Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

(1)

Lampiran 1. Data Harga Beras (IR-64) di Kabupaten Simalungun Tahun 2004-2013

No. Harga Beras ( Rp/kg )

Rata-Rata

Std. Dev % Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Aug. Sept. Okt. Nov. Des.

1. 2004 2970 2900 2962 2983 2986 2983 2986 2986 2970 2970 2970 2986 2971 23.96 0.81 2. 2005 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3781 4250 3540 3540 3601 3601 220.01 6.11 3. 2006 4200 4200 4200 4300 4300 4375 4400 4400 6100 4125 3425 4280 4358.75 606.84 13.92 4. 2007 4500 5200 5800 5300 5850 5800 5850 5900 5300 5500 5000 4800 5400 464,66 8.60 5. 2008 5500 5500 5500 5800 5575 5500 5575 5575 5500 5500 5575 5800 5575 110.78 1.99 6. 2009 4450 5100 5800 5300 5850 5800 5850 5900 5300 5500 5000 4800 5387.5 478.22 8.88 7. 2010 4400 5900 6100 5850 6100 6300 6300 6350 6300 6350 6600 7450 6166.67 691.29 11.21 8. 2011 7450 7500 7630 7400 7200 7630 7700 7920 7810 8170 8120 8170 7725 319.59 4.14 9. 2012 7707 7707 7707 8000 8250 8450 8000 8125 7000 7500 8000 8125 7880.92 385.37 4.89 10. 2013 8619 8611 8250 8125 8500 8475 8480 8312 8575 8400 8425 8992 8480.33 218.39 2.58


(2)

Lampiran 2. Data HPP ( Harga Pembelian Pemerintah ) Beras IR-64 di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013

Sebelum P-LDPM Sesudah P-LDPM

Tahun HPP Tahun HPP

2004 2.790 2009 5.060

2005 3.550 2010 5.060

2006 3.550 2011 6.600

2007 4.000 2012 6.600

2008 4.600 2013 6.600


(3)

Lampiran 3. Perkembangan Rata-Rata Harga Beras di Kabupaten Simalungun Tahun 2004-2013


(4)

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pai

r 1

Sebelum - Sesudah

-,05400 7,08662 3,16923 -8,85321 8,74521 -,017 4 ,987

Lampiran 4. Hasil Analisis Uji Beda Paired Sample T Test Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Sebelum 6,2860 5 5,29400 2,36755

Sesudah 6,3400 5 3,57941 1,60076 Paired Samples Correlations

N

Correlatio

n Sig.

Pair 1 Sebelum &


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2015. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 16/Permetan/Hk.140/4/2015 Tentang Pedoman Penguatan Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat Tahun 2015.

Ashari. 2007. Analisis dan Kinerja Program Penguatan Modal Lembaga Usaha

Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP), Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian ,Bogor.

Badan Ketahanan Pangan. 2010. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara.

_______________________. 2015. Harga Beras di Sumatera Utara Pada Bulan Agustus, September, Oktober Tahun 2015.

_______________________. 2015. Ketersediaan Beras di Sumatera Utara Pada Bulan Januari - Juli Tahun 2015

Baliwati Y F, RoositaK., 2004. Sistem Pangan dan Gizi. Depok.:Penebar Swadaya.

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.

Jones , C. O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik ( Public Policy ) .Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Lubis, L. J. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan

Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara.

Maleha, 2004. Review Ketahanan Pangan.

ejournal.umm.ac.id/index.php/…/66_umm_scientific_journal.doc

Nasution, M. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk

Agroindustri. Bogor : IPB Press.

Prihartanto, M. K. 2009. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota Gapoktan. Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

Purnawijayanti, HA. 2001. Higiene, Sanitasi, dan Keselamatan Kerja Dalam

Pengolahan Pangan. Yogyakarta :Kanisius.


(6)

Sediaoetama, AD. 1996 Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta : Dian Rakyat.

Sesbany. 2007. Penguatan Kelembagaan Petani untuk Meningkatkan Posisi

Tawar Petani. STTP Medan.

