juga kandungan fosfor dalam pupuk seiring dengan kandungan fosfor dalam bahan. Unsur fosfor sangat penting sebagai sumber energi. Oleh karena itu,
kekurangan fosfor dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi-reaksi metabolism tanaman. Sementara itu, kandungan fosfor pada tanaman membantu dalam
pertumbuhan bunga, buah, dan biji, serta mempercepat pematangan buah Subaedah 2007.
Berdasarkan hasil analisis, kualitas semua pupuk organik bokashi memiliki kandungan total fosfor antara 1,46 - 2,90. Berdasarkan nilai tersebut
maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi nilai kandungan total fosfor menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu sebesar 0,20.
4.4 Aplikasi Pupuk Organik Bokashi
Pengaruh aplikasi pupuk organik bokashi yang dihasilkan pada tanaman kangkung darat I. reptana diamati yang meliputi parameter laju pertumbuhan
tinggi, tinggi panen, jumlah daun dan bobot basah panen. 4.4.1 Laju pertumbuhan tinggi kangkung darat I. reptana
Laju pertumbuhan tinggi tanaman merupakan salah satu indikator keberhasilan pupuk untuk mensuplai unsur hara bagi tanaman. Laju pertumbuhan
tinggi tanaman dihitung dari pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya. Laju pertumbuhan tinggi kangkung darat I. reptana disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 menunjukkan pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat.
Perlakuan terbaik diperoleh perlakuan P
1
dengan laju pertumbuhan tinggi tertinggi dari perlakuan pupuk bokashi yaitu sebesar 9,50 cmminggu, sedangkan
laju pertumbuhan tinggi terendah terdapat pada perlakuan P yaitu sebasar
7,75 cmminggu. Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan pupuk bokashi P
1
dan P
2
berbeda nyata dengan perlakuakn pupuk bokashi lainnya P , P
3
, P
4
, sedangkan perlakuan P
1
dan P
2
tidak berbeda nyata serta perlakuan P
3
dan P
4
tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada parameter laju pertumbuhan tinggi
tanaman kangkung darat I. reptana disajikan pada Lampiran 8a. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan nilai rasio CN dari setiap pupuk bokashi
yang dihasilkan. Perlakuan P
1
dan P
2
memiliki nilai rasio CN paling tinggi
yaitu 5,50 dan 5,24, sedangkan perlakuan P memiliki nilai rasio CN terendah
yaitu 1,69. Perlakuan P
1
dan P
2
memiliki nilai rasio CN yang paling mendekati rasio CN tanah yaitu 10 yang merupakan nilai rasio CN yang paling optimal
untuk penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Nilai rasio CN menandakan tingkat kematangan pupuk. Jika nilai rasio CN terlalu rendah karena
bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon akan menjadi nutrien pembatas atau aktivitas penyerapan hara akan akan terhambat dan dibatasi oleh kadar karbon.
Rasio CN yang terlalu rendah juga dapat menghambat penyerapan unsur hara lainnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman Graves et al. 2000.
Pemberian pupuk yang belum matang dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, bahkan dapat menyebabkan tanaman menjadi mati
karena mikrob masih memiliki aktivitas untuk memecah bahan organik yang ada Crawford 2003.
