2
P. cruentum ini dapat menjadi suatu peluang dalam pengembangan sumber daya
perairan untuk diaplikasikan dalam bidang yang lebih luas. Menurut Kusmiyati dan Agustini 2007, mikroalga P. cruentum yang
ditumbuhkan dalam media Becker dapat menghasilkan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode ekstraksi
bertingkat menggunakan pelarut diklorometan. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa P. cruentum memiliki aktivitas untuk menghambat
pertumbuhan Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Faktor penting dalam pertumbuhan mikroalga, antara lain nutrisi dalam
media pertumbuhannya. Mikroalga P. cruentum umumnya ditumbuhkan dalam media Becker Becker 1994 yang harganya relatif mahal. Larastri 2006
melaporkan bahwa substrat biocrete yang ditambah pupuk NPSi dengan konsentrasi P sebesar 0,2 ppm menghasilkan biomassa mikroalga Cyclotella
tertinggi. Setyaningsih 2010 melaporkan bahwa Chaetoceros gracilis dalam media NPSi memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat bakteri Gram
positif dan negatif. Penelitian ini menggunakan media pupuk dan modifikasi media Becker
sebagai media alternatif dalam menumbuhkan P. cruentum. Data mengenai pertumbuhan P. cruentum dalam media tersebut belum diketahui sehingga perlu
kajian lebih lanjut mengenai pola pertumbuhan dan aktivitas antibakteri yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1 Menentukkan pola pertumbuhan Porphyridium cruentum menggunakan
modifikasi media Becker dan media pupuk. 2 Mengukur aktivitas antibakteri dari ekstrak Porphyridium cruentum
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis
, Bacillus cereus, dan Escherichia coli.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi
Porphyridium cruentum
Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang
termasuk kelas Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Senyawa mucilago dieksresikan secara konstan oleh sel membentuk
sebuah kapsul yang mengelilingi sel. Mucilago merupakan polisakarida sulfat yang bersifat larut dalam air Borowitzka dan Borowitzka 1988.
Klasifikasi biologi P. cruentum Vonshak 1988 adalah sebagai berikut: Divisi
: Rhodophyta Sub kelas
: Bangiophyceae Ordo
: Porphyridiales Famili
: Porphyriceae Genus
: Porphyridium Spesies
: Porphyridium cruentum Alga merah rhodophytes umumnya ditemukan pada habitat laut, namun
beberapa spesies ditemukan di air tawar dan daerah terestrial. Alga bersifat fototrofik dan mengandung klorofil a, hal ini perlu mendapat perhatian khusus
dimana kloroplasnya tidak memiliki klorofil b dan mengandung fikobiliprotein, pigmen utama pada pemanenan sianobakteria. Warna merah dari sebagian besar
alga merah bersumber dari fikoeritrin yang merupakan pigmen tambahan yang menutupi warna hijau klorofil. Habitat dengan kedalaman yang semakin besar
menghasilkan fikoeritrin yang lebih besar dimana penetrasi cahaya berkurang dan akan berwarna merah gelap. Kedalaman habitat yang dangkal akan
menyebabkan kadar fikoeritrin yang diproduksi menjadi lebih sedikit dan akan tampak berwarna hijau Madigan et al. 2009.
Sel P. cruentum berbentuk bulat dengan diameter 4-9 μm. Struktur selnya
terdiri dari sebuah nukleus inti, kloroplas, badan golgi, mitokondria, lendir, pati, dan vesikel. Setiap sel memiliki kloroplas dengan pirenoid di tengahnya
Lee 1989. Morfologi P. cruentum disajikan pada Gambar 1.
4
Gambar 1 Morfologi Porphyridium cruentum. Komposisi biomassa P. cruentum yaitu 32,1 ww karbohidrat dan
34,1 protein kasar. Kandungan mineral dalam 100 g biomassa kering: Ca 4960 mg, K 1190 mg, Na 1130 mg, Mg 629 mg, Zn 373 mg.
Kandungan asam lemak terdiri dari 1,6 untuk 16:0; 0,4 untuk 18:2ώ6; 1,3 ,
20:4ώ6; 1,3 untuk 20:5ώ3. Biomassa P. cruentum mengandung pigmen berupa fikoeritrin dengan karakteristiknya berwarna merah. Biomassa juga mengandung
tokoferol, vitamin K, dan karoten Fuentes et al. 2000. Porphyridium
dapat hidup di berbagai habitat alam seperti air laut, air tawar, maupun pada permukaan tanah yang lembab dan membentuk lapisan
kemerah-merahan yang sangat menarik. Habitat asli dari P. cruentum diduga berasal dari laut karena dapat hidup dengan baik pada media cair maupun media
padat air laut. Sel P. cruentum dapat menghasilkan metabolit-metabolit yang aktif secara biologi seperti antibiotik. Kelompok senyawa kimia utama yang
merupakan antibakteri adalah fenol, fenolat, alkohol, halogen, logam berat, detergen, aldehid, dan gas kemosterilisator Borowitzka dan Borowitzka 1988.
Kusmiyati dan Agustini 2007 telah mengidentifikasi senyawa antibakteri dari P. cruentum dengan Kromatografi Gas Spektrometri Massa menunjukkan
senyawa dominan yaitu asam lemak metil heksadekanoat asam palmitat sebanyak 41,15 pada ekstrak yang diekstraksi secara bertingkat menggunakan
diklorometanakuades dan diklorometanNaOH, dan mengandung asam palmitat 60,36 pada ekstrak yang diektraksi secara bertingkat menggunakan
diklorometanakuades, diklorometanNaOH, metanolair, dan n-heksana.
5
2.2 Bakteri Patogen