikator. Nilai lambda yang dipersyaratkan adalah harus mencapai 40 Ferdinand,
2002. Hasil uji signifikasi bobot faktor terlihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Hasil Uji Signifikansi Bobot Faktor Parameter Variabel Adherensi
Eksogen Variabel
Hubungan Estimate
SE CR
p pgthn adherensi I
1.00 skp adherensi I
1.82 0.43
4.27 0.0001
kpcyn adherensi I 2.03
0.56 3.61
0.0001 tdkn adherensi II
1.00 kdp adherensi II
1.65 0.52
3.17 0.0001
Dkgn klg adherensi II 0.27
0.08 3.52
0.0001
Hasil penelitian menunjukkan bagaimana kuatnya dimensi-dimensi tersebut dalam membentuk faktor latennya dapat dianalisis dengan
menggunakan uji t terhadap regression weight yang dihasilkan oleh model seperti disajikan dalam tabel di atas.
CR atau Critical ratio adalah identik dengan t hitung dalam analisis regresi. Oleh karena itu CR yang lebih besar dari 1.96 dan dengan
probabilitas yang lebih kecil dari 0.05 menunjukkan bahwa variabel- variabel itu secara signifikan merupakan dimensi dari faktor laten yang
dibentuk. Tabel berikut menjelaskan masing-masing nilai loading factor dari
masing-masing indikator pembentuk adherensi pengobatan. Hal ini bertujuan untuk menetapkan unidimensional dari masing-masing
pembentuk.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13.
Standardized Regression Weight Variabel Adherensi
Hubungan Estimate
Pgthn Adherensi I 0.52
Skp Adherensi I 0.45
Kpcyn Adherensi I 0.79
Tdkn Adherensi II 0.65
Kdp Adherensi II 0.73
Dkgn klg Adherensi II 0.35
Dari tabel 5.13 nilai lambdaloading factor ini dilihat dari estimasi yang telah distandarisasi standardized estimates. Nilai loading factor
untuk keenam indikator variabel yang menjelaskan adherensi pengobatan adalah masing-masing sebesar 0.52, 0.45, 0.79. 0.65, 0.73, 0.35. Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keenam indikator variabel ini secara bersama-sama menyajikan unidimensional untuk variabel laten
Adherensi Pengobatan. Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa indikator-indikator
pembentuk variabel laten adherensi pengobatan telah menunjukkan unidimensionalitas. Selanjutnya berdasarkan analisis faktor konfirmatori
konstruksi adherensi pengobatan ini, maka model penelitian ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaian-
penyesuaian.
Universitas Sumatera Utara
b. Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Kualitas Hidup Variabel Endogen
Hasil pengolahan data untuk Confirmatory Factor Analysis konstruk Kualitas Hidup ditampilkan pada gambar:
.52 KSHTN
.61 EMS
.41 LKGN
Kualitas Hidup .72
.78 .64
e1 e2
e3
Goodness of fit Chisquare :.509
Probabilitas :.775 Cmindf :.255
GFI :.999 AGFI :.994
TLI :1.014 CFI :1.000
RMSEA :.000
.76 AKTVTS
.87 e4
Gambar 5.2. Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Kualitas Hidup Variabel Endogen
Tabel berikut menjelaskan hasil uji kesesuaian model dari variabel endogen kualitas hidup dengan berdasarkan indeks-indeks kesesuaian
model.
Tabel 5.14. Uji Kesesuaian Model Goodness-of-Fit Variabel Kualitas
Hidup
Goodness of Fit Indeks Cut off Value
Hasil Analisis Evaluasi
Model Chi Square
Sedikit 0.509
Baik Probabilitas
0.05 0.775
Baik Cmindf
1.96 0.266
Baik GFI
0.90 0.999
Baik AGFI
0.90 0.994
Baik TLI
0.95 1.014
Baik CFI
0.95 1.000
Baik RMSEA
0.08 0.0001
Baik
Universitas Sumatera Utara
Tingkat signifikansi sebesar p = 0.775 menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi diterima. Diterimanya hipotesis nol menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara matriks kovarians populasi yang diestimasi sehingga model dapat diterima sehingga model dapat diterima. Indeks-indeks
kesesuaian model lainnya seperti Cmindf 0.266, GFI 0,999, AGFI 0.994, TLI1.014, CFI 1.000, RMSEA 0.0001 memberikan konfirmasi
yang cukup untuk dapat diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa variabel-variabel di atas dapat mencerminkan variabel laten Adherensi
Pengobatan yang dianalisis. Hasil Uji Signifikansi Bobot Faktor terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.15. Hasil Uji Signifikansi Bobot Faktor Variabel Kualitas Hidup Variabel Endogen
Hubungan Estimate
SE CR
p kshtn kualitashidup
1.00 ems kualitashidup
1.40 0.14
10.05 0.0001
lgkn kualitashidup 1.46
0.18 8.25
0.0001 Aktvts kualitashidup
1.71 0.16
10.59 0.0001
Tabel berikut menjelaskan masing-masing nilai loading factor dari masing-masing indikator pembentuk kualitas hidup. Hal ini bertujuan untuk
menetapkan unidimensional dari masing-masing pembentuk.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.16. Standardized Regression Weight Variabel Kualitas Hidup
Hubungan Estimate
kshtn Kualitas Hidup 0.72
emosi Kualitas Hidup 0.78
lgkn Kualitas Hidup 0.64
aktvts Kualitas Hidup 0.87
Dari tabel 5.16 nilai lambda ini dilihat dari estimasi yang telah distandarisasi standardized estimates. Nilai lambdaloading factor untuk
keempat indikator variabel yang menjelaskan kualitas hidup pasien asma adalah masing-masing sebesar 0.72, 0.78, 0.64, 0.87, maka dapat
disimpulkan bahwa keempat indikator variabel ini secara bersama-sama menyajikan unidimensional untuk variabel laten kualitas hidup
Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten kualitas hidup
telah menunjukkan unidimensionalitas. Selanjutnya berdasarkan analisis faktor konfirmatori
kualitas hidup pasien asma, maka model penelitian ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaian-
penyesuaian.
5.4. Analisis Structural Equation Model SEM secara Full Model
Analisis selanjutnya adalah analisis SEM secara full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas dari indikator-
indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan confirmatory factor analysis. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data untuk analsis full model SEM ditampilkan pada gambar
berikut ini:
.30 PGTHN
.21 SKP
.56 KPCYN1
e1 e2
e3
.34 TDKN
.67 KDP
.10 DKGKLG
Adherensi II .58
.82 .32
e4 e5
e6 Adherensi I
.55 .46
.75 .10
Kualitas Hidup .21
.20 .16
.52 KSHTN
.64 EMS
.41 LKGN
.73 AKTVTS
.72 .80
.64 .86
e7 e8
e9 e10
e11
Gambar 5.3 Model Structural Equation Modelling Variabel Adherensi dan Kualitas Hidup
Tahapan analisis pada full model diawali dengan mengevaluasi asumsi-asumsi aplikasi SEM. Adapun langkah-langkah tersebut adalah:
a. Mengevaluasi Problem identifikasi: Problem identifikasi yang dinilai adalah:
1 Ukuran sampel 2 Normalitas Data
3 Uji Outlier 4 Evaluasi atas multikolinearitas dan singularitas
5 Pengujian Terhadap nilai residual
Universitas Sumatera Utara
b. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit c. Evaluasi atas Regression Weight untuk uji kausalitas
d. Uji reliability construct dan variance extracted
5.4.1. Mengevaluasi Problem Identifikasi
Dalam operasi Amos, problem identifikasi akan diatasi langsung oleh program. Bila estimasi tidak dapat dilakukan, maka program akan
memberikan pesan mengenai kemungkinan sebab-sebab kegagalan estimasi, sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan perbaikan yang
dimungkinkan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui hasil analisis penelitian ini standard error, variance error, serta korelasi
antara koefisien estimasi berada dalam rentang nilai yang tidak menunjukkan adanya problem identifikasi.
a. Ukuran Sampel Minimum
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200, dimana melebihi dari batas jumlah sampel minimum untuk SEM. Teknik estimasi
yang digunakan dalam perhitungan SEM adalah maximum likelihood estimation method. Hal ini dikarenakan adalah jumlah sampel yang
maksimal yaitu 200 sampel.
Universitas Sumatera Utara
b. Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk melihat tingkat normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Amos.
Pengujian ini dilakukan dengan mengamati nilai skewness data yang digunakan, nilai statistik untuk menguji normalitas disebut Z value.
Normalitas data dapat ditunjukkan dengan Critical Ratio pada skewness data berada rentang antara + 2.58 pada tingkat sig 0.001. Apabila Z CR
maka dapat diduga bahwa distribusi data adalan tidak normal. Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji normalitas.
Tabel 5.17. Tabel Penilaian Normalitas Data
Variable min
max skewness cr
kurtosis cr
aktvts 6.00
20.00 -.54
-3.10 -.74
-2.14 lkgn
8.00 25.00
.15 .89
-.93 -2.67
ems 8.00
20.00 -.92
-5.26 -.46
-1.31 kshtn
4.00 15.00
-.25 -1.43
-.70 -2.01
dkgklg .00
5.00 -1.42
-8.14 1.34
3.84 kdp
.00 18.00
-1.11 -6.40
1.30 3.72
tdkn .00
9.00 -.36
-2.05 -.53
-1.52 kpcyn1
1.00 12.00
-.50 -2.88
-.24 -.69
skp 18.00
36.00 -.13
-.76 .44
1.27 pgthn
.00 8.00
-.25 -1.41
-.39 -1.11
Multivariate 8.81
4.00
Pada tabel terlihat beberapa data tidak berdistribusi normal seperti dukungan keluarga dan komunikasi dokter-pasien. Begitu pula secara
multivariate nilai 4.00 adalah lebih besar dari 2.58. Namun demikian kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan karena berdasarkan dalil limit pusat
central limit theorem data sampel yang ada mengikuti distribusi normal
Universitas Sumatera Utara
karena besar sampel 200 Widarjono, 2010. Dalil limit pusat mengatakan bahwa sampel besar akan mengikuti distribusi normal meskipun populasi
dari mana sampel diperoleh tidak berdistribusi normal Hasan, 2004: Widarjono, 2010.
c. Uji Outliers
Pengujian outliers bertujuan untuk mengobservasi data yang bernilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel-
variabel kombinasi Hair, 2006, Ferdinand, 2002. Pengevaluasian outliers dapat dengan dua cara yaitu analisis terhadap univariate dan analisis
terhadap multivariate outliers Hair, 2006; Ferdinand, 2002. Mendeteksi adanya univariate outliers dapat dilakukan dengan
menentukan nilai ambang batas yang dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standard score
atau yang biasa disebut Z score, yang memiliki nilai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar 1. Observasi yang memiliki nilai lebih besar dari 3
dikategorikan outliers artinya data yang melebihi nilai mutlak dapat disimpulkan outliers. Pengujian univariate outliers ini dilakukan
perkonstruk variabel dengan program komputer, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Table 5. 18. Nilai Z-Score Variabel Adherensi dan Kualitas Hidup
n Minimum Maksimum
Mean SD
Zscorepgthn 200
-2.21294 2.269537
1 Zscoreskp
200 -2.92110
1.861079 1
Zscoretdkn 200
-2.93265 1.689136
1 Zscorekdp
200 -3.36947
1.610171 1
Zscoredkgklg 200
-4.39873 0.997853
1 Zscorekpcyn1
200 -2.62995
0.710207 1
Zscorekshtn 200
-2.38468 1.632203
1 Zscoreems
200 -2.52755
0.859625 1
Zscorelkgn 200
-1.90141 1.881185
1 Zscoreaktvts
200 -2.54031
1.085715 1
Valid N listwise
200
Dari tabel di atas terlihat pada umumnya tidak terdapat outliers, namun pada variabel dukungan keluarga dan komunikasi dokter-pasien
terdapat data outliers. Data tersebut menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari data yang dianalisis, sehingga dalam prakteknya data
outlier sering tidak dikeluarkan karena tidak diketahui secara pasti alasan khusus untuk mengeluarkan outlier tsb Widarjono, 2011.
