tertinggi, kadar air rendah, kadar abu rendah, kadar zat terbang rendah, densitas tinggi, dan keteguhan tekan tinggikomposisi bahan baku arang kulit singkong yang telah disortasi sebesar
100 dan menggunakan perekat tapioka 5 merupakan formulasi terbaik karena menghasilkan nilai kalor tertinggi, yaitu sebesar 6113 calgram. Penentuan formulasi terbaik
ini didapatkan dengan metode perbandingan ekuivalensi nilai kalor dan biaya operasional yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan.
C. ANALISIS PEMANFAATAN
1. ANALISIS TEKNIS
a. Ketersediaan Bahan Baku PT Sartitanam Pratama Ponorogo memproduksi tepung tapioka dari singkong segar
antara 500 – 700 ton dalam setiap minggunya data produksi tahun 2010. Jika banyaknya kulit singkong yang dihasilkan dalam proses produksinya sebesar 8-15 Grace, 1977 maka
asumsi limbah kulit singkong kering yang telah disortasi dari kotoran yang dijadikan sebagai bahan baku biobriket adalah sebesar 5.4 tonhari, 40 tonminggu atau 160 tonbulan. kulit
singkong yang dibutuhkan sebagai bahan baku biobriket adalah kulit singkong kering yang telah disortasi dan dijemur dengan sinar matahari.
b. Proses Produksi Urutan proses pembuatan biobriket dari limbah kulit singkong ini meliputi proses
sortasi, penjemuran sinar matahari, pirolisis, pengecilan ukuran, pencampuran dengan bahan perekat, pengempaan, dan pengeringan. Urutan proses produksi yang dilakukan akan berbeda
dalam setiap perlakuan yang akan dipilih, untuk perlakuan dengan metode briket kayu, maka pembuatan biobriket dilakukan tanpa melalui proses pirolisis. Pada perlakuan dengan metode
briket arang, maka pembuatan biobriket dilakukan dengan proses pirolisis. Formulasi biobriket terbaik yang dipilih adalah formulasi pada perlakuan 6, yaitu metode briket arang 100
dengan proses sortasi pada bahan bakunya. Urutan proses produksinya dapat dilihat pada Neraca massa pembuatan biobriket di bawah ini.
Gambar 17. Neraca Massa pembuatan biobriket perlakuan 6 Untuk pendirian industri biobriket ini, dibutuhkan karyawan sebanyak 10 orang.
Limbah kulit singkong yang telah disortasi dari kotoran dijemur dengan menggunakan panas matahari. Setelah itu sebanyak 420Kg kulit singkong kering dimasukkan dalam tungku
karbonasi berukuran 1.2m x 1.2m x 1.5m. proses karbonasi pada tungku ini berlangsung selama kurang lebihempat jam. Setelah karbonasi selesai arang hasil karbonasi didinginkan
selama tiga jam. Arang yang telah didinginkan kemudian digiling dengan mesin penggiling dish mill. Serbuk arang yang dihasilkan dari mesin penggiling kemudian dicampur dengan
adonan perekat tapioka dan dikempa dengan mesin pengempa briket. Hasil kempa briket berupa briket basah kemudian dikeringkan dengan mesin pengering oven. Setelah
dikeringkan briket kemudian dikemas dalam dus yang dilapisi plastik untuk kemudian disimpan.
c. Mesin dan Peralatan Mesin dan peralatan yang digunakan pada pembuatan biobriket ini diantaranya adalah :
alat timbang dengan kapasitas 250 Kg, peralatan pengayak yang terbuat dari saringan baja dengan kapasitas 50 Kg, Tungku pirolisis bentuk silinder dengan kapasitas 420 Kg, mesin
penggiling dish mill kapasitas 50 kgjam, mesin pengempa briket tipe screw presstipe ulir dengan kapasitas cetak 50 Kgjam, mesin pengering dengan kapasitas 50 KgJam, dan satu
paket peralatan pembantu lainnya. Penggunaan mesin dan peralatan ini tergantung pada metode pembuatan biobriket yang akan dipilih, metode briket kayu atau metode briket arang.
Formulasi biobriket terbaik yang dipilih adalah formulasi pada perlakuan 6, yaitu metode pembuatan briket arang dengan proses sortasi pada bahan baku. Dengan asumsi bahan
baku kulit singkong kering yang dibutuhkan adalah 160 tonbulan, maka dibutuhkan alat pengayak pada proses sortasi bahan baku sebanyak empat unit, tungku pirolisis sebanyak 12
unit, mesin penggiling dish mill sebanyak empat unit, mesin pengempa briket tipe screw press sebanyak empat unit, loyang aluminium sebanyak 30 unit, mesin pengering briket dengan
kapasitas 50 kgjam, dan satu paket peralatan pembantu lainnya. Rincian mesin dan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3.
d. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pendirian industri biobriket ini tergantung
pada jenis perlakuan dan metode pembuatan biobriket yang akan dipilih. Tenaga kerja tersebut akan di tempatkan pada setiap lini produksi. Tenaga kerja yang akan direkrut berasal dari
warga yang tinggal disekitar area pabrik. Formulasi biobriket terbaik yang dipilih adalah formulasi pada perlakuan 6, yaitu
metode pembuatan briket arang dengan proses sortasi pada bahan baku. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri biobriket ini sebanyak 10 orang yang akan ditempatkan pada setiap
lini produksi.
2. ANALISIS BIAYA