Penyiapan Hormon Tiroksin Metode Perlakuan

6 Gambar 1 Akuarium pemeliharaan paska perlakuan kejutan salinitas dan perendaman hormon tiroksin Sumber air yang digunakan berasal dari tandon penampungan air yang berada di Departemen Budidaya Perairan. Air yang berasal dari tandon utama diendapkan kembali pada tandon berukuran 3 m 3 . Kemudian akuarium yang berukuran 15 x 15 x 25 cm diisi air sebanyak 4,5 liter dan pada akuarium berukuran 110 x 80 x 25 cm diisi air setinggi 20 cm. Agar suhu di dalam akuarium tetap stabil maka pada akuarium besar dipasang thermostat dengan daya 50 watt sebanyak 1 unit dengan kisaran suhu 30-31 C serta diberi aerasi.

2.3.2 Penyiapan Hormon Tiroksin

Hormon Tiroksin yang digunakan berasal dari tablet thyrax dengan kandungan tiroksin 0,1 mgtablet. Pada perlakuan 0,05 mgl P1, digunakan 1 tablet thyrax yang telah digerus, kemudian dimasukkan ke dalam 2 l air, pada perlakuan 0,1 mgl P2 digunakan 2 tablet thyrax yang telah digerus, kemudian dimasukkan ke dalam 2 l air, sedangkan pada perlakuan 0,2 mgl P3 digunakan 4 tablet thyrax yang telah digerus, kemudian dimasukkan ke dalam 2 l air.

2.3.3 Metode Perlakuan

Jumlah larva yang digunakan yaitu 180 ekorakuarium. Kepadatan larva pada saat kejutan salinitas dan perendaman larutan hormon tiroksin adalah 180 ekor 360 ml. Sebelum direndam dalam larutan hormon tiroksin, larva diberi perlakuan kejutan salinitas dengan salinitas 20 ppt selama 2 menit. Penggunaan salinitas 20 ppt selama 2 menit didasarkan pada uji pendahuluan ketahanan larva 7 yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian larva direndam pada larutan perendaman tiroksin sesuai dengan dosisnya, yaitu 0,05 mgl P1, 0,1 mgl P2, dan 0,2 mgl P3 selama 1 jam, sedangkan untuk kontrol K tidak diberikan perlakuan perendaman hormon dan kejutan salinitas. Pemeliharaan larva paska perlakuan perendaman dalam larutan tiroksin dan kejutan suhu adalah selama 12 hari. Padat tebar larva yang digunakan adalah 180 ekorakuarium dan akuarium yang digunakan berukuran 15 x 15 x 25 cm. Selama masa pemeliharaan dilakukan penyifonan, pemberian makananan berupa artemia dan cacing sutera cacah, dan pergantian air. Pergantian air mulai dilakukan pada hari ke-3 sebanyak 50 . Pola pemberian pakan pada larva paska perlakuan disajikan pada Tabel 1. Pada saat berumur 1 – 5 hari larva diberi artemia, selanjutnya pada umur 6 - 9 hari diberi oplosan artemia dan cacing sutera, pada umur 10 – 12 hari larva diberi pakan cacing sutera. Tabel 1 Frekuensi Pemberian Pakan FrekuensiHari 1-5 hari 6 - 9 hari 10 - 12 hari 2 jam sekali 3 jam sekali 4 jam sekali

2.3.4 Pengelolaan Kualitas Air