terdapat hubungan nyata atau signifikan antara keduannya. Luas lahan yang digarap dengan tingkat kontrol laki-laki dan perempuan nilai p-valuenya masing-
masing 0.270 dan 0.016, maka dengan nilai p-value tersebut lebih besar dari α=0.01 maka tidak terdapat hubungan nyata atau signifikan antara luas lahan yang
digarap dengan tingkat kontrol yang dikuasai oleh laki-laki dan perempuan dari pelaksanaan usahatani padi. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki luas
lahan yang digarap yang tergolong sempit, sedang dan luas sama-sama memiliki peran pengambilan keputusan terhadap usahatani.
Untuk partisipasi laki-laki dan perempuan berbeda terhadap luas lahan yang digarap. Laki-laki memiliki nilai 0.079 sedangkan perempuan memiliki nilai
0.339. partisipasi laki-laki berhubugan nyata atau signifikan lalu partisipasi perempuan tidak berhubungan nyata atau signifikan. Hal ini berati semakin luas
lahan yang digarap maka partisipasi laki-laki semakin tinggi dalam pelaksanaan usahatani, sedangkan manfaat laki-laki dan perempuan sama-sama tidak
berhubungan nyata atau signifikan. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki lahan garapan sempit, sedang dan besar sama-sama memperoleh
manfaat. Status kepemilkan lahan dilihat dari hasil uji statistik terlihat bahwa tingkat partisipasi perempuan menghasilkan p-value yang lebih kecil dari 0.01
maka H
ditolak yaitu terdapat hubungan yang nyata atau signifikan antara status kepemilikan lahan dengan tingkat partisipasi perempuan. Hal ini berarti bahwa
ketika petani rumah tangga menjadi pemilik lahan maka keikutsertaan perempan dalam setiap kegiatan untuk pelaksanaan usahatani semakin tinggi.
Hasil uji rank Spearman antara status ekonomi rumah tangga dengan indikator keseteraan dan keadilan gender terlihat bahwa indikator seperti tingkat
akses laki-laki dan perempuan, kontrol laki-laki dan perempuan, manfaat laki-laki dan perempuan memiliki nilai p-value yang lebih besar daripada 0.01 sehingga
hubungan tersebut tidak nyata atau signifikan antara statatus ekonomi rumah tangga dengan tingkat akses, kontrol, dan manfaat. Berbeda dengan tingkat
partisipasi laki-laki, keduannya memiliki nilai p-value lebih kecil daripada 0.01 artinya H
1
diterima maka terdapat hubungan nyata atau signifikan antara status ekonomi rumah tannga dengan tingkat partisipasi laki-laki. Hal ini berarti bahwa
semakin kaya tidak miskin maka semakin berpartisipasi petani laki-laki rumah tangga tersebut. Sedangkan untuk partisipasi perempuan tidak berhubungan nyata
signifikan terhadap status ekonomi rumah tangga. Hubungan antara Karakteristik Rumah Tangga Petani dengan KKG Padi
Ladang
Hubungan antara karakteristik rumah tangga luas lahan yang digarap, status kepemilikan lahan, dan status ekonomi rumah tangga dengan akses, kontrol,
partisipasi, dan manfaat merupakan indikator keseteraan dan keadilan gender yang diuji dalam penelitian ini.
Tabel 27 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dengan
tingkat akses dan kontrol padi ladang tahun 2013
a
Karakteristik rumah
tangga Kesetaraan dan keadilan gender
Akses lk Akses pr
Kontrol lk Kontrol pr
R S
T R
S T
R S
T R
S T
Luas lahan yang digarap
R 42.1
42.8 50
47.6 66.7
16.7 56.3
37.5 47.6
33.3 S
36.8 57.2
25 42.8
50 37.3
37.5 42.9
33.3 T
21.1 25
9.6 33.3
33.3 6.25
25 9.5
33.3 T
o 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100
Status kepemilikan
lahan
R 68.4
85.7 75
66.7 88.9
50 81.3
75 76.2
66.3 S
T 31.6
14.3 25
33.3 11.1
50 18.8
25 23.8
33.3 T
o 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100
Status ekonomi
rumah tangga
R 47.4
57.1 25
38.1 66.7
50 31.3
75 38.1
66.7 S
36.8 42.9
75 52.4
22.2 16.7
62.5 25
52.4 22.2
T 15.8
9.5 11.1
33.3 6.25
9.5 11.1
T o
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Sumber: Data primer, diolah. Keterangan; lk: laki-laki, pr: perempuan, R:rendah, S:sedang, T:tinggi, To:total.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, responden yang menyatakan akses laki- laki kategori sedang sebesar 57.2, maka menghasilkan luas lahan yang digarap
antara 0.5 ha – 1 ha. Responden perempuan yang menyatakan akses rendah
sebesar 47.6, maka luas lahan yang digarap 0.5 ha. Hal ini berarti dengan akses yang sedang pada laki-laki dan akses perempuan yang rendah tidak
mempengaruhi lahan yang digarapnya rendah, sedang atau tinggi. Hal tersebut mengartikan bahwa petani akan mudah mendapati sarana produksi pertanian
ketika lahan petani yang digarap apa pun bentuknya. Responden yang menyatakan kontrol atau pengambilan keputusan laki-laki sedang maka memiliki luasan lahan
yang digarap lahan gurem, sedangkan pengambilan keputusan perempuan sedang dengan luasan lahan yang digarap antara 0.5 ha - 1 ha. Sebesar 80 partisipasi
laki-laki rendah dan 90 partisipasi perempuan tinggi menghasilkan kategori rendah pada luas lahan yang digarap, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi yang
tinggi tidak berpengaruh terhadap luasan lahan yang digarap oleh rumah tangga petani tersebut.
Berdasarkan hasil uji rank Spearman antara luas lahan yang digarap terhadap kontrol laki-laki, perempuan dan manfaat laki-laki, perempuan didapat
hasil p-value yang lebih besar daripada 0.01 artinya H diterima, yaitu tidak
terdapat hubungan nyata atau signifikan antara luas lahan yang digarap dengan kontrol dan manfaat. Hal ini berarti responden yang memiliki luas lahan yang
digarap kecil, sedang dan besar sama-sama memiliki peran pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan usahatani padi dan manfaat yang dapat dinikmati
dari pelaksanaan usahatani padi ladang.
Sedangkan untuk partisipasi laki-laki maupun perempuan dan akses perempuan memiliki nilai p-value yang lebih kecil daripada 0.01 artinya H1
diterima, yaitu terdapat hubungan nyata atau siginifikan antara luas lahan yang digarap dengan tingkat partisipasi dan akses perempuan. Hal ini berarti semakin
besar luas lahan yang digarap maka partisipasi laki maupun perempuan semakin tinggi dan kesempatan atau peluan perempuan untuk mengakses tahapan kegiatan
pelaksanaan usahatani padi ladangpun semakin tinggi.
Dari hasi uji rank Spearman, tingkat akses, kontrol laki dan manfaat laki- laki terdapat hubungan yang nyata atau signifikan negatif antara status
kepemilikan lahan dengan tingkat akses, kontrol laki-laki dan manfaat laki. Hal ini berarti rumah tangga yang berperan sebagai buruh tani dan penggarap memiliki
tingkat akses terhadap tahapan pelaksanaan usahatani yang tergolong tinggi. Sedangkan untuk kontrol laki-laki bahwa buruh tani dan penggarap tersebut
semakin bertanggung jawab terhadap peran pengambil keputusan terrhadap semua kendala dalam usahatani padi ladang. Untuk manfaat pun yang dirasakan lebih
banyak kepada buruhtani dan penggarap laki-laki.
Hasil uji rank Spearman terlihat bahwa antara status ekonomi rumah tangga petani padi ladang berhubungan dengan kontrol laki-laki dan manfaat laki-laki.
Semua analisis itu memiliki nilai p-value lebih kecil dari α=0.01 maka H
1
diterima, yaitu berhubungan nyata atau signifikan antara status ekonomi rumah tangga dengan kontrol laki-laki dan manfaat laki-laki. Hal ini berarti semakin
rumah tangga tersebut kaya tidak miskin maka peran pengambilan keputusan laki-laki terhadap tahapan usahatani tinggi dan manfaat yang dinikmati oleh laki-
laki juga semakin tinggi ketika petani tersebut kaya tidak miskin.
Keberhasilan Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang
Keberhasilan usahatani tidak terlepas dari konsep pertanian berkelanjutan dimasa depan. Pertanian berkelanjutan menitikberatkan kepada petani yang sudah
menua dan pemuda yang enggan memilih untuk berusahatani. Dikarenakan tingkat pengembalian yang relatif kecil dan tidak memenuhi kebutuhan hidup.
Keberhasilan
usahatani padi
harus berdasarkan
pola perencanaan,
pengorganisasian, pengontrolan, penetapan prioritas dan pengambilan keputusan Solahudin 2012. Semua hal tersebut terjadi dalam rumah tangga petani padi,
peranan perempuan dalam berusahatani turut mengambil alih dalam tingkat keberhasilan usahatani tersebut. Kesenjangan dan ketidakadilan gender
seharusnya tidak terjadi dalam rumah tangga petani di Indonesia agar pola 5P berjalan sesuai yang dinginkan, karena peran perempuan tidak boleh
dikesampingkan. Rumah tangga petani perempuan istri dan laki-laki suami seharusnya bahu-membahu untuk meningkatkan produktivitas padi, produktivitas
akan meningkat apabila tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat didapat dengan mudah oleh petani.
Pola perencanaan dalam keberhasilan usahatani rumah tangga padi sawah dan padi ladang dapat terwujud ketika perencanaan keluarga yang lebih mudah
mengakses sarana produksi pertanian, kemudahan akses pada lembaga ekonomi pasar dan koperasi, kemudahan akses terhadap laki-laki dan perempuan dalam
pelaksanaan usahatani padi. Kemudahan akses tersebut dipengaruhi oleh usia petani yang seharusnya memasuki usia produktif, tingkat pendidikan yang tinggi,
dan pengalaman berusahatani yang sudah lama. Pola pengambilan keputusan dalam keberhasilan usahatani rumah tangga petani padi sawah dan padi ladang
dapat terlihat ketika pelaku usahatani seperti laki-laki dan perempuan dalam
rumah tangga sama-sama dapat mengontrol pengambilan keputusan dalam semua tahapan usahatani padi sawah dan padi ladang. Pola pengambilan keputusan dan
penetapan prioritas akan terwujud apabila memiliki lahan yang digarap luas, dengan tingkat pengalaman bertani antara 34 tahun sampai 50 tahun.