Gambar 10 Pengaruh perlakuan K
N
tanpa pupuk, pupuk P 100
tepung ikan, pupuk P
1
30 tepung ikan, pupuk P
2
40 tepung ikan, pupuk P
3
50 tepung ikan, pupuk P
4
60 tepung ikan, dan K
P
pupuk kimia terhadap laju pertumbuhan tinggi kangkung darat I. reptana
5,20 + 0,45
a
7,75 + 0,50
b
9,50 + 0,50
d
9,35 + 0,38
d
8,50 + 0,18
c
8,30 + 0,21
c
9,40 + 0,14
d
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
10,00
KN P0
P1 P2
P3 P4
KP L
a ju
pert u
m b
u h
a n
cm m
in g
g u
Perlakuan
K
N
P P
1
P
2
P
3
P
4
K
P
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan terbaik pupuk bokashi yaitu perlakuan P
1
dengan K
N
tanpa pupuk terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman kangkung, namun tidak berbeda nyata dengan K
P
pupuk kimia selama masa tanam. Hal ini disebabkan perlakuan pemupukan mampu memberikan suplai unsur hara yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara pada perlakuan KN diduga tidak mampu mencukupi kebutuhan unsur hara pada akhir masa tanam sehingga laju
pertumbuhan tinggi menjadi menurun pada akhir masa tanam karena hanya bergantung pada unsur hara dari tanah. Asupan unsur hara yang cukup akan
menopang pertumbuhan tanaman seraca optimal, namun apabila asupan unsur hara tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan akan
terhambat bahkan mati karena kekurangan makanan Ruhnayat 2007. 4.4.2 Tinggi panen tanaman tanaman kangkung darat I. reptana
Laju pertumbuhan tinggi tanaman merupakan salah satu indikator keberhasilan pupuk untuk mensuplai unsur hara bagi tanaman. Tinggi panen
tanaman tanaman kangkung darat I. reptana disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap tinggi panen tanaman kangkung darat. Perlakuan terbaik diperoleh perlakuan P
1
dengan tinggi panen tertinggi dari perlakuan pupuk bokashi yaitu sebesar 38,00 cm, sedangkan bobot basah terendah terdapat pada
perlakuan P yaitu sebesar 31 cm. Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan
pupuk bokashi P
1
dan P
2
berbeda nyata dengan perlakuakn pupuk bokashi lainnya P
, P
3
, P
4
, sedangkan perlakuan P
1
dan P
2
tidak berbeda nyata serta perlakuan P
3
dan P
4
tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi panen tanaman kangkung darat I. reptana disajikan pada Lampiran 8b. Sama seperti
pada laju pertumbuhan tinggi, perbedaan pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan nilai rasio CN dari setiap pupuk bokashi yang dihasilkan. Perlakuan P
1
dan P
2
memiliki nilai rasio CN paling tinggi yaitu 5,50 dan 5,24, sedangkan perlakuan P
memiliki nilai rasio CN terendah yaitu 1,69. Perlakuan P
1
dan P
2
memiliki nilai rasio CN yang paling mendekati rasio CN tanah yaitu 10 yang merupakan nilai rasio CN yang paling optimal untuk penyerapan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman. Nilai rasio CN menandakan tingkat kematangan pupuk.
Jika nilai rasio CN terlalu rendah karena bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon akan menjadi nutrien pembatas atau aktivitas penyerapan hara akan akan
terhambat dan dibatasi oleh kadar karbon. Nilai rasio CN yang terlalu rendah juga dapat menghambat penyerapan unsur hara lainnya sehingga dapat
menghambat pertumbuhan tanaman Graves et al. 2000. Pemberian pupuk yang belum matang dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat,
bahkan dapat menyebabkan tanaman menjadi mati karena mikrob masih memiliki aktivitas untuk memecah bahan organik yang ada Crawford 2003.
Gambar 11 Pengaruh perlakuan K
N
tanpa pupuk, pupuk P 100
tepung ikan, pupuk P
1
30 tepung ikan, pupuk P
2
40 tepung ikan, pupuk P
3
50 tepung ikan, pupuk P
4
60 tepung ikan, dan K
P
pupuk kimia terhadap tinggi panen kangkung darat I. reptana
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan terbaik pupuk bokashi yaitu perlakuan P
1
dengan K
N
tanpa pupuk tehadap tinggi panen tanaman kangkung, namun tidak berbeda nyata dengan K
P
pupuk kimia. Hal ini disebabkan perlakuan pemupukan mampu memberikan suplai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman.
Unsur hara pada perlakuan K
N
diduga tidak mampu mencukupi kebutuhan unsur hara pada akhir masa tanam sehingga laju pertumbuhan tinggi menjadi menurun
20,80 + 1,79
a
31,00 + 2,00
b
38,00 + 2,00
d
37,40 + 1,52
d
34,00 + 0,71
c
33,20 + 0,84
c
37,60 + 0,55
d
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00
KN P0
P1 P2
P3 P4
KP T
ing g
i pa
nen cm
Perlakuan
K
N
P P
1
P
2
P
3
P
4
K
P
pada akhir masa tanam karena hanya bergantung pada unsur hara dari tanah. Asupan unsur hara yang cukup akan menopang pertumbuhan tanaman seraca
optimal, namun apabila asupan unsur hara tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan akan terhambat bahkan mati karena kekurangan
makanan Ruhnayat 2007. 4.4.3 Jumlah daun tanaman kangkung darat I. reptana
Pertambahan jumlah daun merurakan salah satu bentuk pertumbuhan yang diukur secara meristik berdasarkan jumlah. Jumlah daun mengindikasikan
pertumbuhan tanaman, semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan maka pertumbuhan tanaman tersebut semakin baik. Jumlah daun tanaman kangkung
darat Ipomea reptana disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Pengaruh perlakuan K
N
tanpa pupuk, pupuk P 100
tepung ikan, pupuk P
1
30 tepung ikan, pupuk P
2
40 tepung ikan, pupuk P
3
50 tepung ikan, pupuk P
4
60 tepung ikan, dan K
P
pupuk kimia terhadap jumlah daun kangkung darat I. reptana
Gambar 12 menunjukkan bahwa jumlah daun bertambah setiap minggu yang menandakan bahwa pupuk bokashi yang mampu menyediakan unsur hara
yang cukup untuk pertumbuhan daun tanaman kangkung darat. Jumlah daun
a a
a a
a b
b b
a b
b b
a b
b b
a b
b b
a b
b b
a b
b b
2 4
6 8
10 12
14 16
1 MST 2 MST
3 MST 4 MST
J um
la h
da un
KN tanpa pupuk P0 100 tepung ikan
P1 30 tepung ikan P2 40 tepung ikan
P3 50 tepung ikan P4 60 tepung ikan
KP pupuk kimia
K
N
P P
2
P
4
P
1
P
4
K
P
terbanyak pada perlakuan pupuk bokashi saat panen 4 MST terdapat pada perlakuan P
1
dan P
2
yaitu sebanyak 14,80 daun, sedangkan jumlah daun terkecil terdapat pada perlakuan P
yaitu sebanyak 13,60 daun. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa semua perlakuan pupuk bokashi tidak memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan pupuk bokashi yang dihasilkan mampu memberikan asupan kalium
yang cukup untuk pertumbuhan jumlah daun tanaman kangkung darat. Semua perlakuan pupuk bokashi memiliki total K diatas standar yang telah ditetapkan
pada SNI pupuk organik yaitu 0,10 sehingga unsur kalium tidak menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman kangkung. Kalium mampu meningkatkan
perkembangan akar dan daun tanaman. Kalium juga berperan penting dalam proses pembukaan stomata yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis tanaman
Syakir dan Gusmaini 2012. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
berbeda nyata antara perlakuan pupuk bokashi P , P
1
, P
2
, P
3
, P
4
terhadap K
N
tanpa pupuk pada 3 MST dan 4 MST tehadap jumlah daun tanaman kangkung, namun tidak berbeda nyata dengan K
P
pupuk kimia selama masa tanam. . Hasil uji lanjut Duncan pada parameter jumlah daun tanaman kangkung darat
I. reptana disajikan pada Lampiran 8c. Hal ini disebabkan perlakuan pemupukan mampu memberikan suplai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan daun.
Unsur hara pada perlakuan K
N
yang hanya berasal dari tanah diduga tidak mampu mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman kangkung darat
hingga akhir masa tanam sehingga jumlah daun yang yang tumbuh menjadi sedikit, bahkan mulai gugur saat memasuki 4 MST karena hanya bergantung pada
unsur hara yang terbatas dari tanah yang tidak diberi pupuk. Asupan unsur hara yang cukup akan menopang pertumbuhan tanaman seraca optimal, namun apabila
asupan unsur hara tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan akan terhambat bahkan mati karena kekurangan makanan
Ruhnayat 2007. Jumlah daun yang semakin banyak akan meningkatkan kemampuan
fotosintesis tanaman sehingga semakin banyak cadangan makanan yang tersimpan Subowo et al. 2010. Pembentukan daun diawali dengan adanya pembelahan sel
didekat permukaan apeks tajuk. Pembelahan periklinal yang diikuti pertumbuhan sel menyebabkan adanya primodial daun sebagai titik inisiasi pertumbuhan daun
muda. Sedangkan pembelahan antiklinal meningkatkan luas permukaan primodial tersebut. Pertambahan jumlah dan lebar daun disebabkan oleh meristem yang
menghasilkan sejumlah sel baru Kurniasari et al 2010. 4.4.4 Bobot basah panen tanaman kangkung darat Ipomea reptana
Bobot basah merupakan salah satu parameter yang dapat mewakili pertumbuhan tanaman. Semakin besar bobot tanaman berarti semakin banyak
biomassa yang dihasilkan, dalam hal ini tentunya berkaitan dengan jumlah unsur hara yang tersedia di tanah. Bobot basah panen tanaman kangkung darat
I. reptana disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Pengaruh perlakuan K
N
tanpa pupuk, pupuk P 100
tepung ikan, pupuk P
1
30 tepung ikan, pupuk P
2
40 tepung ikan, pupuk P
3
50 tepung ikan, pupuk P
4
60 tepung ikan, dan K
P
pupuk kimia terhadap bobot basah panen kangkung darat I. reptana
Gambar 13 menunjukkan pemberian pupuk bokashi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot basah panen tanaman kangkung darat.
Perlakuan terbaik diperoleh perlakuan P
1
dengan bobot basah panen tertinggi dari perlakuan pupuk bokashi yaitu sebesar 19,80 gr, sedangkan bobot basah terendah
4,80 + 1,44
a
13,70 + 1,09
b
19,80 + 0,76
d
18,90 + 0,89
d
17,00 + 0,71
c
14,00 + 0,71
b
16,6 0 + 0,89
c
5 10
15 20
25
KN P0
P1 P2
P3 P4
KP B
o bo
t ba
sa h
g r
Perlakuan
K
N
P P
1
P
2
P
3
P
4
K
P
terdapat pada perlakuan P yaitu sebesar 13,70 gr. Hasil uji Duncan menunjukkan
perlakuan pupuk bokashi P
1
dan P
2
berbeda nyata dengan perlakuakn pupuk bokashi lainnya P
, P
3
, P
4
, sedangkan perlakuan P
1
dan P
2
tidak berbeda nyata serta perlakuan P
dan P
4
tidak berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi panen tanaman kangkung darat I. reptana disajikan pada
Lampiran 8d. Sama seperti laju petumbuhan tinggi dan tinggi panen, perbedaan hasil pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan nilai rasio CN dari setiap
pupuk bokashi yang dihasilkan. Jika nilai rasio CN terlalu rendah karena bahan baku yang kaya nitrogen, maka karbon menjadi nutrien pembatas atau aktivitas
penyerapan hara akan terhambat dan dibatasi oleh kadar karbon. Rasio CN yang terlalu rendah juga dapat menghambat penyerapan unsur hara lainnya sehingga
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman Graves et al. 2000. Perlakuan P
1
dan P
2
memiliki nilai rasio CN paling tinggi yaitu 5,50 dan 5,24, sedangkan perlakuan P0 memiliki nilai rasio CN terendah yaitu 1,69. Perlakuan
P
1
dan P
2
memiliki nilai rasio CN yang paling mendekati rasio CN tanah yaitu 10 yang merupakan nilai rasio CN yang paling optimal untuk penyerapan
unsur hara dan pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan bobotnya lebih optimal.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P
1
sebagai perlakuan tebaik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap K
N
dan K
P
. Hasil bobot basah panen perlakuan P
1
lebih tinggi jika dibandingkan dengan K
N
dan K
P
. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk bokashi dengan perlakuan P
1
memiliki potensi yang cukup baik untuk menggantikan peran pupuk kimia, ditunjang oleh sifat
pupuk organik yang mampu memperbaiki struktur tanah yang kurang baik. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting
dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah karena terbebas dari unsur kimia yang memiliki potensi untuk merusak kesuburan tanah dalam jangka panjang. Secara
kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat melebihi pupuk anorganik, namun penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang
waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik disbanding pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil
tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia Musnamar 2003.
5. KESIMPULAN DAN SARAN