Perolehan Data 1. Sedimen Ukuran dan Jenis Butir Sedimen Porositas Sedimen Asumsi Model QUAL2K

38 Tabel 6 Lanjutan No Profil Fisik Liang Bioturbasi Tipe Keterangan 12 Single SD AW TD : : : 1,5 cm 1,9 cm 17,5 cm 13 Single SD AW TD : : : 1,3 cm 1,9 cm 19,5 cm 14 Single SD AW TD : : : 1 cm 1,6 cm 19 cm Keterangan: SD : surface diameter, AW : arm width, DO : distance opening, UD : U-depth , CS : central shaft, TD : total depth 39 Tabel 6 Lanjutan No Profil Fisik Liang Bioturbasi Tipe Keterangan 15 Single SD AW TD : : : 1 cm 1,9 cm 16,5 cm 16 Single SD AW TD : : : 1 cm 2,1 cm 18 cm 17 Single SD AW TD : : : 1 cm 1,3 cm 19 cm Keterangan: SD : surface diameter, AW : arm width, DO : distance opening, UD : U-depth , CS : central shaft, TD : total depth 40 Tabel 6 Lanjutan No Profil Fisik Liang Bioturbasi Tipe Keterangan 18 Single SD AW TD : : : 1 cm 1,6 cm 16 cm 19 Single SD AW TD : : : 0,4 cm 1,1 cm 17 cm Keterangan: SD : surface diameter, AW : arm width, DO : distance opening, UD : U-depth , CS : central shaft, TD : total depth Pada 19 cast cetakan liang terdapat 4 buah karakteristik bentuk, yaitu single 50, Y-shaped 25, U-shaped 5, dan kompleks 20. Keempat karakteristik tersebut diduga berfungsi untuk berlindung dan memenuhi kebutuhan mencari makan organisme secara individu maupun berkelompok. Namun belum jelas peran liang-liang sebagai tempat reproduksi. Hal ini karena liang bioturbasi untuk reproduksi pada umumnya merupakan 2 buah liang yang masing-masing dibentuk oleh organisme jantan dan organisme betina. Antara kedua buah liang tersebut dihubungkan oleh sebuah shaft horizontal connection shaft yang sengaja dibentuk oleh biota jantan dan berfungsi sebagai tempat terjadinya reproduksi Gambar 13 Candisani et al., 2001. 41 Gambar 13 Posisi conecction shaft yang berfungsi sebagai tempat terjadinya reproduksi dalam liang bioturbasi Candisani et al., 2001. Hasil pengukuran 19 cast yang diperoleh menunjukkan nilai SD yang berkisar 0,4-1,8 cm dan AW berkisar 1,1-2,9 cm. Variabel DO, UD, dan CS tidak ditemukan pada seluruh cast, karena 50 dari cast yang diperoleh adalah single burrow yang memiliki morfologi menyerupai huruf I dengan 1 lubang di permukaan sedimen. Berdasarkan karakteristik pada 19 cast, hanya 9 cast yang memiliki DO dengan kisaran antara 3,5-31 cm dan 6 cast yang memiliki UD dan CS dengan kisaran 3-7 cm dan 5-14 cm. Kedalaman liang secara total TD dari 19 cast berkisar 4,5-19,5 cm dengan rata-rata kedalaman total adalah 14,3 cm. Ukuran cast tersebut dipengaruhi oleh ukuran karapas kepiting dan jenis substrat. SD yang dibuat oleh kepiting akan menyesuaikan dengan ukuran karapas, dimana biasanya SD akan berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan karapas. Hal ini disebabkan liang bioturbasi digunakan sebagai tempat berlindung dari predator, sehingga kepiting diduga akan meminimalkan jalan masuk predator yang umumnya memiliki ukuran lebih besar. Meskipun SD berukuran sedikit lebih kecil, ukuran tersebut akan membesar pada bagian shaft yang terdapat di dalam sedimen AW. Pada 19 cast yang diperoleh, diameter shaft AW mencapai 1,1-3,4 kali diameter lubang permukaan SD. Candisani et al . 2001 mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara diameter shaft AW dengan panjang karapas r 2 = 0,8863, namun hubungan yang tidak kuat antara DO, UD, dan TD dengan panjang karapas r 2 = 0,4776, 0,3216, dan 0,0624. Pengaruh jenis substrat pada liang bioturbasi tampak pada kedalaman total liang TD. Substrat yang menjadi lokasi liang terdiri dari 2 lapisan yang berbeda secara visual, yaitu lapisan yang berwarna coklat kekuningan pada bagian atas dan lapisan berwarna hitam pada bagian bawah. Kedua lapisan tersebut 42 menggambarkan kondisi oksik dan anoksik sedimen, dimana lapisan atas masih berada dalam kondisi oksik dan lapisan bawah berada dalam kondisi anoksik. Panjang total liang bioturbasi juga mampu menggambarkan batas kedalaman oksik, karena umumnya liang bioturbasi dibuat sejauh masih adanya kandungan oksigen yang terkandung dalam sedimen. Hal ini dijelaskan oleh Aller 1988 yang mengemukakan bahwa liang bioturbasi akan terbentuk pada lapisan oksik meskipun lapisan anoksik berada di sekeliling atau di bawah liang. Kedalaman lapisan oksik pada lokasi sampling mencapai kedalaman 10-20 cm dengan kedalaman liang yang paling dalam ditemukan pada 19,5 cm di bawah permukaan sedimen.

4.3. Profil Nutrien

Nutrien yang mencakup NH 4 + , NO 2 - , NO 3 - , dan PO 4 3- yang diukur pada porewater lokasi bioturbasi dan non bioturbasi memiliki pola vertikal yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua lokasi terjadi proses kimia yang berbeda pula. Profil keempat nutrien pada kedua lokasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15, sedangkan data hasil analisis laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada lokasi bioturbasi, NH 4 + pada porewater mengalami penurunan dengan kisaran konsentrasi 80,05-86,33 µM, namun NO 2 - dan NO 3 - mengalami peningkatan dengan kisaran 0,00-1,65 µM dan 57,12-177,09 µM. Peningkatan juga terjadi pada PO 4 3- hingga kedalaman 5-7,5 cm dan kemudian menurun pada kedalaman selanjutnya. Konsentrasi PO 4 3- ini memiliki kisaran 3,87-17,77 µM. Pada sedimen non bioturbasi justru sebaliknya. Secara umum, pola profil nutrien mengalami peningkatan untuk NH 4 + dan PO 4 3- dengan kisaran konsentrasi 84,96-381,67 µM dan 5,17-38,10 µM. NO 2 - mengalami peningkatan hingga kedalaman 2,5 cm dan kemudian menurun dengan kisaran konsentrasi 0,10-0,83 µM, sedangkan NO 3 - menurun dengan kisaran 18,47-99,86 µM. Perbedaan profil nitrogen pada lokasi yang mengalami bioturbasi dan non bioturbasi menunjukkan bahwa aktifitas bioturbasi ini memiliki peranan penting dalam ketersediaan nutrien. Adanya liang bioturbasi mengakibatkan terjadinya perbedaan proses kimiawi yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam sedimen melalui perubahan kandungan oksigen Gambar 16. Oksigen pada porewater di liang bioturbasi memiliki konsentrasi yang lebih tinggi 2,44-3,48 mg l -1 dibanding porewater non bioturbasi 0,01-2,81 mg l -1 . Tingginya DO pada lokasi bioturbasi disebabkan adanya interaksi antara permukaan dan bagian dalam sedimen lebih 43 Gambar 14 Profil NH 4 + , pada porewater sedimen menurut kedalaman sedimen cm pada lokasi bioturbasi dan non bioturbasi a, dimana simbol B = bioturbasi ; N = non bioturbasi ; 1,2,3 = titik sampling. Profil pada porewater lokasi bioturbasi ditunjukkan dalam kotak hijau pada gambar a, bila kotak hijau diperbesar maka akan tampak terjadinya penurunan konsentrasi NH 4 + b. -15 -12.5 -10 -7.5 -5 -2.5 50 100 150 200 250 300 350 400 K e d al am an c m NH 4 + µM B1 B2 B3 N1 N2 N3 -15 -12.5 -10 -7.5 -5 -2.5 81 82 83 84 85 86 87 K e d al am an c m NH₄⁺ µM B1 B2 B3 a b 44 -15 -12.5 -10 -7.5 -5 -2.5 0.5 1 1.5 2 K e d al am an c m NO 2 - µM B1 B2 B3 N1 N2 N3 -15 -12.5 -10 -7.5 -5 -2.5 25 50 75 100 125 150 175 200 K e d al am an c m NO 3 - µM B1 B2 B3 N1 N2 N3 -15 -12.5 -10 -7.5 -5 -2.5 5 10 15 20 25 30 35 40 K e d al am an c m PO 4 3- µM B1 B2 B3 N1 N2 N3 Gambar 15 Profil NO 2 - , NO 3 - dan PO 4 3- pada porewater sedimen menurut kedalaman sedimen cm pada lokasi bioturbasi dan non bioturbasi B = bioturbasi ; N = non bioturbasi ; 1,2,3 = titik sampling.