Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Callina Dari Beberapa Umur Panen
KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.) CALLINA DARI BEBERAPA
UMUR PANEN
M. LUTHFAN TARIS
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kriteria Kematangan
Pascapanen Buah Pepaya (Carica papaya L.) Callina dari Beberapa Umur Panen
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
M. Luthfan Taris
NIM A24100006
ABSTRAK
M. LUTHFAN TARIS. Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya (Carica
papaya L.) Callina dari Beberapa Umur Panen. Dibimbing oleh WINARSO
DRAJAD WIDODO dan KETTY SUKETI.
Pepaya merupakan salah satu buah klimakterik yang memiliki daya simpan
pendek, tetapi memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber vitamin dan mineral.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah
pepaya Callina dari beberapa umur panen dan menentukan saat panen terbaik
untuk penanganan pascapanen dalam rangka memperpanjang masa simpan. Buah
untuk percobaan diperoleh dari kebun pepaya Pusat Kajian Hortikultura Tropika,
Institut Pertanian Bogor (PKHT IPB) Tajur, Bogor dan pengujian kematangan
pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret - Agustus 2014.
Percobaan terdiri atas 4 perlakuan: 115, 120, 125 dan 130 hari setelah antesis
(HSA) dengan 3 ulangan. Umur simpan terlama pepaya Callina diperoleh pada
umur panen 115 HSA (satuan panas sebesar 2 010.060C hari) dengan umur
simpan 8 hari. Umur panen 120 HSA (satuan panas sebesar 2 102.130C hari)
merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang umur simpan
kerena mutu kimia yang terkandung baik dengan umur simpan 7 hari. Buah
pepaya yang dipanen tua lebih cepat mencapai kematangan pascapanen
dibandingkan dengan buah pepaya yang dipanen muda. Pepaya yang dipanen
muda memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pepaya yang
dipanen tua. Umur panen tidak mempengaruhi mutu fisik tetapi mempengaruhi
mutu kimia buah pepaya pada tingkat kematangan pascapanen yang sama.
Kata kunci: Callina, mutu fisik, mutu kimia, umur simpan
ABSTRACT
M. LUTHFAN TARIS. Criteria of Postharvest Ripeness of Callina Papaya Fruit
(Carica papaya L.) of Several Picking Dates. Supervised by WINARSO
DRAJAD WIDODO and KETTY SUKETI.
Papaya is one of the climacteric fruit that has a short shelf life, but it has a
high potential as a source of vitamins and minerals. This research aims to study
the maturity criteria postharvest ripeness of Callina papaya fruit of several picking
dates and to determine the best picking dates for postharvest handling in order to
extend the shelf life. Fruit for experiment was taking from The Research Center
for Tropical Horticulture, Bogor Agricultural Institute (PKHT IPB)’s Papaya
Farm Tajur, Bogor and postharvest ripement test conducted at Postharvest
Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural
University in March to August 2014. Experiment consisted of 4 treatments: 115,
120, 125 and 130 days after anthesis (DAA) with 3 replications. The longest shelf
life for papaya Callina was obtained by fruit picked at 115 DAA (heat unit
2 010.060C day) with the shelf life of 8 days. Picking dates 120 DAA (heat unit
2 102.130C day) is the best picking dates for treatment that make longer shelf life
because of the chemical quality that contained is good with the shelf life of 7
days. The older papaya fruits reach maturity faster than the younger papaya fruit.
Young papaya has a lower respiration rate than the old papaya. Picking dates does
not affect the physical quality but affect the chemical quality of papaya fruit at the
same postharvest maturity level.
Keywords: Callina, chemical quality, physical quality, shelf life
KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.) CALLINA DARI BEBERAPA
UMUR PANEN
M. LUTHFAN TARIS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah pascapanen, dengan
judul Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya (Carica papaya L.) Callina
dari Beberapa Umur Panen.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi sebagai
dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan
kepada penulis.
2. Juang Gema Kartika, SP, MSi sebagai dosen penguji pada ujian tugas akhir
yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Dr Ir Sugiyanta, MSi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menjalani kuliah.
4. Bapak Ibramsyah, Bapak Ahmad Kurniawan, SSi, Ibu Yuyun Juhaena dan
seluruh teknisi kebun PKHT Tajur yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
5. Kedua orang tua penulis, M. Andi Suryawardhana, SH dan Dra Yusnidar serta
seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
6. Keluarga Edelweiss 47, keluarga Wisma Sawit, serta teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
M. Luthfan Taris
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vi
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Iklim Prapanen Pepaya
Kriteria Panen Buah Pepaya
Proses Pematangan Buah Pepaya
Kriteria Kematangan Buah Pepaya
Proses Pascapanen
2
2
2
3
3
4
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Bahan Percobaan
Peralatan Percobaan
Metode Percobaan
Prosedur Percobaan
Pengamatan
4
4
4
4
4
5
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Simpan
Laju Respirasi
Mutu Fisik
Mutu Kimia
8
8
10
11
12
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
13
14
17
19
DAFTAR TABEL
1 Satuan panas dan umur simpan pepaya Callina
2 Mutu fisik pepaya Callina
3 Mutu kimia pepaya Callina
9
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Kebun pepaya PKHT IPB, Tajur, Bogor
2 Perubahan warna kulit buah pepaya Callina
3 Laju respirasi buah pepaya setelah pemanenan
5
6
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi pepaya Callina
2 Skala warna kulit buah pepaya Callina
3 Inkubasi pada pepaya Callina
4 Pengukuran kelunakan buah
5 Hasil titrasi kandungan asam tertitrasi total dan vitamin C
17
17
17
18
18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi pepaya Indonesia pada tahun 2012 mencapai 942 215 ton dan
produksi menurun menjadi 909 827 ton pada tahun 2013. Jumlah produksi pepaya
termasuk 6 besar produksi buah nasional setelah pisang, mangga, jeruk, nenas,
dan salak (Ditjen Horti 2015; BPS 2015). Pepaya merupakan salah satu produk
buah unggulan Indonesia berdasarkan jumlah produksinya. Produksi pepaya
Indonesia dapat ditingkatkan dengan kualitas yang baik.
Pepaya merupakan salah satu buah yang tergolong dalam buah dengan
respirasi klimakterik. Buah dengan respirasi klimakterik adalah buah dengan
produksi CO2 yang meningkat seiring dengan pematangan buah dan produksi
etilen yang tinggi pada saat buah matang (Zulkarnain 2009). Produksi etilen yang
tinggi menyebabkan pematangan buah yang cepat. Kecepatan pematangan buah
ini menyebabkan daya simpan yang rendah.
Mutu buah pepaya untuk pemasaran dengan waktu pemasaran yang cukup
lama (ekspor) perlu dijaga dengan meningkatkan daya simpan. Kualitas pepaya
yang sampai ke tangan konsumen sangat dipengaruhi oleh umur panen. Pepaya
yang dipanen pada waktu yang kurang tepat dapat mempengaruhi lama
penyimpanan dan kualitas pepaya.
Salah satu masalah pascapanen pepaya yang terjadi di Indonesia adalah
rantai pemasaran produk yang panjang. Saat transportasi dalam pengangkutan
terkadang ada pepaya yang matang di perjalanan dan mengalami kebusukan. Hal
ini dapat disebabkan oleh pemanenan pepaya yang lewat dari umur panen yang
baik.
Umur panen sangat menentukan kualitas pepaya yang akan dipasarkan.
Buah pepaya dipanen pada stadium menguning yaitu saat muncul semburat
kuning pada permukaan kulit buah. Pada stadium ini menunjukkan pepaya sudah
mencapai matang fisiologi dan akan matang (DAFF 2009). Pada stadium matang
pohon buah pepaya yang diperoleh belum diketahui daya simpannya. Berdasarkan
penelitian Purba (2006) dan Reninda (2006) buah pepaya yang dipanen dengan
beberapa stadium kematangan berdasarkan warna kulit dan beberapa umur panen
mempengaruhi masa simpan dan komposisi kimia buah.
Penelitian kriteria kematangan pascapanen buah pepaya Callina dengan
umur panen sebelumnya dilakukan oleh Pratiwi (2014), namun saat penentuan
umur panen sebelumnya tidak dilakukan penandaan pada bunga dan tidak
menghitung jumlah satuan panas selama masa generatif. Penentuan umur panen
hanya diperkirakan oleh pemilik kebun, sehingga umur panen yang didapat tidak
pasti.
Penelitian ini dilanjutkan kembali untuk mengetahui kriteria kematangan
pascapanen dan umur panen yang dicapai pepaya Callina dari mulai antesis
sampai panen dengan melakukan penandaan pada bunga di lapangan serta untuk
menghitung jumlah satuan panas selama masa generatif, dari antesis sampai buah
panen.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah
pepaya Callina dari beberapa umur panen buah dan menghitung jumlah satuan
panas selama masa generatif, dari antesis sampai dengan panen. Penelitian ini juga
bertujuan menentukan saat panen optimal untuk penanganan pascapanen yang
dapat memperpanjang masa simpan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Iklim Prapanen Pepaya
Sistem penanganan pascapanen tanaman hortikultura dimulai pada saat
panen, untuk mendapatkan kualitas buah yang baik pada saat panen faktor
prapanen sangat mempengaruhi. Kualitas produk hortikultura pascapanen
dipengaruhi perkembangan produk selama awal pertumbuhan tanaman, saat
pertumbuhan dan teknologi pascapanen (Hewett 2006). Komposisi gizi tanaman
buah saat panen dapat bervariasi tergantung pada kultivar, kematangan buah,
iklim, jenis tanah, dan kesuburan (Lee dan Kader 2000).
Pada tanaman pepaya suhu mempengaruhi metabolisme dan penyerapan
nutrisi mineral oleh tanaman, karena tingkat transpirasi meningkat dengan
meningkatnya suhu. Suhu yang lebih rendah (kurang dari 100C) menurunkan
pertumbuhan buah, tingkat kemanisan dan ukuran buah pepaya (Workneh et al.
2012). Miller et al. (2001) menyatakan bahwa masing-masing fase perkembangan
organisme memiliki total kebutuhan panas sendiri. Perkembangan tanaman dapat
diperkirakan dengan mengumpulkan derajat hari antara suhu tinggi dan rendah
sepanjang musim.
Pratiwi (2014) menyatakan bahwa perkiraan umur panen buah pepaya yang
tepat dapat diduga dari akumulasi degree days atau heat unit. Berdasarkan
penelitian Syakur (2012) menunjukkan bahwa metode heat unit (satuan panas)
dapat memprediksi waktu pembungaan dan matang fisiologi pada tanaman tomat.
Berdasarkan penelitian Nugroho (2014) satuan panas dapat menentukan umur
panen terbaik 3 varietas kacang tanah (Domba, Badak, dan Panther). Berdasarkan
penelitian Rahayu (2014) satuan panas dapat menentukan umur panen terbaik
pisang Raja Bulu pada beberapa umur panen (85, 90, 95, 100, dan 105 hari setelah
antesis). Pisang Raja Bulu mulai dapat dipanen pada 85 HSA (satuan panas
sebesar 1 305.50C hari) dengan umur simpan 11 hari.
Kriteria Panen Buah Pepaya
Buah yang akan dipasarkan dengan waktu pemasaran yang singkat atau
lama kriteria panen yang ditetapkan akan berbeda. Buah yang dipanen pada waktu
yang tidak tepat kualitas buah akan turun dan masa simpan buah menjadi rendah
(Poerwanto dan Susila 2014). Buah pepaya dipanen pada stadium menguning
yaitu saat muncul semburat kuning pada permukaan kulit buah. Pada stadium ini
menunjukkan pepaya mencapai masak fisiologi dan akan matang (DAFF 2009).
