Kadar Kolesterol dan Komposisi Asam Lemak Daging Dombam Muda yang Diberi Ransum Mengandung Indigofera sp. atau Limbah Tauge

KADAR KOLESTEROL DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK
DAGING DOMBA MUDA YANG DIBERI RANSUM
MENGANDUNG Indigofera sp. ATAU
LIMBAH TAUGE

FITRIA SHOFI UTAMI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kadar Kolesterol dan
Komposisi Asam Lemak Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Mengandung
Indigofera sp. atau Limbah Tauge adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014

Fitria Shofi Utami
NIM D14080030 

ABSTRAK
FITRIA SHOFI UTAMI. Kadar Kolesterol dan Komposisi Asam Lemak Daging
Domba Muda yang Diberi Ransum Mengandung Indigofera sp. atau Limbah
Tauge. Dibimbing oleh TUTI SURYATI dan DEWI APRI ASTUTI.
Domba ekor tipis merupakan salah satu domba lokal yang memiliki potensi dalam
menghasilkan karkas yang baik jika diberi pakan yang berkualitas. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis komposisi asam lemak dan kadar kolesterol daging
domba muda yang diberi ransum mengandung Indigofera sp. atau limbah tauge.
Domba ekor tipis yang digunakan sebanyak 6 ekor berumur 5 bulan dengan 2
perlakuan yaitu pemberian ransum mengandung Indigofera sp. (R1) atau limbah
tauge (R2). Peubah yang diteliti adalah komposisi asam lemak dan kadar
kolesterolnya. Data dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum yang berbeda tidak
berpengaruh nyata terhadap komposisi asam lemak dan kadar kolesterol.
Komposisi asam lemak domba muda adalah asam kaprilat (C8:0) dan asam kaprat
(C10:0) sebesar 0.01 ± 0.01%, asam laurat (C12:0) sebesar 0.06 ± 0.03%, asam
miristat (C14:0) sebesar 0.16 ± 0.06%, asam palmitat (C16:0) sebesar 1.79 ±
3.05%, asam stearat (C18:0) sebesar 0.21 ± 0.07%, asam oleat (C18:1) sebesar
0.71 ± 0.25%, asam linoleat (C18:2) sebesar 0.13 ± 0.04%, asam linolenat (C18:3)
sebesar 0.01 ± 0.00%, dan kandungan kolesterol domba muda pada penelitian ini
adalah 63.29 ± 25.24 mg 100 g-1. Kesimpulan pada penelitian ini adalah
pemberian 30% Indigofera sp. atau limbah tauge pada ransum tidak
mempengaruhi kadar kolesterol maupun komposisi asam lemak daging domba
muda.
Kata kunci: asam lemak, domba, kolesterol, pakan

ABSTRACT
FITRIA SHOFI UTAMI. Cholesterol Content and Fatty Acid Composition of
Lamb Meat Given Rations Containing Indigofera sp. or Bean Sprout Waste.
Supervised by TUTI SURYATI dan DEWI APRI ASTUTI.
Thin tail lamb is one of local sheep which have potential to producing a
good carcass quality. This research aimed to analyze composition of fatty acids

and cholesterol content of lamb meat on rations containing Indigofera sp. or bean
sprout waste. Thin tail lamb that used as much as 6 heads was aged 5 months with
2 treatments that were the rations contains Indigofera sp. (R1) or bean sprout
waste (R2). The variables examined were composition of fatty acids and
cholesterol content. The data was analyzed by analysis of variance (ANOVA).
The results showed that treatment did not significantly affect fatty acid
composition and cholesterol content. Fatty acid composition of lamb meat were
caprylic acid (C8:0) and capric acid (C10:0) were 0.01 ± 0.01%, lauric acid
(C12:0) was 0.03 ± 0.06%, myristic acid (C14:0) was 0.16 ± 0.06%, palmitic acid
(C16:0) was 1.79 ± 3.05%, stearic acid (C18:0) 0.07 ± 0.21%, oleic acid (C18:1)
was 0.71 ± 0.25%, acid linoleic (C18:2) was 0.13 ± 0.04%, linolenic acid (C18:3)

was 0.01 ± 0.00%. Cholesterol content of lamb meat in this study was 63.29 ±
25.24 mg 100 g-1. The conclusion of this research is given 30 % of Indigofera sp.
or bean sprout waste on the ration did not affect the levels of cholesterol content
and fatty acid composition of lamb meat.
Key words: cholesterol, fatty acid, feed, lamb

KADAR KOLESTEROL DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK
DAGING DOMBA MUDA YANG DIBERI RANSUM

MENGANDUNG Indigofera sp. ATAU
LIMBAH TAUGE

FITRIA SHOFI UTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kadar Kolesterol dan Komposisi Asam Lemak Daging Dombam
Muda yang Diberi Ransum Mengandung Indigofera sp. atau
Limbah Tauge

Nama
: Fitria Shofi Utami
NIM
: D14080030

Disetujui oleh

Dr Tuti Suryati, SPt MSi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini telah diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Kadar Kolesterol dan Komposisi Asam Lemak
Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Mengandung Indigofera sp. atau
Limbah Tauge.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tuti Suryati, SPt MSi dan Prof Dr
Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi
saran. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada M. Baihaqi, SPt MSc
selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang membangun sehingga penulisan
skripsi ini menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir Sri
Rahayu, MSi atas kesempatan yang diberikan untuk terlibat dalam Penelitian
Unggulan Fakultas (PUF). Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
penulis sampaikan kepada teman-teman IPTP 45 atas kebersamaanya selama ini.
Tak lupa terima kasih penulis sampaikan kepada Dini, Sita, Alexandra, Ika, Indah,
Yeni dan teman-teman Wisma Agung 2 atas motivasi, kasih sayang, dan
kegembiraan yang selalu diberikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang membantu selama perkuliahan dan tidak dapat disebutkan satu
persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Mei 2014
Fitria Shofi Utami

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Asam Lemak
Kadar Kolesterol
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
1
1
1
1
2
2
2
2
2
5
5
8

10
10
10
10
13
15

DAFTAR GAMBAR
1 Profil asam lemak jenuh daging domba muda yang diberi ransum
dengan penambahan Indigofera sp. atau limbah tauge
2 Profil asam lemak tak jenuh daging domba muda yang diberi ransum
Indigofera sp. atau limbah tauge
3 Perbandingan kadar kolesterol daging domba muda diberi ransum
Indigofera sp. atau limbah tauge

6
7
9

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Analisis ragam asam kaprilat (C8:0)
Analisis ragam asam kaprat (C10:0)
Analisis ragam asam laurat (C12:0)
Analisis ragam asam miristat (C14:0)
Analisis ragam asam palmitat (C16:0)
Analisis ragam asam stearat (C18:0)
Analisis ragam asam oleat (C18:1)
Analisis ragam asam linoleat (C18:2)
Analisis ragam asam linolenat (C18:3)

Analisis ragam kadar kolesterol

13
13
13
13
13
14
14
14
14
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Salah satu ternak yang berkontribusi memenuhi kebutuhan daging di
dalam negeri adalah domba. Domba dapat menyediakan protein hewani yang
berkualitas, mudah, dan murah dalam penyediaannya. Salah satu jenis domba
yang dipelihara di masyarakat pedesaan adalah domba ekor tipis. Domba ekor
tipis pada umur 10 sampai 12 tahun mempunyai persentase karkas sebesar 49.81%
dengan pemberian ampas tahu kering (Rianto et al. 2004). Hal ini menunjukkan
bahwa domba ekor tipis memiliki potensi dalam menghasilkan karkas yang baik
jika diberi pakan yang berkualitas.
Daging domba muda memiliki beberapa keunggulan yaitu daging lebih
empuk, rendah lemak, juiciness, dan bau prengus rendah (Rousset-Akrim et al.
1997). Daging domba muda juga memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah
sebesar 65.91 mg 100 g-1 dibandingkan daging domba dewasa sebesar 251.12 mg
100 g-1 (Astuti 2006). Kandungan asam lemak jenuh daging domba yang lebih
tinggi dibandingkan asam lemak tak jenuh jika dikonsumsi dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah (Manso et al. 2009). Kadar kolesterol yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit jantung,
arterosklerosis dan tekanan darah tinggi (Linder 2006). Oleh karena itu, dilakukan
berbagai upaya untuk menghasilkan daging domba yang berkualitas. Salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur pakan yang diberikan kepada
ternak.
Jenis pakan yang diberikan dapat mempengaruhi kadar kolesterol dan asam
lemak dalam daging domba (Niedziolka et al. 2005). Salah satunya adalah
penambahan Indigofera sp. dan limbah tauge ke dalam ransum yang diberikan.
Indigofera sp. merupakan legum pohon yang memiliki kandungan lemak kasar
sebesar 1.38% dan serat kasar sebesar 30.51%. Limbah tauge memiliki kandungan
lemak kasar sebesar 0.21% dan serat kasar sebesar 38.5%. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengukur kadar kolesterol
dan komposisi asam lemak daging domba muda yang diberi ransum mengandung
Indigofera sp. atau limbah tauge.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kandungan kolesterol dan
komposisi asam lemak pada daging domba muda yang diberi pakan mengandung
legum Indigofera sp. atau limbah tauge.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pengaruh penggunaan legum Indigofera sp. atau
limbah tauge dalam ransum terhadap kadar kolesterol dan komposisi asam lemak
daging domba muda. Pengujian dilakukan pada daging domba muda yang
meliputi analisis kadar kolesterol dan komposisi asam lemak.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, dari bulan September hingga
November 2011. Pemeliharaan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu
Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, sedangkan analisis kimia setelah
pemotongan dilaksanakan di Laboratorium Instrumen, Balai Besar Industri Agro.
Bahan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 ekor domba ekor tipis
lepas sapih berumur 5 bulan dengan berat badan berkisar 16 sampai 21 kg. Domba
ekor tipis berasal dari UP3 Jonggol. Domba tersebut dipelihara dalam kandang
individu. Pakan yang diberikan berbentuk pelet dengan rasio hijauan dan
konsentrat sebesar 30:70. Sumber hijauan berasal dari legum Indigofera sp. dan
limbah tauge yang masing-masing diberikan 30% dalam ransum. Bahan dan
komposisi kimia ransum yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba
bagian otot Longissimus thoracis et lumbarum. Berat sampel yang digunakan
pada pengukuran kadar kolesterol sebesar 2 sampai 2.5 g, sedangkan pengukuran
komposisi asam lemak diperlukan sampel sebesar 5 g. Bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam penelitian ini adalah KOH 50%, heksana, KOH 0.5 N, eter,
alkohol, HCl 6 N, dan larutan standar.
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk analisis adalah hot plate magnetic stirrer,
evaporator, tabung reaksi, timbangan analitik, timbangan digital, termometer, labu
Erlenmeyer, pipet mikroliter, gelas beaker, gas kromatografi merek Shimadzu tipe
GC-2010AF untuk analisis asam lemak, dan merek HP tipe 2010 untuk analisis
kadar kolesterol.
Prosedur Penelitian
Pemeliharaan
Domba dipelihara secara intensif di dalam kandang individu. Pemeliharaan
dilakukan selama 3 bulan, dengan pemberian pakan dan minum ad libitum berupa
pelet Indigofera sp. dan limbah tauge setiap hari. Penimbangan bobot badan
ternak dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
Pemotongan Ternak
Ternak dipuasakan sebelum dipotong selama 18 jam. Proses ini bertujuan
untuk mengurangi resiko pencemaran akibat digesta dan untuk mengurangi feces
dalam usus agar kualitas daging terjaga. Pemotongan dilakukan dengan
memotong bagian leher dekat tulang rahang bawah, sehingga semua pembuluh