Penentuan multivariate outliers dapat dilakukan dengan nilai jarak
Mahalanobis mahalanobis distance. Penghitungan jarak mahalanobis dapat dilakukan dengan menggunakan Amos. Penilaian
outliers berdasarkan nilai p value 0.05 Santoso, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19 Tabel Penilaian Multivariate Outlier
Nomor observasi n=200
Mahalanobis p1
p2 166
17.44 0.07
0.01 47
17.27 0.07
0.01 189
16.84 0.08
0.02 140
16.82 0.08
0.01 161
16.29 0.09
0.04 150
16.25 0.09
0.03 3
16.18 0.09
0.02 .
. .
. .
. .
. 82
8.86 0.55
0.95 148
8.72 0.56
0.97 154
8.64 0.57
0.98 145
8.57 0.57
0.98
Pada tabel 5.19 terlihat jarak mahalanobis p1 bernilai 0.05. Hal ini berarti pada tabel tsb tidak terlihat multivariate outlier.
d. Evaluasi atas Multikolinearitas dan Singularitas
Indikasi adanya multikolinearitas atau singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan matriks kovarian yang benar-benar kecil
atau mendekati nol. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh nilai determinan matriks kovarian sampel sebesar: 3.9 x 10
Dari hasil pengolahan diketahui nilai determinan matriks kovarian sampel yang jauh dari nilai nol, maka dapat disimpulkan bahwa
data penelitian ini terbebas dari multikolinearitas dan singularitas.
7
Universitas Sumatera Utara
e. Pengujian Terhadap Nilai Residual
Pengujian Terhadap nilai residual bertujuan mengidentifikasikan bahwa secara signifikan model yang sudah dapat diterima tanpa perlu
adanya modifikasi. Model tidak perlu dimodifikasi jika nilai residual yang ditetapkan adalah tidak melebihi 2.58 Ferdinand, 2002. Hal ini
mempunyai arti bahwa nilai residual harus tidak melebihi nilai 2.58.
Tabel 5.20 Residual Covariance Matrix
AKTV LKGN EMS
KSHT DKG KDP TDKN KPCY SKP PGTH AKTV
LKGN 0.29
EMS -0.07
-0.14 KSHT
0.1 -0.28 -0.04
DKGK -0.64
-0.27 -0.52 -0.22
KDP -0.26
0.79 0.93
-0.01 TDKN
-0.54 0.49
0.12 0.06
0.14 -0.1
KPCY -0.86
-0.58 0.72
-0.01 -0.56 -0.1
0.19 SKP
-0.82 -1.66
0.82 0.31
0.04 0.81 0.2
0.11 PGTH
0.29 -0.03
0.77 0.23 -0.14 0.13
-0.06 -0.2
Dari hasil penelitian ini tidak ada nilai residual yang melebihi nilai mutlak 2.58 sehingga tidak perlu memodifikasi model penelitian. Hasil
pengujian terlihat pada lampiran penelitian ini.