3
Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam kegiatan
operasional hortikultura. Mutu buah yang baik diperoleh bila pemanenan hasilnya
dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat. Buah yang dipanen pada waktu
yang kurang tepat akan menghasilkan mutu buah yang kurang baik, ini
disebabkan buah yang dipanen secara fisiologi merupakan organisme hidup yang
masih melangsungkan metabolisme secara aktif. Waktu panen ditentukan oleh
jenis atau varietas tanaman, waktu tanam, waktu berbunga, dan kondisi
lingkungan selama musim tanam (Zulkarnain 2009).
Proses Pematangan Buah Pepaya
Menurut Zulkarnain (2009) pada produk hortikultura setelah panen
mengalami proses fisiologi dan biokimia. Proses yang terjadi pada produk
hortikultura setelah panen diantaranya adalah kehilangan air, konversi
karbohidrat, perubahan rasa, perubahan kelunakan, perubahan warna, dan
perubahan kadar vitamin. Paul dan Duarte (2011) mengelompokkan pepaya
kedalam buah dengan respirasi klimakterik. Proses klimakterik disebabkan oleh
adanya perubahan permeabilitas dari jaringan. Proses klimakterik mempengaruhi
laju respirasi dan produksi etilen pada buah. Laju respirasi dipengaruhi oleh jenis
dan tingkat kematangan buah yang juga mempengaruhi kondisi produksi etilen
selama pematangan buah.
Selama proses pematangan buah perbandingan padatan terlarut terhadap
kadar asam merupakan kriteria penting dalam kematangan buah. Rasio antara
padatan terlarut total dengan kadar asam organik mempengaruhi tingkat
kemanisan pada buah. Selama proses pematangan buah terjadi perubahan warna
pada buah. Buah muda biasanya berwarna hijau dan berubah menjadi kuning pada
saat buah matang. Perubahan warna ini terjadi karena adanya degradasi klorofil.
Kloroplas pada buah menggantikan kromoplas dan mensintesis pigmen kuning,
karoten, dan xantopil (Poerwanto dan Susila 2014).
Kriteria Kematangan Buah Pepaya
Kualitas buah pepaya setelah panen dapat berubah yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Serupa dengan buah-buahan lainnya, masa simpan pepaya
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor respirasi, struktur biologis, produksi etilen
dan sensitivitas, transpirasi, perubahan komposisi kimia, proses perkembangan
dan gangguan fisiologi (Workneh et al. 2012). Berdasarkan acuan pada penelitian
Rini (2008) untuk kematangan buah pepaya dikelompokkan pada beberapa derajat
tingkat kekuningan kulit buah. Tingkat kekuningan kulit buah ini meliputi hijau,
hijau dengan sedikit kuning, hijau kekuningan, kuning lebih banyak dari hijau,
kuning dengan ujung hijau, kuning penuh, dan kuning dengan sedikit bintik
coklat.
4
Proses Pascapanen
Berdasarkan penelitian Sutowijoyo (2013) tingkat umur petik pisang Raja
Bulu yang semakin tua (90 - 110 HSA) menunjukkan pencapaian kematangan
pascapanen yang semakin cepat, sehingga semakin tua umur petik pisang umur
simpan menjadi lebih pendek, persentase susut bobot yang berkurang, persentase
edible part yang bertambah, kandungan asam terlarut total (ATT) yang secara
umum mengalami penurunan, dan kandungan vitamin C yang berfluktuatif.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Penandaan bunga dilaksanakan pada Maret 2014 di kebun pepaya Pusat
Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor (PKHT IPB) Tajur, Bogor,
sedangkan pengujian pascapanen mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di
Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor. Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2014.
Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pepaya Callina
dengan umur panen 115, 120, 125, dan 130 hari setelah antesis (HSA) yang
diperoleh dari pohon hermafrodit yang berumur 10 bulan, larutan Iodine 0.01 N,
NaOH 0.1 N, phenolphthalein, amilum dan aquades. Deskripsi pepaya Callina
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Peralatan Percobaan
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, stoples, kosmotektor, hand
refractometer, penetrometer, blender, labu takar, dan alat-alat titrasi lainnya.
Metode Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan percobaan faktor tunggal
yaitu umur panen buah yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu 115, 120, 125, dan 130
hari setelah antesis (HSA) dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 12 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 buah pepaya. Jumlah buah
pepaya yang digunakan 36 buah.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) yang dikelompokkan berdasarkan waktu panen. Model
linier yang digunakan adalah:
5
Yij = + i + j + ij
Keterangan:
Yij
: nilai pengamatan pada perlakuan umur ke-i dan ulangan ke-j
: nilai rata-rata umum
i
: pengaruh perlakuan umur ke-i, i = 1, 2, 3, 4
j
: pengaruh ulangan ke-j, j = 1, 2, 3
ij
: pengaruh galat percobaan yang menyebar normal
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam atau Analysis of
Variance (ANOVA). Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda dari Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Prosedur Percobaan
Penandaan buah
Penandaan bunga dilakukan pada Maret 2014 di kebun pepaya Pusat Kajian
Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor (PKHT IPB). Penandaan bunga
dilakukan untuk mendapatkan buah pepaya dengan umur panen yang diinginkan.
Penandaan dilakukan setiap hari pada tanggal 10 – 17 dan 22 – 24 Maret 2014
agar mendapatkan umur panen yang diinginkan dengan waktu panen yang
bersamaan. Jumlah bunga yang ditandai lebih dari 60 bunga setiap hari untuk
mengantisipasi bunga yang rontok. Jumlah buah yang dibutuhkan sebanyak 36
buah dari seluruh bunga yang ditandai.
Tanaman pepaya di kebun PKHT ditanam pada September 2013 (Gambar
1). Pupuk dasar diaplikasikan 1 minggu sebelum pepaya ditanam yaitu 1 karung
pupuk kandang (20 kg) per lubang tanam. Setelah pepaya ditanam pemupukan
dilakukan 1 bulan sekali dengan dosis urea 100 g, SP-36 200 g, dan KCl 200 g per
pohon. Pengendalian hama dilakukan 1 minggu sekali dengan pengaplikasian
pestisida dan penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali. Penyiraman dilakukan 2
kali sehari jika tidak ada hujan.
Gambar 1 Kebun pepaya PKHT IPB, Tajur, Bogor
6
Pemanenan, Pengangkutan, dan Penanganan Buah
Pemanenan buah pepaya dilakukan pada saat stadium umur panen yang
telah ditentukan yaitu 115, 120, 125, dan 130 hari setelah antesis (HSA). Pepaya
yang dibutuhkan untuk sekali panen sebanyak 9 buah. Pemanenan buah dilakukan
pada pagi hari dengan cara dipetik untuk menghindari terjadinya goresan atau
luka. Setiap buah dibungkus dengan koran lalu dimasukkan dalam kardus. Setelah
itu buah diangkut ke Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Buah yang telah dibawa ke Laboratorium dicuci dengan air mengalir
kemudian dikeringanginkan lalu buah diletakkan ke dalam stoples yang memiliki
volume 5 liter.
Pengamatan
Pengamatan di lapangan dilakukan terhadap suhu harian rata-rata untuk
mendapatkan jumlah satuan panas dari bunga antesis hingga panen. Pengamatan
di laboratorium yaitu laju respirasi, mutu fisik (indeks skala warna kulit buah,
susut bobot buah, kekerasan daging dan kulit buah) dan mutu kimia (padatan
terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), kandungan vitamin C).
Pengamatan laju respirasi, mutu fisik, dan kimia buah mengacu metode yang
digunakan Mulyana (2011) pada penelitian pascapanen pisang Raja Bulu dan
Prasetyo (2013) pada penelitian pascapanen buah pepaya. Pengamatan mutu fisik
dan kimia dilakukan saat buah pepaya sudah matang yaitu saat warna kulit buah
mencapai skala 7 (Lampiran 2). Pengamatan skala warna kulit buah mengacu
metode yang digunakan oleh Rini (2008) (Gambar 2).
Gambar 2 Perubahan warna kulit buah pepaya IPB 9
Sumber: Rini (2008)
Keterangan:
1. Hijau
2. Hijau dengan sedikit kuning
3. Hijau kekuningan
4. Kuning lebih banyak dari hijau
5. Kuning dengan ujung hijau
6. Kuning penuh
7. Kuning dengan sedikit bintik coklat
Satuan Panas
Penghitungan satuan panas dilaksanakan dengan memasang termometer
maksimum-minimum di lapangan. Suhu setiap hari dicatat dan dirata-rata untuk
jumlah satuan panas (dari antesis sampai dengan umur panen). Satuan panas
dihitung dengan menjumlahkan suhu rataan harian dikurangi 100C, dengan rumus:
7
SP = ∑(TRi – 100C);
TRi = suhu rataan harian
Susut Bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan dengan cara menimbang buah pepaya
pada hari ke-0 setelah panen (bobot awal) dan pada saat buah matang (bobot
akhir). Susut bobot buah dapat dihitung dengan rumus:
Laju Respirasi
Pengukuran laju respirasi dilakukan berdasarkan laju produksi gas CO2 yang
dihasilkan oleh buah pepaya. Pengamatan laju respirasi dilaksanakan setiap hari.
Alat yang digunakan adalah kosmotektor. Pengukuran laju respirasi buah
dilakukan dengan cara: buah dimasukkan ke dalam wadah tertutup yang
dihubungkan dengan dua pipa plastik sebagai saluran pengeluaran CO2.
Pengukuran respirasi dilakukan setelah buah diinkubasi dalam waktu 3 jam
(Lampiran 3). Laju respirasi dihitung dengan rumus:
Keterangan:
L
= Laju respirasi (mg CO2 kg-1jam-1)
V
= Volume udara bebas dalam stoples (ml)
K
= Kadar CO2 (%)
W
= Waktu inkubasi (jam)
B
= Bobot bahan (kg)
Nilai 1.76 merupakan konstanta gas
Kekerasan Buah dan Kulit Buah
Pengukuran kekerasan buah dan kulit buah dilakukan dengan menggunakan
penetrometer diukur pada 3 bagian buah yang berbeda yaitu: ujung, tengah dan
pangkal buah (Lampiran 4). Untuk pengukuran kekerasan buah, buah pepaya
dikupas terlebih dahulu sedangkan pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan
tanpa dikupas. Satuan yang digunakan adalah mm g-1detik-1.
Padatan Terlarut Total
Padatan terlarut total (PTT) diukur menggunakan alat hand refractometer.
Pengukuran kandungan PTT dalam buah dilakukan dengan cara: buah dikupas
dan dipotong-potong, kemudian dihancurkan dengan blender sampai halus.
Beberapa tetes dari cairan hasil blender diambil dan diteteskan pada permukaan
prisma hand refractometer. PTT dapat diketahui dengan melihat angka yang
tertera pada skala alat. Satuan yang digunakan adalah 0Brix.
8
Asam Tertitrasi Total
Asam tertitrasi total (ATT) diukur dengan metode titrimetri (Sibarani et al.
1986) berdasarkan netralisasi asam organik yang terkandung dalam buah oleh
basa kuat yang digunakan. Pengukuran ATT buah dilakukan dengan cara
menghancurkan daging buah sebanyak 25 g kemudian daging buah tersebut
disaring dengan menambahkan akuades dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml.
