Analisis Kesenjangan Antara Dokumen Perencanaan dengan Kondisi Eksisting Di Kota Sukabumi

Adapun nilai kesenjangan pada indikator makro pembangunan antara kondisi eksisting Tahun 2009 dan target yang ditentukan dalam tahapan pembangunan Tahun 2008 – 2013 dapat dilihat pada Gambar 28 dan Tabel 60. Sumber : Hasil Analisis,2011 Gambar 28Pengukuran Kinerja Indikator Makro Pembangunan di Kota Sukabumi Tahun 2009 Tabel 60 Nilai Kesenjangan Antara Target dalam Tahapan Rencana Tahun 2008 – 2013 dengan Kondisi Eksisting Tahun 2009 No. Indikator Pembangunan Target 2009 Kondisi Eksisting Tahun 2009 Nilai Kesenjangan Kondisi Eksisting – Target 1. Kesejahteraan dan Pemerataan ekonomi Jumlah Penduduk 289.706 282.228 7.478 Laju Pertumbuhan Penduduk LPP 2,37 1,31 1,06 Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE 6,76 6,14 0,62 Inflasi Asumsi 6,27 3,49 2,78 Ketimpangan Kemakmuran Gini Ratio 0,2 0,265 0,07 Pendapatan Perkapita Rp. tahun 12.012.571 15.279.800 3.267.229 Daya Beli Rp.ribu per jiwa bulan 567.784 568.524 740 2. Kesejahteraan Sosial Angka Melek Huruf AMH 99,47 97,32 2 Angka Rata-Rata Lama Sekolah RLS tahun 10,01 11,05 1,04 Angka Partisipasi Murni APM tahun - SD MI Paket A 99,99 99,7 0,29 - SMP MTs Paket B 99,94 99,75 0,19 - SMU MA Paket C 99,15 92,21 6,94 Angka Partisipasi Kasar APK tahun - SD MI Paket A 116,56 90,39 26 - SMP MTs Paket B 107,49 95,29 12 - SMA Paket C 103,39 60,14 43 3. Kesehatan Angka Usia Harapan Hidup AHH tahun 72,54 71,87 0,67 Angka Kematian Bayi AKB 1.000 kelahiran hidup 29,91 34 4 4. Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Jiwa 66.596 46.254 20.342 Persentase Penduduk Miskin 22,99 16,4 6,59 Ketenagakerjaan Angka Partisipasi Angkatan Kerja 45,56 57,81 12 5. Keuangan Daerah Pendapatan Asli Daerah PAD 53.319.776.000 63.134.763.000 9.814.987.000 Dana Perimbangan 355.340.263.280 384.732.387.000 29.392.123.720 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 36.697.995.400 62958274000 26.260.278.600 APBD 493.455.000.000 582.333.706.000 88.878.706.000 6. Indeks Pembangunan Manusia IPM 76,55 74,49 2 Sumber : Hasil Analisis,2011. Keterangan : : Nilai kesenjangan yang mengindikasikan perlunya perbaikan di masa yang akan datang : Nilai kesenjangan yang mengindikasikan keberhasilan program pembangunan Apabila hasil Analisis Isi content analysis dari RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005 – 2025 dibandingkan dengan hasil persepsi stakeholder yang nota bene merupakan pelaku dibalik penyusunan dokumen tersebut, maka terdapat kesenjangan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 61. Tabel 61Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Persepsi Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP 1. Lingkungan Neraca SDA lingkungan 2. Sosial Kesetaraan 3. Ekonomi Pendapatan daerah 4. Kelembagaan Komunikasi koordinasi 1. Lingkungan Degradasi lingkungan 2. Kelembagaan Partisipasi hak-hak publik 3. Ekonomi Pendapatan masyarakat 4. Sosial Keadilan 1. Sosial Menghargai perbedaan 2. Ekonomi Pendapatan masyarakat 3. Kelembagaan Komunikasi Koordinasi 4. Lingkungan Neraca SDA Lingkungan Sumber : Hasil Analisis,2011. Untuk draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029, karena proses legalisasi dokumen perencanaan tersebut belum sampai ke peraturan daerah, maka keterkaitan antara nomenklatur dalam dokumen tersebut dengan realita ketercapaiannya belum dapat dikaji. Peneliti hanya mengkaji analisis kesenjangan yang dihasilkan dari analisis isi pada draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009- 2029 dengan hasil analisis AHP persepsi Stakeholders yang merupakan pelaku dalam proses penyusunan draft tersebut. Adapun hasil Analisis Kesenjangan pada penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 62. Tabel 62 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi pada Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 Persepsi Hasil Analisis Isi RTRW Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP 1. Lingkungan Neraca SDA lingkungan 2. Sosial Kesetaraan 3. Ekonomi Pendapatan daerah 4. Kelembagaan Komunikasi koordinasi 1. Lingkungan Degradasi lingkungan 2. Kelembagaan Partisipasi hak-hak publik 3. Ekonomi Pendapatan masyarakat 4. Sosial Keadilan 1. Lingkungan Potensi SDA 2. Ekonomi Pendapatan daerah dan Kelembagaan Komunikasi Koordinasi serta kepemimpinan 3. Sosial Keadilan Sumber : Hasil Analisis,2011. 7.2.3 Analisis Kesenjangan Dalam Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Hasil analisis pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas Jawa Barat menghasilkan nilai-nilai indeks komposit. Dari nilai indeks komposit tersebut maka diketahui bahwa ada 3 tema indikator pembangunan berkelanjutan yang mempunyai nilai indeks komposit yang lebih tinggi daripada nilai indeks komposit Provinsi Jawa Barat. Nilai indeks komposit tersebut yaitu pada tema pendidikan, tema kesehatan, dan tema sumberdaya air. Akan tetapi apabila hasil analisis ini digabungkan dengan hasil analisis persepsi dari stakeholders mengenai urutan prioritas faktor yang mempengaruhi pembangunan berkelanjutan dan hasil Analisis Isi pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun 20015-2025, maka terdapat 6 indikator pembangunan berkelanjutan faktual yang sesuai. Untuk lebih jelasnya kesesuaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 63. Tabel 63 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder, Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 dengan Realita Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Persepsi Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Realita Ketercapaian Indikator pembangunan Berkelanjutan Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP 1. Lingkungan Neraca SDA lingkungan 2. Sosial Kesetaraan 3. Ekonomi Pendapatan daerah 4. Kelembagaan Komunikasi koordinasi 1. Lingkungan Degradasi lingkungan 2. Kelembagaan Partisipasi hak-hak publik 3. Ekonomi Pendapatan masyarakat 4. Sosial Keadilan 1. Sosial Menghargai perbedaan 2. Ekonomi Pendapatan masyarakat 3. Kelembagaan Komunikasi Koordinasi 4. Lingkungan Neraca SDA Lingkungan 1. Sosial Rasa Aman 2. Lingkungan Potensi SDA 3. Kelembagaan Partisipasi Hak-hak publik Sumber : Hasil Analisis,2011. Adapun kesenjangan yang terjadi antara hasil-hasil penelitian secara lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 64. Urutan prioritas prinsip pembangunan berkelanjutan ternyata berbeda-beda untuk setiap obyek penelitian. Penentuan faktor-faktor yang paling berpengaruh pada setiap aspek pembangunan berkelanjutan juga berbeda pada setiap hasil penelitian. Tidak semua aspek dalam prinsip pembangunan berkelanjutan ada pada setiap hasil penelitian terutama pada realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan. Tabel 64 Hasil Output Penelitian Persepsi Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Hasil Analisis Isi RTRW Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Realita Ketercapaian Indikator pembangunan Berkelanjutan Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP Masyarakat 1. Lingkungan Neraca SDA lingkungan 2. Sosial Kesetaraan 3. Ekonomi Pendapatan daerah 4. Kelembagaan Komunikasi Koordinasi 1. Lingkungan Degradasi lingkungan 2. Kelembagaan Partisipasi hak- hak publik 3. Ekonomi Pendapatan masyarakat 4. Sosial Keadilan 1. Sosial Keadilan 2. Ekonomi Pendapatan Masyarakat 3. Lingkungan Potensi SDA Kelembagaan Komunikasi Koordinasi 1. Sosial Menghargai perbedaan 2. Ekonomi Pendapatan masyarakat 3. Kelembagaan Komunikasi Koordinasi 4. Lingkungan Neraca SDA Lingkungan 1. Lingkungan Potensi SDA 2. Ekonomi Pendapatan daerah dan Kelembagaan Komunikasi koordinasi serta kepemimpinan 3. Sosial Keadilan 1. Sosial Rasa Aman 2. Lingkungan Potensi SDA 3. Kelembagaan Partisipasi Hak-hak publik Sumber : Hasil Analisis, 2011.

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Stakeholderdi Kota Sukabumi telah memahami prinsip pembangunan berkelanjutandengan memberikan definisi pembangunan berkelanjutan menurut pemahaman sendiri, yang terdiri dari proses pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan hasil dari pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.Stakeholder berpandangan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan adalah aspek lingkungan faktor neraca SDA dan lingkungan, aspek sosial faktor kesetaraan, aspek ekonomi faktor pendapatan daerah dan aspek kelembagaan faktor komunikasi dan koordinasi. Secara hierarkhi aspek- aspek pembangunan berkelanjutan menurut stakeholder adalah aspek lingkungan faktor degradasi lingkungan, aspek kelembagaan partisipasi dan hak-hak publik, aspek ekonomi pendapatan masyarakat, dan aspek sosial faktor keadilan.Menurut persepsi masyarakat, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan adalahaspek sosial faktor keadilan, aspek ekonomi faktor pendapatan masyarakat, aspek lingkungan faktor potensi SDA dan aspek kelembagaan faktor komunikasi koordinasi. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terdapat di dalam Dokumen Perencanaan Kota Sukabumi. Dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 terdapat prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang meliputiaspek sosial faktor menghargai perbedaan, aspek ekonomi faktor pendapatan masyarakat, aspek kelembagaan faktor komunikasi dan koordinasi dan aspek lingkungan faktor neraca SDA dan Lingkungan. Dalam draft RTRWKota Sukabumi Tahun 2009-2029 terdapat prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek lingkungan faktor potensi SDA, aspek ekonomi faktor pendapatan daerah dan aspek kelembagaan faktor komunikasi dan koordinasi serta kepemimpinan dan aspek sosial faktor keadilan. Pendidikan, kesehatan, dan sumberdaya air adalah tiga indikator pembangunan berkelanjutan yang tertinggi dicapai oleh Kota Sukabumi. Berdasarkan empat aspek pembangunan pembangunan berkelanjutan, Kota Sukabumi telah mecapai tiga aspek, yaitu aspek sosial faktor rasa aman, aspek lingkungan faktor potensi SDA, dan aspek kelembagaan faktor partisipasi dan hak-hak publik. Terdapat kesenjangan mengenai persepsi, prinsip-prinsip, dan indikator pembangunan berkelanjutan diantara masyarakat, stakeholder, dan yang terdapat dalam dokumen perencanaan Kota Sukabumi. Kesenjangan juga terjadi antara indikator yang terdapat dalam dokumen perencanaan dengan realitas ketercapaian indikator pembagunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Penyebabnya adalahpembangunan berkelanjutan belum menjadi mainstreaming atau pengarusutamaan yang diterapkan serta menjiwai dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi.

8. 2 Saran

Pemahaman dan persepsi yang sama mengenai prinsip pembangunan berkelanjutan perlu ditanamkan kepada stakeholder sebagai pelaku pembangunan dan juga kepada masyarakat karena inti dari terwujudnya pembangunan berkelanjutan adalah proses perencanaan yang melibatkan berbagai pihak dengan koordinasi dan komunikasi yang baik.Kepedulian akan masa yang datang merupakan modal dasar dalam berlanjut tidaknya suatu kota. Kesenjangan antara hasil persepsi stakeholder dan persepsi masyarakat mengenai pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan merupakan indikasi belum adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antara stakeholder dan masyarakat mengenai peran serta masyarakat. Perencanaan partisipatif sampai sejauh inimasih bersifat seremonial karena masih didominasi oleh pemikiran dari pemerintah kota, bukan murni dari keinginan masyarakat. Oleh karena itu, di Kota Sukabumi perlu diadakannya public hearing, memperbanyak ruang yang memungkinkan proses partisipasi terjadi, memperbanyak kesempatan dan waktu untuk terjadinya perencanaan yang partisipatif.Proses perencanaan partisipatif di Kota Sukabumi belum dipraktekkan secara menyeluruh sehingga perlu diperluas keterlibatan pihak lain dan harus sering dilakukannya ‘turun’ kepada masyarakat.Pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan untuk mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang. Perencanaannya harus seluas mungkin dengan melibatkan masyarakat. Pemerintah Kota Sukabumi perlu untuk mengevaluasi dan intropeksi diri dengan pengukuran kinerja yang baik terhadap ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi. Evaluasi tersebut mencakup juga ketercapaian pembangunan terhadap masyarakat, terjawab tidaknya esensi kebutuhan masyarakat secara faktual. Pemerintah Kota Sukabumi perlu membuat aturan yang jelas mengenai hal- hal yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pemenuhan kebutuhan penduduk Kota Sukabumi di masa yang akan datang. Hal ini akan merupakan pijakan dalam menggapai impian Kota Sukabumi menjadi kota yang berkelanjutan.