Tabel 4. Perkembangan Harga Beras RpKg Sebelum Program P-LDPM 2004-2008 di Kabupaten Simalungun
No.
Harga Rpkg 2004
2005 2006
2007 2008
1. Januari
2.970 3.500
4.200 4.500
4.450
2. Februari
2.900 3.500
4.200 5.200
5.100
3. Maret
2.962 3.500
4.200 5.800
5.500
4. April
2.983 3.500
4.300 5.300
5.800
5. Mei
2.986 3.500
4.300 5.850
5.575
6. Juni
2.983 3.500
4.375 5.800
5.500
7.
Juli 2.986
3.500 4.400
5.850 5.575
8.
Agustus 2.986
3.781 4.400
5.900 5.575
9. September
2.970 4.250
6.100 5.300
5.500
10. Oktober 2.970
3.540 4.125
5.500 5.500
11. November 2.970
3.540 3.425
5.000 5.575
12. Desember 2.986
3.601 4.280
4.800 5.800
Rata-rata 2.971
3.601 4.358,75
5400 5.575
Growth Rate 21
21 23
3
Sumber: Data diolah dari lampiran 1 Dari Tabel 4. Dapat dilihat bahwa rata-rata harga beras di Kabupaten Simalungun
setiap tahun mengalami kenaikan harga beras. Kenaikan rata-rata harga beras pada tahun 2004-2005 sebesar 21. Pada tahun 2005-2006 mengalami kenaikan
sebesar 21. Pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 23. Dan pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 3 . Sehingga rata-rata kenaikan
harga beras di Kabupaten Simalungun pada tahun 2004-2008 sebelum program P-LDPM sebesar 17. Dilihat dari rata-rata tersebut dibawah 25 menunjukkan
harga beras di Kabupaten Simalungun sebelum Program P-LDPM masih stabil.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Hasil Olah Data Lampiran 1
Gambar 3. Grafik Perkembangan Harga Beras Sebelum Program P-LDPM 2004-2008 di Kabupaten Simalungun
Namun apabila dilihat berdasarkan harga beras perbulannya seperti yang terlihat pada Gambar 3mengalami fluktuasi harga. Naik turun harga beras yang terjadi
tiap bulan dalam tiap tahunnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor panen raya, paceklik, dan hari-hari besar. Panen raya merupakan kondisi dimana
jumlah beras yang diproduksi melimpah akibat pola tanam yang memang serempak dilakukan oleh para petani di daerah penelitian maupun daerah lain
yang dekat dengan daerah penelitian. Pola tanam yang serempak ini menyebabkan panen padi secara bersamaan sehingga jumlah panen menjadi banyak sedangkan
kebutuhan akan beras diasumsikan tetap. Dan pada saat musim paceklik hal yang disebabkan karena musim kemarau atau hama penyakit mengakibatkan produksi
beras menurun dan pasokan beras terbatas sehingga harga beras cenderung naik membuat harga menjadi tidak stabil. Hari-hari besar keagamaan juga turut
menjadi faktor yang mempengaruhi harga beras. Ketika panen padi bertepatan
Universitas Sumatera Utara
dengan menjelangnya hari besar seperti lebaran, harga beras bisa meningkat karena meningkatnya permintaan. Sedangkan di sisi lain, panen padi yang
mendekati hari besar keagamaan juga dapat menyebabkan harga beras menjadi rendah bagi petani diakibatkan oleh keterbatasannya aktivitas penggilingan padi di
kilang karena tenaga kerja pada umumnya sudah banyak yang mudik sehingga menyebabkan kelangkaan tenaga kerja. Kalaupun ada pihak kilang harus
membayar lebih mahal, sehingga biaya produksi menjadi meningkat, dan petani harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh kilang dan biasanya lebih rendah dari
harga pada umumnya untuk menekan biaya produksi. Adapun masalah yang terjadi sebelum kehadiran P-LDPM adalah dimana petani
memperoleh harga di bawah harga minimal atau harga pembelian pemerintah karena menjual beras kepada pihak tengkulak yang sengaja memainkan harga
karena petani memiliki posisi tawar yang rendah. Namun setelah adanya P-LDPM, hal tersebut lebih dapat diatasi karena petani atau Gapoktan
memperoleh modal tanpa anggunan untuk membeli beras petani dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar atau sama dengan HPP. Dengan demikian
beras yang untuk cadangan pangan semakin banyak, dan bagi para petani tidak khawatir untuk menjual beras yang dihasilkan karena dapat memperoleh harga
yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Perkembangan Harga Beras RpKg Sesudah Program P-LDPM 2009-2013 di Kabupaten Simalungun
No.
