Prosedur Tindakan Karantina Identifikasi Protozoa Parasit Darah pada Anjing (Canis sp.) Ras Impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta

juga dari siklus hidup caplak, kecil kemungkinan anjing-anjing tersebut terinfeksi parasit darah di instalasi karantina.

4.5 Prosedur Tindakan Karantina

Ada beberapa prosedur yang wajib dilaksanakan pada saat membawa hewan melintas masuk atau keluar suatu daerah atau negara. Proses tindakan karantina untuk anjing yang merupakan hewan pembawa rabies HPR merupakan salah satu aturan umum melalulintaskan HPR, sedangkan aturan-aturan lain yang umum dilakukan antara lain setiap pengiriman atau pemasukan anjing ke luar pulau atau negara harus dilengkapi sertifikat kesehatan dari dokter hewan karantina dan dilaporkan kepada petugas karantina di pintu pemasukan atau pengeluaran exit atau entry point pelabuhan laut atau udara, pengiriman atau pemasukan anjing dari wilayah atau pulau atau negara bebas rabies ke wilayah atau pulau bebas lainnya di Indonesia dengan izin pemasukan Pemda penerima hewan dan anjing-anjing yang berasal dari wilayah atau pulau atau negara yang belum bebas rabies dilarang dikirimkan atau dimasukkan ke dalam wilayah atau pulau bebas rabies di Indonesia. Anjing yang dimasukkan ke wilayah atau pulau bebas rabies di Indonesia diperbolehkan apabila untuk kepentingan umum, ketertiban umum dan pertahanan keamanan dengan seizin menteri pertanian atau izin khusus. Karantina hewan merupakan salah satu tindakan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan. Karantina hewan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Persyaratan karantina yang harus dimiliki untuk melakukan pengiriman domestik antar area atau pulau interinsuler antara lain dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh Dokter Hewan Karantina dari tempat pengeluaran atau exit point pelabuhan laut atau udara, surat keterangan sehat dan atau vaksinasi dari dokter hewan praktek, surat rekomendasi pemasukan atau pengeluaran yang diterbitkan oleh dinas peternakan atau dinas yang menangani kesehatan hewan dan dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina. Persyaratan untuk karantina impor antara lain dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh dokter hewan pemerintah di negara asal, surat persetujuan pemasukan SPP dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian dan dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina. Sedangkan untuk persyaratan karantina ekspor yaitu dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh Dokter Hewan Karantina di tempat pengeluaran bandara atau pelabuhan laut, surat keterangan sehat dan vaksinasi dari Dokter Hewan Praktek,surat persetujuan pengeluaran dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, memenuhi persyaratan lainnya yang ditetapkan atau diminta oleh negara pengimpor atau tujuan dan dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di pelabuhan atau tempat pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina Anonim [a] 2009. Setiap pemasukan atau pengeluaran anjing harus dilaporkan ke karantina hewan di pelabuhan udara atau laut untuk keperluan tindakan karantina sesuai peraturan perundangan, baik pada tatanan nasional maupun internasional. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya penyakit yang membahayakan kesehatan hewan itu sendiri maupun kesehatan manusia zoonosis PP No. 82 tahun 2000 mengenai Karantina Hewan. Selama masa karantina, anjing akan menjalani pemeriksaan fisik atau klinis dan lebih lanjut dapat diambil sampel atau spesimennya untuk pemeriksaan laboratorium dan jika perlu diberikan perlakuan seperti vaksinasi, pengobatan dan sebagainya. Lamanya proses pengasingan atau pengamatan per masa karantina adalah 14 hari tergantung masa inkubasi penyakitnya. Titik berat pemeriksaan pada anjing-anjing yang masuk ke instalasi karantina adalah pemeriksaan penyakit rabies karena Indonesia merupakan negara yang bebas penyakit rabies. Dengan demikian pemeriksaan terhadap parasit darah tidak dilakukan di instalasi karantina hewan. Padahal tidak tertutup kemungkinan terdapat parasit- parasit darah lainnya yang dapat menular dan mengganggu kesehatan hewan lain, bahkan yang bersifat zoonosis. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan dengan ditemukannya Babesia sp., Anaplasma sp. dan Haemobartonella sp.. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan