The Perception Imbalance and The Indicator Comprehension of Sustainable Development in Regional Planning of Sukabumi, West Java Province

(1)

IRMA RAHMANIAH

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kesenjangan Persepsi dan Pemahaman Indikator Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Januari 2012

Irma Rahmaniah


(3)

Comprehension of Sustainable Development in Regional Planning of Sukabumi, West Java Province. Under direction of ERNAN RUSTIADI and FREDIAN TONNY NASDIAN

The purpose of the development is to increase the society prosperity can’t be avoided by the nature resources using: however nature resources exploitation which less attention to the capability and environment support make it’s qua lity decline. Sustainable development must be put as a need and now and future aspiration. Thus, the human right as economy, social and culture right, and development right is able to assist to make the development concept formula orientation continuity clear. The purpose of sustainable development could be achieved if the development planning has been got by the continuity principle of it, beside it should be understood/comprehended by the whole sides because it will participate both in planning and its application. Sukabumi is one of the city which rate growth of population getting increase. The rate of growth population about 1,31% pe annum, so it should be anticipated because the large of Sukabumi is only 4.800,23 Ha. Although Sukabumi is not too large but the population grow fastest. If there is no wise arrangement it will appear the ecological suicide like worried by Simonds (1986). Thus, the generation needed should be anticipated optimally by consideration the future needed. The continuity and balance city planning should be begun from the same perception and stakeholder or society comprehension in Sukabumi. The research purpose are following: 1) identify the perception and the comrehension of sustainable development principle from stakeholder and society in Sukabumi, 2) identify the sustainable development principle in planning document in Sukabumi, 3) analysis the indicator achievement of sustainable development, 4) analysis if there is an imbalance/gaps or not among the research result 1, 2, and 3. The result of research indicated that there is a perception imbalance and comprehension in indicator of sustainable development not only from stakeholder and society but also in planning document in Sukabumi. Imbalance indicated that it should be a performance increased in improving the actual performance, so that it seems like a feedback for getting better on future. The result of research indicated that the sustainable development principle has not become mainstreaming in planning document in sukabumi. However in Sukabumi there was an indicator achievement of sustainable development conspicuous than others city such as in education, health and water resources theme.

Keywords : regional planning, sustainable development, indicator of sustainable development, perception, imbalance/gaps


(4)

Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan FREDIAN TONNY NASDIAN.

Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan. Karena itu hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila perencanaan pengembangan suatu wilayah telah dijiwai oleh prinsip keberlanjutan dari suatu pembangunan yang tentunya harus dipahami oleh semua pihak karena akan berperan dan turut serta baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

Kota Sukabumi merupakan suatu kota yang terus meningkat jumlah penduduknya, dimana rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi yaitu sebesar 1,31% tiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang relatif besar ini merupakan suatu hal yang harus diantisipasi mengingat luas lahan di Kota Sukabumi hanya

Perencanaan wilayah yang bertujuan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan seimbang haruslah dimulai dari adanya persamaan persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi, (2) mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi, (3) menganalisis

ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dan (4) menganalisis ada/tidaknya kesenjangan antara hasil penelitian 1, 2 dan 3.

4.800,23 Ha. Walaupun lahan di Kota Sukabumi tidak begitu luas, namun pembangunan di kota ini berkembang dengan pesatnya. Perubahan penggunaan

lahan menjadi lahan terbangun secara signifikan terus meningkat di Kota Sukabumi. Apabila tidak ada langkah bijaksana dalam pembangunan di kota

ini, maka apa yang dikhawatirkan oleh Simonds (1986), yaitu ‘ecological suicides’ atau bunuh diri ekologis dapat terjadi. Oleh sebab itu, maka mengantisipasi kebutuhan generasi sekarang dengan optimal dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang merupakan pemikiran yang harus dipadukan dalam perencanaan di wilayah ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat kesenjangan persepsi dan pemahaman dalam indikator pembangunan berkelanjutan baik antara stakeholder dan masyarakat, dalam dokumen perencanaan, maupun dalam realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Kesenjangan merupakan suatu indikasi bahwa haruslah ada peningkatan kinerja dalam memperbaiki kinerja aktual, sehingga hal ini merupakan salah satu umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan datang.


(5)

demikian terdapat ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang menonjol dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas

(Provinsi Jawa Barat) yaitu tema pendidikan, tema kesehatan dan tema sumber daya air.

Kata kunci: Perencanaan Wilayah, Pembangunan Berkelanjutan, Indikator Pembangunan Berkelanjutan, Persepsi, Kesenjangan.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan lirik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.


(7)

IRMA RAHMANIAH

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER SAINS

Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(8)

(9)

Nama : Irma Rahmaniah

NRP : A156100234

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ernan Rustiadi,M.Agr.

Ketua Anggota

Ir. Fredian Tonny,MS.

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB

Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.


(10)

Sebuah karya yang kuperuntukkan bagi orang-orang yang kukasihi dan mengasihiku :

Suamiku tercinta Andri Zaenal Sadikin dan kedua putraku tersayang: Muhammad Iqbal Husaini dan Fauzhan Rafa Firdaus, terimakasih atas


(11)

Segenap puja dan puji senantiasa terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hati,mata, lisan dan pikiran kepada manusia. Salam atas semua utusan-Nya yang suci, para penyeru tauhid dan keadilan, terutama kepada yang paling mulia diantara mereka, yaitu Khatam al-Anbiya Muhamad Al Mustafa beserta keluarganya. Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT semata sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Kesenjangan Persepsi dan Pemahaman Indikator Pembangunan Berkelanjutan dalam Perencanaan Wilayah di Kota Sukabumi.

Penelitian ini tidak terlepas dari peran dan dukungan berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir.Ernan Rustiadi,M.Agr. dan Bapak Ir.Fredian Tonny,MS. sebagai dosen pembimbing dengan kesabaran dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membuka wawasan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Ibu Dr.Ir.Laksmi Adriani Savitri,Msi., selaku dosen penguji luar atas masukan dan sarannya.

3. Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan

beasiswa yang diberikan kepada penulis.

4. Pemerintah Daerah Kota Sukabumi yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini.

5. Segenap dosen dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah IPB yang telah mengajar dan membantu penulis selama mengikuti studi.

6. Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada suami tercinta Andri Zaenal Sadikin dan kedua anakku tersayang Muhammmad Iqbal Husaini dan Fauzhan Rafa Firdaus beserta seluruh keluarga, atas segala do’a, dukungan, kasih sayang, dan pengorbanannya.

7. Rekan-rekan seperjuangan PWL 2010 yang kompak dan bersemangat pantang menyerah.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik moril maupun materiil selama studi dan penulisan tesis ini.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, oleh sebab itu penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat dan menjadi barokah bagi kita semua.Amin Ya Robbal A’lamin.

Bogor, Januari 2012


(12)

Penulis dilahirkan di Kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1975 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan

Drs.H.Aan Taqwa Ali Husein dan Ny.Hj.Neneng Siti Arfah (Almarhumah). Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri Nanggeleng I Kota Sukabumi pada Tahun 1988. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri I Kota Sukabumi dan menyelesaikannya pada Tahun 1991.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri I Kota Sukabumi dan pada

tahun yang sama melanjutkan studi di Universitas Islam Bandung (Unisba) Kota Bandung. Penulis mengambil jurusan di Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Unisba. Penulis lulus dengan menyandang

gelar Sarjana Teknik (ST) pada Tahun 2000. Dua tahun kemudian, yaitu pada Tahun 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Pemerintah Kota Sukabumi, mulai bekerja pada Bulan Maret Tahun 2003 dan

ditempatkan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi.

Pada Tahun 2009 penulis dipromosikan menduduki jabatan di Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (KPMPT) Kota Sukabumi.

Selanjutnya pada tahun berikutnya, Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S2 yang dibiayai oleh Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjan Institut Pertanian Bogor (IPB).


(13)

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 14

1.4 Manfaat Penelitian... 15

1.5 Kerangka Pemikiran... 15

II TINJAUAN PUSTAKA... 17

2.1Pembangunan Berkelanjutan sebagai Paradigma... 17

2.2 Sejarah Lahirnya Paradigma Pembangunan Berkelanjutan... 18

2.3 Konsep dalam Pembangunan Berkelanjutan... 19

2.4 Definisi Pembangunan Berkelanjutan... 20

2.5 Perencanaan dalam Pembangunan... 22

2.6 Definisi Wilayah... 25

2.7 Indikator Pembangunan Berkelanjutan... 26

2.7.1 Lingkungan yang Berkelanjutan dan Seimbang (Environmentally Sustainable/Ecological Balance... 29

2.7.2 Aspek Sosial yang Bertanggungjawab dan Berkembang (Socially Responsible/Social Progres)... 30

2.7.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Berkelanjutan (Economically Viable/Economic Growth... 31

2.7.3 Kelembagaan Berkelanjutan (Institutional Sustainability)... 32

2.8 Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City)... 33

III METODE PENELITIAN... 39

3.1 Tempat dan Waktu... 39

3.2 Metode Pengumpulan Data... 40

3.3 Bagan Alir Penelitian... 41

3.4 Metode Analisis Data... 41

3.4.1Analisis Deskriftif... 41

3.4.2 Statistika Deskriftif... 43

3.4.3 Analisis Persepsi dan Pemahaman... 43

3.4.4 Analisis Hirarki Proses/Analytic Hierarchy Process (AHP)... 48

3.4.4.1Substansi Kuisioner untuk Stakeholder... 52

3.4.4.2 Penentuan Struktur Hirarki untuk AHP... 53

3.4.5 Analisis Ketercapaian Indikator Berdasarkan Indeks Komposit... 56

3.4.5.1 Indikator Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan Kerangka Kerja Commision Sustainable Development (CSD)Tahun 2007... 58


(15)

3.4.5.2 Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan

pada Penelitian... 61

3.4.6 Analisis Isi (Content Analysis)... 61

3.4.6.1 Penerapanan Analisis Isi pada Penelitian... 65

3.4.7 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)... 66

3.4.7.1 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) dan Pengukuran Kinerja... 68

IV PROFIL DAN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI... 71

4.1 Administrasi... 71

4.2 Fisik Dasar Wilayah... 72

4.2.1 Penggunaan Lahan... 72

4.2.2 Sumber Daya Air... 73

4.3 Perekonomian Daerah... 74

4.3.1 Ekonomi Makro... 74

4.3.1.1Ekonomi Kota Sukabumi dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat... 74

4.3.1.2 Ekonomi Kota Sukabumi dalam Lingkup Internal... 74

4.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita di Kota Sukabumi... 75

4.3.1.4 Ekonomi tiap Kecamatan di Kota Sukabumi... 76

4.3.2 Ekonomi Sektoral... 78

4.3.2.1 Industri... 78

4.3.2.2 Perdagangan... 80

4.3.2.3 Pertanian... 81

4.3.2.4 Wisata... 81

4.3.2.5 Kondisi Aspek Transportasi... 82

4.4 Sosial dan Kependudukan... 83

4.4.1 Kependudukan... 83

4.4.2 Ketenagakerjaan... 85

4.5Kebijakan... 87

4.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun 2005-2025... 87

4.5.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sukabumi Tahun 2008-2013... 89

4.6.2.1 Visi dan Misi... 89

4.6.2.2 Kebijakan dan Strategi... 90

4.5.3 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun 2009-2029... 92

4.6.3.1 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Sukabumi Kota Sukabumi Tahun 2009-2029...92

4.6.3.2 Rencana Struktur Ruang... 94

4.6.3.3 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang... 95


(16)

V PERSEPSI STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT DI KOTA SUKABUMI TENTANG PRINSIP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN... 99

5.1 Persepsi dan Pemahaman Stakeholder di Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 99

5.1.1 Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Substansi Bagian Pertama... 100

5.1.2 Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Substansi Bagian Kedua... 107

5.2 Persepsi dan Pemahaman Masyarakat di Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 115

VI PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM DOKUMEN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI... 127

6.1 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005 – 2025... 128

6.2 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029... 133

VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTANDI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN... 138

7.1 Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi... 138

7.2 Kesenjangan Antara Persepsi dan Pemahaman Stakeholder dan Masyarakat , Dokumen Perencanaan dan Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi...144

7.2.1 Kesenjangan Antara Persepsi Stakeholders dan Persepsi Masyarakat... 144

7.2.2 Analisis Kesenjangan Antara Dokumen Perencanaan dengan Kondisi Eksisting di Kota Sukabumi... 145

7.2.3 Analisis Kesenjangan dalam Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi... 150

VIII KESIMPULAN DAN SARAN... 154

8.1 Kesimpulan... 154

8.2 Saran... 155 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2005

– 2009... 5

2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun 2009... 10

3 Pekiraan Emisi CO2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kota Sukabumi Tahun 2009... 11

4 Jumlah Responden, Teknik Sampling, Metode Pengambilan Data dan Hasil yang diinginkan... 40

5 Tujuan Penelitian,Metode Analisis, Variabel, Sumber Data dan Output Penelitian... 42

6 Hasil Wawancara sebagai Kerangka Acuan Kuesioner... 46

7 Validitas Kuisoner... 48

8 Acuan Skala Kepentingan dalam Analisis Hierarki Proses... 51

9 Tingkat Konsistensi Substansi Kuisioner yang Diujikan... 55

10 Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Penelitian berdasarkan Indikator Pembangunan Berkelanjutan dari Commision Sustainable Development (CSD)... 62

11 Tahapan Prosedur Analisis Isi... 67

12 JumlahDesa dan Kelurahan diKota Sukabumi Tahun 2009... 72

13 Luas Tanah menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kota Sukabumi Tahun 2009 (Ha)... 73

14 PDRB Jawa Barat atas Dasar Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota (Termasuk Minyak dan Gas Bumi) Tahun 2006 – 2008... 75

15 Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Atas Dasar Harga Konstant 2000 Tahun 2006-2009 (Juta Rupiah)... 79

16 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Sukabumi Tahun 2007-2009... 78

17 Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang menurut Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2009... 79

18 Perkiraan Beban Limbah Cair Industri Skala Menengah dan Besar di Kota Sukabumi Tahun 2009... 80

19 Panjang Jalan menurut Kewenangan di Kota Sukabumi Tahun 2010... 83

20 Perubahan Jumlah Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian di Kota SukabumiTahun 2005 dan Tahun 2009... 85

21 Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Sukabumi Tahun 2009 (%)... 86

22 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2009 (persen)... 87

23 Target Indikator Makro Pembangunan Kota Sukabumi Tahun 2008 – 2013... 93

24 Karateristik Informan... 99

25 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Pembangunan di Kota Sukabumi... 100


(18)

26 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Dampak Pembangunan di

Kota Sukabumi... 101

27 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Program-programPembangunan di Kota Sukabumi... 101 28 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Kebutuhan Generasi Mendatang... 102

29 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Contoh Kasus Kebutuhan Generasi Mendatang... 103

30 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi... 104

31 Hasil Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan dan Hubungannya dengan Program-program Pembangunan di Kota Sukabumi... 105

32 Definisi Pembangunan Berkelanjutan menurut Informan... 106

33 Hasil Gabungan Persepsi dan Pemahaman Informan tentang Prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 106

34 Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Lingkungan... 108

35 Sintesis Bobot Pertimbangan tiap Informan dalam Aspek Sosial... 108

36 Sintesis Bobot Pertimbangan Tiap Informan dalam AspekEkonomi... 109

37 Sintesis Bobot Pertimbangan Tiap Informan dalam Aspek Kelembagaan... 110

38 Sintesis Bobot Pertimbangan Seluruh Informan... 111

39 Hasil Pengolahan Horizontal AHP... 113

40 Urutan Preferensi Gabungan Informan... 114

41 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karateristik Responden di Kota Sukabumi (n = 60)... 116

42 Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Pembangunan di Kota Sukabumi... 118

43 Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Ketercapaian Pembangunan dan Dampak Pembangunan di Kota Sukabumi ... 119

44 Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Kepedulian Akan Masa yang Akan Datang di Kota Sukabumi... 120

45 Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Perencanaan Partisipatif di Kota Sukabumi... 121

46 Respon Masyarakat Kota Sukabumi terhadap Aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi... 122

47 Respon Responden Masyarakat terhadap Pernyataan-pernyataan Dalam Kuisioner... 123

48 Hasil Persepsi Masyarakat Kota Sukabumi tentang Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 124

49 Hasil Pengkodean Pada Analisis Isi (Content Analysis) RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025... 129

50 Bahasan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 yang Terkait dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 130


(19)

51 Interprestasi Hasil Analisis Isi (Content Analysis) RPJPD Kota Sukabumi

Tahun 2005-2025... 132

52 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025... 132

53 Hasil Pengkodean Analisis Isi (Content Analysis) pada Draft RTRW Kota

Sukabumi Tahun 2009-2029... 134 54 Bahasan dalam RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 yang Terkait

dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 135

55 Interprestasi Hasil Analisis Isi (Content Analysis) Draft RTRW

Kota Sukabumi Tahun 2009-2029... 136 56 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Draft RTRW Kota Sukabumi

Tahun 2009-2029... 137

57 Nilai Indeks Komposit dari Pencapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan

di Kota Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat... 142

58 Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan yang Menonjol di

Kota Sukabumi terkait dengan Prinsip-prinsip Pembangunan

Berkelanjutan... 144

59 Kesenjangan Antara Persepsi Stakeholder dan Persepsi Masyarakat tentang

Prinsip Pembangunan Berkelanjutan... 145 60 Nilai Kesenjangan Antara Target dalam Tahapan Rencana Tahun

2008-2013 dengan Kondisi Eksisting Tahun 2009... 148

61 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi

pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025... 149

62 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi

pada Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029... 149

63 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi

RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025... 150


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Penggunaaan Lahan di Kota SukabumiTahun 2005 dan

Tahun 2009(Ha)... 6

2 Peta Administrasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat... 8

3 Peta Orientasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat... 9

4 Nilai Investasi PMDN di Kota Sukabumi Tahun 2007-2010... 7

5 Jumlah Ijin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan selama Tahun 2010 dan Tahun 2011 di Kota Sukabumi... 7

6 Perkembangan PDRB Kota Sukabumi dari Tahun 2006-2009... 10

7 Kerangka Pemikiran... 16

8 The Semantic of Sustainable Development... 20

9 Penjelasan Prinsip Equitas dalam Pembangunan Berkelanjutan... 27

10 Sistematika Konsep-konsep Wilayah... 29

11 Komunitas merupakan Jaringan Interaksi antara Lingkungan, Ekonomi dan Sosial... 28

12 Bagan Alir Tahapan Penelitian... 44

13 Suasana Wawancara untuk Membuat Kerangka Kuisioner... 47

14 Struktur Hirarki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan... 54

15 Pengukuran Kinerja Pada Analisis Kesenjangan... 70

16 Luas Wilayah Kota Sukabumi menurut Kecamatan (Km2) Tahun 2009... 72

17 Persentase Kontribusi Kota Sukabumi dalam Pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 – 2008... 75

18 Perkembangan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Sukabumi dari Tahun 2006 – 2009... 79

19 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Sukabumi Tahun 2004-2009... 81

20 Perkembangan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2004 – 2009... 84

21 Perbandingan Jumlah Penduduk tiap Kecamatan pada Tahun 2005 Tahun 2010... 84

22 SuasanaPengambilanInformasidenganInforman... 115

23 SuasanaBerlangsungnyaPenyebaranKuisionerterhadapMasyarakatdi KotaSukabumi... 125

24 Kemacetan dan Berkurangnya Kualitas Lingkungan di Kota Sukabumi menjadi Dampak Pembangunan Negatif yang dirasakan oleh Masyarakat... 126

25 Persentase Isi Pesan yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025... 131

26 Persentase Isi Pesan yang Berkaitan dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029... 136

27 Ketercapaian 9 Tema Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat... 143

28 Pengukuran Kinerja Indikator Makro Pembangunan di Kota Sukabumi Tahun 2009... 147


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kuisioner untuk Stakeholder... 162 2 Kuisioner untuk Masyarakat... 170

3 Perhitungan Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota

Sukabumi...

175

4 Perhitungan Analisis Kesenjangan pada Hasil Kuesioner

Stakeholder... 178

5 Perhitungan Analisis Kesenjangan pada Hasil Kuesioner

Masyarakat... 179


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan menurut Kartasasmita (1994) yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas manusia yang terlebur dalam arus besar pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Apabila cara pembangunan seperti sekarang ini berlangsung terus, merusak lingkungan, maka kelangsungan pembangunan itu sendiri terancam. Hal ini memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan generasi masa depan juga akan terganggu. Menurut Salim (1987), orang sekarang tidak lagi bicara tentang kecukupan kebutuhan pokok atau pemerataan, tetapi mulai bertanya tentang kualitas hidup apa yang dihasilkan oleh proses pembangunan ini. Kualitas hidup tersebut mencakup baik kualitas lingkungan tempat manusia bermukim, maupun kualitas diri manusia itu sendiri.

Rustiadi et al. (2009) menegaskan bahwa di masa sekarang dan yang akan

datang diperlukan adanya pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut : (i) sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang diinginkan, (ii) menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah, (iii) menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan), dan (iv) disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun.

Pada awal dekade 1980-an telah berkembang suatu paradigma pembangunan yang disebut paradigma pembangunan berkesinambungan yang kemudian dikenal menjadi pembangunan berkelanjutan. Alasan pengembangan paradigma pembangunan ini yaitu keterbatasan daya dukung sumberdaya alam.


(23)

Adapun definisi pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengertian dari World Commision on Environment and Development (WCED) pada Tahun 1987 yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi sendiri kebutuhan

mereka. Definisi ini sangat berkaitan erat dengan intra-generational equity

(memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata) dan inter-generational equity

(memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil).

Umat manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan ini

berkelanjutan (sustainable) - untuk memastikan bahwa pembangunan ini dapat

mencukupi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri.

Konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan sejak KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil pada bulan Juni 1992. Hasil KTT Bumi tersebut adalah agenda 21 yaitu sebuah program global bagi pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan hidup (World bank, 2001). Konsep pembangunan keberlanjutan diamanatkan pula dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 28 H ayat (1) dan pasal 33 ayat (4). Hal ini mempunyai arti bahwa pasal tersebut menjadi dasar dalam rumusan hukum tertinggi di Indonesia dan menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengacu terhadap prinsip dalam pasal-pasal tersebut.

Sebagai katalisator dan monitoring terhadap tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan, maka haruslah ada indikator-indikator untuk

mengukurnya Rustiadi et al. (2009) mengartikan bahwa indikator merupakan

ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan,pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu, indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa hari demi hari organisasi atau program yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.


(24)

Ada beberapa indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di suatu negara/kota. Hal ini seperti yang terdapat dalam Buku Indicators of Sustainable Development : Guidelines and Methodoligies - third edition ( United Nation Publicity, 2007) yang menyebutkan bahwa indikator penilaian keberlanjutan

tersebut (yang dikeluarkan oleh Commission on Sustainable Development, United

Nations) terdiri dari 14 tema utama dengan 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain.

Indikator menjadi sesuatu yang penting karena indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut, artinya dengan menggunakan indikator maka dapat berfungsi dalam mengklasifikasi sehingga mempermudah untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan.

Penelitian yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan telah banyak dilakukan. Purnomo (2002) melakukan pengkajian terhadap penerapan dari model persamaan struktural dalam melihat keterkaitan antar indikator pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa keberlanjutan dan ketidakberlanjutan pembangunan tergantung terhadap kondisi sumberdaya manusia-nya. Lain halnya dengan yang dilakukan Nurmalasari (2003) yang menerapkan metode analisis Procrustes dan autokorelasi spasial dalam melihat hubungan jarak kota dengan indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa autokorelasi spasial mempunyai indikasi yang negatif terhadap sebagian besar pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat.

Peneliti dari luar negeri juga banyak yang telah meneliti tentang pembangunan berkelanjutan dan pencapaian indikator-indikatornya. Seperti

halnya yang dilakukan Doody et al. (2008) yang menerapkan Q-method sebagai

metoda partisipasi publik dalam pemilihan indikator pembangunan berkelanjutan. Lokasi penelitiannya yaitu salah satu kota di Irlandia. Q-method digunakan untuk mengkombinasikan opini publik dengan keahlian teknis dalam menghasilkan daftar indikator yang relevan terhadap publik. Metode ini terdiri dari kumpulan pernyataan, analisis pernyataan tersebut, Q-sort dan analisis Q-sort. Hasil dari


(25)

penelitian ini yaitu daftar pernyataan dan kerangka kerja yang efektif tentang indikator keberlanjutan dari para ahli berbagai bidang yang dikombinasikan dengan persepsi masyarakat yang disesuaikan dengan manfaat yang didapat sesuai kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dalam aspek yang lain Surd et al. (2011) meneliti tentang solusi geo-spasial terhadap visi stratejik dan konsep perencanaan wilayah dan pembangunan berkelanjutan di Rumania. Adapun penelitiannya menunjukkan bahwa dalam pengembangan dan implementasi konsep kemitraan strategis perencanaan wilayah (baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang) identifikasi solusi geo-spasial yang sesuai, merupakan kunci faktor yang mendasari pelaksanaan kebijakan daerah yang diperlukan untuk menjamin kerangka kerja bagi pengembangan pembangunan berkelanjutan dan seimbang.

Counsell dan Haughton (2006) dalam penelitian yang lain menyebutkan bahwa penilaian keberlanjutan (sustainability appraisal) merupakan suatu teknik untuk mencapai tujuan dari ‘pembangunan berkelanjutan’ dalam suatu perencanaan wilayah. Penilaian keberlanjutan sekarang telah dipadukan dengan proses perencanaan wilayah dan bahkan prakteknya, hal ini merupakan refleksi dari perhatian pemerintah terhadap regulasi perencanaan menurut pandangan masing-masing terhadap pembangunan berkelanjutan. Menurut kedua peneliti tersebut, dengan penilaian berkelanjutan akan membantu dalam sistem perencanaan dengan transparansi dan partisipasi yang lebih besar. Kegagalan pemerintah dalam memperbaiki konflik ekonomi, sosial maupun lingkungan merupakan bukti ketidaktercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Seperti kota-kota lain di Indonesia, Kota Sukabumi merupakan suatu kota yang terus meningkat jumlah penduduknya. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi selama kurun waktu lima Tahun (Tahun 2005-2009) yaitu rata-rata sebesar 1,31% tiap tahunnya (lihat Tabel 1). Laju pertumbuhan yang relatif besar ini merupakan suatu hal yang harus diantisipasi mengingat luas lahan di Kota Sukabumi hanya 4.800,23 Ha yang berarti bahwa pada Tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Sukabumi yaitu sebesar 5.879,75 jiwa/km. Peningkatan jumlah penduduk dapat menambah tekanan pada sumberdaya dan memperlambat peningkatan taraf hidup di daerah-daerah yang kemelaratan sudah


(26)

tersebar luas. Meskipun masalahnya bukanlah semata-mata jumlah penduduk namun adalah distribusi sumberdaya; pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai bila pembangunan demografi selaras dengan perubahan potensi produktif ekosistem (WCED, 1987).

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk bukan hanya merupakan modal akan tetapi penduduk dapat menjadi beban pembangunan apabila tidak diarahkan kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusianya. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan syarat penting tidak hanya untuk mengumpulkan pengetahuan dan kemampuan teknis, namun juga untuk menciptakan nilai-nilai baru untuk membantu individu dan bangsa keseluruhan dalam mengatasi realitas-realitas sosial, lingkungan dan pembangunan yang berubah cepat.

Tabel 1 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2005 – 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011

Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, di Kota Sukabumi juga

terjadi perubahan penggunaan lahan secara signifikan. Selama 5 (lima) tahun

terdapat kenaikan luas lahan pekarangan dan rumah sebesar 5% sedangkan penggunaan lahan lainnya mengalami penurunan. Perbandingan penggunaan lahan antara Tahun 2005 dan Tahun 2009 di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 1.

No. Tahun

Jenis Kelamin

Jumlah (Jiwa)

LPP (%)

Laki-laki

Perempuan

1 2005 136.673 136.205 272.878 1,37 2 2006 138.548 138.067 276.615 1,37 3 2007 140.413 139.956 280.369 1,36 4 2008 142.238 141.887 281.030 1,34 5 2009 142.689 139.539 282.228 1,31


(27)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011

Gambar 1 Penggunaaan lahan di Kota Sukabumi Tahun 2005 dan Tahun 2009 (Ha)

1.2 Perumusan Masalah

Kota Sukabumi berada pada posisi strategis karena berada diantara pusat pertumbuhan megaurban JABOTADEBEK dan BANDUNG RAYA, sehingga merupakan salah satu kawasan andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat (RTRW Jawa Barat) yang berpotensi selain memacu perkembangan wilayahnya

juga mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah disekitarnya (hinterland). Untuk

lebih jelas batas administrasi dan posisi Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun 2002 – 2011 yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Sukabumi No.8 Tahun 2002

tentang RTRW Kota Sukabumi Tahun 2002 -2011 disebutkan bahwa terdapat 8 (delapan) fungsi Kota Sukabumi yaitu perumahan/permukiman, pemerintahan,

perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi, parawisata, pusat pengembangan industri, pusat pendidikan dan pusat.

Sesuai dengan visi pembangunan Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 seperti yang termuat dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 yaitu :

Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas bidang

Pekarangan &

Rumah Tegal/kebun Lain-lain

Kolam/tebat/e mpang

tahun 2005 1.891 293 201 97

tahun 2010 1.993 152 181 91

-500 1.000 1.500 2.000 2.500

L

u

as

L

ah

an

(

H


(28)

pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan taqwa”, maka kota ini termasuk salah satu tujuan investasi dari luar daerah.

Nilai investasi di Kota Sukabumi relatif terus meningkat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011

Gambar 4 Nilai Investasi PMDN Di Kota Sukabumi Tahun 2007-2010

Investasi yang ditanamkan di suatu kota berkaitan erat dengan meningkatnya pembangunan fisik di kota tersebut., hal ini sesuai dengan kondisi di Kota Sukabumi, dimana pembangunan fisiknya terus meningkat (Gambar 5).

Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011

Gambar 5 Jumlah Ijin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan selama Tahun 2010 dan Tahun 2011 di Kota Sukabumi

2007 2008 2009 2010

Investasi Per Tahun (Rp) 103.003.620.7 67.729.525.27 117.341.289.8 125.351.450.0 0,00 20.000.000.000,00 40.000.000.000,00 60.000.000.000,00 80.000.000.000,00 100.000.000.000,00 120.000.000.000,00 140.000.000.000,00 N il ai I n vest asi ( R p .) Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

Tahun 2010 91 124 113 143

Tahun 2011 124 156 165

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Jum la h I M B


(29)

Gambar 2 Peta Administrasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat


(30)

Aspek ekonomi adalah salah satu aspek terpenting dalam menentukan indikator pembangunan wilayah. Diantara berbagai indikator ekonomi, indikator mengenai pendapatan masyarakat di suatu wilayah merupakan indikator yang terpenting. Salah satu ukuran produktivitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah

dan negara yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic

Product (GDP).

Walaupun Redclift (1990) menyebutkan bahwa PDRB mempunyai keterbatasan, dimana ukurannya aktivitas ‘produktif’ yang disebutkan didalamnya berarti sempit, termasuk didalamnya aktivitas produktif dari rumah tangga karena banyak diantaranya dikerjakan oleh wanita dan anak-anak. PDRB merupakan ukuran dari aktivitas sektor ‘ formal’, meskipun dalam sektor utama (seperti pertanian) atau dalam industri dan jasa. Sedangkan sektor ‘informal’, dimana pasar eksis tetapi tidak sepenuhnya dilaporkan secara statistik, dan dengan apa masyarakat menghasilkan untuk konsumsi mereka sendiri tidak diperlihatkan dalam gambaran PDRB.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi dalam Buku tentang PDRB

Kota Sukabumi Per Kecamatan Tahun 2009 menyebutkan bahwa laju

pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada Tahun 2009 mencapai 6,14 persen sedangkan pada Tahun 2008 sebesar 6,11 persen. Kondisi tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada tahun tersebut masih diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yaitu sebesar 4,29 persen. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan atau pertumbuhan riil perekonomian, atau dapat menggambarkan kinerja pembangunan dari suatu periode ke periode sebelumnya.

Adapun pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dalam nilai PDRB di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi tersebar dalam pembentukan PDRB di Kota Sukabumi. Hal ini sesuai dengan lapangan


(31)

usaha yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk terbanyak di Kota Sukabumi, yaitu sebagai buruh dan pedagang (setelah proporsi yang terbesar yaitu pelajar dan mahasiswa) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010

Gambar 6 Perkembangan PDRB Kota Sukabumi Dari Tahun 2006-2009

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun 2009 Mata Pencaharian Kecamatan Jumlah B ar os C it a m ia n g Wa r u - d oyon g G un ung P uy u h C ik o le L e m bur Si tu C ibe ur e um

P e t a n i 495 435 1.762 2.332 425 3.069 2.182 10.700 Pegawai

Negeri 1.242 1.579 1.294 1.628 2.351 517 630 9.241 Pegawai

Swasta 2.650 2.404 2.871 1.562 8.583 2.130 630 21.970

TNI + POLRI 91 109 200 678 340 114 102 1.634

Pensiunan 350 1.087 933 1.307 1.102 215 224 5.218 Pedagang 2.971 5.329 3.614 2.073 5.916 4.090 2.382 26.375 B u r u h 2.778 6.843 6.932 3.839 6.199 5.476 3.325 35.392 Pelajar/Mhs. 6.251 3.232 11.350 12.931 13.149 5.105 1.755 62.068 Lainnya 12.328 11.350 20.277 13.541 17.249 12.118 17.863 10.977

Jumlah Th.

2009 29.156 16.393 49.233 39.891 55.314 32.834 30.233 282.228

Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010

Pada dasarnya Kota Sukabumi memiliki sumberdaya alam yang terbatas, namun demikian kondisi alam yang ada menjadi salah salah satu modal dasar dalam pembangunan disamping sumber daya manusia (SDM) Kota Sukabumi. Kondisi alam yang dimiliki tetap dipertahankan agar tidak mengalami degradasi

- 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00

PERTANIAN,PETERNAKAN,KEHUTAN… PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK,GAS DAN AIR BESIH BANGUNAN PERDAGANGAN,HOTEL DAN … PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA …

JASA-JASA (La pa nga n U sah a)


(32)

kualitasnya yang tentunya dapat merugikan Kota Sukabumi di masa-masa yang akan datang.

Kegiatan transportasi yang menggunakan kendaraan bermotor merupakan sumber utama penyebab terjadinya pencemaran udara di Kota Sukabumi yaitu

dengan dihasilkannya gas buangan berupa CO, NO2, Hidrokarbon dan SO2 yang

merupakan parameter-parameter penting akibat aktivitas ini. Unsur-unsur tersebut adalah bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh, paru-paru, susunan saraf pusat dan pembuluh darah juga menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Meskipun kualitas udara di Kota Sukabumi pada tiga titik lokasi pengujian masih dibawah ambang batas yang disyaratkan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3 , akan tetapi hal ini tetaplah harus diantisipasi, sehingga tidak menjadi masalah dikemudian hari.

Tabel 3 Pekiraan Emisi CO2

No.

dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kota Sukabumi Tahun 2009

Sektor Pengguna

Energi Konsumsi Energi

Emisi CO2

(Ton/Tahun)

1. Transportasi 905.400 10.500

2. Industri 5.400 33

3. Rumah Tangga 94.400 704

Total 1.005.200 11.237

Sumber : Buku Satuan Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Sukabumi Tahun 2009

Menurut Buku Resume RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013, kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam hal ini sungai di Kota Sukabumi kondisinya semakin memprihatinkan, terutama pada pemukiman-pemukiman padat di sepanjang bantaran sungai. Masyarakat Kota Sukabumi banyak yang masih membuang sampah dan tinja ke sungai. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab banjir pada musim hujan.

Perilaku membuang sampah dan membuang tinja ke sungai memperlihatkan bahwa sebanyak 13,8% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kota Sukabumi


(33)

mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Kondisi ini salah satunya disebabkan pula oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di lokasi-lokasi tertentu di kota.

Terkait dengan pembangunan perkotaan, maka kota yang menganut paradigma pembangunan berkelanjutan dalam rencana tata ruangnya merupakan suatu kota yang nyaman bagi penghuninya, dimana akses ekonomi dan sosial budaya terbuka luas bagi setiap warganya untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan interaksi sosial warganya serta kedekatan dengan lingkungannya.

Simonds dalam Budiharjo dan Sujarto (1999) mengingatkan bahwa kita

agar berhati-hati dalam mengelola kota dan lingkungan binaan manusia. Disebutkan bahwa para pengelola kota bersama kalangan pengusaha, dan masyarakat luas sedang bersama-sama melakukan apa yang disebutnya dengan ‘ecological suicide’ atau bunuh diri ekologis. Prakiraan tentang anatomi kota masa depan memang sulit dilakukan, mengingat banyaknya aktor-aktor pembangunan yang terlibat. Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) kota masa depan yang diinginkan yaitu wajah kota yang humanopolis.

Kota humanopolis yaitu pembangunan kota dengan wajah kota yang

ditentukan sendiri sepenuhnya oleh warganya. Keterlibatan warga kota dalam pembangunan kota yang berwajahkota yang berwajah manusia tidak sekadar terbatas pada pemberian informasi, penyelenggaraan diskusi dan konsultasi, tetapi

sudah sampai pada tahap citizen power. Rakyatlah yang lebih menentukan wajah

kota masa depan.

Kota yang berkelanjutan adalah suatu daerah perkotaan yang mampu berkompetisi secara sukses dalam pertarungan ekonomi global dan mampu merpertahankan vitalitas budaya serta keserasian lingkungan. Keberlanjutan pada hakikatnya adalah suatu etik, suatu perangkat prinsip-prinsip, dan pandangan masa depan. Konsep kota yang berkelanjutan merupakan suatu konsep global yang kuat yang diekspresikan dan diaktualisasikan secara lokal.

Menurut Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) konsep kota yang berkelanjutan merupakan konsep yang bersifat holistik yang mengkategorisasikan


(34)

adanya jenis capital stock yaitu natural capital stock (berupa segala sesuatu yang

disediakan oleh alam); human-made capital stock (antara lain dalam wujud

investasi dan teknologi); human capital stock (berupa sumberdaya manusia

dengan segenap kemampuan, keterampilan dan perilakunya); dan social capital

stock (berupa organisasi sosial, kelembagaan atau institusi.

Konsep kota yang berkelanjutan haruslah sudah dipikirkan oleh segenap pelaku pembangunan yang terlibat dalam pembangunan perkotaan. Kota harus berkembang terus secara berkelanjutan, melalui saling kebergantungan dan saling mendukung secara resiprokal antara elemen alam dan elemen buatan manusia. Untuk mewujudkan impian menjadi kota yang berkelanjutan, maka persepsi dan pemahaman segenap pelaku pembangunan termasuk masyarakat tentang prinsip pembangunan berkelanjutan itu sendiri haruslah sama. Apabila prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipahami oleh pelaku pembangunan dengan proses perencanaan partisipatif atau bersama-sama, maka dokumen perencanaan yang merupakan hasil penyusunan bersama pelaku pembangunan pun akan terjiwai oleh prinsip pembangunan berkelanjutan. Tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan pada suatu daerah dapat diukur melalui ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di daerah tersebut.

Oleh sebab itu maka penelitian yang akan dilakukan merupakan upaya

dalam mengidentifikasi sejauhmana persepsi stakeholder dan masyarakat di Kota

Sukabumi sebagai pelaku pembangunan mengenai pembangunan berkelanjutan serta mengkaji pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Penelitian ini juga akan melihat sejauhmana prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjiwai terhadap dokumen perencanaan wilayah yang telah ada.

Dari penelitian tersebut diharapkan dapat menganalis apakah terjadi

kesenjangan/gap antara persepsi stakeholder dan masyarakat tentang

pembangunan berkelanjutan, ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan

eksisting serta dokumen perencanaan wilayah yang telah dihasilkan dari Kota Sukabumi.


(35)

Memperhatikan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, ada beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang

prinsip pembangunan berkelanjutan?

2. Sejauhmana prinsip pembangunan berkelanjutan telah diterapkan pada

dokumen perencanaan di wilayah Kota Sukabumi?

3. Sampai sejauh mana ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan

yang ada di Kota Sukabumi?

4. Sampai sejauh mana kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman

stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya?

1.3 Tujuan Penelitian

Apabila membaca uraian permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di

Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan .

2. Mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan yang ada dalam

dokumen perencanaan di Kota Sukabumi (khususnya draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 dan RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 ).

3. Menganalisis ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota

Sukabumi.

4. Menganalisis ada tidaknya kesenjangan/gap antara persepsi dan

pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang

prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya.


(36)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam memberikan masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kota Sukabumi dalam perumusan perencanaan pembangunan di wilayahnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan. Oleh sebab itu, maka hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan mencakup keempat aspek keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan apabila perencanaan pengembangan suatu wilayah telah dijiwai oleh prinsip keberlanjutan yang tentunya harus dipahami oleh semua pihak karena akan berperan dan turut serta baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Perencanaan wilayah yang disusun dengan proses perencanaan partisipatif yang dilakukan secara

bersama-sama stakeholder terkait dan masyarakat dengan prinsip-prinsip dalam

pembangunan berkelanjutan akan menghasilkan perencanaan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.


(37)

Adapun kerangka pemikiran penelitian ini yaitu dapat dilihat pada Gambar 7 .

Gambar 7 Kerangka Pemikiran

Paradigma Pembangunan Berkelanjutan

Economic Growth

Social Progress

Ecological Balance

Institutional Sustainability

Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Stakeholder dan masyarakat

Perencanaan Wilayah

Pembangunan Yang Seimbang dan Berkelanjutan

P

er

enc

ana

an

P

ar

ti

si

p

at

if

Persepsi tentang Pembangunan Berkelanjutan


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Berkelanjutan sebagai Paradigma

Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti model,

kerangka kerja, patern atau pun contoh. Menurut Kuhn dalam Bratakusumah

(2011). Paradigma adalah suatu kerangka kerja dari asumsi dasar ; termasuk standar-standar untuk menentukan validitas dari aturan pengetahuan berdasarkan bukti dan penarikan kesimpulan, dan merupakan prinsip dasar dari penyebab dan efek yang dibagi oleh komunitas ilmiah. Hal ini kemudian disimpulkan oleh Bratakusumah (2011) bahwa paradigma merupakan pola pikir yang menjadi landasan bagi setiap kegiatan dalam mencapai tujuan.

Paradigma merupakan serangkaian asumsi, ide, pemahaman dan nilai-nilai (umumnya tidak tertulis) yang menghimpun aturan-aturan tentang apa yang relevan dan yang tidak relevan, apa pertanyaan yang harus diajukan dan apa yang

tidak, apa pengetahuan yang dipandang legitimate, dan apa praktek-praktek yang

dianggap benar (Nasdian, 2011).

Pergeseran paradigma muncul dari proses penciptaan sosial kolektif yang global. Logika yang dominan dari paradigma ini adalah mengenai suatu ekologi manusia yang seimbang dengan sumber daya informasi dan prakarsa kreatif. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan manusia yang didefinisikan sebagai perwujudan yang lebih tinggi dari potensi manusia.

Gran dalam Korten (1998) menyebutkan bahwa “ Paradigma ini

memberi peran kepada individu bukan sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. “

Paradigma dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah tidak hanya pembangunan yang berorientasikan kepada produksi semata, tetapi membangun sebuah kawasan secara keseluruhan yang meliputi juga aspek sosial dan lingkungan. Paradigma pembangunan berkelanjutan sesungguhnya merupakan perpaduan dari kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, pencapaian tujuan-tujuan ekonomi


(39)

harus selaras dengan tujuan sosial maupun kepentingan lingkungan. Selain itu, kepentingan antar kelompok masyarakat dan antar generasi mendapat perhatian

besar (WCED, 1987).

Ada dua unsur untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dalam

perspektif Sosiologis. Pertama, adanya konsep yang mengatur tata kelola

organisasi dalam kehidupan budaya, hubungan sesama manusia dan sumberdaya

alam. Dari unsur pertama tersebut diharapkan menghasilkan “social

organization” (organisasi sosial). Kedua, adanya teknik sosial yang tepat untuk mengkoordinasikan tindakan sosial untuk mencegah kerusakan prilaku dan mempercepat perkembangan pembentukan modal sosial.

Modal sosial dapat terbentuk pada setiap individu dalam organisasi. Organisasi yang diinginkan adalah yang dapat meningkatkan kapasitas sosial setiap individu sehingga lebih berdaya dan tindakannya lebih terorganisir dalam melaksanakan kegiatan pembangunan (Carnea, 1993).

Salah satu kerangka strategi untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan adalah kelembagaan. Kerangka kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan ini adalah: a) suatu sistem dengan fungsi yang mempunyai hubungan dengan lingkungannya, b) adanya struktur organisasi dan prosedur yang mengatur tugas, produk, masyarakat, sumberdaya serta tujuan organisasi tersebut, c) menyiapkan ketahanan organisasi terhadap perubahan sumberdaya akibat hubungan ekonomi dan politik.

2.2 Sejarah Lahirnya Paradigma Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris,

sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam

World Conservation Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh

United Nations Environment Programme (UNEP), International Union for

Conservation of Nature andNatural Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1980.

Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10 Tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang istimewa


(40)

tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan

Pembangunan (World Commission on Environment and Development - WCED).

PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan, Mansyur Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED.

Menurut Brundtland Report dari PBB, pembangunan berkelanjutan adalah

proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat dan sebagainya) yang

berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan

kebutuhan generasi masa depan”. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini

kemudian dipopulerkan melalui laporan WCED berjudul “Our Common Future

(Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada Tahun 1987.

Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Di

dalam konsep tersebut terkandung dua gagasan penting. Pertama, gagasan

kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia yang harus diberi

prioritas utama. Kedua, gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi

teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari depan. Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dituangkan dalam gagasan keberlanjutan di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

2.3 Konsep dalam Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang

didefinisikan oleh Lele dalam Nasdian (2010), terbagi menjadi dua definisi yaitu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan (development).

Adapun pembagian definisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Dalam Gambar 8, Lele membagi konsep keberlanjutan dan pembangunan menjadi lima

konotasi. Adapun konotasi keberlanjutan/sustainability terbagi menjadi

keberlanjutan secara harfiah/literal, keberlanjutan secara ekologis/ecological dan keberlanjutan secara sosia/social.


(41)

Sumber : Lele,1991

Gambar 8 The Semantic of Sustainable Development

Sedangkan konotasi pembangunan/development terbagi menjadi

pembangunan sebagai proses/process dan pembangunan sebagai

obyektifitas/objectives.

Penelitian yang dilakukan adalah mencoba untuk mengkaji pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dilihat dari konsep keberlanjutan dan pembangunan yang telah dilaksanakan di kota tersebut. Peneliti mencoba menggali konotasi keberlanjutan baik secara secara sosia (mempertahankan dasar sosial dari kehidupan manusia), keberlanjutan secara harfiah maupun secara ekologis (mempertahankan dasar ekologis dari kehidupan manusia) dengan

kebutuhan utama (basic needs) masyarakat sebagai obyektifitas dari


(42)

2.4 Definisi Pembangunan Berkelanjutan

WCED (1987) menegaskan bahwa pada dasarnya pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang didalamnya eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.

Definisi ini sangat berkaitan erat dengan intra-generational equity

(memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata) dan inter-generational equity

(memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil).

George (2000) memandang kedua hal tersebut merupakan prinsip dari

pembangunan berkelanjutan, intra-generational equity merupakan kondisi yang

penting untuk keberlanjutan, sedangkan inter-generational equity merupakan

kondisi yang penting untuk pembangunan, dimana kedua prinsip tersebut

dijelaskan dalam Gambar 9.

Dalam inter generational equity, prinsip equitas dalam keberlanjutan

ditekankan kepada konservasi terhadap modal/kapital dalam bentuk alam, sosial maupun ekonomi sehingga tetap bernilai dan bermanfaat untuk generasi yang

akan datang. Sedangkan dalam intra generational equity, prinsip equitas dalam

keberlanjutan ditekankan kepada kesetaraan lokal, kesetaraan nasional maupun kesetaraan secara global. Adapun yang dimaksud kesetaraan disini adalah setara dalam terpenuhinya kebutuhan sebagai akibat adanya pengaruh distribusi, perubahan biodiversitas dan perubahan sosial.

Tujuan pembangunan berkelanjutan terfokus pada ketiga aspek yaitu

keberlanjutan pertumbuhan yang tinggi (economic growth), keberlanjutan

kesejahteraan yang adil dan merata (social progress), serta keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological balance). Selanjutnya aspek tersebut bertambah dengan adanya aspek kelembagaan yang berkelanjutan (institutional sustainability).

Adapun guna mencapai tujuan dimaksud, maka strategi pembangunan harus memenuhi persyaratan seperti: sistem politik yang menjamin secara efektif dan inovasi teknologi yang menghasilkan surplus secara berkesinambungan; sistem sosial yang menyediakan cara pemecahan secara efektif terhadap


(43)

permasalahan karena ketidakharmonisan dalam pelaksanaan pembangunan; dan sistem internasional dengan pola berkelanjutan dalam pengelolaan keuangan serta perdagangan. Hal itu diharapkan dapat dicapai dengan cara bertahap (reformasi)

dari pemerintahan yang kini ada menuju pemerintahan baru yang lebih baik (good

governance).

Sumber : George, 2000

Gambar 9 Penjelasan prinsip equitas dalam pembangunan berkelanjutan

2.5 Perencanaan dalam Pembangunan

Pembangunan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi, dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur yang belum ada (Rustiadi, 2009). Paling tidak menurut Todaro (2000) pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan

Sustainable Development

Inter-generational equity Intra-generational equity

Conservation of capital

Precautionary principle ecological risk

Conservation of natural capital

Zero impact of full mitigation in kind

Conservation of natural+social+econo

mic capital

Valuation of natural capital

Conservation of the capital into which it

is converted

Social impact assesment Local equity

Public participation

National equity

Distributional effects

Global equity

Biodiversity change: Different criteria apply for

high and low income countries, to allow for different past contributions


(44)

pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu

kecukupan (sustainance), memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga

diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih.

Todaro berpendapat bahwa pembangunan harus dipandang sebagai proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,sikap-sikap masyarakat,dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan ini harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupu n spritual.

Long dalam Nasdian (2010) menyebutkan bahwa pembangunan dari

perspektif sosiologi dan antropologi adalah perubahan yang sudah direncanakan, sebagai pemahaman pola pembangunan dan perubahan menyangkut jenis pendekatan yang digunakan oleh pemerintah dan perwakilannya untuk memulai pembangunan ekonomi dan perubahan sosial. Di dunia ketiga peran pemerintah sangat besar dalam menata masyarakat sesuai sasaran politik dan ekonomi tertentu. Jika di negara maju sasaran lebih utama pada bidang sosial dan ekonomi maka di negara berkembang lebih banyak ke arah perencanaan negara yang terpusat dengan mendapat bantuan luar yang banyak.

Menurut Korten (1998) perbedaan pembangunan yang berpusat pada rakyat dengan berpusat pada industri adalah bahwa pembangunan yang berpusat pada rakyat secara rutin menempatkan kebutuhan rakyat diatas kebutuhan-kebutuhan sistem produksi sedangkan pembangunan yang berpusat pada sistem produksi secara konsisten menempatkan kebutuhan-kebutuhan sistem produksi di atas kebutuhan-kebutuhan rakyat. Conyers (1994) menyebutkan bahwa perencanaan sosial bukan semata dokumen perencanaan tetapi lebih kepada bagaimana perencanaan sosial menjadi arahan bagi tujuan perencanaan itu sendiri.

Perencanaan adalah istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Para perencana sering berfikir bahwa mereka sudah mengetahui arti kata ini dengan


(45)

baik karena berkenaan dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Namun dalam prakteknya para perencana melakukan pekerjaan yang sangat beragam, sehingga mereka mengartikan hal-hal yang berbeda dengan kata istilah tersebut.

Menurut Hall (2002), menyimpulkan bahwa arti “perencanaan” adalah proses aktivitas yang bertahap yang ditujukan untuk tercapainya suatu atau beberapa tujuan. Adapun teknis penyusunannya yang utama adalah berupa

pernyataan-pernyataan (statements) tertulis, yang dapat saja dilengkapi dengan

proyeksi-proyeksi statistik yang relevan, formulasi-formulasi matematis, evaluasi kuantitatif dan ilustrasi-ilustrasi diagram yang mendeskrifsikan keterkaitan komponen-komponen dari perencanaan yang disusun, dan bisa saja tanpa disertai cetak biru representasi fisik atas obyek-obyek perencanaan sama sekali.

Perencanaan merupakan cara yang rasional dalam menghadapi masa depan, secara tipikal melibatkan pengumpulan data dan analisis data, mempelajari

kemungkinan trend di masa depan, mempertimbangkan skenario-skenario

alternatif, beberapa darinya menganalisis berapa keuntungan dan biaya yang harus dikeluarkan, memilih skenario yang disarankan dan merencanakan bagaimana mengimplementasikannya ( Kelly dan Becker, 2000).

Lain halnya menurut Rustiadi etal. (2009) yang menyebutkan bahwa secara

umum terdapat dua unsur penting dalam perencanaan, yaitu hal yang ingin dicapai, dan cara untuk mencapainya. Dalam proses perencanaan, kedua unsur tersebut baik secara eksplisit maupun implisit dimuat pada berbagai nomenklatur seperti; visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, proyek, aktivitas dan lain sebagainya.

Proses perencanaan sebenarnya bagian dari proses capacity building, yakni

membangun kapasitas kelembagaan suatu institusi (Rustiadi et al., 2009).

Implementasi dari suatu perencanaan diharapkan mengarah pada tercapainya

tujuan-tujuan (goals) yang diharapkan, seperti melalui proses monitoring dan

evaluasi berdasarkan indikator-indikator kinerja yang ditetapkan. Hal ini

diperjelas oleh Friedman dalam Korten (1998) yang menyebutkan bahwa

perencanaan itu tidak sekedar sebuah pembuatan rencana tetapi lebih berarti sebagai proses “belajar bersama”, tidak memberi tekanan pada dokumen tetapi pada dialog, dan hasilnya lebih bergantung pada hubungan timbal balik


(46)

pribadi-pribadi menurut latar belakang khususnya dan bukan pada lembaga-lembaga yang

abstrak. Sehingga dia menamakan gaya perencanaan ini sebagai transaktif dan

model yang mendasarinya sebagai “social learning”.

2.6 Definisi Wilayah

Pengertian wilayah menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdsasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Isard dalam Rustiadi et al. (2009) menganggap pengertian suatu wilayah pada dasarnya bukan sekadar area dengan batas-batas tertentu. Menurutnya wilayah adalah suatu area yang memiliki arti (meaningful) karena adanya masalah-masalah yang ada didalamnya sedemikian

rupa, sehingga ahli regional memiliki interest dalam menangani permasalahan

tersebut, khususnya karena menyangkut permasalahan sosial-ekonomi.

Dengan cara yang lain Murty dalam Rustiadi et al. (2009) mendefinisikan wilayah sebagai suatu area geografis, teritorial atau tempat, yang dapat berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi, distrik (kabupaten) dan perdesaan. Tetapi suatu wilayah pada umumnya tidak sekedar merujuk suatu tempat atau area, melainkan merupakan suatu kesatuan ekonomi, politik, sosial, administrasi, iklim hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan atau kajian.

Dalam mendefiniskan konsep wilayah terdapat keragaman, hal ini terjadi karena perbedaan dalam permasalahan ataupun tujuan pembangunan wilayah yang dihadapi. Kenyataannnya tidak ada konsep wilayah yang benar-benar diterima secara luas.

Para ahli cenderung melepaskan perbedaan-perbedaan konsep wilayah terjadi sesuai fokus masalah dan tujuan-tujuan pengembangan wilayah.

Konsep wilayah yang paling klasik dalam Rustiadi et al. (2009) mengenai tipologi wilayah, membagi wilayah kedalam tiga kategori: (1) wilayah homogen (uniform atau homogeneous region), (2) wilayah nodal, dan (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Cara klasifikasi konsep wilayah diatas ternyata kurang mampu menjelaskan keragaman konsep wilayah yang ada.


(47)

Blair dalam Rustiadi et al. (2009) memandang konsep wilayah nodal terlalu sempit untuk menjelaskan fenomena yang ada dan cenderung menggunakan

konsep wilayah fungsional (functional region), yakni suatu konsep wilayah yang

lebih luas, dimana konsep wilayah nodal hanyalah salah satu bagian dari konsep wilayah fungsional. Lebih lanjut Blair cenderung mengistilahkan wilayah perencanaan sebagai wilayah administratif (administrative region).

Menurut pendapat Rustiadi et al. (2009), kerangka klasifikasi konsep

wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah: (1) wilayah homogen (uniform), (2) wilayah sistem/fungsional,

dan (3) wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming

region).

Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem. Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanan, terdapat konsep wilayah administratif-politis dan wilayah perencanaan fungsional.

Gambar 10 berikut mendeskrifsikan sistematis pembagian dan keterkaitan berbagai konsep-konsep wilayah.

2.7 Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Hart (2010) menyebutkan bahwa indikator merupakan strategi dalam melakukan katalisasi dan monitoring terhadap kemajuan suatu daerah menuju daerah yang lebih ‘sustainable’ atau berkelanjutan. Sejumlah indikator yang inti memberikan pijakan dalam mengukur kemajuan tercapai atau tidaknya prinsip pembangunan berkelanjutan.

Lebih jauh lagi disebutkan oleh Hart (2010), bahwa penetapan indikator merupakan kunci komitmen terutama untuk pemerintah dalam pencapaian prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan indikator-indikator yang jelas maka pergerakan ke arah yang jelas dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (dalam bentuk tingkat kepuasan) dapat disesuaikan dengan kebijakan dan tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah.


(48)

Sumber : Rustiadi et al. (2009). Gambar 10 Sistematika Konsep-konsep Wilayah

Menurut Hart (2010) indikator adalah sesuatu yang membantu kita untuk mengerti dimana kita, arah mana yang akan kita tempuh dan sejauh mana kita dari apa yang kita inginkan. Suatu indikator yang baik akan memberikan isyarat kepada kita tentang adanya masalah sebelum bertambah buruk dan membantu kita menyadari apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki masalah tersebut. Indikator keberlanjutan suatu komunitas menunjukkan daerah mana dalam keterkaitan antara ekonomi, lingkungan dan sosial yang lemah. Hart (2010) menegaskan bahwa indikator memberikan kepada kita dimana terjadinya masalah tersebut dan membantu menggambarkan cara untuk memperbaikinya. Indikator keberlanjutan mencerminkan kenyataan bahwa tiga segmen tersebut sangat erat dan saling berhubungan satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 11.

Wilayah

Homogen

Sistem/fungsional

Perencanaan/Pengelolaa

Sistem Sederhana

Sistem Komplek

Nodal (Pusat-Hinterland)

Desa-Kota Budaya-Lindung

Sistem Ekonomi – Kawasan Produksi Kawasan Industri

Sistem Ekologi:DAS, Hutan,Pesisir

Sistem Sosial-Politik:Kawasan Adat, Wilayah Etnik

Wilayah Perencanaan Khusus : Jabodetabekjur,KAPET

Wilayah Administratif Politik :Provinsi,Kabupaten,Kota

Konsep Alamiah


(1)

Lampiran 3 Perhitungan Indator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi

No.

Thema Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Sub Thema Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Indikator

Nilai Indikator

Kota Sukabumi

Satuan

Nilai Indikator

Provinsi Jawa Barat

Satuan

Nilai Indikator Tertinggi Nasional

Satuan

Nilai Indikator Terendah Nasional

Satuan

1. Poverty/Kemiskinan Income Poverty/Pendapatan Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin.

46.254 Jiwa

4.983.600 Jiwa

6.022.600 Jiwa

76.600 Jiwa

Persentase

penduduk miskin. 16,4 % 11,96 % 37,53 % 3,62 %

Garis kemiskinan.

269.925 Rp/kapita/bulan

191.985 Rp/kapita/bulan

316.936 Rp/kapita/bulan

153.715 Rp/kapita/bulan

Income

Inequality/Ketidaksamaan pendapatan.

Distribusi pembagian pengeluaran per kapita

(40%berpengeluaran rendah kategori kota+desa)

17,42 41,24 41,24 41,24

Indeks gini. 0,265 0,37 0,37 0,37

Sanitation/Sanitasi

Persentase rumah tangga dengan penampungan akhi tinja/ tanki septik tank.