3
darah, oesophagus dan trachea terpotong untuk mendapatkan pendarahan
sempurna. Ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar apabila ternak
digantung. Karkas diperoleh setelah pemotongan kepala, kaki, pengulitan serta
eviserasi.
Tabel 1 Komposisi kimia dan bahan ransum penelitian
Bahan Pakan

Perlakuan
R1

R2

% bahan kering
Indigofera sp.

30.00

0.00

Limbah Tauge

0.00

30.00

Onggok

12.00

10.00

Jagung

10.00

10.00

Bungkil Kelapa

32.00

32.00

Bungkil Kedelai

8.00

10.0

CaCO3

2.50

2.50

Molases

5.00

5.00

NaCl

0.30

0.30

Premix

0.20

0.20

Jumlah

100.00

100.00

R1

R2

Bahan Kering
Abu

88.00
9.43

88.00
7.43

Protein Kasar

18.00

18.00

Serat Kasar
Beta-N

12.07
37.15

22.60
47.23

Lemak

5.44

5.70

Ca

0.80

0.83

P

0.84

0.10

73.82

72.22

Komposisi Kimia

TDN

Keterangan : R1 = Ransum Indigofera sp.; R2 = Ransum limbah tauge

Pelayuan Karkas
Karkas segar dibungkus dalam kantong plastik yang diikat erat. Tahap
selanjutnya karkas digantung dan disimpan dalam chiller 4 °C selama 24 jam.
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi atau untuk mengendalikan
kerusakan dan perkembangan mikroorganisme.

4
Persiapan Sampel Otot Longissimus thoracis et lumbarum
Karkas yang telah dilayukan dibelah menjadi 2 bagian yaitu karkas bagian
kanan dan kiri. Karkas kiri dipotong menjadi 9 bagian. Sampel daging yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bagian loin, rack, dan shoulder. Ketiga
potongan ini merupakan bagian dari otot Longissimus thoracis et lumborum.
Masing-masing bagian dipisahkan antara daging, tulang, dan lemaknya.
Selanjutnya sampel tersebut dianalisis kadar kolesterol dan komposisi asam
lemaknya.
Analisis Kolesterol
Saponifikasi dan Ekstraksi. Metode AOAC (1995), saponifikasi kolesterol
diawali dengan menimbang 2 sampai 2.5 g sampel, kemudian ditambahkan 25 μL
alkohol dan 1.5 μL KOH. Bahan tersebut diaduk, direbus, dan direfluks selama
30 menit, kemudian dituangkan ke separator yang berisi 50 μL akuades. Tabung
saponifikasi dibilas dengan 50 μL eter kemudian dituangkan ke separator lalu
dikocok hingga lapisan terpisah. Lapisan eter dituangkan ke separator kedua yang
berisi 20 μL akuades kemudian larutan penyabunan diekstraksi dengan 50 μL eter.
Ekstrak eter dikocok perlahan dengan 20 μL akuades kemudian lapisan eter yang
terpisah dituang ke tabung berikutnya. Sebanyak 20 μL akuades dituang ke
tabung berisi lapisan eter lalu dikocok kembali. Larutan eter dibilas sebanyak 3
kali dengan 20 μL KOH 0.5 N dan akuades kemudian dikocok kembali. Ekstrak
eter dipindahkan pada gelas beaker dan dievaporasi di bawah aliran nitrogen.
Pengukuran Kolesterol. Sebanyak 2 μL sampel diinjeksikan ke sistem gas
kromatografi HP tipe 2010 dan kolom kapiler (1.8 m × 4 mm × 0.15 μm)
kemudian disuntikkan 2 μL larutan standar internal kolesterol. Suhu split/injektor
200 °C dan suhu detektor FID (Flame Ionization Detection) 250 °C. Laju alir gas
pembawa yaitu hidrogen pada 45 μL menit-1, nitrogen 20 sampai 25 psi, udara 300
sampai 340 μL menit-1. Identifikasi kolesterol diperoleh dari waktu retensi
sampel dengan standar senyawa murni kolesterol.
Analisis Komposisi Asam Lemak (AOAC 1995)
Sebanyak 5 g sampel dicampur dengan 50 μL akuades kemudian
dipanaskan. Sebanyak 50 μL dan 3 μL KOH ditambahkan kemudian dipanaskan
kembali selama 30 menit. Sampel yang telah disaponifikasi ditambahkan dengan
HCl 6 N sebanyak 5 μL kemudian dimasukkan ke tabung ekstraktor dengan
heksana sebanyak 100 μL kemudian dipanaskan dan direfluks dengan magnetic
stirrer dengan kecepatan 250 siklus/menit selama 30 menit. Fraksi yang tidak
tersaponifikasi ditambahkan heksana sebanyak 10 μL.
Gas kromatografi (GC) SHIMADZU tipe GC-2010AF dilengkapi dengan
Flame Ionization Detection (FID). Kolom yang digunakan adalah kapiler silika
SP-2560 (3 m × 4 mm × 0.20 μm; Supelco, Inc, Bellefonte, PA). Suhu awal
kolom adalah 175 °C selama 14 menit dan kemudian diprogram sebesar 185 °C
dengan kenaikan suhu 5 °C menit-1 dan dipertahankan pada suhu ini selama 50
menit. Suhu detektor dan port injektor adalah 185 °C dan 200 °C. Helium
digunakan sebagai gas pembawa dengan laju aliran 0.7 μL menit-1 dan nitrogen
dengan laju aliran 40 μL menit-1. Identifikasi metal ester lemak berdasarkan
waktu retensi dan puncak sampel dengan standar senyawa murni setiap komponen
asam lemak. Kuantifikasi asam lemak dilakukan berdasarkan standar internal

5
metal ester asam heptadekanoat. Hasil analisis dinyatakan sebagai persentase
bahan kering.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk kadar
kolesterol dan komposisi asam lemak. Setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan
untuk domba dengan penambahan ransum Indigofera sp. atau limbah tauge. Data
yang diperoleh dianalisis sidik ragam (analysis of variance/ANOVA). Model
matematika dari rancangan acak lengkap (RAL) adalah sebagai berikut (Steel dan
Torrie 1991):
Yij = µ + αi + €ij
Keterangan :
Yij = Variabel respon akibat pengaruh pemberian ransum ke-i pada ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
αi = Pengaruh pemberian ransum ke-i, i = 1, 2
€ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i, terhadap ulangan ke-j, j = 1, 2, 3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Asam Lemak
Komposisi asam lemak daging domba muda antara yang diberi ransum
berbasis Indigofera sp. atau limbah tauge tidak menunjukkan hasil yang berbeda
nyata. Rataan komposisi asam lemak domba muda yang diberi ransum berbeda
pada penelitian ini adalah asam kaprilat (C8:0) dan asam kaprat (C10:0) sebesar
0.01 ± 0.01%, asam laurat (C12:0) sebesar 0.06 ± 0.03%, asam miristat (C14:0)
sebesar 0.16 ± 0.06%, asam palmitat (C16:0) sebesar 1.79 ± 3.05%, asam stearat
(C18:0) sebesar 0.21 ± 0.07%, asam oleat (C18:1) sebesar 0.71 ± 0.25%, asam
linoleat (C18:2) sebesar 0.13 ± 0.04%, dan asam linolenat (C18:3) sebesar 0.01 ±
0.00%.
Hal yang sama juga dilaporkan Purbowati et al. (2009) bahwa kadar asam
lemak daging domba yang diberi pakan dengan kombinasi protein kasar 15%
sampai 17.5% dan energi 50% sampai 60% TDN tidak berbeda nyata, kecuali
kadar asam lemak dokosaheksaenoat (DHA). Manso et al. (2009) menyatakan
bahwa kandungan asam lemak domba merino jantan umur 2 bulan yang diberi
pakan dengan tambahan hydrogenated palm oil (HPO) dan sunflower oil (SFO)
tidak berbeda nyata.
Demirel et al. (2006) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa asam
lemak yang ada pada daging domba dipengaruhi oleh perlakuan pakan dan
perbedaan bangsa. Lawrie (2003) menyatakan bahwa komposisi kimia daging
bervariasi, faktor yang mempengaruhinya adalah bangsa, umur, pakan, perbedaan
pertumbuhan, dan perbedaan waktu penggemukan.
Komposisi Asam Lemak Jenuh
Komposisi asam lemak jenuh daging domba muda antara yang diberi
ransum berbasis Indigofera sp. atau limbah tauge tidak menunjukkan hasil yang
berbeda nyata. Asam lemak jenuh yang teridentifikasi pada daging domba yang
diteliti adalah asam kaprilat (C8:0), asam kaprat (C10:0), asam laurat(C12:0),
asam miristat (C14:0), asam palmitat (C16:0), dan asam stearat (C18:0).

6
Perbandingan komposisi asam lemak jenuh daging domba yang diberi ransum
berbasis Indigofera sp. atau limbah tauge dapat dilihat pada Gambar 1.
1.8
1.6

% bahan kering

1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0

Indigofera sp.
Limbah tauge

Gambar 1

C8:0

C10:0

C12:0

C14:0

C16:0

0.02 ± 0.02
0.01 ± 0.01

0.01 ± 0.01
0.00 ± 0.01

0.07 ± 0.04
0.04 ± 0.01

0.17 ± 0.09
0.15 ± 0.03

2.94 ± 4.39
0.64 ± 0.18

C18:0

0.21 ± 0.10
0.21 ± 0.04

Profil asam lemak jenuh daging domba muda yang diberi ransum
dengan penambahan Indigofera sp. atau limbah tauge

Komposisi asam lemak yang paling dominan baik pada domba yang diberi
ransum berbasis Indigofera sp. maupun limbah tauge adalah asam palmitat. Hal
ini dapat disebabkan oleh kemampuan enzim ß-ketoasil-ACP sintase dalam
mekanisme pemanjangan rantai untuk mengikat gugus asil sampai dengan jumlah
atom karbon 16 saja dan palmitoil-KoA yang berperan sebagai zat pengahmbat
balikan enzim kompleks sintetase, sehingga setelah pembentukan palmitoil-KoA
kerja sistem enzim yang berperan dalam biosintesis asam lemak berhenti
(Wirahadikusumah 1985).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabawati
(2012) bahwa kandungan asam lemak jenuh yang paling dominan adalah asam
palmitat sebesar 1.21% pada daging domba garut umur 5 bulan yang diberi pakan
limbah tauge. Kandungan asam palmitat pada penelitian tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kandungan asam palmitat pada penelitian ini sebesar 0.64%.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan bangsa ternak yang digunakan dalam
penelitian.
Hal yang sama dilaporkan oleh Velasco et al. (2004) bahwa kandungan
asam lemak jenuh domba jantan lepas sapih yang diberi pakan konsentrat
komersil dan barley tidak berbeda nyata. Hal yang dapat mempengaruhi
pengaturan penyerapan lemak pada ruminansia adalah proses biohidrogenasi
dalam rumen (Bauman dan Lock 2006). Hidrogenasi asam lemak tidak jenuh oleh
mikroorganisme rumen diubah menjadi asam stearat. Akibatnya, komposisi asam
lemak bahan makanan atau ransum tidak berpengaruh terhadap komposisi asam
lemak (Parakkasi 1999).
Proses biohidrogenasi yang terjadi di dalam rumen dapat mengubah asam
lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh, sehingga daging ruminansia

7
mengandung banyak asam lemak jenuh. Wiryawan et al. (2007) menyatakan
bahwa proses biohidrogenasi di dalam rumen dapat dicegah dengan melindungi
asam lemak tidak jenuh dengan penyabunan, salah satunya menggunakan
formaldehida. Menurut Adawiyah et al. (2006), lemak yang diproteksi digunakan
agar tidak mengganggu sistem fermentasi rumen dan dapat menyediakan asam
lemak esensial pasca rumen. Proteksi lemak menyebabkan penghematan energi
untuk proses pemanjangan rantai karbon asam lemak sehingga energi tersebut
dapat digunakan untuk pertumbuhan domba.
Santos-Silva et al. (2004) menyatakan bahwa komposisi asam lemak dengan
pakan yang diberi tambahan minyak kedelai berbeda nyata pada domba merino
jantan. Penggunaan minyak kedelai pada pakan tersebut mampu mengurangi
kandungan asam palmitat dan stearat dibandingkan dengan pakan yang tidak
diberi tambahan minyak kedelai. Penurunan asam palmitat dan asam stearat
terjadi akibat penghambatan sintesis de novo sebagai hasil dari tingginya proporsi
asam lemak eksogenous dalam metabolisme. Reduksi pada asam stearat dalam
lemak disebabkan oleh pakan yang diberikan, juga efek dari proses biohidrogenasi
yang tidak sempurna akibat tingginya lemak yang tidak terproteksi (asam
linoleat).
Komposisi Asam Lemak Tak Jenuh
Komposisi asam lemak tak jenuh daging domba muda antara yang diberi
ransum berbasis Indigofera sp. atau limbah tauge tidak menunjukkan hasil yang
berbeda nyata. Asam lemak jenuh yang teridentifikasi pada daging domba yang
diteliti adalah asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2), dan asam linolenat
(C18:3). Perbandingan komposisi asam lemak tak jenuh daging domba yang
diberi ransum berbasis Indigofera sp. atau limbah tauge dapat dilihat pada
Gambar 2. Hasil analisis tersebut sejalan dengan yang dilakukan oleh Wiryawan
et al. (2007), bahwa komposisi asam lemak jenuh domba priangan jantan berumur
12 sampai 14 bulan yang diberi pakan bungkil inti sawit terproteksi formaldehida
tidak berbeda nyata.
0.8
0.7

Indigofera sp.
Limbah tauge

% bahan kering

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
C18:1
Indigofera sp.
Limbah tauge

0.71 ± 0.36
0.71 ± 0.14

C18:2
0.14 ± 0.06
0.11 ± 0.03

C18:3
0.01 ± 0.01
0.01 ± 0.00

Gambar 2 Profil asam lemak tak jenuh daging domba muda yang diberi ransum
Indigofera sp. atau limbah tauge

8
Komposisi asam lemak tidak jenuh yang dominan pada daging domba
penelitian ini adalah asam oleat, hal yang sama juga dilaporkan oleh Velasco et al.
(2004). Hal ini dapat disebabkan asam oleat dapat disintesis dari asam palmitat.
Sistem perpanjangan asam lemak yang terjadi pada retikulum endoplasma
menambahkan unit 2-karbon yang diberikan dalam bentuk malonil-KoA,
mengubah palmitoil-S-ACP menjadi bentuk steroil-ACP dalam lintas yang sama
seperti lintas sintesis palmitat. Asam stearat yang terbentuk selanjutnya
mengalami perpanjangan, membentuk asam oleat (Lehninger 1982).
Mekanisme pembentukan asam lemak tidak jenuh dari perpanjangan asam
palmitat hanya berhenti sampai asam oleat saja. Oleh karena itu, komposisi asam
oleat pada penelitian ini paling dominan. Jaringan hewan tidak dapat mengubah
asam oleat menjadi asam linoleat, sehingga diperlukan asupan dari luar
(makanan). Asam lemak ini banyak diperoleh hewan dari tanaman. Oleh sebab
itu, asam lemak linoleat disebut sebagai asam lemak esensial. Asam linoleat dapat
diubah menjadi asam lemak tidak jenuh lainnya, terutama asam linolenat dan
arakhidonat (Lehninger 1982).
Hal yang sama dilaporkan oleh Prabawati (2012) bahwa kandungan asam
oleat lebih tinggi dibandingkan kandungan asam lemak tak jenuh lainnya sebesar
1.27% pada daging domba garut umur 5 bulan yang diberi pakan limbah tauge.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komposisi asam lemak tak jenuh
lainnya yaitu asam linoleat sebesar 0.21% dan asam linolenat sebesar 0.01%. Bila
dibandingkan dengan hasil penelitian ini, komposisi asam lemak tak jenuh pada
penelitian Prabawati (2012) lebih tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
bangsa ternak yang diteliti.
Daging domba mengandung jumlah asam lemak tak jenuh rantai tunggal
yang lebih tinggi. Komposisi asam lemak tak jenuh daging domba lebih tinggi
bila dibandingkan dengan sapi. Menurut Banskalieva et al. (2000), asam lemak
tak jenuh rantai tunggal pada longissimus dorsi sapi sebesar 40.10% dari total
lemak, sedangkan pada longissimus dorsi domba sebesar 47.33% dari total lemak.
Asam lemak tak jenuh rantai ganda pada sapi sebesar 10% dari total lemak
sedangkan domba sebesar 5.77% dari total lemak. Asam lemak jenuh pada
longissimus dorsi sapi sebesar 40.90% dari total lemak, sedangkan pada
longissimus dorsi domba sebesar 40.80% dari total lemak. Data ini menunjukkan
bahwa pendapat masyarakat mengenai kandungan asam lemak jenuh daging
domba yang tinggi tidak tepat. Selama ini masyarakat beranggapan bahwa
mengkonsumsi daging domba yang tinggi asam lemak jenuh akan memicu
kolesterol tinggi. Penelaahan tersebut menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh
yang ada pada daging domba lebih tinggi daripada daging sapi.
Kadar Kolesterol
Pemberian ransum yang berbeda pada penelitian ini juga tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar kolesterol daging domba muda. Kadar kolesterol domba
muda dengan pemberian ransum Indigofera sp. atau limbah tauge masing-masing
sebesar 54.27 ± 15.47 mg 100 g-1 dan 72.32 ± 33.30 mg 100 g-1. Rataan kadar
koletserol domba muda pada penelitian ini sebesar 63.29 ± 25.24 mg 100 g-1.
Perbandingan kadar kolesterol daging domba muda yang diberi ransum berbasis
Indigofera sp. atau limbah tauge disajikan pada Gambar 3.

9
Kadar kolesterol pada penelitian ini yang dominan adalah limbah tauge. Hal
ini dapat disebabkan oleh kandungan serat kasar limbah tauge sebesar 22.60%,
sedangkan serat kasar Indigofera sp. sebesar 12.07%. Serat kasar difermentasi
oleh rumen menghasilkan asetat. Asetat merupakan prekursor dari biosintesis
kolesterol. Menurut McDonald et al. (2002), proses pencernaan fermentatif zat
makanan dirombak oleh mikroba menjadi senyawa lain yang berbeda sifat kimianya
sebagai zat intermediate. Produk dari hasil pencernaan fermentatif yaitu asam lemak
terbang (VFA yang terdiri dari 65% asetat, 21% propionat dan 14% butirat), NH3,
sel mikroba, gas metan, CO2 dan air. Menurut Wirahadikusumah (1985), tahapan
biosintesis kolesterol dibagi menjadi 3 bagian: (1) pembentukan asam mevalonat dari
asetat; (2) pembentukan skualin dari asam mevalonat; dan (3) pembentukan kolesterol
dari skualin.
80

72.32 ± 33.30

Limbah tauge

Kadar Kolesterol
(mg 100 g-1)

70
60

Indigofera sp.

54.27 ± 15.47

50
40
30
20
10
0

Gambar 3

Perbandingan kadar kolesterol daging domba muda diberi ransum
Indigofera sp. atau limbah tauge

Hal yang sama juga dilaporkan oleh Purbowati et al. (2010) bahwa kadar
kolesterol daging domba lokal umur 3 sampai 5 bulan yang diberi pakan komplit
dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri tidak berbeda nyata. Kadar
kolesterol daging domba yang diberi pakan komplit R1 (jerami padi dan bungkil
kedelai), R2 (jerami jagung dan ampas kecap), R3 (jerami dan kacang tanah), R4
(pucuk tebu dan ampas tahu) masing-masing adalah 83.21 mg 100 g-1, 81.31 mg
100 g-1, 80.06 mg 100 g-1, dan 78.29 mg 100 g-1.
Kadar kolesterol domba pada penelitian ini yang diberi pakan limbah tauge
(72.32 mg 100 g-1) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Prabawati (2012) pada domba garut yang diberi pakan limbah
tauge (65.47 mg 100 g-1). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Astuti (2006)
bahwa kadar kolesterol domba garut muda sebesar 65.91 mg 100 g-1. Hal ini dapat
disebabkan oleh perbedaan bangsa ternak yang digunakan.
Sama halnya dengan kandungan asam lemak jenuh, ternyata kadar
kolesterol domba masih lebih rendah dibandingkan ternak lainnya seperti sapi
maupun babi. Menurut Chizzolini et al. (1999), kadar kolesterol domba sebesar 75
mg 100 g-1 sedangkan kadar kolesterol sapi sebesar 99 mg 100 g-1, dan babi
sebesar 93 mg 100 g-1. Daging domba jika dikonsumsi masih relatif aman
dibandingkan daging sapi maupun babi.

10
Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk
mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi konsumsi kolesterol dalam
jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan
berdampak pada penyakit jantung koroner. Penurunan kolesterol dapat dilakukan
dengan konsumsi serat, vitamin B6, dan vitamin E. Konsumsi serat dapat
menurunkan kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan derivatnya serta
secara tidak langsung mengurangi waktu transit di usus kecil sehingga penyerapan
kembali oleh usus dapat dikurangi (Linder 2006).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian ransum yang mengandung Indigofera sp. atau limbah tauge tidak
menghasilkan komposisi asam lemak dan kadar kolesterol daging domba muda
yang berbeda nyata. Komposisi asam lemak domba muda pada penelitian ini
adalah asam kaprilat (C8:0) dan asam kaprat (C10:0) sebesar 0.01 ± 0.01%, asam
laurat (C12:0) sebesar 0.06 ± 0.03%, asam miristat (C14:0) sebesar 0.16 ± 0.06%,
asam palmitat (C16:0) sebesar 1.79 ± 3.05%, asam stearat (C18:0) sebesar 0.21 ±
0.07%, asam oleat (C18:1) sebesar 0.71 ± 0.25%, asam linoleat (C18:2) sebesar
0.13 ± 0.04%, asam linolenat (C18:3) sebesar 0.01 ± 0.00%. Kandungan
kolesterol domba muda pada penelitian ini adalah 63.29 ± 25.24 mg 100 g-1.
Saran
Penelitian yang berkaitan dengan lemak dan komponennya, seperti kadar
kolesterol dan komposisi asam lemak pada ternak sebaiknya menggunakan domba
yang berumur lebih dari 1 tahun. Perlu juga dilakukan penelitian lanjut yang
mengkaji bentuk lain asam lemak.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 1995. Official Method of
Analysis. Washington DC (US): AOAC.
Adawiyah, Sutardi T, Toharmat T, Manalu W, Ramli N. 2006. Respons
suplementasi sabun mineral dan mineral organik serta kacang kedelai
sangrai pada kecernaan nutrien pakan dan lemak serum domba. J Indo Anim
Agric. 31(4):211-218.
Astuti N. 2006. Kandungan nutrisi dan kadar kolesterol daging domba garut masa
menyusu (milk lamb), muda (lamb), dan dewasa (mutton) [skripsi].Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Banskalieva V, Sahlub T, Goetschc AL. 2000. Fatty acid composition of goat
muscles and fat depots: a review. Small Ruminant Research (37): 255-268.
Bauman DE, Lock AL. 2006. Concepts in lipid digestion and metabolisme in
dairy cows. Tri-State Dairy Nutrition Conference [Internet]. 2006 Apr 2526; [Tempat pertemuan tidak diketahui].New York (US): Cornell Univ.

11
[diunduh 2014 Jan 15]. Tersedia pada: http://www.ansci.cornell.edu/
bauman/cla/conference_proceedings/articles/2006_Bauman_%26_Lock_Tri
State_Dairy_Nutr_Conf.pdf
Chizzolini R, Zenardi E, Dorigoni V, Ghidini S. 1999. Caloric value and
cholesterol content of normal and low-fat meat and meat product. Food Sci
& Tech. 10:119-128.
Demirel G, Ozpinar H, Nazli B, Keser O. 2006. Fatty acids of lamb meat from
two breeds fed different forage: concentration ratio. Meat Sci. 72:229-235.
Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Parakkasi A, penerjemah. Jakarta(ID): UI Pr.
Terjemahan dari: Meat Science. Ed ke-5.
Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Volume ke-2. Thenawidjaja M,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Linder MC. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi A, Amwila AY,
penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Biochemistry of Nutrition
and Metabolism.
Manso T, Bodas R, Castro T, Jimeno V, Mantecon AR. 2009. Animal
performance and fatty acid composition of lambs fed with different
vegetable oils. Meat Sci. 83:511-516.
McDonald PR, Edwards A, Greenhalg JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th
Ed. New York(US): John Willey Inc.
Niedziolka R, Lendzien KP, Herszewiez E. 2005. Comparison of the chemical
composition and fatty acids of the intramuscular fat of goat kid and lamb
meat. J Polish Agric Univ. 8(3):11.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UI
Pr.
Prabawati SA. 2012. Kandungan nutrisi, komposisi asam lemak, dan kadar
kolesterol daging domba garut muda berbeda umur yang diberi ransum
mengandung limbah tauge [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purbowati E, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2009. Fatty acids profile of
lamb on feedlot system with different protein and energy levels and
different slaughter weight. J Indon Trop Anim Agric. 34(1):42-49.
Purbowati E, Hasanah U, Adiwinarti R, Sutrino CI, Balliarti E, Budi SPS,
Lestariana W. 2010. Komposisi kimia daging domba lokal akibat pemberian
pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Seminar
Nasional Teknologi dan Veteriner [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan
tidak diketahui]. [Tempat dan nama penerbit tidak diketahui]. hlm 537-543;
[diunduh 2014 Feb 3]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/
fullteks/semnas/pro10-79.pdf
Rianto E, Budiharto M, Arifin M. 2004. Proporsi daging, tulang dan lemak karkas
domba ekor tipis jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras yang
berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner I; 2004
Agustus 4-5; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan. hlm.
309 – 313.
Riis PM. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. NewYork (US): Mc
Graw Hill New York.
Rousset-Akrim S, Young OA, Berdague JL. 1997. Diet and growth effects in
panel assessment of sheepmeat odour and flavour. Meat Sci. 45: 169-181.

12
Santos-Silva J, Mendes IA, Portugal PV, Bessa RJB. 2004. Effect of particle size
and soybean oil suplementation on growth performance, carcass and meat
quality and fatty acid composition of intramuscular lipid of lambs. J
Livestock Prod Sci. 90:79-88.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Velasco S, Caneque V, Lauzurica S, Perez C, Huidobro F. 2004. Effect of
different feeds on meat quality and fatty acid composition of lambs fattened
at pasture. Meat Sci. 66:(457-465).
Wirahadikusumah M. 1985. Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat dan
Lipid. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Wiryawan KG, Parakkasi A, Priyanto R, Nanda IP. 2007. Evaluasi penggunaan
bungkil inti sawit terproteksi formaldehida terhadap performa ternak,
efisiensi penggunaan nitrogen, dan komposisi asam lemak tidak jenuh
domba priangan. JITV. 12(4):249-254.

13
Lampiran 1 Analisis ragam asam kaprilat (C8:0)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Fh

Pakan

1

000015

0.00015

Galat

4

0.00093

0.00023

Total

5

0.00108

P

0.64

0.4676

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fh: F hitung.

Lampiran 2 Analisis ragam asam kaprat (C10:0)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Fh

Pakan

1

0.000016

0.000016

Galat

4

0.00033

0.000083

Total

5

0.00035

P

0.20

0.6779

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fh: F hitung.

Lampiran 3 Analisis ragam asam laurat (C12:0)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Fh

Pakan

1

0.000082

0.00082

Galat

4

0.00353

0.00088

Total

5

0.00435

P

0.92

0.3907

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; Fh: F hitung.

Lampiran 4 Analisis ragam asam miristat (C14:0)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Fh

P

Pakan

1

0.00060

0.00060

0.14

0.7316

Galat

4

0.01773

0.00443

Total

5

0.01833

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

Lampiran 5 Analisis ragam asam palmitat (C16:0)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Pakan

1

7.9120

7.91202

Galat

4

38.6199

9.65497

Total

5

46.5319

Fh
0.82

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

P
0.4165

14
Lampiran 6 Analisis ragam asam stearat (C18:0)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Pakan

1

0.00002

0.00002

Galat

4

0.02207

0.00552

Total

5

0.02208

Fh
0.00

P
0.9588

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

Lampiran 7 Analisis ragam asam oleat (C18:1)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Pakan

1

0.00007

0.00007

Galat

4

0.30053

0.07513

Total

5

0.30060

Fh
0.00

P
0.9777

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

Lampiran 8 Analisis ragam asam linoleat (C18:2)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Pakan

1

0.00082

0.00082

Galat

4

0.00813

0.00203

Total

5

0.00895

Fh
0.40

P
0.5607

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

Lampiran 9 Analisis ragam asam linolenat (C18:3)
Sumber Keragaman

db

JK

KT

Pakan

1

0.000016

0.000016

Galat

4

0.000066

0.000016

Total

5

0.000083

Fh
1.00

P
0.3739

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

Lampiran 10 Analisis ragam kadar kolesterol
Sumber Keragaman
db
JK

KT

Pakan

1

488.70

488.704

Galat

4

2697.18

674.295

Total

5

3185.88

Fh
0.72

Keterangan: db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; F h: F hitung.

P
0.4426

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 April 1990 di Ngawi, Jawa Timur.
Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, dari pasangan Bapak A.M.
Budi Utomo dan Ibu Fahimah.
Penulis mengawali pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 2 Ciputat
pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan tingkat pertama
diselesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 14
Karangasem, Paciran, Lamongan. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Cikarang Pusat pada tahun 2005 dan diselesaikan pada
tahun 2008.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada
tahun 2009. Selama perkuliahan di IPB penulis aktif di organisasi dan kegiatan
kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan periode
2010/2011 sebagai sekretaris dan bendahara Kajian Peternakan dan Advokasi.