Setelah disaring, larutan diambil sebanyak 25 ml dan ditambahkan indikator
phenolphthalein sebanyak dua tetes, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N
hingga larutan berubah warna menjadi merah muda (Lampiran 5). Titrasi
dilakukan dua kali. Kandungan ATT dalam buah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
⁄
fp: faktor pengenceran = 4
Vitamin C
Vitamin C diukur dengan melakukan titrasi larutan Iodine 0.01 N dengan
indikator amilum (Sudarmadji et al. 1984). Persiapan yang dilakukan sampai
sebelum titrasi sama dengan persiapan penentuan ATT. Filtrat buah sebanyak 25
ml dititrasi dengan larutan iodin 0.01 N. Indikator amilum dibuat dengan
melarutkan 1 g amilum ke dalam 100 ml akuades yang dididihkan. Sebelum titrasi
filtrat ditambah indikator amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna
biru dari Iod-amilum (Lampiran 5). Perhitungan vitamin C dengan standarisasi
larutan iodin yaitu setiap 1 ml Iodine 0.01 N ekuivalen dengan 0.88 mg asam
askorbat. Kandungan vitamin C dapat dihitung dengan rumus:
⁄
fk = faktor konversi (100 ml/ 25 ml)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Simpan
Umur simpan merupakan parameter utama untuk mengetahui daya simpan
dan mutu buah pepaya yang sampai ke tangan konsumen. Umur simpan diamati
mulai dari 0 hari setelah panen (HSP) hingga pepaya siap untuk dikonsumsi
(warna kulit buah pepaya mencapai skala warna 7). Faktor prapanen khususnya
suhu mempengaruhi kondisi pepaya saat dipanen. Suhu mempengaruhi
metabolisme dan penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman karena tingkat
transpirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Pengukuran suhu harian di
lapangan dilakukan untuk menentukan satuan panas selama proses perkembangan
buah (Tabel 1).
9
Tabel 1 Satuan panas dan umur simpan pepaya Callina
Umur panen (HSA)
Satuan panas (0C hari)
Umur Simpan (HSP)
115
2 010.06
7.92a
120
2 102.13
6.50ab
125
2 167.63
5.33bc
130
2 241.75
4.08c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut
Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%
Umur simpan buah pepaya yang paling lama didapat oleh buah yang
dipanen pada 115 HSA (satuan panas sebesar 2 010.060C hari) yaitu 8 hari setelah
panen (HSP). Buah yang dipanen pada 120 HSA (satuan panas sebesar
2 102.130C hari) mencapai umur simpan 7 HSP yang tidak berbeda secara
signifikan dengan buah yang dipetik pada 115 HSP. Berdasarkan umur simpan
yang dicapai, buah dengan umur simpan 115 dan 120 HSA merupakan umur
panen yang baik untuk pemasaran buah pepaya yang waktu pemasarannya
membutuhkan waktu lama dengan waktu pemasaran 7 hari atau lebih singkat
dengan umur simpan yang cukup lama.
Umur simpan paling singkat 4 HSP diperoleh pada buah yang dipanen 130
HSA (satuan panas sebesar 2 241.750C hari) yang tidak berbeda secara signifikan
dengan buah yang dipanen pada 125 HSA (satuan panas sebesar 2 167.630C hari)
dengan umur simpan 5 hari. Berdasarkan umur panen buah dengan umur 130
HSA merupakan umur panen yang baik untuk pemasaran produk yang waktu
pemasarannya singkat dengan waktu transportasi kurang dari 4 hari.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tua umur panen, semakin
cepat mencapai kematangan pascapanen sehingga masa simpan buah semakin
pendek. Berdasarkan penelitian Sutowijoyo (2013) dan Rahayu (2014) semakin
tua umur panen pisang Raja Bulu maka daya simpan buah hingga layak
dikonsumsi menjadi lebih pendek dan sebaliknya. Faktor prapanen khususnya
suhu mempengaruhi kondisi pepaya saat dipanen. Suhu mempengaruhi
metabolisme dan penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman karena tingkat
transpirasi meningkat dengan meningkatnya suhu.
Berdasarkan satuan panas yang didapat buah pepaya Callina dapat mulai
dipanen setelah mencapai satuan panas 2 010 – 2 1000C hari. Penentuan waktu
panen selanjutnya dapat digunakan dengan memasang termometer maksimumminimum di areal kebun dengan menghitung jumlah satuan panas yang didapat.
Berdasarkan penelitian Rahayu (2014) satuan panas dapat menentukan umur
panen terbaik pisang Raja Bulu pada beberapa umur panen (85, 90, 95, 100, dan
105 hari setelah antesis). Selama proses pertumbuhan buah dari antesis hingga
waktu panen didapatkan suhu minimum sebesar 160C. Suhu tersebut
menunjukkan bahwa suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan pepaya.
Menurut Workneh et al. (2012) suhu lingkungan tumbuh dibawah 100C dapat
menurunkan pertumbuhan buah, tingkat kemanisan buah, dan ukuran buah
pepaya.
10
Laju Respirasi
Pepaya merupakan buah dengan respirasi klimakterik yang respirasinya
meningkat seiring dengan pematangan buah. Pada buah klimaterik, selain terjadi
kenaikan respirasi juga terjadi kenaikan emisi etilen selama proses pematangan.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa umur panen yang lebih tua
laju respirasinya lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang dipanen muda
(Gambar 3).
40.00
Laju respirasi (mg CO2/kg/jam)
35.00
30.00
25.00
115 HSA
20.00
120 HSA
125 HSA
15.00
130 HSA
10.00
5.00
0.00
0
2
4
6
8
10
Umur simpan (HSP)
Gambar 3 Laju respirasi buah pepaya setelah pemanenan
Laju respirasi dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, umur petik dan
kondisi fisik. Umur panen yang lebih tua pada buah pepaya laju respirasinya lebih
tinggi dibandingkan dengan buah yang dipanen muda dimana respirasi paling
cepat meningkat pada saat umur buah pepaya 130 HSA. Respirasi buah setiap hari
pada buah pepaya dapat menunjukkan perubahan laju respirasi pada setiap hari
selama proses pematangan buah setelah panen. Berdasarkan penelitian Rahayu
(2014) pada buah pisang umur petik berkorelasi positif dengan laju respirasi,
semakin muda umur petik menghasilkan laju respirasi yang semakin rendah.
Respirasi meningkat hingga 1 hari sebelum pepaya matang pada warna kulit
buah mencapai skala 7. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2014) laju respirasi buah
pepaya Callina tanpa perlakuan oksidan etilen terus meningkat hingga mencapai
puncak klimakterik pada 1 hari sebelum pepaya matang. Menurut Julianti (2011)
semakin tinggi tingkat kematangan buah terong, maka laju respirasi akan semakin
meningkat, tetapi setelah buah mencapai kematangan optimum laju respirasi akan
kembali menurun. Berdasarkan penelitian Rahayu (2014) pada pisang Raja Bulu
11
terjadi penurunan laju respirasi pada hari terakhir penyimpanan (6 HSP) sebelum
buah layak untuk dikonsumsi karena buah mulai membusuk.
Respirasi menurun atau masih sedikit meningkat saat sehari sebelum
pepaya matang. Respirasi masih mengalami sedikit peningkatan pada 1 hari
sebelum pepaya matang disebabkan oleh pepaya yang diamati mengalami memar
disebabkan oleh benturan yang terjadi saat transportasi ke laboratorium. Memar
pada buah akibat benturan dapat menyebabkan perubahan pola respirasi pada
buah. Menurut Paramita (2010) memar berpengaruh terhadap perubahan pola
respirasi dan produksi etilen buah mangga (Mangifera indica L.) varietas Gedong
Gincu selama penyimpanan. Buah mangga yang mengalami memar akan
mengakibatkan pola respirasi dan produksi etilen meningkat.
Mutu Fisik
Kondisi fisik dapat dijadikan kriteria bahwa kondisi buah masih layak
dikonsumsi. Hasil pengukuran mutu fisik yaitu susut bobot, kelunakan kulit dan
daging buah saat buah matang dengan warna kulit buah mencapai skala warna 7
disajikan pada Tabel 2.
Umur
panen
(HSA)
115
120
125
130
Tabel 2 Mutu fisik pepaya Callina
Bobot
Susut
Kelunakan kulit
awal
bobot
buah
(g)
(%)
(mm g-1detik-1)
985.45
4.72
0.12
1 152.25
4.30
0.12
1 074.74
3.92
0.13
835.66
3.03
0.12
Kelunakan daging
buah
(m mg-1detik-1)
0.36
0.36
0.37
0.38
Bobot buah pepaya saat panen berkisar antara 835.66 - 1 152.25 g. Pada
proses pematangan buah pepaya terjadi penurunan bobot buah. Pada buah pepaya
terdapat perbedaan susut bobot pada 4 umur panen yang digunakan namun tidak
berbeda secara signifikan berdasarkan uji statistik. Berdasarkan penelitian Adriana
(1996) pada pepaya varietas Dampit selama penyimpanan terjadi penyusutan
bobot yang disebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi selama proses
pematangan buah. Menurut Zulkarnain (2009) penyusutan bobot buah selama
penyimpanan disebabkan oleh hilangnya kandungan air dalam buah sewaktu
terjadi proses transpirasi buah selama masa penyimpanan.
Nilai kelunakan kulit buah pepaya Callina saat matang sebesar 0.12 - 0.13
mm g-1detik-1 dan nilai kelunakan daging buah 0.36 - 0.38 mm g-1detik-1.
Berdasarkan penelitian Suketi (2011) nilai kelunakan kulit buah pepaya Callina
berkisar antara 0.11 - 0.12 mm g-1detik-1 dan nilai kelunakan daging buah 0.24 0.26 mm g-1detik-1. Berdasarkan penelitian Prasetyo (2013) nilai kelunakan kulit
buah pepaya Callina 0.13 mm g-1detik-1. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2014)
nilai kelunakan kulit buah pepaya sebesar 0.12 - 0.14 mm g-1detik-1 dan nilai
kelunakan daging buah sebesar 0.24 - 0.26 mm g-1detik-1.
12
Kelunakan kulit dan daging buah pepaya pada 4 umur panen yang diuji
tidak berbeda secara signifikan. Kelunakan kulit dan daging buah tidak berbeda
disebabkan oleh kriteria kematangan pascapanen yang sama. Berdasarkan
penelitian Reninda (2006) perbedaan umur panen pada 6 genotipe buah pepaya
(IPB 1 x IPB 10A, IPB 1 x IPB Str6-4, IPB 1 x PB 174, IPB 10A x Str6-4, IPB
10A x PB 174, dan IPB 10A x IPB 5) tidak mempengaruhi kelunakan kulit dan
daging buah pada saat buah matang.
Mutu Kimia
Mutu buah berkaitan dengan perubahan komposisi kimia buah yang akan
mempengaruhi rasa buah. Mutu kimia menjadi penting diamati karena merupakan
salah satu faktor yang menentukan kualitas dari keseluruhan buah. Mutu kimia
buah berpengaruh terhadap kandungan gizi yang terkandung yang dapat
mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap buah yang akan dikonsumsi. Hasil
pengukuran padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan kandungan vitamin C
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Mutu kimia pepaya Callina
Umur panen Padatan terlarut total
(HSA)
(°Brix)
115
9.26c
120
10.88b
125
10.99b
130
12.62a
Asam tertitrasi total Kandungan vitamin C
(mg/100 g)
(mg/100 g)
8.27
40.68b
8.71
42.87b
9.07
47.25ab
9.96
55.07a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut
Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%
Umur panen mempengaruhi komposisi kimia buah pepaya. Pada umur
panen yang lebih tua kandungan padatan terlarut total dan kandungan vitamin C
semakin tinggi. Kandungan padatan terlarut total terendah diperoleh pada pepaya
dengan umur panen 115 HSA sebesar 9.260Brix berbeda secara signifikan dengan
umur panen 120 HSA yaitu 10.880Brix. Kandungan pada terlarut total pada 120
HSA tidak berbeda dengan 125 HSA yaitu 10.990Brix. Kandungan padatan
terlarut total tertinggi didapat pada umur panen 130 HSA sebesar 12.620Brix.
Kandungan vitamin C pada pepaya dengan umur panen 115 HSA tidak berbeda
secara signifikan dengan umur panen 120 HSA sebesar 42.87 mg/100 g dan 125
HSA sebesar 47.25 mg/100 g. Kandungan vitamin C tertinggi terkandung dalam
pepaya dengan umur panen 130 HSA sebesar 55.07 mg/100 g dan tidak berbeda
secara signifikan dengan 125 HSA.
Kandungan padatan terlarut total pada pepaya Callina sebesar 9.26 12.620Brix dan kandungan vitamin C sebesar 40.68 - 55.07 mg/100 g.