Harga Rpkg 2009
2010 2011
2012 2013
1. Januari
4.450 4.400
7.450 7.707
8.619 2.
Februari 5.100
5.900 7.500
7.707 8.611
3. Maret
5.800 6.100
7.630 7.707
8.250 4.
April 5.300
5.850 7.400
8.000 8.125
5. Mei
5.850 6.100
7.200 8.250
8.500 6.
Juni 5.800
6.300 7.630
8.450 8.475
7. Juli
5.850 6.300
7.700 8.000
8.480 8.
Agustus 5.900
6.350 7.290
8.125 8.312
9. September
5.300 6.300
7.810 7.000
8.575 10. Oktober
5.500 6.350
8.170 7.500
8.400 11. November
5.000 6.600
8.120 8.000
8.425 12. Desember
4.800 7.450
8.170 8.125
8.992
Rata-rata 5.387,5
6.166,67 7.725
7.880,92 8.480,33
Growth Rate 14
25 2
7
Sumber: Data diolah dari lampiran 1
S Sumber; Hasil Olah Data Lampiran 1
Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Beras Sesudah Program P-LDPM 2009-2013 di Kabupaten Simalungun
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan harga beras dari tahun ke tahun sesudah program P-LDPM 2009- 2014 juga cenderung mengalami kenaikan. Terlihat bahwa rata-rata harga beras
naik dari tahun ke tahun. Kenaikan rata-rata harga beras pada tahun 2009-2010 sebesar 14. Pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 25. Pada
tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 2. Dan pada tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 7. Sehingga rata-rata kenaikan harga beras di
Kabupaten Simalungun pada tahun 2009-2013 sesudah program P-LDPM sebesar 12.
Tabel 6. Stabilitas Harga Beras Sebelum dan Sesudah Program P- LDPM di Kabupaten Simalungun
Sebelum P-LDPM Sesudah P-LDPM
Tahun H.Aktual
Tahun H.Aktual
2004 2.971,00
0,81 2009
5.387,50 8,88
2005 3.601,00
6,11 2010
6.166,67 11,21
2006 4.358,75
13,92 2011
7.725,00 4,14
2007 5400,00
8,60 2012
7.880,92 4,89
2008 5.575,00
1,99 2013
8.480,33 2,58
Sumber: Data diolah dari lampiran 1 Berdasarkan indikador stabilitas harga yaitu nilai dari koefisien variasi dinyatakan
stabil jika berada dibawah dari angka 10. Jadi dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa sebelum dan setelah adanya program P-LDPM harga beras di Kabupaten
Simalungun stabil. Dilihat dari hasil persen yang menunjukkan angka sebesar 0,81 pada tahun 2004, sebesar 6,11 pada tahun 2005, sebesar 13,92 pada
tahun 2006, sebesar 8,60 pada tahun 2007, sebesar 1,99 pada tahun 2008, sebesar 8,88 pada tahun 2009, sebesar 11,21 pada tahun 2010, sebesar 4,14
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2011, sebesar 4,89 pada tahun 2012, dan 2,58 pada tahun 2013 berada dibawah 25.
Sumber: Hasil Olah Data Lampiran 1
Gambar 5. Perkembangan Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun Tahun 2004-2013
Pada gambar 5 terlihat pada tahun 2006 memliki hasil CV paling tinggi yaitu 13,92 menunjukkan pada tahun 2006 mengalami instabilitas harga beras di
Kabupaten Simalungun. Hal ini merupakan dampak tahun 2005 akhir yang mengalami inflasi akibat pengurangan jumlah subsidi BBM Bahan Bakar
Minyak di Indonesia. Akibat pengurangan jumlah subsidi BBM menyebabkan harga BBM pada saat itu mengalami kenaikan sehingga harga bahan pokok
termasuk beras mengalami kenaikan akibat biaya produksi yang meningkat. Berikut ini adalah selisih harga aktual dan HPP di Kabupaten Simalungun periode
tahun 2004 – 2008 dan 2009 – 2013 yang disajikan pada Tabel 11 dan 12.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Daftar Selisih Harga Aktual dan HPP Sebelum Program P-LDPM 2003-2008 di Kabupaten Simalungun
Tahun H. Aktual
HPP Selisih
2004 2.971,00
2.790 181,00
6 2005
3.601,00 3.550
51,00 1
2006 4.358,75
3.550 808,75
22 2007
5400,00 4.000
1.400,00 34
2008 5.575,00
4.600 975,00
21 Sumber; Hasil olah data lampiran 1 5
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dari tahun 2004-2008, rata- rata harga beras selalu berada di atas HPP. Pada tahun 2004, rata-rata harga beras
adalah Rp 2.971kg, sedangkan HPP pada tahun 2004 Rp 2.790kg. Hal ini menunjukkan rata-rata harga beras pada tahun 2004 berada di atas HPP. Selisih
harga antara keduanya sebesar Rp 181kg atau sebesar 8. Pada tahun 2005, rata-rata harga beras adalah Rp 3.601kg, sedangkan HPP pada
tahun 2005 Rp 3.550kg. Hal ini menunjukkan rata-rata harga beras pada tahun 2005 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya yakni Rp 51kg atau
sebesar 2. Pada tahun 2006, rata-rata harga beras adalah Rp 4.358,75kg. sedangkan HPP
sebesar Rp 3.550kg. Hal ini menunjukkan harga beras pada tahun 2006 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya sebesar Rp 808,75kg atau sebesar 22.
Pada tahun 2007, harga rata rata beras adalah sebesar Rp 5.400kg, sedangkan HPP pada tahun 2007 sebesar Rp 4.000kg. Hal ini menunjukkan harga beras pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2007 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya adalah sebesar Rp 1.400kg atau sebesar 34.
Dan pada tahun 2008, harga rata-rata beras adalah Rp 5.575kg, sedangkan HPP pada tahun 2008 sebesar Rp 4.600kg. Hal ini menujukkan bahwa harga beras di
atas HPP. Selisih antara keduanya sebesar Rp 975kg atau sebesar 21. Sedangkan perkembangan harga beras setelah program P-LDPM 2009-2013 di
Kabupaten Simalungun disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar Selisih Harga Aktual dan HPP Sesudah Program P-LDPM 2009-20013 di Kabupaten Simalungun
Tahun H. Aktual
HPP Selisih
2009 5.387,50
5.060 327,50
6 2010
6.166,67 5.060
1.106,67 21
2011 7.725,00
6.600 1.125,00
17 2012
7.880,92 6.600
1.280,92 19
2013 8.480,33
6.600 1.880,00
28 Sumber : Hasil olah data lampiran 1 5
Dari Tabel 8 terlihat bahwa secara umum dari tahun 2009-2013, rata-rata harga beras selalu berada di atas HPP. Pada tahun 2009, rata-rata harga beras adalah
sebesar Rp 5.387,5kg, sedangkan HPP sebesar Rp 5.060kg. Hal ini menujukkan rata-rata harga beras pada tahun 2009 berada di atas HPP. Selisih harga antara
keduanya sebesar Rp 327,5kg atau sebesar 6. Pada tahun 2010, rata-rata harga beras adalah Rp 6.166,67kg, sedangkan HPP
pada tahun 2010 Rp 5.060kg. Hal ini menunjukkan rata-rata harga beras berada
Universitas Sumatera Utara
di atas HPP. Selisih harga keduanya yaitu sebesar Rp 1.106,67kg atau sebesar 21.
Pada tahun 2011, rata-rata harga beras adalah sebesar Rp 7.725kg, sedangkan HPP pada tahun 2011 sebesar Rp 6.600kg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
harga beras berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya yaitu sebesar Rp 1.125kg atau sebesar 17.
Pada tahun 2012, rata-rata harga beras sebesar Rp 7.880,92kg, sedangkan HPP sebesar Rp 6.600kg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata harga beras di atas
harga HPP. Selisih antara keduanya yaitu Rp 1280,92kg atau sebesar 19. Pada tahun 2013, rata-rata harga beras sebesar Rp 8.480,33kg, sedangkan HPP
sebesar Rp 6.600kg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata harga beras berada di atas HPP. Selisih antara keduanya yaitu sebesar Rp 1.880kg atau sebesar 28.
5.3. Hasil Uji Perbedaan Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM Tabel 9. Hasil Analisis Paired Sample Correlations
Paired Samples Correlations
N Correlation
Sig. Pair 1 Sebelum P-LDPM
Sesudah P-LDPM 5
-,248 ,688
Sumber : Hasil olah data lampiran 1 Paired samples correlations yang diinterpretasikan bahwa korelasi r adalah
hubungan antar anggota pasangan dengan kriteria uji, jika Sig. 0,05 maka tidak ada hubungan stabilitas harga beras antara sebelum P-LDPM dan sesudah
P-LDPM atau jika Sig. 0,05 maka ada hubungan stabilitas harga beras antara
Universitas Sumatera Utara
sebelum P-LDPM dan sesudah P-LDPM. Dan dari Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai Sig. adalah 0,688 yang berarti bahwa tidak ada hubungan stabilitas harga
beras antara sebelum P-LDPM dan sesudah P-LDPM di Kabupaten Simalungun. Jika r dikuadratkan maka menunjukkan pengaruh P-LDPM terhadap perubahan
stabilitas harga beras. Terlihat bahwa pengaruh P-LDPM terhadap stabilitas harga beras adalah -,248
2
= 0,061 6,1. Maka 6,1 merupakan perubahan stabilitas harga beras dikarenakan adanya P-LDPM dan sisanya 93,9 disebabkan faktor
lain.
Tabel 10. Hasil Uji Paired Sample T Test Sebelum dan Sesudah Program P- LDPM Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten
Simalungun
Paired Differences
Uraian Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
T df
Sig. 2- tailed
Nilai Stabilitas Sebelum dan
Sesudah P-LDPM ,05400
7,08662 3,16923
-,017 4
,987
Pada Tabel 10 hasil uji paired sample t test dapat diinterpretasikan sebagai
berikut: Sig.
= 0,987 0,05 Maka , keputusan uji :
Dengan nilai Sig. 0,987 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi dengan tingkat signifikansi 0,987 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata stabilitas harga beras sebelum dan sesudah Program P-LDPM pada tingkat kepercayaan 95.
Universitas Sumatera Utara
Seperti dilihat dari hasil analisis, Program P-LDPM cenderung belum mempengaruhi stabilitas harga beras secara nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu : 1.
Masih adanya kelompok-kelompok tertentu yang mempengaruhi harga beras di Kabupaten Simalungun, seperti masuknya investor dalam bisnis
penggilingan padi dalam kapasitas yang cukup besar. Dimana mereka memberikan harga yang tidak relevan atau cenderung dengan harga upah yang
tinggi. 2.
Para petani belum bisa mengolah padi menjadi beras secara mandiri, hal ini dikarenakan fasilitas yang kurang mendukung, sehingga pada saat panen raya
ketersediaan gabah yang melimpah membuat para pengusaha penggilingan padi membeli gabah dengan harga yang mereka tentukan.
Lubis 2012, dalam penelitiannya menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor- faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten
Serdang Bedagai pada tahun 2009 serta menganalisis penerimaan petani peserta program P-LDPM yang berhasil dan petani peserta program P-LDPM yang tidak
berhasil melaksanakan program menyatakan manfaat lain dari Program P-LDPM menyebutkan bahwa manfaat program ini adalah ‘bisa simpan pinjam gabah dan
padi di gudang’ dengan presentase terbesar yaitu 33,3 dari sampel 24orang. Kemudian diikuti oleh ’membuka peluang bisnis dan pekerjaan’ sebanyak 19,4
atau 14 orang. Dan jawaban atas manfaat lain dari program ini yang paling rendah adalah pada jawaban ‘harga gabah lebih stabil’ dan ‘mempermudah distribusi dan
jual beli gabah’ yaitu sebanyak masing-masing 2 sampel atau 2,8.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun yang dinilai cenderung lebih bermanfaat bagi Gapoktan itu sendiri dalam penguatan modal dan
penguatan cadangan pangan. Meskipun demikian Program P-LDPM sudah cukup membantu dalam stabiliatas harga beras yang dilihat dari hasil perkembangan
rata-rata harga beras yang lebih stabil dibandingkan sebelum Program P-LDPM dengan perbandingan presentase sebesar 17 sebelum P-LDPM dan menurun
sebesar 12 sesudah Program P-LDPM.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan