Karakteristik lemak dan kolesterol daging Domba Muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari

KARAKTERISTIK LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING DOMBA
MUDA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT MENGANDUNG
MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

ADITYA PRIA MULDIYANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Lemak dan
Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung
Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Aditya Pria Muldiyanto
NIM D24100022

ABSTRAK
ADITYA PRIA MULDIYANTO. Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging
Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga
Matahari. Dibimbing oleh LILIS KHOTIJAH dan TUTI SURYATI.
Kadar lemak dan kolesterol pada daging domba dapat diintervensi dengan
rekayasa pakan yang menggunakan penambahan minyak biji bunga matahari
(Helianthus annuus) yang kaya akan asam lemak linoleat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi pengaruh pemberian minyak biji bunga matahari (MBBM)
terhadap karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda. Peubah yang
diamati yaitu kadar air, kadar lemak, rasio komposisi asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh, kolesterol dan bilangan thiobarbituric acid reactive substances
(TBARS) pada daging domba. Sebanyak 9 ekor domba lokal jantan muda dibagi ke
dalam 3 kelompok dan diberi ransum perlakuan: P0 (ransum komplit tanpa
MBBM), P1 (ransum komplit dengan MBBM 4%) dan P2 (ransum komplit dengan

MBBM 6%). Perlakuan penambahan MBBM ke dalam ransum komplit tidak
berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Secara umum hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan MBBM sampai 6% ke dalam ransum komplit
domba memberikan dampak positif terhadap rasio komposisi asam lemak jenuh dan
tidak jenuh, serta menurunkan tingkat ketengikan daging domba muda.
Kata kunci: daging domba, minyak biji bunga matahari, sifat kimia daging

ABSTRACT
ADITYA PRIA MULDIYANTO. Fat and Cholesterol Characteristics of Lamb
Meat Fed with Complete Rations Containing Sunflower Seed Oil. Supervised by
LILIS KHOTIJAH and TUTI SURYATI.
Levels of fat and cholesterol in lamb meat could be intervened by modified
feed using sunflower seed oil (Helianthus annuus) addition that were rich in linoleic
fatty acids. The study was purposed to evaluate the effect of sunflower seed oil
(MBBM) on the characteristics of lamb fat and cholesterol. The variables observed
was the water content, fat content, the ratio of saturated and unsaturated fatty acids
composition, cholesterol and numbers of thiobarbituric acid reactive substances
(TBARS) in lamb meat. Total of 9 local lambs were divided into 3 groups and were
given a treatment ration: P0 (complete ration without MBBM), P1 (complete ration
with MBBM 4%) and P2 (complete ration with MBBM 6%). The treatment showed

that the addition of the MBBM into the complete rations didn’t affect the variables
observed. Generally this study showed that the addition of MBBM into complete
ration up to 6% gave positive effect on ratio of saturated and unsaturated fatty acids
composition, and it could decrease the level of lamb meat rancidity.
Keywords : chemical quality of meat, lamb, sunflower seed oil

KARAKTERISTIK LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING DOMBA
MUDA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT MENGANDUNG
MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

ADITYA PRIA MULDIYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
berjudul “Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi
Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari” ini merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda lokal yang diberi ransum
komplit mengandung minyak biji bunga matahari (Helianthus annuus). Penulis
juga berharap di masa mendatang ternak domba dapat berperan lebih baik sebagai
salah satu sumber daging nasional dalam mencapai swasembada daging.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia
peternakan dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.


Bogor, Juli 2015

Aditya Pria Muldiyanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Materi
Ternak Percobaan
Kandang dan Peralatan
Ransum
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur
Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Pemotongan dan Pengambilan Sampel Daging
Analisis Kadar Air
Analisis Kadar Kolesterol

Analisis Kadar Lemak
Analisis Komposisi Asam Lemak
Analisis Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Substances
Rancangan Percobaan dan Analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lemak Daging Domba Muda
Kadar Air
Kadar Lemak
Rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh
Kolesterol
Bilangan thiobarbituric acid reactive stubtances (TBARS)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

vii

vii
vii
1
2
2
2
2
2
3
4
4
4
4
5
5
6
6
7
8
8

8
8
9
9
10
11
11
11
11
14
16
16

DAFTAR TABEL
1 Komposisi ransum penelitian berdasarkan bahan kering
2 Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering
3 Karakteristik lemak daging domba muda dengan ransum komplit
mengandung minyak biji bunga matahari
4 Rataan bilangan TBARS daging domba muda dengan ransum komplit
mengandung minyak biji bunga matahari


3
3
8
10

DAFTAR GAMBAR
1 Kandang individu
2 Bahan baku penyusun ransum
3 Domba penelitian umur 5 bulan

2
2
4

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

5
6
7

Hasil analisis ragam kadar air
Hasil analisis ragam kadar lemak
Hasil analisis ragam asam lemak jenuh
Hasil analisis ragam asam lemak tidak jenuh
Hasil analisis ragam rasio asam lemak
Hasil analisis ragam kolesterol
Hasil analisis ragam TBARS

14
14
14
14
14
15
15


PENDAHULUAN
Domba merupakan salah satu komoditas andalan strategis yang potensial
untuk dikembangkan dalam bidang usaha agribisnis dan sebagai penghasil daging
yang berperan penting bagi penyediaan kebutuhan protein hewani. Di sisi lain
pemenuhan daging domba di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala yaitu,
rendahnya produktivitas dan karakteristik daging domba. Soeparno (2011)
menyatakan bahwa kadar lemak dalam tubuh berbanding lurus dengan kadar
kolesterol. Hal ini dikarenakan lemak merupakan salah satu sumber kolesterol.
Selain itu, kandungan lemak dan kolesterol daging merupakan salah satu faktor
pertimbangan bagi para konsumen saat membeli daging. Terlebih untuk para
konsumen yang telah mengidap penyakit jantung, arterosklerosis dan tekanan darah
tinggi.
Daging domba mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi dari pada
daging sapi (Bahar 2003). Konsumsi daging domba yang mengandung asam lemak
jenuh tinggi disarankan untuk dibatasi karena berisiko terjadinya gangguan
kesehatan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara
menggemukkan ternak domba muda lokal dengan penerapan teknologi pakan.
Daging domba muda memiliki tingkat keempukan yang lebih tinggi dan kadar
lemak daging yang sedikit dibandingkan dengan domba dewasa, selain itu dari segi
bau daging domba muda memiliki tingkatan bau prengus yang lebih rendah
dibandingkan dengan domba dewasa (Rousset-Akrim et al. 1997). Hasil penelitian
Astuti (2006) menunjukkan bahwa perbedaan umur terhadap kadar kolesterol
daging domba dewasa khusus pada bagian paha (leg) sebesar 208.50 mg 100 g-1
lebih besar dibandingkan dengan daging domba muda yang hanya mengandung
45.23 mg 100 g-1. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas
daging domba dalam waktu tertentu yang baik ialah dengan menambahkan asam
lemak tak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid/PUFA) yang berperan penting
dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan
integrasi membran sel, menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein β
(beta) di dalam hati, serta berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner dan
artritis (peradangan persendian) (Sartika 2008).
Salah satu sumber alami PUFA yang dapat digunakan yaitu minyak biji bunga
matahari (MBBM) yang tergolong ke dalam asam lemak rantai panjang (long chain
fatty acid/LCFA) dan berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2012 yang dilakukan
MBBM yang digunakan mengandung asam linoleat 40.30% dan lemak kasar
76.39%. Selain itu juga digunakan bungkil biji bunga matahari sebagai pengganti
rumput pada penelitian ini yang memiliki kandungan (% bahan kering) 20.23%
protein kasar, 5.81% lemak kasar dan 45.95% serat kasar. Alhaidary et al. (2010)
menyatakan bahwa ransum dengan penambahan lemak dapat menghasilkan
pertambahan bobot badan lebih tinggi. Penambahan lemak dalam jumlah tertentu
pada ransum ternak ruminansia dapat meningkatkan palatabilitas ransum dengan
demikian konsumsi ransum akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda yang
diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari (Helianthus
annuus). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik lemak dan

2
kolesterol daging domba muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak
biji bunga matahari (MBBM) dengan level yang berbeda.

METODE
Materi
Ternak Percobaan
Penelitian ini menggunakan anak domba lokal jantan lepas sapih dengan
kisaran umur 2-3 bulan sebanyak sembilan ekor dengan rata-rata bobot badan awal
sebesar 10.21 ± 2.29. Anak domba tersebut dipotong pada umur sekitar 5 bulan.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang individu (Gambar 1) sebanyak
sembilan buah yang terbuat dari kawat besi dan dilengkapi dengan tempat pakan
dan tempat air minum. Peralatan yang digunakan adalah bak plastik, ember plastik,
timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g, timbangan badan dengan ketelitian 0.1
kg, gelas ukur 2 L dan termometer ruang bola basah bola kering.

Gambar 1 Kandang individu

Ransum
Ransum diberikan dalam bentuk mash. Bahan baku penyusun ransum yang
digunakan adalah onggok, bungkil kelapa, bungkil biji bunga matahari, minyak biji
bunga matahari, CaCO3, garam dan premix (Gambar 2). Ransum disusun
berdasarkan kebutuhan domba jantan muda (NRC 2007). Ransum yang digunakan
dalam penelitian ini terbagi dalam tiga perlakuan yaitu P0 (ransum komplit tanpa
MBBM), P1 (ransum komplit dengan MBBM 4%) dan P2 (ransum komplit dengan
MBBM 6%).

Gambar 2 Bahan baku penyusun ransum

3
Susunan ransum dan kandungan zat makanan dari masing-masing perlakuan
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan komposisi zat makanan pada
Tabel 2.
Tabel 1 Komposisi ransum penelitian berdasarkan bahan kering
Bahan pakan
Onggok
Bungkil kelapa
Bungkil biji bunga matahari
Minyak biji bunga matahari
CaCO3
Garam
Premix

Ransum Perlakuan
P0
P1
P2
- - - - - - - - - - % BK - - - - - - - - - - 32.10
28.10
26.10
57.00
57.00
57.00
10.00
10.00
10.00
4.00
6.00
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.50
0.50
0.50

Tabel 2 Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering
Zat makanan
Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
Kadar lemak
Asam lemak jenuh (a)
Asam lemak tidak jenuh (a)
Rasio PUFA/SFA
Serat kasar
TDN
Ca
P

Ransum Perlakuan
P0
P1
P2
-------------%-------------89.60
90.00
90.10
15.10
15.00
15.00
5.80
8.80
10.30
3.19
6.79
8.10
2.45
3.74
3.97
0.74
3.05
4.13
0.30 : 1
0.82 : 1
1.04 : 1
22.80
22.50
22.30
75.20
79.31
81.36
0.90
0.87
0.86
0.50
0.56
0.55

P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan MBBM 4%; P2: ransum
komplit dengan MBBM 6%. (a): % dalam lemak. SFA (saturated fatty acid): Asam lemak jenuh;
PUFA (poly unsaturated fatty acid): Asam lemak tidak jenuh.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak
Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pemotongan
ternak dan pengambilan sampel daging dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi
Ternak Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Analisis bilangan thiobarbituric acid reactive stubtances (TBARS) dilakukan di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Analisis asam lemak,
kadar lemak dan kolesterol dilakukan di Balai Besar Industri Agro, Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2014.