49,28 % 58,33 % 87,86 % 19,28 %

Drinking water/Air minum

Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih

20,21 % 55,62 % 87,86 % 19,28 %

2. Health/Kesehatan Mortality/Kematian Angka kematian

bayi. 34 25,6 40,5 7,9

Angka harapan


(2)

Lanjutan Lampiran 3

No.

Thema Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Sub Thema Indikator Pembangunan Berkelanjutan Indikator Nilai Indikator Kota Sukabumi Satuan Nilai Indikator Provinsi Jawa Barat Satuan Nilai Indikator Tertinggi Nasional Satuan Nilai Indikator Terendah Nasional Satuan

3. Education/Pendidikan

Education Level/Tingkat pendidikan

Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat pendidikan dasar (SD dan

SMP). 22,73

% 46,57 % 74,27 % 40,17 % Angka Partisipasi

Murni SD 99,7 94,6 97 76,1

Angka Partisipasi

Murni SMP 99,75 67,9 77,4 49

Persentase penduduk usia 25-64 tahun dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan

minimal SMA. 28,19

% 28,65 % 55,6 % 21 %

4. Demographic/Kependudukan Population/Populasi

Jumlah penduduk pendudu

282228 jiwa

43.021.800 jiwa

43.021.800 jiwa

760.900 Jiwa laju pertumbuhan 1,31 %/tahun 1,89 %/tahun 5,46 %/tahun 0,37 %/tahun Angka beban

ketergantungan

41,64 47,5 59,4 37,3

5. Atmosphere/Atmosfer Air Quality/Kualitas udara

Perkiraan emisi CO2 yang berasal dari kendaraan

bermotor 11.237,000

ton/tahun 2.282.800 ribu ton/tahun 8.600.300 ribu ton/tahun 1.300 ribu ton/tahun 6. Land/Lahan Agriculture/Pertanian Luas lahan sawah

1.859 762.594 874.133 71

Forest/Hutan

Persentase luas hutan terhadap luas wilayah 0,1

% 13 % 87,82 % 0,3 %


(3)

Lanjutan Lampiran 3

No.

Thema Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Sub Thema Indikator Pembangunan Berkelanjutan Indikator Nilai Indikator Kota Sukabumi Satuan Nilai Indikator Provinsi Jawa Barat Satuan Nilai Indikator Tertinggi Nasional Satuan Nilai Indikator Terendah Nasional Satuan

7. Fresh water/Sumber daya

air Water quantity/Kuantitas air Produksi air

4.312.000.000 m3 3.141.000.000 m3 3.141.000.000 m3 2.445.000.000 m3 Distribusi air

4.312.000.000 m3 2.581.000.000 2.581.000.000 m3 1.773.000.000 m3 Water quality /Kualitas air Kandungan BOD dalam air

6,99 mg/l 140 mg/l 323 mg/l 1,57 mg/l Kandungan COD

dalam air 60,5 mg/l 399 mg/l 1680 mg/l 2 mg/l 8. Economic Development/Pembangunan Ekonomi Macroeconomic performance/Tampilan makroekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita.

15.279.800 rupiah

15.710.900 rupiah

88.920.100 rupiah

480.800 Rupiah

Laju inflasi. 3,49 % 2,78 % 7,52 % 1,15 %

Employment/Ketenagakerjaan

Persentase penduduk usia 15 tahun yang bekerja.

60,89 % 89,04 % 96,87 % 85,03 %

Information and comunication technologies/Teknologi informasi dan komunikasi

Persentase rumah tangga yang memiliki telepon dan telepon selular.

20,33 % 14,24 % 37,45 % 4,44 %

9.

Consumption and production patterns/Bentuk produksi dan konsumsi

Energi use/Penggunaan energi

Jumlah kendaraan bermotor.

57.898 unit

3.236.258 unit

12.071.221 unit

2.148 unit


(4)

Lampiran 4 Perhitungan Analisis Kesenjangan pada Hasil Kuisioner

Stakeholder

No.

Aspek Utama Dalam

Pernyataan/Pertanyaan Kuisioner

Target*

(X)

Hasil*

Penelitian

(Y)

Kesenjangan

(X-Y)

Rata-rata

Kesenjangan

(ΣX

-Y)/n

1.

Pembangunan di Kota Sukabumi

100

71,43

28,57

4,08

2.

Ketercapaian pembangunan dan

dampaknya

100

57,14

42,86

6,12

3.

Kepedulian tentang masa yang akan

datang

100

71,42

28,58

4,08

4.

Perencanaan Partisipatif

100

57,14

42,86

6,12

5.

Pembangunan Berkelanjutan

100

85,71

14,29

2,04

Sumber : Hasil Analisis 2011.

Keterangan :

*) : Persentase


(5)

Lampiran5Perhitungan Analisis Kesenjangan pada Hasil KuisionerMasyara

k

at

NO. PERNYATAAN TARGET

(X)

HASIL PENELITIAN

(Y)

KESENJANGAN (X-Y)

RATA-RATA KESENJANGAN

(ΣX-Y)/n A.PEMBANGUNAN DI KOTA SUKABUMI

1. Visi Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 adalah “Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai Pusat Pelayanan Berkualitas bidang Pendidikan, Kesehatan dan Perdagangan di Jawa Barat

Berlandaskan Iman dan Taqwa” 100 70,49 29,51 1,80

2. Pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota Sukabumi telah sesuai dengan visi Kota

Sukabumi 100 65,57 34,43

3. Pemda Kota Sukabumi telah mampu mengimplementasikan visi Kota Sukabumi.

100 55,74 44,26

B.KETERCAPAIAN PEMBANGUNAN DAN DAMPAKNYA

4. Masyarakat sudah merasakan dampak positif dari pembangunan di Kota Sukabumi.

100 65,574 34,426 4,15

5. Ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi yang paling menonjol adalah di bidang

pendidikan. 100 60,656 39,344

6. Ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi terkait dengan program-program

pembangunan yang direncanakan Pemda Kota Sukabumi. 100 59,016 40,98 7. Peningkatan aktivitas ekonomi di Kota Sukabumi merupakan hal yang menggembirakan. 100 54,098 45,90 8. Dampak negatif dari pembangunan di Kota Sukabumi yang paling menonjol yaitu

kemacetan. 100 67,213 32,78

9. Telah terjadi penurunan kualitas lingkungan di Kota Sukabumi. 100 78,689 21,31 10. Dalam pembangunan di Kota Sukabumi, keterbatasan lahan merupakan hal yang harus

dikhawatirkan. 100 65,574 34,42

C.KEPEDULIAN TENTANG MASA YANG AKAN DATANG

11. Masyarakat sudah cukup memikirkan tentang kebutuhan generasi di masa yang akan datang. 100 55,738 44,26 1,83 12. Produk perencanaan Kota Sukabumi yang disusun oleh Pemda Kota Sukabumi harus

memikirkan kebutuhan generasi masa yang akan datang. 100 77,049 22,95 13. Perencanaan yang baik yaitu harus memikirkan nasib generasi yang akan datang dan


(6)

Lanjutan Lampiran 5

NO. PERNYATAAN TARGET

(X)

HASIL PENELITIAN

(Y)

KESENJANGAN (X-Y)

RATA-RATA KESENJANGAN

(ΣX-Y)/n D. PERENCANAAN PARTISIPATIF

14. Masyarakat telah mengetahui program-program pembangunan daerah yang direncanakan Pemda

Kota Sukabumi. 100 37,705 62,29

3,17 15. Masyarakat sudah dilibatkan dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi. 100 39,344 60,65

16. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi. 100 63,934 36,06 17. Dalam proses perencanaan, pemerintah harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat

dan pihak swasta. 100 68,852 31,14

E. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

18. Pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang.

100 22,951 72,13

12,21 19. Pembangunan yang berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan

generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

100 16,393 73,77 20. Tujuan pembangunan berkelanjutan didasarkan pada empat aspek yaitu aspek lingkungan, aspek

sosial, aspek ekonomi dan aspek kelembagaan.

100 27,869 68,85 21. Aspek lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari potensi sumber daya,

degradasi lingkungan serta neraca sumber daya alam dan lingkungan.

100 18,033 75,41 22. Aspek sosial dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari keadilan, kesetaraan, rasa aman dan

menghargai perbedaan.

100 19,672 78,68 23. Aspek ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari pendapatan masyarakat,

kesempatan kerja, investasi dan pendapatan daerah.

100 16,393 77,04 24. Aspek kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan terdiri dari komunikasi dan koordinasi,

partisipasi dan hak-hak publik serta kepemimpinan.

100 18,033 75,41 25. Kota Sukabumi merupakan kota yang sudah memikirkan tentang tujuan pembangunan

berkelanjutan dan bisa menjadi kota yang berkelanjutan.

100 16,393 73,77 26. Pengertian tentang pembangunan berkelanjutan harus dipahami oleh seluruh masyarakat di Kota

Sukabumi.

100 29,508 68,85 27. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah diwariskan nenek moyang melalui adat

istiadat dan tradisi.

100 13,115 68,85