Berdasarkan penelitian Suketi (2011) kandungan padatan terlarut total pada buah
pepaya Callina sebesar 10.330Brix dan kandungan vitamin C sebesar 78.61
mm/100 g. Berdasarkan penelitian Prasetyo (2013) kandungan vitamin C pada
buah pepaya Callina sebesar 51.24 - 81.93 mg/100 g.
13
Perbedaan kandungan vitamin C pada buah pepaya ini disebabkan oleh
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan yang berbeda. Prasetyo (2013)
melakukan penelitian pada bulan Agustus - Oktober dan Suketi (2011) melakukan
penelitian pada bulan September - Mei. Perbedaan waktu penelitian ini
menunjukkan waktu pertumbuhan buah pepaya yang berbeda. Sehingga diduga
waktu pertumbuhan buah yang berbeda ini dapat menyebabkan perbedaan
komposisi kimia buah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Menurut
Workneh et al. (2012) kondisi lingkungan mempengaruhi metabolisme dan
penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman, karena tingkat transpirasi meningkat
dengan meningkatnya suhu.
Asam tertitrasi total pada semua umur panen tidak berbeda secara
signifikan. Pada kondisi buah yang dipanen pada 115 - 130 HSA (satuan panas
sebesar 2 106.63 - 2 241.750C hari) menunjukkan bahwa kandungan asam
tertitrasi total pada buah pepaya tidak dipengaruhi oleh umur panen. Menurut
Bron dan Jacomino (2006) asam askorbat (AA) dalam pepaya meningkat 20 30% selama proses pematangan dan tidak tergantung tingkat kematangan pepaya
saat panen. Workneh et al. (2012) menyatakan bahwa selama proses pematangan
buah pepaya terjadi peningkatan keasaman total, yang diyakini terkait dengan
peningkatan asam galacturonic bebas.
Mutu kimia yang terkandung dalam buah pepaya dikaitkan dengan lama
masa simpan buah pepaya menunjukkan bahwa buah pepaya yang dipanen pada
umur 120 HSA merupakan saat panen terbaik untuk pemasaran pepaya yang
membutuhkan waktu pemasaran yang lama seperti ekspor. Umur panen ini baik
untuk pemasaran yang jauh karena masa simpannya cukup lama (7 HSP) namun
mutu kimia yang terkandung sudah cukup baik. Untuk pemasaran pepaya yang
membutuhkan waktu pemasaran yang singkat umur panen terbaik yaitu 130 HSA.
Umur panen ini baik karena masa simpannya yang cukup singkat (4 HSP) namun
mutu kimia yang dikandung sudah cukup baik.
KESIMPULAN
Mutu fisik buah pepaya Callina pada tingkat kematangan pascapanen yang
sama tidak dipengaruhi oleh umur panen (115 - 130 HSA). Semakin tua umur
panen kandungan PTT dan vitamin C semakin tinggi. Umur simpan terlama
pepaya IPB Callina diperoleh pada buah yang dipanen 115 HSA (satuan panas
sebesar 2 010.060C hari) dengan umur simpan 8 HSP. Umur simpan buah pepaya
yang dipanen pada 115 HSA tidak berbeda dengan umur simpan buah yang
dipanen pada 120 HSA (satuan panas sebesar 2 102.130C hari). Pepaya Callina
mulai dapat dipanen saat jumlah satuan panas sekitar 2 1000C hari. Umur panen
120 HSA merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang umur
simpan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adriana D. 1996. Pengaruh pemberian putresin pada berbagai konsentrasi
terhadap perubahan kualitas buah pepaya (Carica papaya L.) varietas
Dampit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Aisyah S. 2002. Pengkajian umur petik dan kualitas buah empat varietas pepaya
(Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ashari S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI-Pr.
Astuti. 2008. Karakterisasi sifat fisiko kimia dan deskripsi flavor buah pepaya
(Carica papaya L.) genotipe IPB-3 dan IPB-6C [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Barreto GPM, Fabi JP, Rosso VVD, Cordenunsi BR, Lajolo FM, Nascimento
JROD, Adriana Z. Mercadante. 2011. Influence of ethylene on carotenoid
biosynthesis during papaya postharvesting ripening. Journal of Food
Composition and Analysis 24: 620-624.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Tabel produksi tanaman pepaya provinsi
Indonesia [internet]. [diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=3&tabel=1&id_subyek=55.
Bron HV, Jacomino AP. 2006. Ripening and quality of Golden papaya fruit
harvested at different maturity stages. Braz. J. Plant Physiol. 18: 389-396.
[DAFF] Directorate Agricultural Information Services Department of Agriculture,
Forestry and Fisheries. 2009. Cultivating papayas. Pretoria (ZA):
Department of Agriculture, Forestry and Fisheries.
[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Produksi tanaman buah di
Indonesia periode 2011 – 2013 [Internet]. [diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia
pada: http://hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&
view=article&id=315&Itemid=915.
Fitradesi P. 1999. Pengaruh perlakuan bahan pelapis dan suhu simpan terhadap
daya simpan dan kualitas buah pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hamaisa A. 2008. Pengaruh tingkat ketuaan terhadap perubahan mutu buah
pepaya (Carica papaya L.) genotipe IPB 1 selama proses penyimpanan dan
pematangan buatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hewett EW. 2006. An overview of preharvest factors influencing postharvest
quality of horticultural products. Int. J. Postharv. Technol. Innov. 1(1): 4-15.
Julianti E. 2011. Pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap
mutu buah terong belanda (Cyphomandra betacea). J Hort. Indonesia.
2(1):14-20.
Lee SK, Kader AA. 2000. Preharvest and postharvest factors influencing vitamin
C content of horticultural crops. Postharv. Biol. Technol. 20: 207-220.
Lima JR, Gondim DMF, Oliveira JTA, Oliveira FSA, Goncalves LRB¸ Viana
FMP. 2013. Use of killer yeast in the management of postharvest papaya
anthracnose. Postharv Bio. Technol 83: 58-64.
Luketsi WP. 2011. Pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap mutu
fisik buah pepaya varietas IPB 9 (Callina) selama transportasi [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
15
Maqbool M, Ali A, Alderson PG, Mohamed MTM, Siddiqui Y, Zahid N. 2011.
Postharvest application of gum arabic and essential oils for controlling
anthracnose and quality of banana and papaya during cold storage. Postharv
Biol. Technol 62: 71-76.
Miller P, Lanier W, Brandt S. 2011. Using growing degree days to predict plant
stages
[internet].
[diunduh
2015
Jan
7].
Tersedia
pada:
https://www.google.com/url?q=http://msuextension.org/publications/Agand
NaturalResources/MT200103AG.pdf&sa=U&ei=Y0etVLXUCoG_uASWoI
KIAg&ved=0CAUQFjAA&client=internal-uds-cse&usg=AFQjCNH9Lwk
Uh3O044ogizF4MFZyuzBehA.
Mulyana E. 2011. Studi pembungkus bahan oksidator etilen dalam penyimpanan
pascapanen pisang raja bulu (Musa sp. AAB GROUP) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Nugroho SA. 2014. Penetapan umur panen kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
berdasarkan metode akumulasi satuan panas dan stadia kematangan polong
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nunes MCN, Emond JP, Brecht JK. 2006. Brief deviations from set point
temperatures during normal airport handling operations negatively affect the
quality of papaya (Carica papaya) fruit. Postharv Bio. Technol. 41: 328340.
Pal DK, Iyes CPA, Divakar NG, Selvaraj Y, Subramanyam MD. 1980. Studies on
the physico chemical composition of fruits of twelve papaya varieties. J.
Food. Sci. Technol. 17(6):254-256.
Paramita O. 2010. Pengaruh memar terhadap perubahan pola respirasi, produksi
etilen dan jaringan buah mangga (Mangifera indica L) var gedong gincu
pada berbagai suhu penyimpanan. J Kompetensi Teknik. 2(1):29-37.
Paul RE, Duarte O. 2011. Tropical Fruit, Volume 1, 2nd Edition. Reading (GB):
Columns Design Ltd.
Poerwanto R, Susila AD. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor (ID): IPB Pr.
Prasetyo HE. 2013. Efektivitas jumlah kemasan oksidan etilen terhadap kualitas
dan daya simpan buah pepaya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Pratiwi HE. 2014. Aplikasi kalium permanganat sebagai oksidan etilen dalam
penyimpanan buah pepaya IPB Callina [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Pujasari G. 2012. Penentuan titik kritis pascapanen pepaya Carica papaya L.
(studi kasus di sentra produksi pepaya di kabupaten Sukabumi, Banyumas,
Kebumen, dan Boyolali) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purba KD. 2006. Kajian daya simpan buah lima genotipe pepaya [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Putra ANA. 2012. Kajian tingkat kematangan pepaya Callina menggunakan image
processing [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reninda D. 2006. Karakter fisik dan kimia buah pepaya pada tiga umur petik buah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rini P. 2008. Pengaruh sekat dalam kemasan kardus terhadap masa simpan dan
mutu pepaya IPB 9 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sancho LEGG, Yahia EM, Aguilar GAG. 2010. Identification and quantification
of phenols, carotenoids, and vitamin C from papaya (Carica papaya L., cv.
16
Maradol) fruit determined by HPLC-DAD-MS/MS-ESI. Food Research
International 44: 1284-1291.
Sibarani S, Anwar F, Rimbawan, Setioso B. 1986. Penuntun Praktikum Analisa
Zat Gizi. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga,
Fakultas Pertanian, IPB.
Sudarmaji S, Haryono B, Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty.
Sujiprihati S, Suketi K. 2009. Budi Daya Pepaya Unggul. Bogor (ID): Penebar
Swadaya.
Suketi K, Poerwanto R, Sujiprihati S, Sobir, Widodo WD. 2010. Karakter fisik
dan kimia buah pepaya pada stadia kematangan berbeda. J Agron Indonesia
38 (1): 60-66.
Suketi K. 2011. Studi morfologi bunga, penyerbukan dan perkembangan buah
sebagai dasar pengendalian mutu buah pepaya IPB [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sunarjono H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Susilowati R. 2007. Pendugaan parameter mutu buah pepaya (Carica papaya L.)
dengan metode near infrared selama penyimpanan dan pemeraman.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutowijoyo D. 2013. Kriteria kematangan pascapanen pisang raja bulu dan pisang
kepok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Syaefullah E. 2008. Optimasi keadaan penyimpanan buah pepaya sebelum
pemeraman dengan algoritma genetika [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Syakur A. 2012. Analisis iklim mikro di dalam rumah tanaman untuk
memprediksi waktu pembungaan dan matang fisiologis tanaman tomat
menggunakan metode heat unit dan artificial neural network [disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widyastuti W. 2009. Kajian kualitas buah delapan genotipe pepaya koleksi PKBT
pada dua stadia kematangan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Workneh TS, Azene M, Tesfay SZ. 2012. A review on the integrated agrotechnology of papaya fruit. Afr. J. Biotechnol 11(85): 15098-15110.
Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 30 Nopember 1992 merupakan anak
pertama dari Bapak M. Andi Suryawardhana, SH dan Ibu Dra Yusnidar. Penulis
memiliki 3 orang saudara bernama Muhammad Ridho Taris, Siti Chairunnisa, dan
Siti Rizki Andini. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pesisir Tengah
dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi
masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Asisten Praktikum Mata
Kuliah Dasar-dasar Hortikultura pada tahun ajaran 2013/2014, Mata Kuliah Ilmu
Tanaman Perkebunan pada tahun ajaran 2013/2014, dan Mata Kuliah Praktik
Usaha Pertanian pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga aktif mengikuti
beberapa kepanitiaan yaitu Kuliah Lapang Departemen Agronomi dan
Hortikultura Angkatan 47 dan Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan
Hortikultura Angkatan 48.
Bagian dari karya ilmiah ini yang berjudul Kriteria Kematangan Pascapanen
Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen telah
disajikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia di Malang
pada bulan Nopember 2014.
(Carica papaya L.) CALLINA DARI BEBERAPA
UMUR PANEN
M. LUTHFAN TARIS
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kriteria Kematangan
Pascapanen Buah Pepaya (Carica papaya L.) Callina dari Beberapa Umur Panen
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
M. Luthfan Taris
NIM A24100006
ABSTRAK
M. LUTHFAN TARIS. Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya (Carica
papaya L.) Callina dari Beberapa Umur Panen. Dibimbing oleh WINARSO
DRAJAD WIDODO dan KETTY SUKETI.
Pepaya merupakan salah satu buah klimakterik yang memiliki daya simpan
pendek, tetapi memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber vitamin dan mineral.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah
pepaya Callina dari beberapa umur panen dan menentukan saat panen terbaik
untuk penanganan pascapanen dalam rangka memperpanjang masa simpan. Buah
untuk percobaan diperoleh dari kebun pepaya Pusat Kajian Hortikultura Tropika,
Institut Pertanian Bogor (PKHT IPB) Tajur, Bogor dan pengujian kematangan
pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret - Agustus 2014.
Percobaan terdiri atas 4 perlakuan: 115, 120, 125 dan 130 hari setelah antesis
(HSA) dengan 3 ulangan. Umur simpan terlama pepaya Callina diperoleh pada
umur panen 115 HSA (satuan panas sebesar 2 010.060C hari) dengan umur
simpan 8 hari. Umur panen 120 HSA (satuan panas sebesar 2 102.130C hari)
merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang umur simpan
kerena mutu kimia yang terkandung baik dengan umur simpan 7 hari. Buah
pepaya yang dipanen tua lebih cepat mencapai kematangan pascapanen
dibandingkan dengan buah pepaya yang dipanen muda. Pepaya yang dipanen
muda memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pepaya yang
dipanen tua. Umur panen tidak mempengaruhi mutu fisik tetapi mempengaruhi
mutu kimia buah pepaya pada tingkat kematangan pascapanen yang sama.
Kata kunci: Callina, mutu fisik, mutu kimia, umur simpan
ABSTRACT
M. LUTHFAN TARIS. Criteria of Postharvest Ripeness of Callina Papaya Fruit
(Carica papaya L.) of Several Picking Dates. Supervised by WINARSO
DRAJAD WIDODO and KETTY SUKETI.
Papaya is one of the climacteric fruit that has a short shelf life, but it has a
high potential as a source of vitamins and minerals. This research aims to study
the maturity criteria postharvest ripeness of Callina papaya fruit of several picking
dates and to determine the best picking dates for postharvest handling in order to
extend the shelf life. Fruit for experiment was taking from The Research Center
for Tropical Horticulture, Bogor Agricultural Institute (PKHT IPB)’s Papaya
Farm Tajur, Bogor and postharvest ripement test conducted at Postharvest
Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural
University in March to August 2014. Experiment consisted of 4 treatments: 115,
120, 125 and 130 days after anthesis (DAA) with 3 replications. The longest shelf
life for papaya Callina was obtained by fruit picked at 115 DAA (heat unit
2 010.060C day) with the shelf life of 8 days. Picking dates 120 DAA (heat unit
2 102.130C day) is the best picking dates for treatment that make longer shelf life
because of the chemical quality that contained is good with the shelf life of 7
days. The older papaya fruits reach maturity faster than the younger papaya fruit.
Young papaya has a lower respiration rate than the old papaya. Picking dates does
not affect the physical quality but affect the chemical quality of papaya fruit at the
same postharvest maturity level.
Keywords: Callina, chemical quality, physical quality, shelf life
KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.) CALLINA DARI BEBERAPA
UMUR PANEN
M. LUTHFAN TARIS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah pascapanen, dengan
judul Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya (Carica papaya L.) Callina
dari Beberapa Umur Panen.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi sebagai
dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan
kepada penulis.
2. Juang Gema Kartika, SP, MSi sebagai dosen penguji pada ujian tugas akhir
yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Dr Ir Sugiyanta, MSi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menjalani kuliah.
4. Bapak Ibramsyah, Bapak Ahmad Kurniawan, SSi, Ibu Yuyun Juhaena dan
seluruh teknisi kebun PKHT Tajur yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
5. Kedua orang tua penulis, M. Andi Suryawardhana, SH dan Dra Yusnidar serta
seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
6. Keluarga Edelweiss 47, keluarga Wisma Sawit, serta teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
M. Luthfan Taris
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vi
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Iklim Prapanen Pepaya
Kriteria Panen Buah Pepaya
Proses Pematangan Buah Pepaya
Kriteria Kematangan Buah Pepaya
Proses Pascapanen
2
2
2
3
3
4
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Bahan Percobaan
Peralatan Percobaan
Metode Percobaan
Prosedur Percobaan
Pengamatan
4
4
4
4
4
5
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Simpan
Laju Respirasi
Mutu Fisik
Mutu Kimia
8
8
10
11
12
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
13
14
17
19
DAFTAR TABEL
1 Satuan panas dan umur simpan pepaya Callina
2 Mutu fisik pepaya Callina
3 Mutu kimia pepaya Callina
9
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Kebun pepaya PKHT IPB, Tajur, Bogor
2 Perubahan warna kulit buah pepaya Callina
3 Laju respirasi buah pepaya setelah pemanenan
5
6
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi pepaya Callina
2 Skala warna kulit buah pepaya Callina
3 Inkubasi pada pepaya Callina
4 Pengukuran kelunakan buah
5 Hasil titrasi kandungan asam tertitrasi total dan vitamin C
17
17
17
18
18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi pepaya Indonesia pada tahun 2012 mencapai 942 215 ton dan
produksi menurun menjadi 909 827 ton pada tahun 2013. Jumlah produksi pepaya
termasuk 6 besar produksi buah nasional setelah pisang, mangga, jeruk, nenas,
dan salak (Ditjen Horti 2015; BPS 2015). Pepaya merupakan salah satu produk
buah unggulan Indonesia berdasarkan jumlah produksinya. Produksi pepaya
Indonesia dapat ditingkatkan dengan kualitas yang baik.
Pepaya merupakan salah satu buah yang tergolong dalam buah dengan
respirasi klimakterik. Buah dengan respirasi klimakterik adalah buah dengan
produksi CO2 yang meningkat seiring dengan pematangan buah dan produksi
etilen yang tinggi pada saat buah matang (Zulkarnain 2009). Produksi etilen yang
tinggi menyebabkan pematangan buah yang cepat. Kecepatan pematangan buah
ini menyebabkan daya simpan yang rendah.
Mutu buah pepaya untuk pemasaran dengan waktu pemasaran yang cukup
lama (ekspor) perlu dijaga dengan meningkatkan daya simpan. Kualitas pepaya
yang sampai ke tangan konsumen sangat dipengaruhi oleh umur panen. Pepaya
yang dipanen pada waktu yang kurang tepat dapat mempengaruhi lama
penyimpanan dan kualitas pepaya.
Salah satu masalah pascapanen pepaya yang terjadi di Indonesia adalah
rantai pemasaran produk yang panjang. Saat transportasi dalam pengangkutan
terkadang ada pepaya yang matang di perjalanan dan mengalami kebusukan. Hal
ini dapat disebabkan oleh pemanenan pepaya yang lewat dari umur panen yang
baik.
Umur panen sangat menentukan kualitas pepaya yang akan dipasarkan.
Buah pepaya dipanen pada stadium menguning yaitu saat muncul semburat
kuning pada permukaan kulit buah. Pada stadium ini menunjukkan pepaya sudah
mencapai matang fisiologi dan akan matang (DAFF 2009). Pada stadium matang
pohon buah pepaya yang diperoleh belum diketahui daya simpannya. Berdasarkan
penelitian Purba (2006) dan Reninda (2006) buah pepaya yang dipanen dengan
beberapa stadium kematangan berdasarkan warna kulit dan beberapa umur panen
mempengaruhi masa simpan dan komposisi kimia buah.
Penelitian kriteria kematangan pascapanen buah pepaya Callina dengan
umur panen sebelumnya dilakukan oleh Pratiwi (2014), namun saat penentuan
umur panen sebelumnya tidak dilakukan penandaan pada bunga dan tidak
menghitung jumlah satuan panas selama masa generatif. Penentuan umur panen
hanya diperkirakan oleh pemilik kebun, sehingga umur panen yang didapat tidak
pasti.
Penelitian ini dilanjutkan kembali untuk mengetahui kriteria kematangan
pascapanen dan umur panen yang dicapai pepaya Callina dari mulai antesis
sampai panen dengan melakukan penandaan pada bunga di lapangan serta untuk
menghitung jumlah satuan panas selama masa generatif, dari antesis sampai buah
panen.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah
pepaya Callina dari beberapa umur panen buah dan menghitung jumlah satuan
panas selama masa generatif, dari antesis sampai dengan panen. Penelitian ini juga
bertujuan menentukan saat panen optimal untuk penanganan pascapanen yang
dapat memperpanjang masa simpan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Iklim Prapanen Pepaya
Sistem penanganan pascapanen tanaman hortikultura dimulai pada saat
panen, untuk mendapatkan kualitas buah yang baik pada saat panen faktor
prapanen sangat mempengaruhi. Kualitas produk hortikultura pascapanen
dipengaruhi perkembangan produk selama awal pertumbuhan tanaman, saat
pertumbuhan dan teknologi pascapanen (Hewett 2006). Komposisi gizi tanaman
buah saat panen dapat bervariasi tergantung pada kultivar, kematangan buah,
iklim, jenis tanah, dan kesuburan (Lee dan Kader 2000).
Pada tanaman pepaya suhu mempengaruhi metabolisme dan penyerapan
nutrisi mineral oleh tanaman, karena tingkat transpirasi meningkat dengan
meningkatnya suhu. Suhu yang lebih rendah (kurang dari 100C) menurunkan
pertumbuhan buah, tingkat kemanisan dan ukuran buah pepaya (Workneh et al.
2012). Miller et al. (2001) menyatakan bahwa masing-masing fase perkembangan
organisme memiliki total kebutuhan panas sendiri. Perkembangan tanaman dapat
diperkirakan dengan mengumpulkan derajat hari antara suhu tinggi dan rendah
sepanjang musim.
Pratiwi (2014) menyatakan bahwa perkiraan umur panen buah pepaya yang
tepat dapat diduga dari akumulasi degree days atau heat unit. Berdasarkan
penelitian Syakur (2012) menunjukkan bahwa metode heat unit (satuan panas)
dapat memprediksi waktu pembungaan dan matang fisiologi pada tanaman tomat.
Berdasarkan penelitian Nugroho (2014) satuan panas dapat menentukan umur
panen terbaik 3 varietas kacang tanah (Domba, Badak, dan Panther). Berdasarkan
penelitian Rahayu (2014) satuan panas dapat menentukan umur panen terbaik
pisang Raja Bulu pada beberapa umur panen (85, 90, 95, 100, dan 105 hari setelah
antesis). Pisang Raja Bulu mulai dapat dipanen pada 85 HSA (satuan panas
sebesar 1 305.50C hari) dengan umur simpan 11 hari.
Kriteria Panen Buah Pepaya
Buah yang akan dipasarkan dengan waktu pemasaran yang singkat atau
lama kriteria panen yang ditetapkan akan berbeda. Buah yang dipanen pada waktu
yang tidak tepat kualitas buah akan turun dan masa simpan buah menjadi rendah
(Poerwanto dan Susila 2014). Buah pepaya dipanen pada stadium menguning
yaitu saat muncul semburat kuning pada permukaan kulit buah. Pada stadium ini
menunjukkan pepaya mencapai masak fisiologi dan akan matang (DAFF 2009).
3
Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam kegiatan
operasional hortikultura. Mutu buah yang baik diperoleh bila pemanenan hasilnya
dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat. Buah yang dipanen pada waktu
yang kurang tepat akan menghasilkan mutu buah yang kurang baik, ini
disebabkan buah yang dipanen secara fisiologi merupakan organisme hidup yang
masih melangsungkan metabolisme secara aktif. Waktu panen ditentukan oleh
jenis atau varietas tanaman, waktu tanam, waktu berbunga, dan kondisi
lingkungan selama musim tanam (Zulkarnain 2009).
Proses Pematangan Buah Pepaya
Menurut Zulkarnain (2009) pada produk hortikultura setelah panen
mengalami proses fisiologi dan biokimia. Proses yang terjadi pada produk
hortikultura setelah panen diantaranya adalah kehilangan air, konversi
karbohidrat, perubahan rasa, perubahan kelunakan, perubahan warna, dan
perubahan kadar vitamin. Paul dan Duarte (2011) mengelompokkan pepaya
kedalam buah dengan respirasi klimakterik. Proses klimakterik disebabkan oleh
adanya perubahan permeabilitas dari jaringan. Proses klimakterik mempengaruhi
laju respirasi dan produksi etilen pada buah. Laju respirasi dipengaruhi oleh jenis
dan tingkat kematangan buah yang juga mempengaruhi kondisi produksi etilen
selama pematangan buah.
Selama proses pematangan buah perbandingan padatan terlarut terhadap
kadar asam merupakan kriteria penting dalam kematangan buah. Rasio antara
padatan terlarut total dengan kadar asam organik mempengaruhi tingkat
kemanisan pada buah. Selama proses pematangan buah terjadi perubahan warna
pada buah. Buah muda biasanya berwarna hijau dan berubah menjadi kuning pada
saat buah matang. Perubahan warna ini terjadi karena adanya degradasi klorofil.
Kloroplas pada buah menggantikan kromoplas dan mensintesis pigmen kuning,
karoten, dan xantopil (Poerwanto dan Susila 2014).
Kriteria Kematangan Buah Pepaya
Kualitas buah pepaya setelah panen dapat berubah yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Serupa dengan buah-buahan lainnya, masa simpan pepaya
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor respirasi, struktur biologis, produksi etilen
dan sensitivitas, transpirasi, perubahan komposisi kimia, proses perkembangan
dan gangguan fisiologi (Workneh et al. 2012). Berdasarkan acuan pada penelitian
Rini (2008) untuk kematangan buah pepaya dikelompokkan pada beberapa derajat
tingkat kekuningan kulit buah. Tingkat kekuningan kulit buah ini meliputi hijau,
hijau dengan sedikit kuning, hijau kekuningan, kuning lebih banyak dari hijau,
kuning dengan ujung hijau, kuning penuh, dan kuning dengan sedikit bintik
coklat.
4
Proses Pascapanen
Berdasarkan penelitian Sutowijoyo (2013) tingkat umur petik pisang Raja
Bulu yang semakin tua (90 - 110 HSA) menunjukkan pencapaian kematangan
pascapanen yang semakin cepat, sehingga semakin tua umur petik pisang umur
simpan menjadi lebih pendek, persentase susut bobot yang berkurang, persentase
edible part yang bertambah, kandungan asam terlarut total (ATT) yang secara
umum mengalami penurunan, dan kandungan vitamin C yang berfluktuatif.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Penandaan bunga dilaksanakan pada Maret 2014 di kebun pepaya Pusat
Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor (PKHT IPB) Tajur, Bogor,
sedangkan pengujian pascapanen mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di
Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor. Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2014.
Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pepaya Callina
dengan umur panen 115, 120, 125, dan 130 hari setelah antesis (HSA) yang
diperoleh dari pohon hermafrodit yang berumur 10 bulan, larutan Iodine 0.01 N,
NaOH 0.1 N, phenolphthalein, amilum dan aquades. Deskripsi pepaya Callina
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Peralatan Percobaan
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, stoples, kosmotektor, hand
refractometer, penetrometer, blender, labu takar, dan alat-alat titrasi lainnya.
Metode Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan percobaan faktor tunggal
yaitu umur panen buah yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu 115, 120, 125, dan 130
hari setelah antesis (HSA) dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 12 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 buah pepaya. Jumlah buah
pepaya yang digunakan 36 buah.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) yang dikelompokkan berdasarkan waktu panen. Model
linier yang digunakan adalah:
5
Yij = + i + j + ij
Keterangan:
Yij
: nilai pengamatan pada perlakuan umur ke-i dan ulangan ke-j
: nilai rata-rata umum
i
: pengaruh perlakuan umur ke-i, i = 1, 2, 3, 4
j
: pengaruh ulangan ke-j, j = 1, 2, 3
ij
: pengaruh galat percobaan yang menyebar normal
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam atau Analysis of
Variance (ANOVA). Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda dari Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Prosedur Percobaan
Penandaan buah
Penandaan bunga dilakukan pada Maret 2014 di kebun pepaya Pusat Kajian
Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor (PKHT IPB). Penandaan bunga
dilakukan untuk mendapatkan buah pepaya dengan umur panen yang diinginkan.
Penandaan dilakukan setiap hari pada tanggal 10 – 17 dan 22 – 24 Maret 2014
agar mendapatkan umur panen yang diinginkan dengan waktu panen yang
bersamaan. Jumlah bunga yang ditandai lebih dari 60 bunga setiap hari untuk
mengantisipasi bunga yang rontok. Jumlah buah yang dibutuhkan sebanyak 36
buah dari seluruh bunga yang ditandai.
Tanaman pepaya di kebun PKHT ditanam pada September 2013 (Gambar
1). Pupuk dasar diaplikasikan 1 minggu sebelum pepaya ditanam yaitu 1 karung
pupuk kandang (20 kg) per lubang tanam. Setelah pepaya ditanam pemupukan
dilakukan 1 bulan sekali dengan dosis urea 100 g, SP-36 200 g, dan KCl 200 g per
pohon. Pengendalian hama dilakukan 1 minggu sekali dengan pengaplikasian
pestisida dan penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali. Penyiraman dilakukan 2
kali sehari jika tidak ada hujan.
Gambar 1 Kebun pepaya PKHT IPB, Tajur, Bogor
6
Pemanenan, Pengangkutan, dan Penanganan Buah
Pemanenan buah pepaya dilakukan pada saat stadium umur panen yang
telah ditentukan yaitu 115, 120, 125, dan 130 hari setelah antesis (HSA). Pepaya
yang dibutuhkan untuk sekali panen sebanyak 9 buah. Pemanenan buah dilakukan
pada pagi hari dengan cara dipetik untuk menghindari terjadinya goresan atau
luka. Setiap buah dibungkus dengan koran lalu dimasukkan dalam kardus. Setelah
itu buah diangkut ke Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Buah yang telah dibawa ke Laboratorium dicuci dengan air mengalir
kemudian dikeringanginkan lalu buah diletakkan ke dalam stoples yang memiliki
volume 5 liter.
Pengamatan
Pengamatan di lapangan dilakukan terhadap suhu harian rata-rata untuk
mendapatkan jumlah satuan panas dari bunga antesis hingga panen. Pengamatan
di laboratorium yaitu laju respirasi, mutu fisik (indeks skala warna kulit buah,
susut bobot buah, kekerasan daging dan kulit buah) dan mutu kimia (padatan
terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), kandungan vitamin C).
Pengamatan laju respirasi, mutu fisik, dan kimia buah mengacu metode yang
digunakan Mulyana (2011) pada penelitian pascapanen pisang Raja Bulu dan
Prasetyo (2013) pada penelitian pascapanen buah pepaya. Pengamatan mutu fisik
dan kimia dilakukan saat buah pepaya sudah matang yaitu saat warna kulit buah
mencapai skala 7 (Lampiran 2). Pengamatan skala warna kulit buah mengacu
metode yang digunakan oleh Rini (2008) (Gambar 2).
Gambar 2 Perubahan warna kulit buah pepaya IPB 9
Sumber: Rini (2008)
Keterangan:
1. Hijau
2. Hijau dengan sedikit kuning
3. Hijau kekuningan
4. Kuning lebih banyak dari hijau
5. Kuning dengan ujung hijau
6. Kuning penuh
7. Kuning dengan sedikit bintik coklat
Satuan Panas
Penghitungan satuan panas dilaksanakan dengan memasang termometer
maksimum-minimum di lapangan. Suhu setiap hari dicatat dan dirata-rata untuk
jumlah satuan panas (dari antesis sampai dengan umur panen). Satuan panas
dihitung dengan menjumlahkan suhu rataan harian dikurangi 100C, dengan rumus:
7
SP = ∑(TRi – 100C);
TRi = suhu rataan harian
Susut Bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan dengan cara menimbang buah pepaya
pada hari ke-0 setelah panen (bobot awal) dan pada saat buah matang (bobot
akhir). Susut bobot buah dapat dihitung dengan rumus:
Laju Respirasi
Pengukuran laju respirasi dilakukan berdasarkan laju produksi gas CO2 yang
dihasilkan oleh buah pepaya. Pengamatan laju respirasi dilaksanakan setiap hari.
Alat yang digunakan adalah kosmotektor. Pengukuran laju respirasi buah
dilakukan dengan cara: buah dimasukkan ke dalam wadah tertutup yang
dihubungkan dengan dua pipa plastik sebagai saluran pengeluaran CO2.
Pengukuran respirasi dilakukan setelah buah diinkubasi dalam waktu 3 jam
(Lampiran 3). Laju respirasi dihitung dengan rumus:
Keterangan:
L
= Laju respirasi (mg CO2 kg-1jam-1)
V
= Volume udara bebas dalam stoples (ml)
K
= Kadar CO2 (%)
W
= Waktu inkubasi (jam)
B
= Bobot bahan (kg)
Nilai 1.76 merupakan konstanta gas
Kekerasan Buah dan Kulit Buah
Pengukuran kekerasan buah dan kulit buah dilakukan dengan menggunakan
penetrometer diukur pada 3 bagian buah yang berbeda yaitu: ujung, tengah dan
pangkal buah (Lampiran 4). Untuk pengukuran kekerasan buah, buah pepaya
dikupas terlebih dahulu sedangkan pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan
tanpa dikupas. Satuan yang digunakan adalah mm g-1detik-1.
Padatan Terlarut Total
Padatan terlarut total (PTT) diukur menggunakan alat hand refractometer.
Pengukuran kandungan PTT dalam buah dilakukan dengan cara: buah dikupas
dan dipotong-potong, kemudian dihancurkan dengan blender sampai halus.
Beberapa tetes dari cairan hasil blender diambil dan diteteskan pada permukaan
prisma hand refractometer. PTT dapat diketahui dengan melihat angka yang
tertera pada skala alat. Satuan yang digunakan adalah 0Brix.
8
Asam Tertitrasi Total
Asam tertitrasi total (ATT) diukur dengan metode titrimetri (Sibarani et al.
1986) berdasarkan netralisasi asam organik yang terkandung dalam buah oleh
basa kuat yang digunakan. Pengukuran ATT buah dilakukan dengan cara
menghancurkan daging buah sebanyak 25 g kemudian daging buah tersebut
disaring dengan menambahkan akuades dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml.
Setelah disaring, larutan diambil sebanyak 25 ml dan ditambahkan indikator
phenolphthalein sebanyak dua tetes, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N
hingga larutan berubah warna menjadi merah muda (Lampiran 5). Titrasi
dilakukan dua kali. Kandungan ATT dalam buah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
⁄
fp: faktor pengenceran = 4
Vitamin C
Vitamin C diukur dengan melakukan titrasi larutan Iodine 0.01 N dengan
indikator amilum (Sudarmadji et al. 1984). Persiapan yang dilakukan sampai
sebelum titrasi sama dengan persiapan penentuan ATT. Filtrat buah sebanyak 25
ml dititrasi dengan larutan iodin 0.01 N. Indikator amilum dibuat dengan
melarutkan 1 g amilum ke dalam 100 ml akuades yang dididihkan. Sebelum titrasi
filtrat ditambah indikator amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna
biru dari Iod-amilum (Lampiran 5). Perhitungan vitamin C dengan standarisasi
larutan iodin yaitu setiap 1 ml Iodine 0.01 N ekuivalen dengan 0.88 mg asam
askorbat. Kandungan vitamin C dapat dihitung dengan rumus:
⁄
fk = faktor konversi (100 ml/ 25 ml)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Simpan
Umur simpan merupakan parameter utama untuk mengetahui daya simpan
dan mutu buah pepaya yang sampai ke tangan konsumen. Umur simpan diamati
mulai dari 0 hari setelah panen (HSP) hingga pepaya siap untuk dikonsumsi
(warna kulit buah pepaya mencapai skala warna 7). Faktor prapanen khususnya
suhu mempengaruhi kondisi pepaya saat dipanen. Suhu mempengaruhi
metabolisme dan penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman karena tingkat
transpirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Pengukuran suhu harian di
lapangan dilakukan untuk menentukan satuan panas selama proses perkembangan
buah (Tabel 1).
9
Tabel 1 Satuan panas dan umur simpan pepaya Callina
Umur panen (HSA)
Satuan panas (0C hari)
Umur Simpan (HSP)
115
2 010.06
7.92a
120
2 102.13
6.50ab
125
2 167.63
5.33bc
130
2 241.75
4.08c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut
Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%
Umur simpan buah pepaya yang paling lama didapat oleh buah yang
dipanen pada 115 HSA (satuan panas sebesar 2 010.060C hari) yaitu 8 hari setelah
panen (HSP). Buah yang dipanen pada 120 HSA (satuan panas sebesar
2 102.130C hari) mencapai umur simpan 7 HSP yang tidak berbeda secara
signifikan dengan buah yang dipetik pada 115 HSP. Berdasarkan umur simpan
yang dicapai, buah dengan umur simpan 115 dan 120 HSA merupakan umur
panen yang baik untuk pemasaran buah pepaya yang waktu pemasarannya
membutuhkan waktu lama dengan waktu pemasaran 7 hari atau lebih singkat
dengan umur simpan yang cukup lama.
Umur simpan paling singkat 4 HSP diperoleh pada buah yang dipanen 130
HSA (satuan panas sebesar 2 241.750C hari) yang tidak berbeda secara signifikan
dengan buah yang dipanen pada 125 HSA (satuan panas sebesar 2 167.630C hari)
dengan umur simpan 5 hari. Berdasarkan umur panen buah dengan umur 130
HSA merupakan umur panen yang baik untuk pemasaran produk yang waktu
pemasarannya singkat dengan waktu transportasi kurang dari 4 hari.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tua umur panen, semakin
cepat mencapai kematangan pascapanen sehingga masa simpan buah semakin
pendek. Berdasarkan penelitian Sutowijoyo (2013) dan Rahayu (2014) semakin
tua umur panen pisang Raja Bulu maka daya simpan buah hingga layak
dikonsumsi menjadi lebih pendek dan sebaliknya. Faktor prapanen khususnya
suhu mempengaruhi kondisi pepaya saat dipanen. Suhu mempengaruhi
metabolisme dan penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman karena tingkat
transpirasi meningkat dengan meningkatnya suhu.
Berdasarkan satuan panas yang didapat buah pepaya Callina dapat mulai
dipanen setelah mencapai satuan panas 2 010 – 2 1000C hari. Penentuan waktu
panen selanjutnya dapat digunakan dengan memasang termometer maksimumminimum di areal kebun dengan menghitung jumlah satuan panas yang didapat.
Berdasarkan penelitian Rahayu (2014) satuan panas dapat menentukan umur
panen terbaik pisang Raja Bulu pada beberapa umur panen (85, 90, 95, 100, dan
105 hari setelah antesis). Selama proses pertumbuhan buah dari antesis hingga
waktu panen didapatkan suhu minimum sebesar 160C. Suhu tersebut
menunjukkan bahwa suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan pepaya.
Menurut Workneh et al. (2012) suhu lingkungan tumbuh dibawah 100C dapat
menurunkan pertumbuhan buah, tingkat kemanisan buah, dan ukuran buah
pepaya.
10
Laju Respirasi
Pepaya merupakan buah dengan respirasi klimakterik yang respirasinya
meningkat seiring dengan pematangan buah. Pada buah klimaterik, selain terjadi
kenaikan respirasi juga terjadi kenaikan emisi etilen selama proses pematangan.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa umur panen yang lebih tua
laju respirasinya lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang dipanen muda
(Gambar 3).
40.00
Laju respirasi (mg CO2/kg/jam)
35.00
30.00
25.00
115 HSA
20.00
120 HSA
125 HSA
15.00
130 HSA
10.00
5.00
0.00
0
2
4
6
8
10
Umur simpan (HSP)
Gambar 3 Laju respirasi buah pepaya setelah pemanenan
Laju respirasi dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, umur petik dan
kondisi fisik. Umur panen yang lebih tua pada buah pepaya laju respirasinya lebih
tinggi dibandingkan dengan buah yang dipanen muda dimana respirasi paling
cepat meningkat pada saat umur buah pepaya 130 HSA. Respirasi buah setiap hari
pada buah pepaya dapat menunjukkan perubahan laju respirasi pada setiap hari
selama proses pematangan buah setelah panen. Berdasarkan penelitian Rahayu
(2014) pada buah pisang umur petik berkorelasi positif dengan laju respirasi,
semakin muda umur petik menghasilkan laju respirasi yang semakin rendah.
Respirasi meningkat hingga 1 hari sebelum pepaya matang pada warna kulit
buah mencapai skala 7. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2014) laju respirasi buah
pepaya Callina tanpa perlakuan oksidan etilen terus meningkat hingga mencapai
puncak klimakterik pada 1 hari sebelum pepaya matang. Menurut Julianti (2011)
semakin tinggi tingkat kematangan buah terong, maka laju respirasi akan semakin
meningkat, tetapi setelah buah mencapai kematangan optimum laju respirasi akan
kembali menurun. Berdasarkan penelitian Rahayu (2014) pada pisang Raja Bulu
11
terjadi penurunan laju respirasi pada hari terakhir penyimpanan (6 HSP) sebelum
buah layak untuk dikonsumsi karena buah mulai membusuk.
Respirasi menurun atau masih sedikit meningkat saat sehari sebelum
pepaya matang. Respirasi masih mengalami sedikit peningkatan pada 1 hari
sebelum pepaya matang disebabkan oleh pepaya yang diamati mengalami memar
disebabkan oleh benturan yang terjadi saat transportasi ke laboratorium. Memar
pada buah akibat benturan dapat menyebabkan perubahan pola respirasi pada
buah. Menurut Paramita (2010) memar berpengaruh terhadap perubahan pola
respirasi dan produksi etilen buah mangga (Mangifera indica L.) varietas Gedong
Gincu selama penyimpanan. Buah mangga yang mengalami memar akan
mengakibatkan pola respirasi dan produksi etilen meningkat.
Mutu Fisik
Kondisi fisik dapat dijadikan kriteria bahwa kondisi buah masih layak
dikonsumsi. Hasil pengukuran mutu fisik yaitu susut bobot, kelunakan kulit dan
daging buah saat buah matang dengan warna kulit buah mencapai skala warna 7
disajikan pada Tabel 2.
Umur
panen
(HSA)
115
120
125
130
Tabel 2 Mutu fisik pepaya Callina
Bobot
Susut
Kelunakan kulit
awal
bobot
buah
(g)
(%)
(mm g-1detik-1)
985.45
4.72
0.12
1 152.25
4.30
0.12
1 074.74
3.92
0.13
835.66
3.03
0.12
Kelunakan daging
buah
(m mg-1detik-1)
0.36
0.36
0.37
0.38
Bobot buah pepaya saat panen berkisar antara 835.66 - 1 152.25 g. Pada
proses pematangan buah pepaya terjadi penurunan bobot buah. Pada buah pepaya
terdapat perbedaan susut bobot pada 4 umur panen yang digunakan namun tidak
berbeda secara signifikan berdasarkan uji statistik. Berdasarkan penelitian Adriana
(1996) pada pepaya varietas Dampit selama penyimpanan terjadi penyusutan
bobot yang disebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi selama proses
pematangan buah. Menurut Zulkarnain (2009) penyusutan bobot buah selama
penyimpanan disebabkan oleh hilangnya kandungan air dalam buah sewaktu
terjadi proses transpirasi buah selama masa penyimpanan.
Nilai kelunakan kulit buah pepaya Callina saat matang sebesar 0.12 - 0.13
mm g-1detik-1 dan nilai kelunakan daging buah 0.36 - 0.38 mm g-1detik-1.
Berdasarkan penelitian Suketi (2011) nilai kelunakan kulit buah pepaya Callina
berkisar antara 0.11 - 0.12 mm g-1detik-1 dan nilai kelunakan daging buah 0.24 0.26 mm g-1detik-1. Berdasarkan penelitian Prasetyo (2013) nilai kelunakan kulit
buah pepaya Callina 0.13 mm g-1detik-1. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2014)
nilai kelunakan kulit buah pepaya sebesar 0.12 - 0.14 mm g-1detik-1 dan nilai
kelunakan daging buah sebesar 0.24 - 0.26 mm g-1detik-1.
12
Kelunakan kulit dan daging buah pepaya pada 4 umur panen yang diuji
tidak berbeda secara signifikan. Kelunakan kulit dan daging buah tidak berbeda
disebabkan oleh kriteria kematangan pascapanen yang sama. Berdasarkan
penelitian Reninda (2006) perbedaan umur panen pada 6 genotipe buah pepaya
(IPB 1 x IPB 10A, IPB 1 x IPB Str6-4, IPB 1 x PB 174, IPB 10A x Str6-4, IPB
10A x PB 174, dan IPB 10A x IPB 5) tidak mempengaruhi kelunakan kulit dan
daging buah pada saat buah matang.
Mutu Kimia
Mutu buah berkaitan dengan perubahan komposisi kimia buah yang akan
mempengaruhi rasa buah. Mutu kimia menjadi penting diamati karena merupakan
salah satu faktor yang menentukan kualitas dari keseluruhan buah. Mutu kimia
buah berpengaruh terhadap kandungan gizi yang terkandung yang dapat
mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap buah yang akan dikonsumsi. Hasil
pengukuran padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan kandungan vitamin C
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Mutu kimia pepaya Callina
Umur panen Padatan terlarut total
(HSA)
(°Brix)
115
9.26c
120
10.88b
125
10.99b
130
12.62a
Asam tertitrasi total Kandungan vitamin C
(mg/100 g)
(mg/100 g)
8.27
40.68b
8.71
42.87b
9.07
47.25ab
9.96
55.07a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut
Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%
Umur panen mempengaruhi komposisi kimia buah pepaya. Pada umur
panen yang lebih tua kandungan padatan terlarut total dan kandungan vitamin C
semakin tinggi. Kandungan padatan terlarut total terendah diperoleh pada pepaya
dengan umur panen 115 HSA sebesar 9.260Brix berbeda secara signifikan dengan
umur panen 120 HSA yaitu 10.880Brix. Kandungan pada terlarut total pada 120
HSA tidak berbeda dengan 125 HSA yaitu 10.990Brix. Kandungan padatan
terlarut total tertinggi didapat pada umur panen 130 HSA sebesar 12.620Brix.
Kandungan vitamin C pada pepaya dengan umur panen 115 HSA tidak berbeda
secara signifikan dengan umur panen 120 HSA sebesar 42.87 mg/100 g dan 125
HSA sebesar 47.25 mg/100 g. Kandungan vitamin C tertinggi terkandung dalam
pepaya dengan umur panen 130 HSA sebesar 55.07 mg/100 g dan tidak berbeda
secara signifikan dengan 125 HSA.
Kandungan padatan terlarut total pada pepaya Callina sebesar 9.26 12.620Brix dan kandungan vitamin C sebesar 40.68 - 55.07 mg/100 g.
Berdasarkan penelitian Suketi (2011) kandungan padatan terlarut total pada buah
pepaya Callina sebesar 10.330Brix dan kandungan vitamin C sebesar 78.61
mm/100 g. Berdasarkan penelitian Prasetyo (2013) kandungan vitamin C pada
buah pepaya Callina sebesar 51.24 - 81.93 mg/100 g.
13
Perbedaan kandungan vitamin C pada buah pepaya ini disebabkan oleh
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan yang berbeda. Prasetyo (2013)
melakukan penelitian pada bulan Agustus - Oktober dan Suketi (2011) melakukan
penelitian pada bulan September - Mei. Perbedaan waktu penelitian ini
menunjukkan waktu pertumbuhan buah pepaya yang berbeda. Sehingga diduga
waktu pertumbuhan buah yang berbeda ini dapat menyebabkan perbedaan
komposisi kimia buah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Menurut
Workneh et al. (2012) kondisi lingkungan mempengaruhi metabolisme dan
penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman, karena tingkat transpirasi meningkat
dengan meningkatnya suhu.
Asam tertitrasi total pada semua umur panen tidak berbeda secara
signifikan. Pada kondisi buah yang dipanen pada 115 - 130 HSA (satuan panas
sebesar 2 106.63 - 2 241.750C hari) menunjukkan bahwa kandungan asam
tertitrasi total pada buah pepaya tidak dipengaruhi oleh umur panen. Menurut
Bron dan Jacomino (2006) asam askorbat (AA) dalam pepaya meningkat 20 30% selama proses pematangan dan tidak tergantung tingkat kematangan pepaya
saat panen. Workneh et al. (2012) menyatakan bahwa selama proses pematangan
buah pepaya terjadi peningkatan keasaman total, yang diyakini terkait dengan
peningkatan asam galacturonic bebas.
Mutu kimia yang terkandung dalam buah pepaya dikaitkan dengan lama
masa simpan buah pepaya menunjukkan bahwa buah pepaya yang dipanen pada
umur 120 HSA merupakan saat panen terbaik untuk pemasaran pepaya yang
membutuhkan waktu pemasaran yang lama seperti ekspor. Umur panen ini baik
untuk pemasaran yang jauh karena masa simpannya cukup lama (7 HSP) namun
mutu kimia yang terkandung sudah cukup baik. Untuk pemasaran pepaya yang
membutuhkan waktu pemasaran yang singkat umur panen terbaik yaitu 130 HSA.
Umur panen ini baik karena masa simpannya yang cukup singkat (4 HSP) namun
mutu kimia yang dikandung sudah cukup baik.
KESIMPULAN
Mutu fisik buah pepaya Callina pada tingkat kematangan pascapanen yang
sama tidak dipengaruhi oleh umur panen (115 - 130 HSA). Semakin tua umur
panen kandungan PTT dan vitamin C semakin tinggi. Umur simpan terlama
pepaya IPB Callina diperoleh pada buah yang dipanen 115 HSA (satuan panas
sebesar 2 010.060C hari) dengan umur simpan 8 HSP. Umur simpan buah pepaya
yang dipanen pada 115 HSA tidak berbeda dengan umur simpan buah yang
dipanen pada 120 HSA (satuan panas sebesar 2 102.130C hari). Pepaya Callina
mulai dapat dipanen saat jumlah satuan panas sekitar 2 1000C hari. Umur panen
120 HSA merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang umur
simpan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adriana D. 1996. Pengaruh pemberian putresin pada berbagai konsentrasi
terhadap perubahan kualitas buah pepaya (Carica papaya L.) varietas
Dampit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Aisyah S. 2002. Pengkajian umur petik dan kualitas buah empat varietas pepaya
(Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ashari S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI-Pr.
Astuti. 2008. Karakterisasi sifat fisiko kimia dan deskripsi flavor buah pepaya
(Carica papaya L.) genotipe IPB-3 dan IPB-6C [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Barreto GPM, Fabi JP, Rosso VVD, Cordenunsi BR, Lajolo FM, Nascimento
JROD, Adriana Z. Mercadante. 2011. Influence of ethylene on carotenoid
biosynthesis during papaya postharvesting ripening. Journal of Food
Composition and Analysis 24: 620-624.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Tabel produksi tanaman pepaya provinsi
Indonesia [internet]. [diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=3&tabel=1&id_subyek=55.
Bron HV, Jacomino AP. 2006. Ripening and quality of Golden papaya fruit
harvested at different maturity stages. Braz. J. Plant Physiol. 18: 389-396.
[DAFF] Directorate Agricultural Information Services Department of Agriculture,
Forestry and Fisheries. 2009. Cultivating papayas. Pretoria (ZA):
Department of Agriculture, Forestry and Fisheries.
[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Produksi tanaman buah di
Indonesia periode 2011 – 2013 [Internet]. [diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia
pada: http://hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&
view=article&id=315&Itemid=915.
Fitradesi P. 1999. Pengaruh perlakuan bahan pelapis dan suhu simpan terhadap
daya simpan dan kualitas buah pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hamaisa A. 2008. Pengaruh tingkat ketuaan terhadap perubahan mutu buah
pepaya (Carica papaya L.) genotipe IPB 1 selama proses penyimpanan dan
pematangan buatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hewett EW. 2006. An overview of preharvest factors influencing postharvest
quality of horticultural products. Int. J. Postharv. Technol. Innov. 1(1): 4-15.
Julianti E. 2011. Pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap
mutu buah terong belanda (Cyphomandra betacea). J Hort. Indonesia.
2(1):14-20.
Lee SK, Kader AA. 2000. Preharvest and postharvest factors influencing vitamin
C content of horticultural crops. Postharv. Biol. Technol. 20: 207-220.
Lima JR, Gondim DMF, Oliveira JTA, Oliveira FSA, Goncalves LRB¸ Viana
FMP. 2013. Use of killer yeast in the management of postharvest papaya
anthracnose. Postharv Bio. Technol 83: 58-64.
Luketsi WP. 2011. Pengaruh perlakuan bahan pengisi kemasan terhadap mutu
fisik buah pepaya varietas IPB 9 (Callina) selama transportasi [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
15
Maqbool M, Ali A, Alderson PG, Mohamed MTM, Siddiqui Y, Zahid N. 2011.
Postharvest application of gum arabic and essential oils for controlling
anthracnose and quality of banana and papaya during cold storage. Postharv
Biol. Technol 62: 71-76.
Miller P, Lanier W, Brandt S. 2011. Using growing degree days to predict plant
stages
[internet].
[diunduh
2015
Jan
7].
Tersedia
pada:
https://www.google.com/url?q=http://msuextension.org/publications/Agand
NaturalResources/MT200103AG.pdf&sa=U&ei=Y0etVLXUCoG_uASWoI
KIAg&ved=0CAUQFjAA&client=internal-uds-cse&usg=AFQjCNH9Lwk
Uh3O044ogizF4MFZyuzBehA.
Mulyana E. 2011. Studi pembungkus bahan oksidator etilen dalam penyimpanan
pascapanen pisang raja bulu (Musa sp. AAB GROUP) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Nugroho SA. 2014. Penetapan umur panen kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
berdasarkan metode akumulasi satuan panas dan stadia kematangan polong
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nunes MCN, Emond JP, Brecht JK. 2006. Brief deviations from set point
temperatures during normal airport handling operations negatively affect the
quality of papaya (Carica papaya) fruit. Postharv Bio. Technol. 41: 328340.
Pal DK, Iyes CPA, Divakar NG, Selvaraj Y, Subramanyam MD. 1980. Studies on
the physico chemical composition of fruits of twelve papaya varieties. J.
Food. Sci. Technol. 17(6):254-256.
Paramita O. 2010. Pengaruh memar terhadap perubahan pola respirasi, produksi
etilen dan jaringan buah mangga (Mangifera indica L) var gedong gincu
pada berbagai suhu penyimpanan. J Kompetensi Teknik. 2(1):29-37.
Paul RE, Duarte O. 2011. Tropical Fruit, Volume 1, 2nd Edition. Reading (GB):
Columns Design Ltd.
Poerwanto R, Susila AD. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor (ID): IPB Pr.
Prasetyo HE. 2013. Efektivitas jumlah kemasan oksidan etilen terhadap kualitas
dan daya simpan buah pepaya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Pratiwi HE. 2014. Aplikasi kalium permanganat sebagai oksidan etilen dalam
penyimpanan buah pepaya IPB Callina [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Pujasari G. 2012. Penentuan titik kritis pascapanen pepaya Carica papaya L.
(studi kasus di sentra produksi pepaya di kabupaten Sukabumi, Banyumas,
Kebumen, dan Boyolali) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purba KD. 2006. Kajian daya simpan buah lima genotipe pepaya [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Putra ANA. 2012. Kajian tingkat kematangan pepaya Callina menggunakan image
processing [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reninda D. 2006. Karakter fisik dan kimia buah pepaya pada tiga umur petik buah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rini P. 2008. Pengaruh sekat dalam kemasan kardus terhadap masa simpan dan
mutu pepaya IPB 9 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sancho LEGG, Yahia EM, Aguilar GAG. 2010. Identification and quantification
of phenols, carotenoids, and vitamin C from papaya (Carica papaya L., cv.
16
Maradol) fruit determined by HPLC-DAD-MS/MS-ESI. Food Research
International 44: 1284-1291.
Sibarani S, Anwar F, Rimbawan, Setioso B. 1986. Penuntun Praktikum Analisa
Zat Gizi. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga,
Fakultas Pertanian, IPB.
Sudarmaji S, Haryono B, Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty.
Sujiprihati S, Suketi K. 2009. Budi Daya Pepaya Unggul. Bogor (ID): Penebar
Swadaya.
Suketi K, Poerwanto R, Sujiprihati S, Sobir, Widodo WD. 2010. Karakter fisik
dan kimia buah pepaya pada stadia kematangan berbeda. J Agron Indonesia
38 (1): 60-66.
Suketi K. 2011. Studi morfologi bunga, penyerbukan dan perkembangan buah
sebagai dasar pengendalian mutu buah pepaya IPB [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sunarjono H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Susilowati R. 2007. Pendugaan parameter mutu buah pepaya (Carica papaya L.)
dengan metode near infrared selama penyimpanan dan pemeraman.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutowijoyo D. 2013. Kriteria kematangan pascapanen pisang raja bulu dan pisang
kepok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Syaefullah E. 2008. Optimasi keadaan penyimpanan buah pepaya sebelum
pemeraman dengan algoritma genetika [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Syakur A. 2012. Analisis iklim mikro di dalam rumah tanaman untuk
memprediksi waktu pembungaan dan matang fisiologis tanaman tomat
menggunakan metode heat unit dan artificial neural network [disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widyastuti W. 2009. Kajian kualitas buah delapan genotipe pepaya koleksi PKBT
pada dua stadia kematangan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Workneh TS, Azene M, Tesfay SZ. 2012. A review on the integrated agrotechnology of papaya fruit. Afr. J. Biotechnol 11(85): 15098-15110.
Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 30 Nopember 1992 merupakan anak
pertama dari Bapak M. Andi Suryawardhana, SH dan Ibu Dra Yusnidar. Penulis
memiliki 3 orang saudara bernama Muhammad Ridho Taris, Siti Chairunnisa, dan
Siti Rizki Andini. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pesisir Tengah
dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi
masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Asisten Praktikum Mata
Kuliah Dasar-dasar Hortikultura pada tahun ajaran 2013/2014, Mata Kuliah Ilmu
Tanaman Perkebunan pada tahun ajaran 2013/2014, dan Mata Kuliah Praktik
Usaha Pertanian pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga aktif mengikuti
beberapa kepanitiaan yaitu Kuliah Lapang Departemen Agronomi dan
Hortikultura Angkatan 47 dan Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan
Hortikultura Angkatan 48.
Bagian dari karya ilmiah ini yang berjudul Kriteria Kematangan Pascapanen
Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen telah
disajikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia di Malang
pada bulan Nopember 2014.