4
Prosedur
Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Persiapan dimulai dengan membersihkan kandang dan peralatan. Selanjutnya
kandang beserta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan tempat air minum yang
akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Domba jantan muda sebanyak
sembilan ekor dibagi dalam tiga perlakuan dan tiga kelompok sebagai ulangan.
Anak domba jantan tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot
badan awal. Penyesuaian pakan dilakukan sebelum masuk tahap perlakuan dengan
perbandingan pemberian ransum konsentrat dan rumput 50%:50% sampai dengan
100% ransum komplit.
Pemeliharaan dilaksanakan selama tiga bulan dengan masa adaptasi pakan
selama 2 minggu. Selama penelitian pakan diberikan berdasarkan bobot badan dan
air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dan minum dilakukan sebanyak
tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 6.00 WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB.
Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan
dan minum. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu dan sisa pakan dan
air minum setiap hari.
Pemotongan dan Pengambilan Sampel Daging
Pemotongan domba dilakukan setelah umur domba pada penelitian ini sekitar
5 bulan (Gambar 3). Proses pemotongan dilakuakan bertahap dan dimulai dengan
dipuasakan ternak selama 16 jam. Pengambilan sampel daging domba dilakukan
dengan memisahkan daging dengan lemaknya. Daging yang digunakan adalah
daging paha kiri bagian belakang. Sampel daging domba diambil sekitar 100 g
untuk dianalisis masing-masing sebesar 20 g (kadar air), 20 g (kadar lemak), 20 g
(asam lemak), 20 g (Bilangan TBARS), dan 20 g (kolesterol).

Gambar 3 Domba penelitian umur 5 bulan

Analisis Kadar Air
Analisis kadar air dilakukan menggunakan oven sesuai metode AOAC (2005).
Sampel daging yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 g, dimasukkan ke
dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya secara teliti dan dioven pada
suhu 100-102 ºC selama 16-18 jam. Selanjutnya, setelah 16-18 jam di oven cawan
porselen berisi sampel didinginkan di dalam desikator hingga suhunya stabil, baru
ditimbang. Kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

5
Kadar Air =

� +A −�
× 100%
A

A : Berat sampel segar (g)
W1 : Berat cawan (g)
W2 : Berat sampel+cawan setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Kolesterol
Analisis kadar kolesterol dilakukan menggunakan alat gas chromatograph
sesuai metode AOAC nomer 994.10 (2000). Sampel daging sebanyak 3 g diblender
hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan
ditambahkan etanol 40 mL dan diaduk sampai homogen menggunakan stirrer
selama 1 jam, setelah itu ditambahkan KOH 50% sebanyak 8 mL dan distirrer
kembali selama 1 jam. Jika proses pengadukan selesai, sampel direfluk untuk proses
metilasi selama 1 jam pada suhu 60-70 ºC. Setelah proses pemanasan selesai
ditambahkan etanol sebanyak 60 mL dan didiamkan pada suhu ruang selama satu
malam. Keesokan harinya ditambahkan petroleum benzen 100 mL ke dalam larutan
sampel tersebut. Proses selanjutnya larutan diaduk menggunakan stirrer selama 1
jam hingga larutan homogen. Langkah selanjutnya larutan yg telah homogen
diekstrak menggunakan labu ekstrak dan selama proses ekstraksi ditambahkan
KOH 1 N sebanyak 110 mL dan akan terlihat dua lapisan yang dimana lapisan
terbawah dibuang ke wadah penampung. Apabila proses pembuangan lapisan
terbawah telah selesai maka ditambahkan 40 mL KOH 0.5 N, kemudian ekstrak
kembali dan lapisan larutan terbawah dibuang kembali. Selanjutnya ditambahkan
akuades untuk membilas sekitar 100 mL ke dalam labu ekstraksi, kemudian
diekstrak kembali larutan tersebut dan lapisan larutan terbawahnya dibuang, untuk
proses pembilasan menggunakan akuades dilarutkan sampai tujuh kali ulangan
hingga larutan tersebut bersifat bebas basa. Langkah selanjutnya larutan yang sudah
bebas basa tersebut dimasukan ke dalam labu didih untuk dikeringkan
menggunakan alat evaporator selama 15 menit, setelah selesai ditambahkan
heksana 5 mL dan dimasukkan ke tabung vial kemudian diinjeksikan ke alat gas
chromatograph otomatis.
Analisis Kadar Lemak
Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2002).
Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian ditambahkan
kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 (50 mL:25 mL) dan dihomogenkan menggunakan stirrer selama satu malam untuk memisahkan lemaknya.
Langkah selanjutnya larutan sampel disaring menggunakan kertas saring whatman42. Larutan sampel hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu didih yang
terlebih dahulu sudah ditimbang bobot kosongnya, kemudian labu didih yang sudah
terisi larutan sampel dikeringkan menggunakan alat evaporator dan setelah kering
labu yang berisi larutan sampel tersebut ditimbang.
Kadar Lemak % =

A−B
×
C

%

6
Keterangan:

A = Berat labu berisi larutan sampel yang sudah di evaporasi
B = Berat labu kosong
C = Berat sampel yang digunakan

Analisis Komposisi Asam Lemak
Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2002).
Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian ditambahkan
kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 (50 mL:25 mL) dan dihomogenkan menggunakan stirrer selama satu malam untuk memisahkan lemaknya.
Langkah selanjutnya larutan sampel disaring menggunakan kertas saring whatman42. Larutan sampel hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu didih yang
terlebih dahulu sudah ditimbang bobot kosongnya, kemudian labu didih yang sudah
terisi larutan sampel dikeringkan menggunakan alat evaporator dan setelah kering
labu yang berisi larutan sampel tersebut ditimbang.
Proses selanjutnya batu didih dimasukkan ke dalam labu yang berisi larutan
sampel yang telah dikeringkan sebelumnya serta ditambahkan larutan NaOH dalam
etanol 0.2 N sebanyak 10 mL, kemudian diaduk hingga homogen dan dilakuakn
proses metilasi mengkunakan refluk selama 15 menit. Pada saat proses metilasi
selesai ditambahkan larutan phenoptalein 0.2 % (0.20 g PP + 100 mL MeOH)
sampai larutan berubah warna, kemudian ditambahkan H2SO4 1 N sampai larutan
berubah warna dari pekat ke warna cerah tergantung warna larutan awal. Sampel
yang telah ditambahkan larutan PP 0.2% dan H2SO4 1 N selanjutnya ditaruh
kembali di refluk selama 20 menit dan apabila telah selesai dinginkan hingga
mencapai suhu ruang. Proses selanjutnya ditambahkan sodium chloride (600,01
NaCl / 2 L MQ water) sampai volume larutan setengah dari labu didih (±25 mL),
kemudian ditambahkan 5 mL heptane dan dikocok hingga homogen. Setelah
homogen ditambahkan NaCl sampai lapisan heptane naik ke leher labu agar
mempermudah proses pengambilan lapisan larutan heptane yang telah larut dengan
asam lemak sampel untuk dimasukkan ke dalam botol vial yang akan diproses lebih
lanjut yaitu proses injektor dengan menggunakan alat Gas Chromatograph otomatis.
Analisis Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Substances
Prinsip analisis bilangan TBARS dilakukan dengan menggunakan metode
destilasi mengikuti prosedur Sørensen dan Jørgensen (1996). Pengukuran bilangan
TBARS bertujuan untuk mengetahui terjadinya ketengikan pada daging melalui
pengukuran absorbansi kromogen merah yang terbentuk oleh reaksi antara asam
tiobarbiturat dengan malonaldehida yang dikuantifikasi menggunakan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Larutan TBA 0.02 M akan
dibuat dengan melarutkan 0.38 g TBA (BM = 185.35 g/mol) pada air distilata ke
dalam 100 mL labu takar. Sampel daging ditambahkan 50 mL larutan akuades yang
mengandung 0.1% PG dan 0.1% EDTA dalam Erlenmeyer 500 mL. Setelah itu
ditambahkan sebanyak 47.5 mL akuades, 2.5 mL larutan HCl (HCl:akuades = 1:2)
dan lima tetes antifoam A ke dalam Erlenmeyer. Setelah semua bahan siap alat
destilasi dioperasikan.
Sebanyak 50 mL distilat akan dikoleksi setiap pengujian sampel. Sebanyak
5 mL distilat ditambah 5 mL larutan TBA (0.02 M) ke dalam tabung reaksi lalu
dipanaskan menggunakan waterbath 100°C selama 40 menit sampai warna menjadi
merah muda. Distilat dalam tabung reaksi ditiriskan dan diukur absorbansinya

7
menggunakan spektrofotometer 532 nm. Kurva kalibrasi malonaldehida (MDA)
dibuat melalui pengukuran absorbansi larutan tetraetoksipropana (TEP) pada
konsentrasi 2µM, 4µM, 6µM, 8µM dan 10µM (spektrofotometer 532 nm).
Bilangan TBA dapat dihitung menggunakan persamaan dibawah ini:
TBARS = CMDA ×
TBARS
CMDA
Ms

Vol. Distilat
Vol.Distilat Total
×
Vol. Distilat + Vol. TBA
Ms

= Thiobarbituric acid reactive substances
= Konsentrasi MDA dari kurva standar TEP (µM)
= Bobot sampel awal
Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok 3x3. Pengelompokan
dilakukan berdasarkan kisaran bobot badan, yaitu : kelompok I kisaran 7.4–8.2 kg,
kelompok II kisaran 8.9–10.9 kg dan kelompok III kisaran 12.2–13.6 kg. Perlakuan
yang diberikan adalah sebagai berikut :
P0 = Ransum komplit tanpa MBBM
P1 = Ransum komplit dengan MBBM 4%
P2 = Ransum komplit dengan MBBM 6%
Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + i + βj + ij
Keterangan :
Yij
τj
βi
εij

: Nilai pengamatan perlakuan pakan yang diberikan (P1, P2, dan P3) ke-I
dan blok ke-j
: Nilai rataan umum perlakuan
: Pengaruh perlakuan (P1, P2, dan P3) ke-i
: Pengaruh blok ke-j
: Eror percobaan pada perlakuan (P1, P2, dan P3) ke-i dan blok ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance
atau ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan
(Steel dan Torrie 1993). Pengolahan data menggunakan bantuan Program SPSS
versi 16.0.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lemak Daging Domba Muda
Sifat kimia pada daging domba merupakan salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi mutu daging dan pertimbangan konsumen dalam
memilih daging. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis pemberian ransum komplit
mengandung minyak biji bunga matahari terhadap karakteristik lemak daging
domba muda.
Tabel 3 Karakteristik lemak daging domba muda dengan ransum komplit
mengandung minyak biji bunga matahari
Peubah
Kadar air (%)
Kadar lemak (%)
Asam lemak jenuh (%) (a)
Asam lemak tidak jenuh (%) (a)
Rasio PUFA/SFA
Kolesterol (mg 100g-1)

Perlakuan
P0
74.881±0.320
4.453±0.735
2.890±0.622
1.563±0.426
0.54 : 1
192.000±53.740

P1
74.254±1.574
4.547±1.968
2.823±1.347
1.723±0.668
0.61 : 1
142.500±4.950

P2
75.101±0.363
4.485±0.474
3.573±1.504
2.180±1.150
0.61 : 1
137.000±11.533

P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan kandungan MBBM 4%;
P2: ransum komplit dengan kandungan MBBM 6%. (a): % dalam lemak. SFA (saturated fatty acid):
Asam lemak jenuh; PUFA (poly unsaturated fatty acid): Asam lemak tidak jenuh.

Kadar air
Penambahan MBBM dengan taraf 4% dan 6% menunjukkan pengaruh yang
tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air. Namun demikian, kadar air yang
didapatkan untuk semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Kadar air daging
domba yang normal berkisar 68-75% (Soeparno 2011), 60-80% (Forrest et al. 2001),
dan 75.13% (Purbowati et al. 2006). Hal tersebut mengindikasi bahwa pemberian
MMBM hingga 6% dalam ransum menghasilkan kadar air daging yang normal.
Kadar lemak
Kadar lemak dalam daging jumlahnya sangat bervariasi tergantung dengan
jumlah lemak eksternal dan lemak intramuskular. Kandungan lemak daging
biasanya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur ternak. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa penambahan MBBM ke dalam ransum dengan taraf 4% dan
6% memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar lemak daging.
Kisaran kadar lemak pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
penelitian Purbowati dan Suryanto (2000) yang berada pada kisaran 2.08-3.00%.
Kebutuhan TDN (total digestible nutrient) pada domba umur 4 bulan
dengan berat 20 kg dan target pertambahan bobot badan (PBB) 100 g hari-1 adalah
75% (NRC 2006). Jika dilihat dari TDN ransum pada penelitian ini (Tabel 2) lebih
tinggi dibandingkan dengan kebutuhan TDN domba menurut NRC (2007). Jika
dihubungkan dengan kadar lemak daging antar perlakuan yang tidak berbeda nyata,
maka kemungkinan lemak digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan.
Hal ini didukung hasil penelitian Wibowo et al. (2012) yang menyatakan bahwa

9
pemberian minyak dalam ransum pada dasarnya memiliki kandungan energi yang
tinggi, akan tetapi suplai lemak yang berenergi tinggi ini tidak digunakan sebagai
deposit lemak, tetapi lebih menunjang proses pertumbuhan pada domba muda.
Selain itu berdasarkan laju pertumbuhan maksimumnya, jaringan tubuh
mempunyai urutan pertumbuhan berdasarkan umur yaitu jaringan saraf, tulang, otot,
dan lemak. Berdasarkan hal tersebut menurut Soeparno (2011) lemak menumpuk
di berbagai depot dengan kecepatan yang berbeda dan mempunyai urutan yaitu (1)
lemak abdomen (lemak rongga perut), (2) lemak subkutan (lemak di bawah kulit),
(3) lemak intermuskular (lemak di antara otot), dan (4) lemak intramuskular
(marbling). Sejalan dengan pernyataan tersebut, kemungkinan lain lemak pakan
yang berlebih tidak dideposit sebagai lemak daging tetapi lebih banyak sebagai
lemak abdomen.
Rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh
Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada penambahan MBBM
dengan taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan kontrol
(P>0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Manso et al. (2009), yang
menambah minyak biji bunga matahari 4% pada ransum domba merino jantan umur
kisaran 2 bulanan menunjukkan bahwa kandungan asam lemak dagingnya tidak
berbeda nyata dengan kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
ransum dengan kadar lemak antara 6.76% dan 8.30%, menghasilkan rasio
PUFA:SFA (berkisar 0.54%:1% dan 0.61%:1%) yang lebih tinggi dibanding
dengan pernyataan McAfee et al. (2010) bahwa rasio antara PUFA dengan SFA
pada daging domba muda adalah sekitar 0.15%:1% dan 0.22%:1% (Li et al. 2005).
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MBBM pada penelitian ini menghasilkan
kadar asam lemak tidak jenuh daging yang relatif lebih tinggi.
Kolesterol
Kandungan kolesterol daging domba yang diberi ransum dengan
penambahan MBBM 4% dan 6% mempunyai kadar kolesterol tidak berbeda
dengan kontrol (P>0.05). Kisaran kadar kolesterol pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan Soeparno (2011) yang menyatakan bahwa kadar kolesterol
daging domba sekitar 79-124 mg 100 g-1 daging, serta dari hasil penelitian Astuti
(2006) yang menghasilkan kadar kolesterol sebesar 65.91 mg 100 g-1 daging. Hal
ini diduga disebabkan oleh pemberian ransum yang tinggi kandungan energi dan
lemak pada penelitian ini sehingga daging yang dihasilkan memiliki kadar
kolesterol lebih tinggi dibanding dengan pernyataan tersebut. Namun demikian,
menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) batas anjuran konsumsi kolesterol
manusia dalam makanan adalah ≤ 300 mg per hari sehingga daging pada penelitian
ini masih aman untuk dikonsumsi secara tidak berlebihan (200 g daging hari-1).
Tingginya kadar kolesterol daging yang dihasilkan biasanya dipandang
negatif oleh sebagian masyarakat, namun pada penelitian ini terjadi peningkatan
rasio PUFA:SFA pada daging yang bisa memberi efek positif. Menurut
Beauchesne-Rondeau et al. (2003) dan McAfee et al. (2010), peningkatan rasio
PUFA:SFA dapat mereduksi konsentrasi total kolesterol plasma, low density
lipoprotein (LDL) kolesterol, dan trigliserida, sehingga menurut McAfee et al.
(2010) hal tersebut memiliki dampak yang positif terhadap kesehatan konsumen
daging merah. Penambahan MBBM ke dalam ransum ternyata menunjukkan efek

10
positif terhadap kadar kolesterol daging yang cenderung menurun dibandingkan
dengan kontrol meskipun secara statistik tidak nyata.
Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Stubtances (TBARS)
TBARS adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis kandungan
malonaldehida sebagai salah satu produk yang berasal dari dekomposisi peroksida
dan memiliki potensi untuk bereaksi dengan komponen lain (Turubatović et al.
2013). Hal ini menjelaskan bahwa nilai TBARS yang lebih tinggi menunjukkan
tingkat oksidasi yang terjadi dalam daging lebih besar. Hasil TBARS daging domba
muda yang diberi perlakuan MBBM disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan bilangan TBARS daging domba muda dengan ransum komplit
mengandung minyak biji bunga matahari
Perlakuan
P0
P1
P2

TBARS (mg kg-1)
2.908±1.878
0.773±0.674
0.531±0.229

P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan kandungan MBBM 4%;
P2: ransum komplit dengan kandungan MBBM 6%.

Kandungan TBARS daging domba muda yang diberi ransum dengan
penambahan MBBM pada taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak
berbeda dengan kontrol (P>0.05). Namun meskipun secara statistik tidak berbeda
terdapat kecenderungan bahwa penambahan MBBM dapat menurunkan bilangan
TBARS. Kandungan TBARS pada daging sapi normal berkisar antara 0.6 mg kg-1
sampai 2.0 mg kg-1. Nilai TBARS yang lebih dari 2.0 mg kg-1 dapat menghasilkan
bau tengik yang dapat tercium oleh panelis (Campo et al. 2006). Domba yang tidak
diberi penambahan MBBM memiliki nilai bilangan TBARS diatas kisaran normal
yaitu 2.908±1.878 mg kg-1 yang mengindikasikan sudah menghasilkan bau tengik
yang tercium. Hal ini menunjukkan adanya proses oksidasi lemak pada daging
domba muda. Sejalan dengan Skibsted et al. (1998) bahwa oksidasi lemak dapat
menyebabkan daging berbau tengik dan dimulai dari sistem otot pada tingkat
membran fosfolipida dalam pecahan instraseluler. Banyak faktor yang
mempengaruhi oksidasi lemak tersebut yaitu cahaya, suhu, konsentrasi oksigen,
tingkat kejenuhan dari asam lemak dan adanya enzim (Skibsted et al. 1998). Domba
yang diberi ransum dengan penambahan MBBM berada pada kisaran bilangan
TBARS normal dan belum terindikasi menghasilkan bau tengik. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan penambahan MBBM ke dalam ransum domba muda
dapat menurunkan ketengikan daging.
Penurunan bilangan TBARS pada daging yang ditambahkan MBBM ke
dalam ransumnya diduga disebabkan oleh kandungan antioksidan yang terkandung
di dalam MBBM berupa vitamin E. Kandungan rata-rata vitamin E dalam MBBM
yaitu sebesar 40.08 mg 100 g-1 (USDA 2011). Menurut data Nasiu et al. (2013)
kandungan vitamin E yang berperan sebagai antioksidan pada daging sangat
penting untuk mencegah terjadinya ransiditas atau ketengikan yang disebabkan oleh
oksidasi lemak. Sejalan dengan hal ini Channon dan Trout (2002) menyatakan
bahwa PUFA sangat rentan terhadap proses oksidasi karena adanya ikatan ganda

11
yang labil serta semakin tinggi tingkat ketidak jenuhan asam lemak, kerentanan
terhadap proses oksidasi akan meningkat secara proporsional.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% ke dalam ransum
komplit domba muda menghasilkan daging dengan karakteristik lemak dan
kolesterol yang sama, serta memiliki kadar poly unsaturated fatty acid (PUFA)
yang relatif tinggi dengan tingkat ketengikan yang rendah.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penambahan minyak biji
bunga matahari pada ransum domba muda dengan level pemberian yang sama
disertai dengan penambahan antioksidan sebagai proteksi asam lemak tidak jenuh.

DAFTAR PUSTAKA
Alhaidary A, Mohamed HE, Beynen AC. 2010. Impact of dietary fat type and amo
unt on growth performance and serum cholesterol in rabbits. Amer J Anim
Vet Sci. 5(1): 60-64.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2000. Official Method
994.10: Cholesterol in Foods-Direct Saponification-Gas Chromatographic
Method. Arlington (US): AOAC International.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. Official Methods of
Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington DC
(US): Agricultural Chemists.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington DC
(US): Agricultural Chemists.
Astuti N. 2006. Kandungan nutrisi dan kadar kolesterol daging domba garut masa
menyusu (milk lamb), muda (lamb), dan dewasa (mutton) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Bahar B. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Beauchesne-Rondeau E, Gascon A, Bergeron J, Jacques H. 2003. Plasma lipids and
lipoproteins in hypercholesterolaemic men fed a lipid-lowering diet
containing lean beef, lean fish, or poultry. Amer J Clin Nutr. 77:587-593.
Campo MM, Nute GR, Hughes SI, Enser M, Wood JD, Richardson RI. 2006. Flavo
ur perception of oxidation in beef. Meat Sci. 72: 303–311. doi:10.1016/j.me
atsci.2005.07.015.

12
Channon HA, Trout GR. 2002. Effect of tocopherol concentration on rancidity
development during frozen storage on a cured and uncured processed pork
product. Meat Sci. 62: 9-17.
Forrest JC, Aberle ED, Hedrick HB, Judge MD, Markel RA. 2001. Principle of
Meat Science. San Fransisco (US): WH Freeman.
Li D, Siriamornpun S, Wahlqvist ML, Mann NJ, Sinclair AJ. 2005. Lean meat and
heart health [review]. Asia Pac J Clin Nutr. 14(2): 113-119.
Mahan LK, Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed.
Philadelphia (US): Saunders Elsevier.
Manso T, Bodas R, Castro T, Jimeno V, Manteco AR. 2009. Animal performance
and fatty acid composition of lambs fed with different vegetable oils. Meat
Sci. 83:511-516. doi:10.1016/j.meatsci.2009.06.035.
McAfee AJ, McScorley EM, Cuskelly GJ, Moss BW, Wallace JMW, Bonham MP,
Fearon AM. 2010. Red meat consumption: An overview of the risks and
benefits [review]. Meat Sci. 84(1): 1-13. doi:10.1016/j.meatsci.2009.08. 029.
Nasiu F, Yusiati LM, Supadmo. 2013. Pengaruh suplementasi vitamin E dalam
ransum yang mengandung capsulated crude palm oil terhadap kandungan
polyunsaturated fatty acid daging dan performa kambing Bligon. Buletin
Petern. 37(3):181-188.
[NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Small
Ruminants: Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids. Washington
DC (US): The National Academies Pr.
Purbowati E, Suryanto E. 2000. Kualitas kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps
femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang
berbeda. J Pengembangan Peternakan. 25(2): 66-71.
Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2006. Komposisi
kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba lokal jantan yang
dipelihara di pedesaan pada bobot potong yang berbeda. Animal Production.
8(1):1-7.
Rousset-Akrim S, Young OA, Berdague JL. 1997. Diet and growth effects in panel
assessment of sheepmeat odour and flavour. Meat Sci. 45:169-181.
Sartika RAD. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans
terhadap kesehatan. JKMN. 2(4):154-160.
Skibsted LH, Mikkelsen A, Bertelsen G. 1998. Lipid derived off flavours in meat.
Di dalam: Shahidi F, editor. Flavor of Meat, Meat Products and Seafoods.
2nd ed. London (GB): Blackie Academic and Professional. hlm 217-248.
Soeparno. 2011. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-5. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Sørensen G, Jørgensen S. 1996. A critical examination of some experimental
variables in the 2-thiobarbituric acid (TBA) test for lipid oxidation in meat
products. Z Lebensem Unters Forsch. 202:205-210.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Ed ke-3. Terjemahan.
Jakarta (ID): PT Gramedia.
Turubatović L, Vranić D, Karan D, Petrović Z, Milijašević M, Vesković-Moraćanin
S. 2013. Influence of modified atmosphere packaging on chemical and
sensory changes of beef. JHED. 4:106-111.
[USDA] United States Department of Agriculture. 2011. National Nutrient
Database for Standard Reference Release 27 [Internet]. [diakses 2015 Mar
9]. Tersedia pada: http://ndb.nal.usda.gov/ndb/nutrients/report/nutrientsfr

13
m?max=25&offset=0&totCount=0&nutrient1=323&nutrient2=573&nutrie
nt3=&subset=0&fg=4&sort=c&measureby=g.
Wibowo MS, Efendi MD, Widyawati SD, Lutojo, Riyanto J, Suprayogi WPS. 2012.
Pengaruh suplementasi minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit
terproteksi dalam ransum terhadap performan dan kualitas kimia daging
domba lokal jantan. Tropical Animal Husbandry. 1(1):67-74.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis ragam kadar air
SK
Perlakuan
Kelompok

JK
1.161

db
2

KT
0.580

Fhit
0.885

Sig.
0.481

2.797

2

1.399

2.132

0.234

Galat

2.624

4

0.656

Total
6.582
8
R Kuadrat = 0.601 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.203)

Lampiran 2 Hasil analisis ragam kadar lemak
SK
JK
db
KT
Perlakuan
0.000
2
0.000
Kelompok
0.001
2
0.000
Galat
0.001
4
0.000
Total
0.002
8
R Kuadrat = 0.532 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.064)

Fhit
0.617
1.655

Sig.
0.584
0.299

Lampiran 3 Hasil analisis ragam asam lemak jenuh
SK
Perlakuan

JK

db

KT

Fhit

Sig.

1.034

2

0.517

0.676

0.558

2.434

0.203

Kelompok
3.720
2
1.860
Galat
3.057
4
0.764
Total
7.811
8
R Kuadrat = 0.609 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.217)

Lampiran 4 Hasil analisis ragam asam lemak tidak jenuh
SK
Perlakuan
Kelompok
Galat
Total

JK
0.614
1.446
2.143
4.204

db
2
2
4
8

KT
0.307
0.723
0.536

Fhit
0.573
1.350

Sig.
0.604
0.356

R Kuadrat = 0.490 (Penyesuaian R Kuadrat = -0.020)

Lampiran 5 Hasil analisis ragam rasio asam lemak
SK
Perlakuan
Kelompok
Galat
Total

JK
0.095
0.713
0.169
0.977

db
2
2
4
8

KT
0.047
0.357
0.042

R Kuadrat = 0.827 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.654)

Fhit
1.122
8.453

Sig.
0.410
0.037

15
Lampiran 6 Hasil analisis ragam kolesterol
SK
Perlakuan

JK

db

KT

Fhit

Sig.

1334.036

2

667.018

0.278

0.771

Kelompok

5530.302

2

2765.151

1.152

0.403

Galat

9604.871

4

2401.218

Total

16469.209

8

R Kuadrat = 0.417 (Penyesuaian R Kuadrat = -0.166)

Lampiran 7 Hasil analisis ragam TBARS
SK
Perlakuan

JK

db

KT

Fhit

Sig.

10.261

2

5.131

3.491

0.133

Kelompok

2.196

2

1.098

0.747

0.530

Galat

5.878

4

1.470

Total

18.335

8

R Kuadrat = 0.679 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.359)

Keterangan :
SK
JK
Db
KT
Fhit
Sig

= sumber keragaman
= jumlah kuadrat
= derajat bebas
= kuadrat tengah
= nilai F
= signifikansi

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada
tanggal 3 Juni 1992. Penulis merupakan anak Pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Mulgiyanto dan Ibu
Roikhah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 05 Pagi
Cibubur Jakarta Timur tahun 1999-2004. Pendidikan
dilanjutkan di SMPN 233 Jakarta tahun 2004-2007, tahun 2010
penulis lulus dari MAN 2 Jakarta dan pada tahun yang sama
diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, IPB sebagai pilihan pertama melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum
Nutrisi Ternak Pedaging dan Pengantar Ilmu Nutrisi 2014/2015. Penulis juga aktif
sebagai staff Budaya Olahraga dan Seni BEM-D IPB 2012-2013, Pengurus
ISMAPETI wilayah II Divisi Kajian Peternakan periode 2012/2013, anggota
Komunitas Fotografi IPB (SHUTTER) 2013-2015. Selain itu, penulis juga aktif di
berbagai kegiatan kepanitian kegiatan mahasiswa Fakultas Peternakan IPB, antara
lain: Dekan Cup 2012 (Ketua) dan sebagai Divisi Desain, Dekorasi dan
Dokumentasi pada acara Fapet Golden Week 2011 dan 2012, Seminar Nasional
Peternakan 2011 dan 2012, Feed Formulation Training 2013 dan dokumentasi pada
acara The 2nd Asian-Australasian Dairy Goat Conference (AADGC) 2014.

UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi robbil alamin atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia,
serta nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada penulis sehingga
masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku pembimbing
akademik dan pembimbing tugas akhir, Dr Tuti Suryati, SPt MSi selaku
pembimbing tugas akhir, Dilla Mareistia Fassah, SPt MSi selaku dosen pembahas
seminar hasil penelitian 27 Februari 2015, Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Muhamad
Baihaqi, SPt MSc selaku dosen penguji sidang 16 Juni 2015 dan seluruh staf
pengajar INTP atas bimbingan dan arahan selama penelitian hingga akhir penulisan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu, Ratna Dwi Fatmawati
dan Lidiya Syahdiah, SPd dan seluruh keluarga penulis atas doa, dukungan, dan
kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih
kepada BOPTN IPB sebagai sumber dana desentralisasi penelitian. Terima kasih
atas kesan yang mendalam kepada teman-teman asrama, TPB dan kuliah; AN
Fadhian, AA Sukma, B Winata, WD Atmoko, E Imaduddi, F Adzimatinur dan AD
Mandasari. Tidak lupa rekan-rekan seperjuangan Fakultas Peternakan, seluruh
rekan-rekan INTP 47 (D.NET), terutama teman satu penelitian dan bimbingan
akademik (Muhamad Fandi Ramdhani, Ranu Sailandi), sahabat (Ichsan Gigih
Prakoso, Tenti Rahmawati), keluarga besar laboratorium Ilmu Ternak Daging dan
Kerja yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah dan penelitian.