ANALISIS SIFAT FISIKO KIMIA BIOBRIKET 1 Nilai Kalor

ukuran partikelnya. Hasil penggilingan arang sebesar 200 gram dicampur dengan perekat yang telah disiapkan sebelumnya dan diaduk sampai merata. Perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dengan konsentrasi 5 dari bobot kulit yang telah digiling. Setelah pencampuran selesai kemudian dikempa dengan mesin pengempa briket hidrolik. Setelah dikempa briket kemudian di keringkan dalam oven suhu 60 C. Tujuan pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air briket sehingga mempermudah briket ketika akan dibakar. Dalam penelitian ini, segmen pengguna briket merupakan industri-industri skala menengah dan besar yang membutuhkan banyak bahan bakar pada proses produksinya. Sebagian besar bahan bakar yang digunakan pada industri-industri menengah dan besar menggunakan bahan bakar migas seperti minyak tanah, solar, dan batu bara. Biobriket dari kulit singkong ini diharapkan mampu menjadi bahan bakar alternatif pengganti ataupun sebagai bahan bakar subtitusi batu bara sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan bahan bakar batu bara yang dari tahun ketahun semakin meningkat. Jenis perekat yang digunakan dalam pembuatan briket adalah perekat tapioka. Pemilihan jenis perekat ini berdasarkan atas tingkat kemudahan untuk diperoleh serta harga yang murah sehingga sesuai dengan segmen pengguna industri menengah dan besar. Dalam penelitian ini digunakan perekat 5 dalam komposisi bahan.

2. ANALISIS SIFAT FISIKO KIMIA BIOBRIKET 1 Nilai Kalor

Nilai kalor suatu bahan bakar biomasa adalah jumlah energi panas yang dapat dilepaskan pada setiap satu satuan massa bahan bakar tersebut apabila terbakar habis dengan sempurna dalam satuan kkalkg. Prinsip penentuan nilai kalor adalah mengukur energi yang ditimbulkan pada pembakaran satu gram arang dengan mengukur perubahan suhu fluida pada volume tetap, dimana pembakaran terjadi dalam bejana tertutup. Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan alat Adiabatic Bomb Calorimeter. Besarnya nilai kalor dihitung dengan persamaan Nilai ekuivalent air NA = Hs x Ms ∆t – ma Nilai kalor bahan Hb = ∆t Na + ma mb x 4.186 Dimana NA = nilai ekivalen air Hs = nilai kalor sampel kalgr Hb = nilai kalor bahan kalgr Ms = massa sampel gram mb = massa bahan gram ma = massa air pada bejana dalam gram 1t = kenaikan suhu pada bejana dalam °C 2 Kadar Air Kadar air briket dihitung dari massa kering briket, dan massa briket sebelum dikeringkan. Alat yang digunakan untuk memperoleh kadar air briket adalah timbangan elektronik untuk menimbang massa briket dan drying oven untuk mengeringkan briket.Sebanyak satu gram sampel dimasukkan ke dalam cawan porselin yang bobotnya sudah diketahui. Kemudian dikeringkan dalam oven suhu 105 oC sampai beratnya konstan. Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang. Kadar air dihitung menggunakan persamaan : KA = X1 – X2X1 x 100 Dimana : KA = Kadar Air X1 = Bobot Awal gr X2 = Bobot Akhir gr 3 Kadar Abu Kadar abu briket diperoleh langsung dari hasil pengujian di Balai Kehutanan. Cawan porselin yang berisi sampel dari penentuan kadar air digunakan untuk menetapkan kadar abu. Cawan dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 950 oC selama 10 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu dihitung dengan persamaan : Kb = YaYc x 100 Dimana : Ya = Bobot Abu gr Yc = Bobot Sampel gr 4 Kadar Zat Terbang Kadar zat terbang briket diperoleh langsung dari hasil pengujian di Balai Kehutanan. Cawan porselen yang berisi sampel dari penentuan kadar air ditutup dan diikat dengan kawat nichrome. Cawan dimasukkan tanur suhu 950 oC selama 6 menit. Setelah penguapan selesai, cawan didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang. Penentuan kadar zat menguap dihitung dengan persamaan : Kadar zat menguap = Z1 – Z2Z1 x 100, Dimana : Z1 = Bobot awal gr Z2 = Bobot Akhir gr 5 Kadar Karbon Terikat Kadar karbon terikat briket diperoleh langsung dari hasil pengujian di Balai Kehutanan 6 Kerapatan Briket Kerapatan briket adalah perhitungan massa briket setelah pengeringan, panjang dan lebar briket setelah pengeringan, dan tinggi briket setelah pengeringan. Alat-alat yang dibutuhkan untuk memperoleh data kerapatan briket adalah timbangan elektronik untuk menimbang massa briket dan jangka sorong untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi briket. 7 Keteguhan Tekan Data kekuatan tekan briket diperoleh langsung dari hasil pengujian di Balai Kehutanan. Prinsip yang dilakukan dalam mengukur keteguhan tekan adalah menentukan kekuatan briket yang dihasilkan dalam menahan beban yang diterima hingga briket pecah. Keteguhan tekan briket dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : P = MbA , Dimana : P = Keteguhan tekan briket Kgcm 2 Mb = Beban yang diterima briket Kg A = Luas permukaan briket cm 2

3. ANALISIS PEMANFAATAN