7
ETEC menyebabkan diare, demam ringan, keram perut, dan mual. ETEC membutuhkan waktu 8-44 jam untuk menyebabkan gejala tersebut, dan gejala ini
berlangsung selama 3-19 hari. EPEC menimbulkan gejala diare, demam, muntah, dan keram perut. EPEC membutuhkan waktu selama 17-72 jam untuk
menimbulkan gejala penyakit, dan gejala tersebut berlangsung selama 6 jam hingga 3 hari. EIEC menyebabkan diare berlebih atau disentri, meriang, sakit
kepala, nyeri otot, dan keram perut. Waktu yang diperlukan EIEC untuk menginvasi adalah 8-24 jam, dan menyebabkan efek gejala penyakit berhari-hari
hingga mingguan. EHEC menyebabkan diare disertai darah, muntah, bahkan hingga kematian. EHEC menggunakan waktu selama 3-9 hari sehingga
menimbulkan gejala penyakit, dan gejala berlangsung 2-9 hari. EAEC menyebabkan diare disertai lendir dimana biasanya tidak disertai darah maupun
demam. Penyakit akibat EAEC ini umumnya terjadi pada negara berkembang Percival et al. 2004.
2.3 Antibakteri
Senyawa antimikroba merupakan senyawa alami maupun kimia sintetik yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa
yang dapat membunuh organisme bakteri disebut bakterisidal. Bahan kimia yang tidak membunuh namun dapat menghambat pertumbuhan organisme bakteri
disebut bakteriostatik Madigan et al. 2009. Antimikroba dapat diklasifikasikan menjadi bakteriostatik, bakteriosidal,
dan bakteriolisis. Bakteriostatik secara berkala sebagai penghambat sintesis protein dan berfungsi sebagai pengikat ribosom. Bakteriosidal mengikat kuat pada
sel target dan tidak hilang melalui pengenceran yang tetap akan membunuh sel. Sel yang mati tidak hancur dan tetap memiliki jumlah sel yang konstan. Beberapa
bakteriosidal merupakan bakteriolisis, yakni membunuh sel dengan terjadi lisis pada sel dan mengeluarkan komponen sitoplasmanya. Lisis dapat menurunkan
jumlah sel dan juga kepadatan kultur. Senyawa bakteriolitik termasuk dalam senyawa antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel, seperti penicillin, dan
senyawa kimia seperti detergen yang dapat menghancurkan membran sitoplasma Madigan et al. 2009. Cara kerja zat antimikroba secara umum, yaitu
menyebabkan kerusakan dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mengubah
8
molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan protein Pelczar dan Chan 2005.
Respon tiap mikroorganisme terhadap antimikroba berbeda-beda. Bakteri memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda dimana umumnya bakteri Gram-positif
lebih rentan dibandingkan dengan bakteri Gram-negatif yang secara alami lebih resisten. Target penting antibiotik terhadap bakteri yaitu ribosom, dinding sel,
membran sitoplasma, enzim biosintesis lemak, serta replikasi, dan transkripsi DNA Madigan et al. 2009.
Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri jika pada konsentrasi rendah mempunyai daya hambat yang besar. Kriteria
kekuatan antibakteri menurut Nazri et al. 2011 adalah sebagai berikut.
Diameter zona hambat 15-20 mm : Daya hambat kuat
Diameter zona hambat 10-14 mm : Daya hambat sedang
Diameter zona hambat 0-9 mm : Daya hambat lemah 2.4 Isolasi Komponen Aktif Antibakteri
Komponen aktif antibakteri dapat diisolasi melalui proses ekstraksi. Berk 2009 menyatakan bahwa ekstraksi adalah suatu proses pemisahan
komponen yang diinginkan dari suatu bahan. Isolasi komponen aktif dari suatu bahan dapat dibedakan menjadi dua kelas berdasarkan proses pemisahan
komponen aktifnya, yaitu :
Ekstraksi padatan-cairan Solid-liquid extraction yaitu proses ekstraksi yang memisahkan komponen dari suatu bahan pada fase padat menggunakan
bantuan pelarut. Contoh : ekstraksi garam dari bebatuan menggunakan air sebagai pelarut, ekstraksi larutan kopi dari gilingan biji kopi dalam produksi
ekstrak biji kopi, ekstraksi minyak dari biji-bijian yang mengandung minyak, ekstraksi protein dari dari kedelai dalam produksi protein kedelai isolated
soybean protein , dan sebagainya.
Ekstraksi cairan-cairan Liquid-liquid extraction yaitu proses ekstraksi yang
memisahkan komponen dari suatu campuran larutan tertentu menggunakan pelarut yang berbeda. Contoh : pemisahan penicillin dari larutan fermentasi
pada butanol, ekstraksi terpenoid teroksigenasi dari minyak esensial jeruk menggunakan etanol sebagai pelarut, dan lain sebagainya.
9
Isolasi komponen antibakteri dari mikroalga P. cruentum pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode ektraksi padatan-cairan Solid-liquid
extraction . Berk 2009 menyatakan bahwa ekstraksi padatan-cairan ini dapat
dilakukan dengan cara bertingkat yakni menggunakan berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, baik secara berkelanjutan kontinu maupun
semi-kontinu. Ekstraksi bertingkat atau ekstraksi bertahap merupakan ekstraksi yang
dilakukan beberapa kali dengan jenis pelarut berbeda. Ekstraksi ini menggunakan pelarut yang lebih sedikit dan hasilnya akan lebih efektif dibandingkan ekstraksi
satu kali dengan semua pelarut sekaligus Nur dan Adijuwana 1987.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian