2.3. Penanggulangan Penyakit Ikan
Budi daya ikan nila sering kali mengalami kendala, khususnya diakibatkan oleh serangan penyakit melalui lingkungan perairan atau pakan yang dikonsumsi.
Pengendalian penyakit pada ikan telah banyak dilakukan. Penggunaan antibiotik sintetik seperti Chlorine, Chloramphenicol dan Oxytetracycline masih banyak digunakan dalam
budi daya perikanan. Namun demikian, penggunaan antibiotik tidak selalu berdampak positif dalam budi daya. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan menurunkan
kualitas pangan dan kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya. Selain antibiotik, penggunaan vaksin juga telah dilakukan. Vaksin merupakan
suspensi sel utuh yang telah di-inaktivasi dengan formalin. Keberhasilan penggunaan vaksin telah dibuktikan mampu mencegah serangan A. salmonicida di akuakultur
Namikoshi et al. 2004. Penambahan vitamin C sebagai makanan tambahan juga dilaporkan dapat meningkatkan resistensi ikan terhadap penyakit, terutama infeksi yang
disebabkan oleh golongan bakteri gram negatif. Namun aplikasi Vitamin C relatif bermasalah di lapangan karena sifat dari Vitamin C yang sangat mudah larut dalam air
highly water soluble Atmomarsono 2004. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengendalian penyakit di akuakultur
menarik minat para peneliti dalam menemukan alternatif lain yang bersifat biologis dan aman diaplikasikan di lingkungan maupun di usus ikan. Imunostimulan merupakan
senyawa kemoterapik yang terbentuk dari ekstrak agar, β-glukan, lipopolisakarida
LPS, mikroalga dan lingkungan Le Moullac Haffner 2000. Imunostimulan terbukti mampu meningkatkan daya tahan ikan terhadap penyakit dan menstimulasi
sistem imun terutama dengan meningkatkan aktivitas makrofag dan limfosit Chang et al
. 1999.
2.4. Saluran Pencernaan Ikan Nila
Secara alamiah tubuh makhluk hidup mengandung berbagai jenis mikrobiota. Mikrobiota adalah mikroorganisme yang secara alamiah menghuni bagian tubuh
Universitas Sumatera Utara
mahluk hidup dalam jumlah yang besar dengan aktivitas metabolik beragam serta memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap kondisi tubuh inang. Pada organ
pencernaan keberadaan mikrobiota juga merupakan sumber nutrisi tambahan pada ikan. Pelczar Chan 1988 menyatakan bahwa mikrobiota asli saluran pencernaan
mempunyai hubungan mutualisme dengan inangnya. Mikrobiota memanfaatkan inang sebagai tempat hidupnya, sebaliknya inang mendapatkan keuntungan berupa degradasi
sisa pakan dan bahan buangan, sintesis vitamin oleh mikrobiota, sekresi enzim dan berperan dalam proses pencernaan makanan. Mikrobiota juga mampu menekan
pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan dengan meningkatkan produksi sistem imunitas tubuh inang.
Pada organ pencernaan ikan, proses produksi sari makanan dan hidrolisis nutrisi dalam pakan terjadi karena adanya enzim eksrtraseluler seperti protease, amilase,
karbohidrase, lipase Zonneveld et al. 1991. Enzim adalah protein yang mengkatalis reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Enzim ekstraseluler adalah protein yang
disintesis dalam sel dan dikeluarkan dari sel yang membentuknya melalui proses eksositosis.
Enzim yang terdapat pada saluran pencernaan ikan sangat mempengaruhi daya cerna ikan terhadap pakan. Proses pencernaan pakan dalam saluran pencernaan ikan
meliputi hidrolisis protein menjadi asam amino, lipid menjadi asam lemak gliserol, dan karbohidrat menjadi gula sederhana monosakarida. Kemampuan daya cerna ikan
pada setiap kelompok ikan berbeda-beda. Helver 2002 menyatakan bahwa pada kelompok ikan herbivora aktivitas enzim amilase lebih tinggi dari pada enzim protease
dan lipase. Sedangkan pada ikan omnivora dan karnivora aktivitas enzim protease dan lipase lebih tinggi dari enzim amilase. Perbedaan daya cerna ikan terhadap pakan
dipengaruhi oleh kemampuan mikrobiota dalam saluran pencernaan dalam mendegradasi pakan. Gatesoupe 1999 menyatakan bahwa bakteri yang masuk melalui
pakan memiliki kemampuan merombak nutrisi makro sehingga makanan akan mudah diserap ikan.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Probiotik