Gambar 2 a Hubungan tekanan dan densitas. b Hubungan tekanan dan laju
pembakaran Ooi dan Shiddiqui, 2000. Sudrajat 1994 menyatakan bahwa arang yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut : 1. Mempunyai kandungan arang fix karbon diatas 75.
2. Cukup keras ditandai dengan tidak mudah patah dan hancur. 3. kadar abunya tidak lebih dari 5
4. kadar zat menguapnya tidak lebih dari 8 5. kadar air tidak lebih dari 15
6. tidak tercemar oleh unsur-unsur yang membahayakan atau kotoran lainnya.
3. PENGECILAN UKURAN
Menurut Nurhayati 1983, ukuran serbuk arang yang halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket arang. Semakin halus maka kerapatannya
akan semakin meningkat. Makin halus ukuran partikel, makin baik briket yang dihasilkan. Tetapi untuk menghasilkan briket yang lebih baik maka ukuran partikel sebaiknya seragam uniform
Boedjang, 1973. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan, sehingga mengurangi keteguhan tekan briket yang dihasilkan. Sebaiknya partikel mempunyai ukuran
40-60 mesh Mikrova, 1985. Pengecilan ukuran adalah suatu bentuk proses penghancuran dari pemotongan bentuk
padatan menjadi bentuk yang lebih kecil oleh gaya mekanik. Terdapat empat cara yang diterapkan pada mesin-mesin pengecilan ukuran, yaitu 1 kompresi, pengecilan ukuran dengan tekstur yang
keras 2 impact atau pukulan, digunakan untuk bahan padatan dengan tekstur kasar 3 attrition, digunakan untuk menghasilkan produk dengan tekstur halus dan 4 cutting, digunakan untuk
menghasilkan produk dengan ukuran dan bentuk, tekstur tertentu Mc. Cabe et al., 1976.
Bahan baku untuk membuat briket harus cukup halus untuk dapat membentuk briket yang baik. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar pada waktu melakukan perekatan sehingga
mengurangi keteguhan tekan dari briket yang dihasilkan Ramaswarmi, 1937. Perbedaan ukuran serbuk mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket yang dihasilkan Boejang, 1973.
4. PENCAMPURAN DENGAN PEREKAT
Terdapat dua macam perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan briket yaitu perekat yang berasap tar, molase, dan pitch, dan perekat yang tidak berasap pati dan dekstrin tepung beras.
Untuk briket yang digunakan di rumah tangga sebaiknya memakai bahan perekat yang tidak berasap Abdullah, 1991. Sedangkan menurut Hayati 2008, ada beberapa bahan yang dapat digunakan
sebagai perekat yaitu pati, clay, molase, resin tumbuhan, pupuk hewan dan ter. Perekat yang digunakan sebaiknya mempunyai bau yang baik ketika dibakar, kemampuan merekat yang baik,
harganya murah, dan mudah didapat. Bahan perekat dari tumbuh-tumbuhan seperti pati tapioka memiliki keuntungan dimana
jumlah perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan bahan perekat hidrokabon. Kelemahannya adalah briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban.
Hal ini disebabkan tapioka memiliki sifat dapat menyerap air dari udara. Molase memiliki sifat relatif tahan terhadap kelembaban Goutara dan Wijandi, 1975. Asap yang terjadi saat pembakaran
disebabkan karena adanya komponen mudah menguap seperti air, bahan organik, dan lain-lain yang terkandung dalam perekat molase Boedjang, 1973. Menurut Sudrajat 1983, jenis perekat yang
digunakan dalam pembuatan briket arang berpengaruh terhadap kerapatan, keteguhan tekan, nilai kalor bakar, kadar air dan kadar abu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perekat pati
menghasilkan briket dengan kerapatan dan kadar abu lebih tinggi daripada perekat molase, tetapi menghasilkan keteguhan tekan dan nilai kalor bakar lebih rendah.
Gambar 3. Pati tapioka
Tabel 3. Komposisi Kimia ketela pohon, gaplek, dan tapioka Komposisi
Ketela Pohon Terkupas Gaplek
Tapioka Kalori per 100 gram
146 338
363 Karbohidrat
34.7 81.3
88.2 Protein
1.2 1.5
1.1 Lemak
0.3 0.7
0.5 Air
62.5 14.5
9.1 Calcium mg100 gr
33.0 80.0
84.0 Phosphor mg100 gr
40.0 60.0
125.0 Ferrum mg100 gr
0.7 1.9
1.0 Vitamin B1 mg100 gr
0.06 0.04
0.4 Vitamin C mg100 gr
30.0 Sumber : Sudrajat 1994
Tepung tapioka merupakan hasil ekstraksi pati ubikayu yang telah mengalami proses pencucian secara sempurna serta dilanjutkan dengan pengeringan. Tepung tapioka hampir seluruhnya
terdiri dari pati. Ukuran 7 granula pati tapioka berkisar antara 5-35 mikron. Pati ubi kayu terdiri dari molekul amilosa dan amilopektin yang jumlahnya berbeda-beda tergantung jenis patinya Ma’arif et
al., 1984. Gaplek adalah umbi akar ketela pohon terkupas yang telah dikeringkan. Pengeringan dapat
dilakukan dengan sinar matahari penjemuran atau pengering buatan. Kandungan air gaplek antara 14-15 akan tahan disimpan selama 3-6 bulan Makfoeld, 1982.
Perekat adalah suatu bahan yang mampu menggabungkan bahan dengan cara perpautan antara permukaan yang dapat diterangkan dengan prinsip kohesi dan adhesi Brawn et al., 1952.
Tujuan pemberian perekat bahan pengikat adalah untuk memberikan lapisan tipis dari perekat pada permukaan briket sebagai upaya memperbaiki konsistensi atau kerapatan dari briket yang dihasilkan.
Dengan pemakaian perekat maka tekanan yang diperlukan akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan briket tanpa memakai bahan pengikat Boedjang, 1973.
Hartoyo 1978 membagi cara mengerasnya perekat ke dalam lima cara, yaitu : 1. Kehilangan air, seperti perekat tapioka
2. Kehilangan air yang diikuti oleh reaksi kimia seperti perekat casein dan kedelai 3. Pendinginan sehingga terbentuknya gelatin yang diikuti oleh kehilangan air seperti
perekat-perekat hewan 4. pemanasan hingga suhu tertentu seperti perekat dari darah
5. Reaksi kimia pada suhu kamar atau suhu tinggi seperti perekat-perekat sintetis. Hartoyo 1978 mengajukan komposisi untuk 40 gram arang dibutuhkan 2 gram tapioka yang
ditambahkan air ke dalamnya dengan suhu 70
o
C sampai terbentuk kanji. Achmad 1991 menyatakan bahwa untuk setiap 1 kg serbuk arang cukup dicampurkan dengan perekat yang terdiri dari 30 gram
tepung tapioka 3 dari berat serbuk arang dan air sebanyak 1 liter. Kadar perekat dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering
menimbulkan banyak asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari 5 . Hasil penelitian Sudrajat dan Soleh 1994 menunjukkan bahwa briket arang dengan tepung
kanji sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya.
5. PENCETAKAN PENGEMPAAN