5.4.2. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit Test
Berdasarkan perhitungan dengan program Amos untuk model SEM ini dihasilkan indeks-indeks goodness of fit sebagai berikuti.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Uji Kesesuaian Model Goodness-of-Fit Variabel
Adherensi dengan Kualitas Hidup
Goodness of Fit Indeks Cut off Value
Hasil Analisis Evaluasi
Model Chi Square
Diharapkan kecil 43.474
Baik Probabilitas
0.05 0.085
Baik Cmindf
1.369 1.96
Baik GFI
0.90 0.959
Baik AGFI
0.90 0.929
Baik TLI
0.95 0.965
Baik CFI
0.95 0.975
Baik RMSEA
0.08 0.043
Baik
Hasil dari pengujian menggunakan SEM diperoleh probabilitas sebesar 0.085. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara matriks kovarian sampel dan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Indeks lainnya ternyata menunjukkan pula tingkat penerimaan
yang baik. Analisis SEM tersebut menunjukkan bahwa model dapat diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Cmindf 1.369, GFI 0.959,
AGFI 0.929, TLI 0.965, CFI 0.975, dan RMSEA 0.043. Secara keseluruhan nilai kesesuaian adalah dalam kriteria baik.
Hasil penelitian menunjukkan bagaimana kuatnya dimensi-dimensi tersebut dalam membentuk faktor latennya. Hal ini dapat dianalisis
dengan menggunakan uji t terhadap regression weight yang dihasilkan oleh model seperti disajikan dalam tabel di atas. Hasil pengujian full
model adherensi pengobatan dan kualitas hidup terlihat pada tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.22. Regression Weights Adherensi dan Kualitas Hidup
Hubungan Estimate
SE CR
p Kualitas Hidup --- Adherensi II
.32 .15
2.11 .03 Kualitas Hidup --- Adherensi I
.40 .20
2.00 .05 tdkn
--- Adherensi II 1.00
kdp --- Adherensi II
2.07 .70
2.95 .00 dkgklg
--- Adherensi II .28
.08 3.61 .00
pgthn --- Adherensi I
1.00 skp
--- Adherensi I 1.75
.42 4.18 .00
kpcyn1 --- Adherensi I
1.83 .46
3.96 .00 kshtn
--- Kualitas Hidup 1.00
ems --- Kualitas Hidup
1.43 .14 10.11 .00
lkgn --- Kualitas Hidup
1.45 .18
8.25 .00 aktvts
--- Kualitas Hidup 1.67
.16 10.68 .00
Dari tabel 5.22 dapat disimpulkan bahwa nila CR 1.96. Hal ini mengindikasikan diterimanya seluruh model hipotesis dalam penelitian ini,
yang berarti ada hubungan antara adherensi I dengan kualitas hidup dan ada hubungan antara adherensi II dengan kualitas hidup pasien asma.
Tabel berikut menjelaskan masing-masing nilai loading factor dari masing-masing indikator pembentuk adherensi pengobatan dan kualitas
hidup. Hal ini bertujuan untuk menetapkan unidimensional dari masing- masing pembentuk.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.23. Standard Regression Weight Adherensi dan Kualitas
Hidup Hubungan
Estimate Kualitas
Hidup --- Adherensi II
0.21 Kualitas
Hidup --- Adherensi I
0.20 Tdkn
--- Adherensi II 0.58
Kdp --- Adherensi II
0.82 Dkngklg
--- Adherensi II 0.32
Pgthn --- Adherensi I
0.55 Skp
--- Adherensi I 0.46
Kpcyn --- Adherensi I
0.75 Kshtn
--- Kualitas Hidup 0.72
Ems --- Kualitas Hidup
0.80 Lkgn
--- Kualitas Hidup 0.64
Aktvs --- Kualitas Hidup
0.86
Dari tabel 5.23. nilai lambdaloading factor ini dilihat dari estimasi yang telah distandarisasi standardized estimates. Nilai lambda untuk 9
indikator variabel yang menjelaskan adherensi dan kualitas hidup pasien asma adalah 0.4. Variabel tersebut adalah pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tindakan, komunikasi, untuk adherensi dan kesehatan, emosi, lingkungan dan aktivitas. Hanya variabel dukungan keluarga yang
memiliki nilai lambda 0.4.
Universitas Sumatera Utara
5.4.3. Evaluasi atas Regression Weights untuk uji kausalitas
Pengujian hipotesis kausalitas yang dikembangkan dalam model ini dilakukan dengan uji t yang lazim digunakan dalam model-model
regresi. Tabel 5.24 berikut ini menyajikan nilai-nilai koefisien nilai regresi dan CR dalam Amos, CR identik dengan t hitung dalam regresi.
Table 5.24 Uji Hipotesis Variabel Adherensi dengan Kualitas Hidup
Hubungan Estimate
SE CR
p Kualitas hidup
--- adherensi I 0.32
0.15 2.11
0.03 Kualitas hidup
--- adherensi II 0.4
0.2 2
0.05
Dari table 5.24 terlihat bahwa seluruh hubungan kausalitas variabel yaitu hubungan antara adherensi I dengan kualitas hidup dan
adherensi II dengan kualitas hidup yang ada dalam model ini memiliki nilai CR yang lebih besar 1.96 dengan menggunakan taraf signifikansi 5
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis-hipotesis dari penelitian ini ditolak yaitu ada hubungan antara adherensi I dengan kualitas hidup dan
ada hubungan antara adherensi II dengan kualitas hidup p0.05.
5.4.4. Uji Reliabilitas Konstruk Construct Reliability
Uji reliabilitas kontruk ini tidak sama dengan uji reliabilitas angket. Uji ini lebih cenderung mengarah pada internal reliability dari
sebuah konstruk. Dalam analisis SEM, uji reliabilitas harus dilakukan. Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-
indikator sebuah konstruk, yang menunjukkan bahwa sampai dimana
Universitas Sumatera Utara
masing-masing indikator tersebut mengindikasikan sebuah konstruk. Pengujian reliabilitas ini menggunakan penilaian Contruct Reliability dan
Varianced Extracted. Tabel berikut menjelaskan nilai Construct Reliability dan
Varianced Extracted.
a. Composite Reliability Construct Reliability
Tabel berikut menjelaskan hasil penilaian Contruct Reliability atau dikenal juga composite reliability.
Tabel 5.25. Tabel Composite Reliability
Variabel Sum of standarized
loading Sum of
Measurement error
Reliability Computation
Adherensi I 1.76
0.08 0.97
Adherensi II 1.72
0.14 0.95
Kualitas hidup 3.02
0.03 0.99
Pada tabel di atas terlihat nilai composite reliability 0.97, 0.95 dan 0.99. Nilai batas yang digunakan adalah 0.7. Hal ini berarti variabel
yang digunakan telah memenuhi persyaratan reliabilitas.
b. Variance Extracted
Tabel berikut menjelaskan hasil penilaian Variance Extracted variabel adherensi dan kualitas hidup.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.26 Tabel Variance Extracted
Variabel Sum of
standarized loading
Sum of Measurement error
Variance Extracted
Adherensi I 1.07
0.08 0.93
Adherensi II 1.11
0.14 0.88
Kualitas hidup 2.30
0.03 0.98
Pada tabel di atas terlihat nilai variance extracted 0.93, 0.88 dan 0.98. Nilai batas yang digunakan adalah 0.5. Hal ini berarti variabel
yang digunakan telah memenuhi persyaratan dan layak digunakan.
5.4.5 Analisis Pengaruh
Analisis pengaruh diperlukan untuk mengetahui besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Besar pengaruh masing-masing variabel secara langsung dan tidak langsung terlihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.27. Analisis Pengaruh Adherensi dengan Kualitas Hidup
Adherensi I Adherensi II
Kriteria Kualitas Hidup
0.40 0.32
Total Effect Kualitas Hidup
0.20 0.21
Standardized Total effect Kualitas Hidup
Indirect Total Effect Kualitas Hidup
Indirect Standardized Total effect
Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa terdapat pengaruh langsung dari adherensi I dan II dengan kualitas hidup sebesar 0.4 dan
0.32. Dari tabel tersebut menunjukkan pengaruh tidak langsung adalah 0.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PEMBAHASAN