Hubungan infeksi parasit dengan vektor

rambut yang panjang. Hal ini berhubungan dengan infestasi ektoparasit terutama caplak yang berkembang biak pada permukaan kulit anjing. Tipe rambut panjang merupakan predisposisi pada penularan caplak. Caplak yang menginfestasi anjing dengan tipe rambut yang panjang lebih sulit untuk dikendalikan karena tertutupi oleh lebatnya rambut. Caplak juga amat menyukai tempat yang lembab dan hangat guna menyelesaikan siklus hidupnya. Hal ini sesuai dengan kondisi rambut anjing yang panjang dan lebat. Pada negara yang memiliki empat musim, caplak biasanya akan muncul pada musim panas, sedangkan masalah infestasi caplak di Indonesia yang memiliki iklim tropis, dapat terjadi sepanjang tahun. Infeksi parasit darah pada anjing yang memiliki tipe rambut pendek salah satunya dapat dipengaruhi oleh banyaknya infestasi caplak. Namun caplak pada anjing yang memiliki rambut pendek cenderung lebih mudah dimusnahkan karena keberadaan caplak mudah untuk ditemukan sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih cepat. Infeksi oleh protozoa pada anjing yang memiliki rambut yang pendek melalui perantara caplak juga dapat terjadi. Infeksi ini dapat terjadi karena keterlambatan pengobatan terhadap caplak atau kekebalan pada tubuh anjing yang sedang menurun sehingga infeksi protozoa dapat terjadi dengan mudah.

4.3 Hubungan infeksi parasit dengan vektor

Dari beberapa spesies caplak yang paling sering menyerang anjing adalah caplak yang termasuk dalam famili Ixodidae. Di Indonesia spesies caplak dari famili tersebut yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah Rhipicephalus sanguineus. Akan tetapi keberadaan caplak spesies lain tidak mustahil ditemukan juga di Indonesia, apalagi dalam beberapa dasawarsa terakhir dilakukan importasi berbagai jenis anjing dari luar negeri. Daerah tropik seperti Indonesia merupakan tempat yang ideal untuk perkembangbiakan caplak ticks anjing. Caplak telah lama dikenal sebagai pengganggu baik pada hewan domestik maupun pada manusia. Caplak Rhipicephalus sanguines merupakan parasit yang dapat menjadi penyebab utama dari penyakit sistemik selain nekrosa pada tempat gigitan dan reaksi peradangan pada inang yang diserangnya. Rhipicephalus sanguines merupakan caplak berumah tiga three host tick, dimana setiap stadium parasitik larva, nimfa dan dewasa dapat hidup pada inang yang berbeda domba, sapi, anjing, akan tetapi ketiga stadium dari parasit ini dapat pula berlangsung pada inang yang sama Aikawa Sterling 1974. Secara umum siklus hidupnya menjadi sempurna dalam waktu 12 bulan, tetapi jika tidak dapat menemukan inang yang sesuai siklus hidupnya dapat berlangsung selama 2-3 tahun untuk menjadi sempurna karena larva dapat bertahan untuk periode waktu yang lama di luar inang dan mengalami hibernasi. Caplak betina bertelur 2.000-4.000 butir yang menetas 17-30 hari dan kemudian larva menempel pada hospes 1 rambut panjang belakang leher anjing. Larva menghisap darah 2-6 hari, jatuh, dan menyilih menjadi nimfa 5-23 hari. Lalu nimfa menempel pada hospes 2, terutama di belakang leher, menghisap darah selama 4-9 hari lalu jatuh dan berkembang menjadi dewasa pada 11-73 hari. Caplak dewasa kemudian menempel pada hospes ketiga terutama pada bagian telinga dan sela-sela jari anjing, menghisap darah pada 6-21 hari dan lalu jatuh untuk bertelur. Telur-telur caplak yang tidak menempel pada inang dapat mengotori lingkungan. Larva dapat hidup tanpa makanan sampai dengan 8,5 bulan, nimfa dewasa sampai dengan 19 bulan Ahantarig et al. 2008 Torres 2008. Caplak akan bertaut secara kuat pada inang untuk periode waktu yang lama. Pada saat makan, caplak sering mengalami regurgitasi yang memungkinkan terjadinya perpindahan patogen melalui air liur ke dalam tubuh inang. Banyak penyakit sistemik yang diperantarai oleh caplak pada berbagai hewan domestik merupakan penyakit yang bersifat zoonosis. Rhipicephalus sanguineus merupakan transmiter dari infeksi protozoa parasit darah Babesia sp. dan Rickettsia Erhlichia sp. serta Anaplasma sp. pada anjing dan juga sejumlah penyakit lainnya.

4.4 Fasilitas Instalasi Karantina