2.5. Probiotik
Probiotik  merupakan  salah  satu  alternatif  yang  dikembangkan  dalam  mengatasi permasalahan  di  akuakultur.  Beberapa  penerapan  probiotik  dalam  akuakultur  terbukti
mampu  meningkatkan  resistensi  organisme  akuatik  seperti  larva  ikan  dan  udang,  ikan dan  udang  dewasa,  bivalvia,  crustacea,  artemia  dan  rotifera  serta  hewan  akuatik  lain
terhadap  serangan  infeksi  Gatesoupe  1999;  Rengpipat  et  al.  2000;  Verschuere  et  al. 2000.
Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1965 oleh  Lilley dan Stillwell.  Berbeda  dengan  antibiotik,  probiotik  didefinisikan  sebagai  mikroorganisme
hidup  yang  dalam  jumlah  cukup  memberikan  manfaat  positif  bagi  kesehatan  inang Reid 1999. Fuller 1989 mendefenisikan probiotik sebagai produk yang tersusun oleh
biakan mikroba atau pakan alami dengan bentuk mikroskopik yang menguntungkan dan memberikan  dampak  bagi  keseimbangan  mikroba  saluran  usus  hewan  inang.
Verschuere  et  al.  2000  mendefenisikan  bahwa  probiotik  sebagai  penambahan mikroorganisme  yang  memiliki  pengaruh  menguntungkan  bagi  inang  melalui
modifikasi  bentuk  asosiasi  dengan  inang  atau  komunitas  mikroorganisme  lingkungan hidupnya,  mengoptimalkan  penggunaan  pakan  atau  meningkatkan  nilai  nutrisinya,
berkompetisi  dengan  mikroorganisme  yang  patogen,  memperbaiki  kualitas  air  dan mampu berinteraksi dengan fitoplankton.
Banyak  kelompok  Bakteri  Asam  Laktat  BAL    yang  digunakan  sebagai probiotik.  Namun  demikian  tidak  semua  bakteri  probiotik  merupakan  kelompok  BAL.
Genus  bakteri  yang  sering  digunakan  sebagai  probiotik  adalah  Lactobacillus Lactobacillus
achidophilus, Lactobacillus
casei, Lactobacillus
fermentum, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus reuteri
Gatesoupe 1994; Nikoskelainen  et al. 2001,
Bifidobacterium Bifidobacterium
infantis, Bifidobacterium
breve, Bifidobacterium animalis, Bifidobacterium adolescentis,
dan Bifidobacterium longum, Bacillus
Bacillus subtilis, Bacillus cereus Rengpipat et al. 1998; Gullian et al. 2004; Ghosh  et  al.  2004,  Vibrio  Vibrio  alginolyticus  Austin  et  al.  1995,  Micrococcus
Universitas Sumatera Utara
Irianto  Austin 2002; Feliatra et al. 2004, Leuconostoc  dan Pseudomonas Gram et al.
1999; Feliatra et al. 2004. Penggunaan probiotik di akuakultur telah banyak dilakukan dan dilaporkan lebih
aman  dibandingkan  penggunaan  antibiotik  sintetik  yang  dapat  menimbulkan  resistensi bakteri  terhadap  antibiotik  yang  digunakan.  Probiotik  dapat  memproduksi  bakteriosin
yang  bersifat  selektif.  Probiotik  juga  memproduksi  senyawa  penghambat  seperti  asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase dan lipopolisakarida. Di dalam
tubuh  inang  probiotik  menghasilkan  sejumlah  nutrisi  penting  yang  berfungsi  dalam metabolisme inang seperti asam folat, kobalamin, biotin dan antioksidan Balcazar et al.
2006. Beberapa  karakter  penting  yang  digunakan  dalam  memilih  jenis  bakteri
probiotik  yang  akan  diaplikasikan  dilapangan  diantaranya  adalah:  1  tidak  bersifat patogen  pada  inang  dan  konsumen  jika  diproduksi  massal,  2  tidak  mengganggu
keseimbangan  ekosistem  usus,  3  bakteri  yang  digunakan  dapat  diproduksi  dan memiliki potensi yang tinggi dalam membunuh bakteri patogen, 4 mudah diperbanyak
dan dipelihara, 7 dapat hidup, bertahan dan berkembangbiak di dalam usus inang, 8 mampu  hidup  pada  kisaran  pH  yang  lebar,  9  dapat  hidup  dan  berkembang  didalam
wadah  pemeliharaan  ikan,  10  dapat  disiapkan  sebagai  produk  sel  hidup  pada  skala industri,  11  dapat  bertahan  pada  waktu  yang  lama  pada  penyimpangan  maupun
dilapangan Fuller 1989; Verschuere et al. 2000; Feliatra et al. 2004. Di  Akuakultur  probiotik  dapat  diaplikasikan  dalam  beberapa  cara  yaitu:  1
ditambahkan  ke  dalam  pakan  buatan  pelet,  2  ditambahkan  ke  dalam  pakan  hidup artemia,  rotifera,  3  ditambahkan  ke  dalam  air  pemeliharaan,  dan  4  melalui
perendaman.  Secara  skematik  mekanisme  kerja  probiotik  Gambar  2.1  menunjukkan bahwa probiotik dapat mempengaruhi tiga komponen penting dalam infeksi inang yaitu
melalui  produksi  komponen  penghambat  dan  kompetisi,  memperbaiki  kualitas  air  di lingkungan perairan dan meningkatkan sistem imunitas inang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar  2.1    Skema  pengaruh  pemberian  probiotik  pada  budidaya  ikan  dihubungkan dengan  faktor  yang  mempengaruhi  terjadinya  infeksi  inang  Sumber:
Rahayu 2009; Van de Braak 2002, yang telah dimodifikasi.
Mekanisme  kerja  modes  of  action  dari  probiotik  bakteria  menurut  Fuller 1989; Verschuere et al.
β000 dan Balca’zar et al. 2006 sebagai berikut :
1  Penghambatan Kompetitif
Kemampuan  bakteri  probiotik  menghasilkan  senyawa  antimikroba  berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri patogen di saluran pencernaan. Populasi probiotik di usus
diduga mampu memproduksi antimikroba yang dapat menghambat bakteriostatis atau mematikan  bakteriosida  bakteri  lain.  Beberapa  antimikroba  yang  dihasilkan  oleh
bakteri  probiotik  adalah  antibiotik  Fuller  1989,  bakteriosin,  lisozim,  hidrogen peroksida dan enzim-enzim ekstraseluler Gatesoupe 1999.
Enzim  ekstraseluler  yang  berperan  sebagai  antimikroba  diantaranya  ialah kitinase. Pada kelompok bakteri, enzim  kitinase digunakan  sebagai  sumber  nutrisi dan
parasitisme  Patil  et  al.  2000.  Aktivitas  enzim  kitinolitik  mampu  mendegradasi  kitin sehingga  dihasilkan  N-asetilglukosamin  sebagai  sumber  karbon  yang  selanjutnya  akan
diuraikan kedalam bentuk yang sedehana yaitu energi, CO
2  ,
H
2
O dan NH
3
Thompson et al.
2001. Beberapa genus bakteri yang menghasilkan enzim kitinase adalah Bacillus, Enterobacter, Pseudomonas, Serratia,
dan Aeromonas.
LINGKUNGAN Kontrol
kualitas Air P
rob io
ti k
Probiotik Probiot
ik
Imunostimulan vaksin
Antibiotik Obat-obatan
INANG PATOGEN
PENYAKIT
Universitas Sumatera Utara
Protease  merupakan  kelompok  enzim  intraseluler  yang  membentuk  kelompok peptida  yang  dapat  berperan  sebagai  antibiotik  dan  antifungi  seperti  nisin,  leusin,
subtilin,  serein,  dan  beberapa  peptida  lain.  Adanya  enzim  protese  diperlukan  untuk mekanisme  hidrolisis  dinding  sel  mikroorganisme  patogen.  Nahar  2004  melaporkan
bahwa  enzim  kitinolitik  dan  proteolitik  mampu  melisiskan  hifa  jamur  patogen  yang terdapat pada kutikula serangga.
Kelompok  bakteri  probiotik  seperti  Lactobacillus  dan  Streptococcus memproduksi senyawa acidhopilin, acidolin, rutrin dan nisin yang mampu menghambat
pertumbuhan Vibrio parahaemolitycus dan Salmonella Robetson et al. 2000. Imada et al.
1985  melaporkan  bahwa  monastasin  yang  diproduksi  bakteri  Alteromonas  sp mampu  menghambat  bakteri  Vibrio  anguillarum  dan  Aeromonas  hydrophila  yang
patogen  pada  ikan.  Penghambatan  lain  terbentuk  karena  adanya  kolonisasi  bakteri probiotik  dalam  saluran  pencernaan  sehingga  mengakibatkan  terjadinya  kompetisi
nutrisi glukosa dan tempat adhesi penempelan sel bakteri di sel epitel usus.
2  Peningkatan Respon Imunitas
Imunostimulan  merupakan  komponen  kimia  yang  mengaktifkan  sistem  imun  pada organisme sehingga lebih resisten terhadap infeksi bakteri patogen Rao 1998; Edelman
et al. 2002. Sistem imun non spesifik yang dimiliki ikan dewasa lebih baik dari hewan
invertebrata,  crustaceae,  artemia,  rotifera  dan  larva  ikan.  Probiotik  memiliki kemampuan  meningkatkan  sistem  imunitas  inang  dengan  cara  meningkatkan  aktivitas
makrofag,  modulasi  profil  sitokin  pada  sel  imun  sehingga  mengaktifkan  interferon- ,
menginduksi pembentukan IgA Saulnier  et al. 2007 dan hyporesponsif pada manusia Gill    Guarner  2004.  Bakteri  probiotik  umumnya  terdiri  dari  komponen  dinding  sel
seperti peptidoglikan 30-70 , polisakarida, asam teikoik  yang  merangsang aktivitas adjuvant
di permukaan  mukosa dinding sel usus  inang. Dengan demikian Penggunaan probiotik  di  akuakultur  yang  diberikan  pada  hewan  akuatik  diduga  mampu
meningkatkan  sistem  imunitas  sehingga  inang  akan  lebih  resisten  terhadap  serangan patogen.
Universitas Sumatera Utara
Rengpipat  et  al.  2003  melaporkan  kemampuan  bakteri  Bacillus  subtilis  dan Bacillus
sp yang diberikan pada hewan akuatik mampu meningkatkan pertumbuhan dan resisten  terhadap  infeksi  bakteri  patogen  Vibrio.  Hal  ini  mungkin  dipengaruhi  oleh
keberadaan bakteri probiotik yang meningkatkan sistem imunitas tubuh inang tersebut.
3  Memperbaiki Kualitas Air
Aplikasi  probiotik  di  air  pemeliharaan  telah  dilaporkan  mampu  memperbaiki  kualitas air.  Bacillus  spp.  salah  satu  contoh  bakteri  probiotik  yang  efisien  digunakan  dalam
budidaya  perairan  karena  mampu  mengkonversi  bahan  organik  sisa  pakan  menjadi CO
2
yang  digunakan  dalam  metabolisme  sel.  Jamilah  2011  melaporkan  bahwa Bacillus  cereus
memiliki  isoenzim  yang    mampu  mendegradasi  dan  mendetoksifikasi sisa pakan yang terdapat dikolam budidaya.
Namun  demikian,  tidak  semua  bakteri  probiotik  memiliki  kemampuan memperbaiki kualitas air. Rengpipat et al. 1998 melaporkan bahwa bakteri lain seperti
Nitrobacter,  Pseudomonas,  Enterobacter,  Cellulomonas dan  Rhodopseudomonas  spp.
hanya  mampu  melakukan  proses  nitrifikasi  pada  kolam  pemeliharaan  dengan  kadar amoniak tinggi.
4  Berinteraksi Dengan Fitoplankton
Dalam  budi  daya  perairan  fitoplankton  memiliki  manfaat  besar  dalam  perkembangan hewan  akuatik.  Beberapa  kelompok  hewan  akuatik  bersifat  omnivora  yang  memakan
organisme  kecil  diperairan  sebagai  makanan  tambahan,  salah  satunya  adalah fitoplankton. Beberapa penelitian melaporkan bahwa banyak strain bakteri yang bersifat
patogen  terhadap  mikroalga.  Akibatnya  proses  rantai  makanan  antara  mikroalga  dan hewan akuatik tingkat tinggi akan terganggu.
Boyd 1998 menyatakan bahwa konsorsium beberapa kelompok bakteri seperti Bacillus,
Nitrobacter, Pseudomonas,
Enterobacter, Cellulomonas
dan Rhodopseudomonas
spp.  mampu  menurunkan  atau  menekan  populasi  bekteri  patogen Cyanobacteria
pada  kolam  budi  daya.  Dengan  demikian,  probiotik  mampu meningkatkan pertumbuhan mikroalga di dalam kolam budi daya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini ialah : a.
Dari 59 isolat yang diisolasi dari saluran pencernaan beberapa varietas ikan nila didapat dua isolat potensial dalam menghambat pertumbuhan jamur Saprolegnia
sp. dan Aeromonas hydrophila yaitu isolat USp-5 dan LSp-2. b.
Isolat  USp-5  dan  LSp-2  memiliki  kemampuan  tertinggi  dalam  menghidrolisis tiga jenis substrat yaitu protein, amilum dan kitin.
c. Bakteri  potensial  yang  berasal  dari  saluran  pencernaan  ikan  nila  dapat
dikembangkan  sebagai  kandidat  probiotik  dan  berpotensi  sebagai  agen  hayati yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen di perairan.
5.2. Saran