laju pertumbuhan karang bahkan menghentikannya Neudecker, 1981 dalam Supriharyono 2000.
2. Cahaya Matahari
Mengingat binatang karang hidupnya bersimbiose dengan alga zooxanthellae yang melakukan proses fotosintesa, maka pengaruh cahaya
matahari ini sangat dibutuhkan. Bahkan keadaan awan di suatu tempat yang mempengaruhi pencahayaan pada waktu siang hari dapat mempengaruhi
pertumbuhan karang Goerou, 1959 dalam Supriharyono, 2000. Intensitas cahaya matahari ini juga berhubungan erat dengan faktor kedalaman perairan
dimana kebanyakan karang tumbuh pada kedalaman kurang dari 25 meter Nybakken, 1992. Intensitas cahaya secara langsung mempengaruhi proses
fotosintesis dari zooxanthelae dan kalsifikasi karang, karena cahaya tersebut dibutuhkan oleh zooxanthelae untuk melakukan proses fotosintesis yang
kemudian dimanfaatkan oleh hewan karang sebagai sumber energi McLaughlin, 2002. Proses metabolisme karang akan lebih efisien bila radiasi sinar matahari
terutama gelombang ultra violet relatif lebih rendah, di alam kondisi ini umumnya terjadi pada saat pagi dan sore hari. Umumnya intensitas cahaya
matahari yang dapat ditolerir hewan karang adalah pada panjang gelombang cahaya antara 300-500 nm Goerou, 1959 dalam Supriharyono, 2000.
Sedangkan Lesser 2004 menyatakan intensitas cahaya ultra voilet UV di periaran pada panjang gelombang 320 nm-400 nm UV-A dan 290 nm – 320
nm UV-B dapat menjadi penyebab terjadinya coral bleaching.
3. Salinitas
Salinitas juga
merupakan faktor pembatas kehidupan binatang karang, dimana hewan karang dapat hidup dengan baik pada salinitas normal air laut
yaitu pada kisaran 32 percent per thoushand ppt – 35 ppt Nybakken, 1992. Sedangkan kisaran salinitas dimana masih dapat ditemukan karang adalah antara
27-48 ppt Van Woesik, 2002. Penurunan salinitas di bawah 27 ppt menyebabkan jenis-jenis karang yang cepat tumbuh akan melepaskan
14
zooxanthelae-nya, sehingga akan menyebabkan kematian pada karang. Sedangkan karang masif seperti famili Poritidae dan Faviidae memperlihatkan
toleransi yang lebih tinggi terhadap perubahan salinitas, daripada karang-karang bercabang seperti pada Famili Acroporidae dan Pocilloporidae. Kematian akibat
pengaruh salinitas ini umumnya diakibatkan tidak berjalannya proses pertukaran osmosis di sel epidermis karang Van Woesik, 1994. Penyebab adanya
perubahan salinitas di perairan laut ini sangat bervariasi umumnya tergantung pada faktor alam, seperti run-off sungai, badai, hujan, sehingga kisaran salinitas
dapat berubah drastis Vaughan dan Wells, 1943 dalam Supriharyono 2000.
4. Sedimentasi
Kondisi perairan yang jernih dengan sedimentasi yang kecil dibutuhkan terumbu karang agar penetrasi cahaya matahari untuk fotosintesis dalam hewan
karang tidak terganggu. Penyebab terjadinya sedimentasi dapat berada di laut maupun daratan yang umumnya berhubungan dengan aktifitas manusia seperti
pembangunan pantai, pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak, pertanian dan pembukaan hutan yang dapat membebaskan sedimen ke perairan laut
Suprihayono, 2000. Selain itu ada pula sedimentasi yang berasal dari erosi karang bioerosion yang biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut, seperti bulu babi, ikan
dan bintang laut lainnya. Sedimen karbonat tertinggi dihasilkan oleh bulu babi Diadema antilarum Land, 1979 dalam Supriharyono, 2000. Kekeruhan yang
tinggi di perairan akan menurunkan laju pertumbuhan karang dan menyebabkan kematian karang. Pada dasarnya kebanyakan hewan karang mampu untuk
membuang sedimen dari polipnya dengan tingkat kemampuan yang bervariasi, tetapi sedimentasi yang tinggi tentunya tak dapat ditolerir dan akan menyebabkan
kematian pada karang. Selain itu sedimentasi ini juga dapat memacu pertumbuhan macro alga sebagai kompetitor habitat karang yang tumbuh dari tumpukan sedimen
di dasar substrat Brown, 1990. Kisaran dari besaran sedimentasi ini memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada karang Pastorok dan Bilyard, 1985 dalam
15
Supriharyono, 2000. Pengaruh sedimentasi terhadap karang ini disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan dampak tingkat sedimentasi terhadap komunitas karang Pastorok dan Bilyard, 1985 dalam Supriharyono, 2000
Laju Sedimentasi mgcm
2
hari Tingkatan Dampak
1 - 10 KECIL – SEDANG
Mengurangi kelimpahan Kemungkinan penurunan dalam peremajaan
Kemungkinan penurunan jumlah species 10-50 SEDANG
– BESAR Pengurangan kelimpahan secara besar-besaran
Penurunan peremajaan
Pengurangan jumlah species Kemungkinan invasi species baru
50 BESAR
Kelimpahan berkurang secara dratis
Komunitas rusak berat Kebanyakan species musnah
Banyak koloni mati Peremajaan hampir tidak terjadi
Regenerasi lambat atau terhenti Invasi
species-species baru
Faktor Pertumbuhan Bentuk Karang
Hanya sedikit karang yang tumbuh pada satu bentuk pertumbuhan koloni hal ini kemungkinan dikarenakan suatu jenis karang tumbuh tidak hanya di satu
spesifik habitat. Umumnya bentuk pertumbuhan koloni karang beradaptasi pada faktor-faktor yang ada di lingkungannya sekitarnya James, 1998. Beberapa faktor
penting lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang adalah cahaya matahari, pergerakan air laut dan sedimentasi dan sub-
aerial exposure. Komposisi komunitas karang diperkirakan mencerminkan hasil respon
jangka panjang komunitas tersebut terhadap pengaruh fisik, kimia dan biologi lingkungannya yang diwariskan individu secara internal dan eksternal Van
Woesik, 2001. Struktur dari adanya daya adaptasi ini dapat berupa bentuk, laju pertumbuhan, toleransi terhadap terbatasnya cahaya atau parameter lainnya Van
Woesik dan Done 1997.
16
Selain itu karakteristik laju pertumbuhan tiap jenis juga dapat menentukan komposisinya dalam komunitas karang. Dimana karang yang memiliki laju
pertumbuhan lebih cepat akan lebih mendominasi komunitasnya. Umumnya karang genus Acropora memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dibanding jenis
lain. Dari data pertumbuhan transplansi karang di Pulau Seribu laju terhadap 14 genus karang, umumnya pertumbuhan genus Acropora memiliki laju
pertumbuhan tertinggi yaitu berkisar antara 4,28 – 5,71 mmbln Acropora aspera BTNKpS, 2006.
1. Cahaya Matahari