BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan ikan dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data FAO 2011 menunjukkan peningkatan produksi perikanan dunia mencapai 114,6 juta metrik ton per
tahun dan 37 hasil perdagangan dunia dikuasai oleh produk perikanan. Meningkatnya kebutuhan ikan dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ikan yang menjadi sumber protein
dan mikronutrien dalam tubuh. FAO menyatakan bahwa 16,6 sumber protein penduduk dunia berasal dari protein hewani dan 6,5 berasal dari sumber makanan
lain.
Terbatasnya hasil tangkapan ikan di laut menjadi alasan utama berkembangnya usaha budi daya di dunia. Budi daya ikan merupakan cara cepat dalam memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat dunia. Tahun 1999 produksi perikanan dunia didominasi oleh ikan air tawar 58 , diikuti oleh ikan air laut 36 dan ikan air payau 6
Van West 2006. Salah satu jenis ikan air tawar yang berpotensi sebagai sumber protein bernilai ekonomis dan mudah dikembangkan sebagai ikan budi daya adalah ikan
nila. Berdasarkan angka statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP produksi perikanan budi daya ikan nila meningkat dari 206.904 ton pada tahun 2007 menjadi
464.191 pada tahun 2010.
Ikan merupakan salah satu komoditas unggulan bagi sektor perikanan dan merupakan sumber devisa negara. Tercatat produksi perikanan mengalami peningkatan
dari 4,78 juta ton pada tahun 2010 menjadi 7,92 juta ton pada tahun 2011, dengan nilai sekitar US 82 miliar per tahun KKP 2011. Namun demikian, permasalahan yang
Universitas Sumatera Utara
sering dihadapi dalam budi daya ikan ialah pertumbuhan ikan yang lambat dan tingkat kelangsungan hidup yang rendah yaitu hanya mencapai 50 dari penebaran benih
Arlia 1994; Mokoginta et al. 1996. Selain itu, infeksi penyakit seperti Saprolegnia sp. Bruno Wood 1999 dan Aeromonas hydrophila Gibson et al. 1998 di lingkungan
perairan serta tidak tercernanya pakan buatan dalam organ pencernaan dan di lingkungan perairan juga menjadi faktor menurunnya produksi ikan budi daya.
Salah satu strategi peningkatan nilai gizi pakan dan pengendalian penyakit akuakultur yang diterapkan ialah penggunaan bakteri probiotik. Saat ini, probiotik
bukan hanya digunakan sebagai agen pencegahan prophylactic namun juga sebagai agen pengobatan therapeutic Cunningham 1994; Marteau et al. 2001; Lisai 2005.
Pengendalian penyakit dan peningkatan produksi pakan dapat dilakukan dengan memanfaatkan produksi enzim ekstraseluler bakteri probiotik. Enzim ekstraseluler
seperti amilase mampu mengkatalis proses hidrolisis pati menjadi komponen yang sederhana. Sehingga proses pencernaan karbohidrat akan lebih mudah. Enzim kitinolitik
sangat berpotensi sebagai agen pengendalian hayati jamur patogen Aspergillus sp. dan Saprolegnia
sp. Malau 2012; Dewi 2011; Muharni Widjajanti 2011. Komponen kitin yang terdapat pada dinding sel jamur dapat didegradasi oleh enzim kitinolitik dan
hasilnya akan digunakan bakteri probiotik sebagai sumber karbon dan energi sedangkan enzim protease dapat meningkatkan nilai gizi pakan sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan ikan. Selain itu, enzim protease juga memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen. Rachmadi 2008 melaporkan
bahwa Proteobakteria dari genus Aeromonas mampu menghambat pertumbuhan Microcystic aeruginosa
melalui sekresi senyawa yang mampu menghancurkan dinding sel bakteri sehinggga menyebabkan kematian sel.
Enzim ekstraseluler juga memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas pakan ikan. Balca’zar et al. 2006 Vine et al. 2006 melaporkan bahwa enzim proteolitik
mampu menghidrolisis senyawa-senyawa yang bersifat protein sehingga daya cerna pakan dan nilai Food Convertion Ratio FCR akan meningkat. Dharmaraj et al. 2009
menunjukkan bahwa penambahan bakteri probiotik Streptomyces sebagai makanan
Universitas Sumatera Utara
tambahan pada ikan Xiphophorus helleri menunjukkan nilai yang signifikan dan efektif sebagai agen pengendalian patogen pada ikan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
probiotik dalam akuakultur terbukti mampu meningkatkan resistensi hewan akuatik terhadap serangan patogen Rengpipat et al. 2000; Verschure 2000.
Probiotik merupakan salah satu alternatif yang dikembangkan dalam mengatasi permasalahan di akuakultur. Penggunaan probiotik di akuakultur dapat diaplikasikan
dengan beberapa cara, salah satunya adalah sebagai pakan aditif feed additives Aslamsyah 2011. Pakan aditif merupakan zat yang ditambahkan dalam jumlah tertentu
yang berperan dalam peningkatan nutrisi pakan, peningkatan laju pertumbuhan dan melindungi ikan dari serangan patogen. Probiotik merupakan salah satu pakan aditif
yang didefinisikan sebagai mikroba hidup yang berfungsi sebagai makanan suplemen untuk meningkatkan keseimbangan mikroba usus dan membantu pertumbuhan
Gatesoupe 1999.
1.2. Permasalahan