Input-Output Model TINJAUAN PUSTAKA 2.1

3. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga jasa tenaga kerja, pemerintah pembayar pajak tak langsung, penyusutan dan surplus usaha serta impor. 4. Hubungan input dengan output bersifat linier. 5. Dalam suatu kurun waktu analisis biasanya 1 tahun total input sama dengan total output. 6. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi. Tabel I-O merupakan suatu tabel transaksi yang merekam data tentang hasil produksi berbagai sektor ekonomi dan penggunaannya oleh sektor ekonomi lainnya, baik sebagai input antara intermediate inputs maupun permintaan akhir final demand di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Tabel I-O mempunyai dua sisi, yaitu produksi dan penggunaan. Bentuk dasar tabel I-O seperti pada Tabel 1 berikut Sutomo 1995, Budiharsono 1996: Tabel 1. Bentuk Dasar Tabel Input – Output Penggunaan Alokasi Output Struktur Input Permintaan Antara 1 2 … j … n Permintaan Akhir Input Antara 1 2 I II i n Input Primer III IV Sumber: Sutomo 1995, Budiharsono 1996 Berbagai asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam penggunaan model I-O adalah Sutomo 1995, Budiharsono 1996: 1. Homogenitas, menyatakan bahwa masing-masing sektor hanya memproduksi satu output dengan satu struktur input tertentu, dan tidak ada substitusi di antara input atau output dalam sektor. 2. Proporsionalitas, menyatakan bahwa dalam suatu proses produksi, hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier, yaitu tiap jenis input yang digunakan oleh suatu sektor tertentu akan meningkat atau menurun sebanding dengan peningkatan atau penurunan penggunaan output sektor yang bersangkutan. 3. Additivitas, menyatakan bahwa akibat total dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa pengaruh-pengaruh di luar sistem I-O terhadap tingkat produksi sektor diabaikan. Berbagai analisis ekonomi yang dapat dilakukan dengan menggunakan modeltabel I-O dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1 Analisis Deskriptif, antara lain: analisis struktur input, analisis alokasi output, analisis PDRB menurut penggunaan, analisis kontribusi sektor-sektor, dan 2 Analisis Kuantitatif, meliputi: analisis keterkaitan sektor ke depan dan ke belakang, analisis dampak pengganda pendapatan, tenaga kerja dan output, analisis koefisien dan kepekaan penyebaran Sutomo 1995, BPS 1995, Budiharsono 1996. Berikut ini secara garis besar berbagai analisis tersebut diuraikan: 1. Analisis Struktur Input, berguna untuk menjelaskan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor dibandingkan dengan total output sektor bersangkutan, penggunaan input antara untuk menghasilkan output suatu sektor. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis koefisien input suatu tabel I-O. 2. Analisis Alokasi Output, berguna untuk menjelaskan penggunaan output suatu sektor oleh sektor-sektor lain, atau penggunaan output suatu sektor oleh permintaan antara dan permintaan akhir. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis koefisien output suatu tabel I-O. 3. Analisis PDRB menurut Penggunaan, berguna untuk menjelaskan persentase pembentukan PDRB suatu wilayah ditinjau dari sisi penggunaan, seperti: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto PMTB, perubahan stok, dan ekspor netto. Dari analisis ini diperoleh informasi mengenai kontribusi masing-masing komponen PDRB tersebut terhadap total PDRB. 4. Analisis Kontribusi Sektor-sektor, berguna untuk menjelaskan kontribusi sektor-sektor, misalnya terhadap total output, nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, ekspor dan impor. Dari analisis ini diperoleh informasi mengenai kontribusi masing-masing sektor terhadap masing-masing permasalahan yang ditelaah misalnya sektor mana yang menghasilkan nilai tambah terbesar. 5. Keterkaitan Langsung ke Depan Direct Forward Linkage, menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 6. Keterkaitan Langsung ke Belakang Direct Backward Linkage, menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 7. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 8. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 9. Pengganda Pendapatan, menjelaskan besarnya peningkatan pendapatan suatu sektor akibat meningkatnya permintaan akhir sektor tersebut sebesar satu unit. Semakin besar nilai pengganda pendapatan suatu sektor semakin besar pula peningkatan pendapatan masyarakat dari sektor tersebut akibat permintaan akhir. Pengganda pendapatan dibedakan atas: sederhana, total, tipe I dan tipe II. 10. Pengganda Tenaga KerjaKesempatan Kerja, menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung setiap unit permintaan akhir suatu sektor terhadap kesempatan kerja yang diciptakan output sektor bersangkutan. Pengganda tenaga kerja dibedakan atas: tipe I dan tipe II. 11. Pengganda Output, dibedakan atas: sederhana dan total. Pengganda Output sederhana untuk melihat pengaruh peningkatan suatu unit permintaan akhir sektor tertentu dalam perekonomian terhadap output sektor lain, secara langsung maupun tidak langsung. Sementara itu, Pengganda Output total untuk menghitung pengaruh induksi disamping pengaruh langsung. Dalam perhitungannya, sektor rumah tangga dijadikan faktor endogen, sehingga matrik yang digunakan adalah matrik kebalikan Leontief tertutup. 12. Koefisien Penyebaran Coefficient of Dispersion, menyatakan pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. 13. Kepekaan Penyebaran Sensitivity of Dispersion, menyatakan pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Kerangka analisis lainnya yang dapat digunakan untuk menganalisis ekonomi wilayah sebagai dampak dari adanya suatu usaha pembangunan adalah ”Analisis Ekonomi” yang termasuk dalam ”Analisis Investasi Proyek”. Analisis Ekonomi Economic Analysis adalah analisis yang melihat manfaat dan pengorbanan dalam pelaksanaan proyek terhadap perekonomian masyarakat nasional atau wilayah secara keseluruhan, berbeda dari Analisis Finansial Financial Analysis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari pesertapelaksana proyek. Analisis ekonomi terutama penting dilakukan untuk proyek-proyek yang berskala besar dengan jangka waktu analisis lebih dari satu tahun multi years, yang seringkali menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, karenanya dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti Husnan dan Suwarsono 1994. Mangkuprawira 2000 menyatakan bahwa dalam struktur ekonomi Kabupaten Bogor, industri memegang peranan penting sebagai sektor penyumbang terbesar dalam Nilai Tambah Bruto. Sektor ini juga mendominasi sektor-sektor lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa sektor industri khususnya agroindustri memainkan peranan utama dalam pembangunan ekonomi regional. Selanjutnya Mangkuprawira 2000 berpendapat bahwa disamping pentingnya sektor manufaktur industri, sektor pertanian masih memegang peranan penting khususnya dalam menaikkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor melalui ekspor. Sektor industri berdasarkan koefisien multiplier output, agroindustri dapat berperan sebagai leading sector. Oleh karenanya, dalam rangka memelihara atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor, prioritas pertama dalam industri riil seharusnya diarahkan kepada agroindustri. Dalam kaitannya dengan usaha peningkatan perekonomian di Kabupaten Bogor, maka kerangka model analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak dari keberadaan kampus IPB Darmaga terhadap peningkatan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor adalah ”Model Input-Output I-O”. Beberapa alasan yang memperkuat penggunaan Model I-O tersebut adalah: 1. Model I-O dapat digunakan untuk menganalisis ekonomi wilayah sebagai dampak dari keberadaan kampus IPB Darmaga, meliputi: kontribusi usaha jasa-jasa terhadap PDRB, keterkaitannya dengan sektor ekonomi lain, dan multiplier effect- nya terhadap pendapatan, output dan tenaga kerja sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. 2. Usaha jasa-jasa menghasilkan satu output yang diproduksi dengan satu teknologi atau satu struktur input, hal ini sesuai dengan syarat penggunaan asumsi Model I-O. 3. Model I-O digunakan untuk analisis aktivitas ekonomi yang berlangsung dalam periode satu tahun, ini sesuai dengan usaha jasa-jasa yang telah berlangsung satu tahun.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka

Pemikiran Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus menerus ke arah yang dikehendaki. Tjokroamidjojo dan Mustofadidjaja 1980 menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kegiatanorientasi usaha yang tidak berakhir. Kemudian dijelaskan bahwa proses pembangunan sebenarnya merupakan perubahan sosial budaya. Suatu proses pembangunan yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri sangat tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Todaro 1977 mengartikan pembangunan sebagai “the process of improving the quality of all human lives ”. Hal ini dapat memberi batasan kepada tiga aspek pembangunan yang dikatakan sama pentingnya di mana pembangunan harus mempunyai tujuan: i Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa ii Memperkuat persatuan dan kesatuam bangsa Konsep dan pemikiran kebijakan pembangunan Nasional lima tahun terakhir ini telah mengalami perubahan secara dinamik dari waktu ke waktu, dan bahkan secara konseptual pemikiran pembangunan telah mengalami perubahan paradigma yang lebih mendasar dari pola sentralistik ke pola desentralisasi dengan kebijakan otonomi daerah. Konsep otonomi daerah yang dituangkan dalam UU No.221999 memberikan kewenangan pemerintahan daerah dalam penyusunan kebijakan pembangunan daerah. Diberlakukannya Undang-undang otonomi daerah memberikan implikasi luas dalam sistem perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah. Otonomi daerah mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah di bandingkan pendekatan sektoral. Hal ini memberikan peluang sekaligus tantangan yang segera harus direalisasikan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Salah satu penyebab kegagalan pemerintah government failure di masa lalu adalah kegagalan di dalam menciptakan sinergisitas antar komponen pembangunan atau kegagalan menciptakan keterpaduan sektoral di dalam kerangka pembangunan wilayah. Lembaga-lembaga instansi sektoral di tingkat wilayahdaerah sering jadi hanya berupa perpanjangan dari lembaga sektoral di tingkat nasionalpusat dengan sasaran pembangunan, pendekatan dan perilaku yang tidak sinergis dengan lembaga institusi yang dibutuhkan di tingkat daerah. Akibatnya, lembaga pemerintah daerah gagal menangkap kompleksitas pembangunan yang ada dan tidak mempertimbangkan keterkaitan antar lembaga institusi tersebut. Keterpaduan sektoral tidak hanya menyangkut hubungan antar lembaga pemerintahan, akan tetapi juga antara pelaku-pelaku ekonomi secara luas dengan latar belakang yang berbeda. Rustiadi 2003 menyatakan bahwa suatu wilayah yang berkembang menunjukkan adanya keterkaitan linkage antara sektor ekonomi wilayah dalam arti transfer input dan output barang dan jasa antar sektor dapat berlangsung secara dinamis. Keterpaduan spasial membutuhkan adanya interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah yang dinamis. Akibat potensi sumberdaya alam serta aktivitas-aktivitas sosial ekonomi yang tersebar secara merata dan tidak seragam, maka diperlukan adanya mekanisme interaksi intra dan inter wilayah secara optimal. Keberadaan IPB bagi masyarakat sekitar terutama dalam hal peningkatan kesempatan kerja pada sektor formal dan informal, peningkatan pendapatan masyarakat yang secara langsung berpengaruh pada peningkatan taraf hidup sangat diharapkan. Dampak keberadaan IPB terhadap perekonomian wilayah dilihat melalui penerimaan pajak dan pengaruhnya terhadap peningkatan PAD Kabupaten Bogor yang pada gilirannya akan berpengaruh pada peningkatan taraf hidup melalui peningkatan fasilitas pelayanan umum, seperti terlihat dalam Gambar 4 berikut: