Keterkaitan ke Depan Forward Linkage dan Keterkaitan ke
sebagai dampak dari perubahan neraca permintaa akhir dari sektor tersebut. Ini menunjukkan bahwa keterkaitan ke belakang akan memberikan gambaran akan
kemampuan suatu sektor sebagai sektor hulu dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Keterkaitan langsung ke depan adalah perwujudan akibat perubahan per unit permintaan total sektor jasa IPB terhadap sektor-sektor yang menggunakan
sebagian output sektor jasa IPB secara langsung. Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan perwujudan akibat perubahan per unit permintaan total
sektor jasa IPB terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara secara langsung bagi sektor jasa IPB.
Keterkaitan antar sektor menunjukkan adanya ketergantungan antar berbagai sektor ekonomi yang ada, baik itu keterkaitan langsung maupun tidak
langsung. Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah keterkaitan sektor jasa IPB dengan sektor lainnya di Kabupaten Bogor. Keterkaitan tersebut berupa
keterkaitan langsung ke belakang direct backward linkage yaitu antara sektor jasa IPB dengan sektor-sektor yang menyediakan input untuk kegiatan sektor ini,
dan keterkaitan langsung ke depan direct forward linkage yaitu sektor-sektor yang memanfaatkan output dari sektor jasa IPB. Adapun keterkaitan antar sektor
perekonomian Kabupaten Bogor dapat kita lihat pada Tabel 18 berikut ini:
Tabel 18. Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian Kabupaten Bogor 2003 No Sektor Keterkaitan
ke Depan
Keterkaitan Ke Belakang
KLD KLTD KLB KLTB
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17. 18.
19. 20.
21. 22.
23. Tabaman
Peternakan Prtn_lain
Listrik Gas
Air tmbg Immt
Itpj In_kayu
In_kimai In_lain
Bangunan Dagbesran
Hotel Restoran
Ak_rel Ak_dal_kt
Ak_antar_kt Js_pnjg_ak
Komunikasi Keuangan
Jasa-Jasa Jasa IPB
0,0003 0,0036 0,0003 0,0052
0,0103 0,0189 0,0075 0,0109
0,0000 0,0000 0,0000 0,0020
0,0000 0,0047 0,0000 0,0021
0,0000 0,0204 0,0041 0,0071
0,0009 0,0028 0,0028 0,0065
0,0077 0,0113 0,0657 0,0737
0,0019 0,0077 0,0000 0,0110
0,0889 0,0979 0,0791 0,0880
0,0838 0,0905 0,0087 0,0244
0,0072 0,0149 0,0044 0,0058
0,0133 1,0184 0,0049 0,0064
0,0091 0,0125 0,0043 0,0058
0,0158 0,0193 0,0051 0,0070
0,0080 0,0095 0,0000 0,0009
0,0000 0,0009 0,0000 0,0001
0,0089 0,0116 0,1955 0,2336
0,0340 0,0574 0,0403 0,0530
0,0000 0,0008 0,0095 0,0228
0,0000 0,0002 0,0045 0,0112
0,0113 0,0175 0,0000 0,0030
0,0033 0,0130 0,1078 0,1282
0,0002 0,0054 0,0133 1,0184
Sumber: Data Hasil Diolah Pada Tabel 18 terlihat bahwa sektor jasa IPB memilki koefisien
keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0,0033 artinya bahwa sektor jasa IPB menggunakan input secara langsung sebesar 0,0033 unit untuk proses komunikasi,
sebagai akibat dari kenaikan permintaan akhir sektor yang bersangkutan sebesar satu unit. Koefisien keterkaitan langsung ke belakang ini relatif kecil bila
dibandingkan dengan sektor lainnya. Sedangkan lima sektor yang menempati peringkat tertinggi berturut-turut adalah 1 sektor industri lain sebesar 0,1955, 2
sektor keuangan sebesar 0,1078 3 sektor dagbesran sebesar 0,0403, 4 sektor bangunan sebesar 0,0340 dan 5 sektor listrik sebesar 0,0158.
Implikasi secara makro dari angka-angka total keterkaitan tadi menunjukkan bahwa total keterkaitan ke belakang dari berbagai sektor
menunjukkan sejumlah sektor lebih tinggi dari rata-rata dan sejumlah sektor
lainnya lebih rendah dari keterkaitan total ke belakang dari seluruh sektor perekonomian wilayah. Ini menunjukkan bahwa ada beberapa komoditas yang
dapat dijadikan sektor andalan leading sector dan sektor lainnya belum bisa diandalkan. Sebagai contoh adalah sektor industri lain yang mempunyai total
keterkaitan ke belakang sebesar 0,1955, artinya sektor industri lain dapat merupakan salah satu komoditas andalan bagi perekonomian wilayah Kabupaten
Bogor. Implikasi lain menunjukkan bahwa sektor industri lain mempunyai angka koefisien keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0,1955 yang menunjukkan
suatu indikasi bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka besarnya output sektor perekonomian secara keseluruhan akan meningkat
sebesar Rp 195.500. Koefisien keterkaitan langsung ke depan sektor jasa IPB adalah sebesar
0,0133 ini berarti bahwa tingkat ketergantungan output sektor jasa IPB terhadap sektor lainnya tidak terlampau menonjol serta output sektor jasa IPB tidak banyak
dimanfaatkan oleh sektor-sektor lainnya sebagai input ini disebabkan karena seluruh hasil yang didapat lebih banyak untuk di ekspor.
Koefisien keterkaitan langsung ke depan dari sektor-sektor ekonomi yang menduduki lima besar di Kabupaten Bogor adalah 1 sektor angkutan dalam kota
sebesar 0,0889, 2 sektor jasa penunjang angkutan sebesar 0,0838, 3 sektor angkutan antar kota sebesar 0,0791, 4 sektor hotel sebesar 0,0657, 5 sektor
peternakan lain sebesar 0,0103. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan total forward linkage adalah sebesar 0,3869 serta keterkaitan langsung dan tidak
langsung kebelakang total backward linkage adalah sebesar 0,4758. Indeks 0,3869 mengandung arti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu unit
akan memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor jasa IPB sebagai input antara sebesar 0,3869
satuan. Sedangkan indeks 0,4758 berarti sektor jasa IPB membutuhkan input sektor-sektor lainnya termasuk sektor jasa IPB sebesar 0,4758 satuan jika terjadi
kenaikan permintaan akhir sektor jasa IPB sebesar satu satuan. Sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dan tidak langsung
ke depan yang termasuk dalam lima besar adalah 1 sektor angkutan dalam kota sebesar 0,0979 2 sektor jasa penunjang angkutan sebesar 0,0905, 3 sektor
angkutan antar kota sebesar 0,0880, 4 sektor hotel sebesar 0,0737, 5 sektor komunikasi sebesar 0,0244. Sementara itu sektor-sektor yang mempunyai
keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang yang termasuk dalam lima besar adalah 1 sektor industri lain sebesar 0,2336, 2 sektor keuangan sebesar
0,1282, 3 sektor bangunan sebesar 0,0574, 4 sektor dagbesran sebesar 0,0530, 5 sektor restoran sebesar 0,0228.