Sumarti, T. dkk. 2008. Model Pemberdayaan Petani dalam Mewujudkan Desa

Mandiri dan Sejahtera. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,

IPB. Bogor

Sunanda, U. 2008. Analisis Padi Sawah di Kab. Pandeglang. http://www.dispertanak.pandeglang.go.id

Suryana. 2004. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Yogyakarta : BPFE.

Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Jurnal Analisis

Kebijakan Pertanian.

Syarief, Y.A. 2007. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Program

Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) di Kabupaten Lampung Tengah, Jurnal Ilmiah ESAI Volume 3


(7)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu teknik penentuan daerah penelitian dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2010). Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Simalungun. karena Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah sentra produksi beras dan penerima bantuan program P-LDPM di Sumatera Utara .

3.2. Metode Penentuan Sampel

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat data runtut waktu (time series) bulanan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Data tersebut adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya adalah data dari Bahan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun serta didapat dari data Badan Pusat Statistik (BPS).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari Instansi terkait yaitu BKP (Badan Ketahanan Pangan) Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian di Kabupaten Simalungun melalui wawancara langsung.


(8)

Data sekunder diperoleh juga dari lembaga atau instansi terkait yaitu BKP Provinsi Sumatera Utara, BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara, Dinas Pertanian yang berada di Kabupaten Simalungun serta literatur yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Hal yang dianalisis adalah mengenai bagaimana pencairan dana P-LDPM di daerah penelitian. Untuk identifikasi masalah (2) dianalisis dengan menggunakan metode Uji beda rata-rata berpasangan (paired sample t-test) digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan stabilitas harga beras sebelum dan sesudah program P-LDPM di Kabupaten Simalungun.

Uji perbedaan rata-rata dua sampel berpasangan atau uji paired sample t test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan untuk dua sampel yang berpasangan. Adapun yang dimaksud berpasangan adalah data pada sampel kedua merupakan perubahan atau perbedaan dari data sampel pertama atau dengan kata lain sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua perlakuan. Kriteria uji :

Signifikan/ P-Value > (0,05) = maka H0 diterima dan H1 ditolak Signifikan/ P-Value < (0,05) = maka H0 ditolak dan H1 diterima Dimana :


(9)

H1 = Ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras sebelum dan sesudah

Program P-LDPM.

3. 5. Defini dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi Operasional

1. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

2. Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menghasilkan dan menambah nilai guna terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan oleh orang atau badan ( produsen).

3. Panen raya adalah pemanenan pada padi secara besar-besaran yang dapat mengakibatkan harga ditingkat petani menjadi rendah.

4. Paceklik adalah musim kekurangan bahan makanan yang biasa terjadi pada musim kemarau panjang atau ketika bencana alam yang menyebabkan gagal panen pada padi.

5. Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya nonproduksi dan laba yang diharapkan.

6. Stabilitas Harga adalah pemeliharaan suatu tingkat harga umum yang tidak berubah dari waktu ke waktu dalam suatu perekonomian.


(10)

Program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2009 yang bertujuan meningkatkan kemampuan gapoktan dalam mengembangkan usaha distribusi dan mengelola cadangan pangan.

8. Bantuan Sosial (Bansos) adalahuang yang ditransfer langssung kepada Gapoktan untuk pembangunan dan penguatan unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan unit usaha pengolahan serta pengelolaan cadangan pangan.

9. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah gabungan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

10.Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga pembelian pemerintah untuk komoditas padi/gabah/jagung/sesuai dengan instruksi presiden tentang perberasan.

11.Dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi. Dalam hal ini dilihat bagaimana dampak Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun terhadap stabilitas harga beras.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Simalungun pada tahun 2016.

2. Data yang digunakan adalah data dalam kurun waktu 2004-2013 meliputi data harga aktual beras dan HPP terhadap harga beras.


(11)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian, dimana luas wilayah Kabupaten Simalungun 4372,50 km2 .Secara geografis daerah Kabupaten Simalungun terletak

diantara 02°35’-03°18’ Lintang Utara dan 98°32’-99°35’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar antara 25,3°C dengan suhu terendah 20,5 dan suhu tertinggi 32,2°C, dengan kelembaban udara rata-rata 84%. Berada pada ketinggian 0-1.400 meter dari permukaan laut dimana kemiringan 0-15%. Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan dan 27 kelurahan dan 386 nagori (desa).

Batas wilayah Kabupaten Simalungun adalah :

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Kbupaten Serdang Bedagai Sebelah Selatan : Kabupaten Toba Samosir

Sebelah Barat : Kabupaten Karo Sebelah Timur : Kabupaten Asahan 4.2. Geografis

Kabupaten Simalungun diapit oleh 8 kabupaten yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota Pematang Siantar. Letak astronomisnya antara 02°35’-03°18’ Lintang Utara dan 98°32’-99°35’ Bujur Timur dengan luas 4.372,50 Km2berada pada ketinggian 0-1.400 meter dari permukaan laut dimana kemiringan 0-15% sehingga Kabupaten Simalungun merupakan Kabupaten terluas ke-3 setelah Kabupaten Madina dan


(12)

Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba-Parapat.

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Raya sedangkan terkecil adalah Kecamatan Haranggaol Horison dengan rata-rata jarak tempuh ke ibukota kabupaten 51,42 km dimana jarak tempuh terjauh adalah kecamatan Silou Kahean yaitu 127 km dan Ujung Padang 113 km.

4.3. Iklim

Suhu udara rata-rata di Simalungun tahun 2014 adalah 25,3°C dengan suhu terendah 20,5 dan suhu tertinggi 32,2°C. Penyinaran matahari rata-rata 5,2 jam per hari dan rata-rata penguapan 3,01 milimeter per hari serta kelembaban udara 84%. Suhu udara rata-rata meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 0,1 yaitu mencapai 25,2°C.

4.4. Pemerintahan

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan, 27 kelurahan dan 386 nagori (desa). Jumlah PNS (Pegawai Negeri Sipil) tahun 2014 sebesar 11.927 terdiri dari 4.379 laki-laki dan 7548 perempuan dimana lebih dari 64,57% merupakan lulusan perguruan tinggi.

4.5. Penduduk

Penduduk Kabupaten Simalungun tahun 2014 berjumlah 844.033 jiwa yang terdiri dari 420.591 laki-laki dan 423.442 perempuan dengan rasio jenis kelamis 99,3 jiwa, tersebar di 31 kecamatan dimana terkonsentrasi di Kecamatan Bandar


(13)

Kecamatan Siantar menjadi daerah terpadat penduduknya yang mencapai 883,02 jiwa/km2. Sementara jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Haranggaol Horison yaitu 5.058 jiwa dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Dolok Silou hanya 46,96 jiwa/km2 .

4.6. Tenaga Kerja

Jumlah angkatan kerja berdasarkan survei angkatan kerja nasional di Simalungun pada tahun 2014 sebesar 582.127 jiwa dengan tingkat pertisipasinya sebesar 68,41%. Pada umumnya penduduk Simalungun bekerja di sector pertanian (53,97%0 kemudian 20,69% disektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan menurut pendidikan, angkatan kerja di Simalungun 59,17% berpendidikan tertinggi sampai dengan tingkat SMP, sedangkan berpendidikan SMA/SMK 35,90% dan selebihnya 4,93% berpendidikan diploma sampai dengan sarjana. 4.7. Tanaman Bahan Makanan

Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sawah sebesar 526.331 ton dan padi lading sebesar 49.982 ton selama tahun 2014. Berarti Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sebesar 576.313 ton selama tahun 2014. Produksi padi sawah tertinggi berasal dari Kecamatan Hutabayu Raja yaitu 61.662 ton dan Tanah Jawa sebesar 56.358 ton. Sedangkan produksi padi sawah terendah berasal dari kecamatan Pematang Silimahuta sebesar 131 ton dan Silimakuta sebesar 772 ton. Sementara produksi padi lading tertinggi berasal dari Kecamatan Doolok Silou yaitu sebesar 11.066 ton dan terendah dari Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Tanaman bahan makanan lainnya adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang


(14)

merupakan salah satu komoditi andalan di Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2014 produksi jagung sebesar 324.428 ton dengan tingkat produkstivitas 60,63ton/Ha. Penghasil jagung terbesar adalah Kecamatan Ujung Padang sebesar 61.748 ton, Sidamanik sebesar 23.487 ton dan Pematang Sidamanik sebesar 22.635 ton. Sedangkan penghasil jagung terendah adalah Kecamatan Haranggaol Horison sebesar 129 ton selama tahun 2014.

4.8. Pengeluaran dan Konsumsi

Konsumsi penduduk Simalungun 54,17% (Rp 397.995) merupakan konsumsi makanan di tahun 2014 sementara pada tahun 2013 mencapai 56,55% (Rp 351.454). Hal ini menunjukkan adanya pergeseran pola makanan ke non-makanan. Berdasarkan golongan pengeluaran perkapita per bulan, persentase sebesar pengeluaran penduduk berada pada golongan pengeluaran lebuh dari 500.000 rupiah dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan pengeluaran tersebut, identik dengan peningkatan pendapatan penduduk. Untuk golongan pengeluaran <200.000 rupiah per kapita per bulan hanya 0,19 %.

4.9. Pendapatan Regional

Laju pertumbuhan PDRB Simalungun sebesar 5,33%. Nilai PDRB pada tahun 2014 mencapai 25,30 triliun rupiah berdasarkan harga berlaku atau meningkat 1,10% disbanding tahun 2013 yang nilainya 23,19 triliun rupiah. Kontribusi terbesar pembentuk PDRB Simalungun berasal dari sector pertanian 54,45%, sector perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor 13,91% dan sector industry pengolahan 11,67%.


(15)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penyaluran Dana P-LDPM

Program P-LDPM yang dilaksanakan sejak tahun 2009 oleh Badan Ketahanan Pangan melalui bantuan sosial mengalokasikan kegiatan pada 14 (empat belas) Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat 3 tahapan dalam Program P-LDPM, yaitu pertama tahap penumbuhan, kedua tahap pengembangan dan ketiga tahap kemandirian. Bantuan sosial ini merupakan dukungan dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan diberikan kepada Gapoktan dalam tahapan 1 dan 2 pada tahun pertama dan tahun kedua, sedangkan tahap 3, Gapoktan hanya diberikan pembinaan dari pendamping tim teknis maupun tim pembina.

Pada tahapan 1 yaitu tahap penumbuhan, Gapoktan terpilih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Kabupaten atau daerah tempat Gapoktan harus merupakan salah satu daerah sentra produksi beras dan jagung

2. Memiliki berita acara kegiatan Gapoktan. 3. Tidak memiliki permasalahan dengan bank.

4. Memilki lahan untuk gudang yang diberikan secara hibah dengan tanda bukti. 5. Memiliki keinginan dalam membangun.

6. Membangun dengan swadaya

Persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi dalam pengajuan ke BKP Kabupaten agar dapat diseleksi dalam program P-LDPM. Setelah memenuhi


(16)

persyaratan tersebut dari BKP Kabupaten melanjutkan pengajuan lanjutan ke BKP Provinsi sampai akhirnya pengajuan diterima oleh BKP Pusat untuk pencairan dana Program P-LDPM. Sebelum pencairan dana dilakukan, Gapoktan harus membentuk kepengurusan untuk pelaksanaan program tersebut dimana terdapat ketua, sekretaris, bendahara, pengurus cadangan, pengurus distribusi, pengawas internal (tokoh masyarakat) sebagai penasihat dan tim pendamping tiap gapoktan untuk memantau kinerja masing-masing Gapoktan.

Jumlah dana dalam tahap penumbuhan adalah sebesar Rp 150 juta, yang dibagi dalam 3 bagian yaitu :

1. Sebesar maksimal Rp 50 juta untuk pembangunan gudang dan lantai jemur. 2. Sebesar Rp 30 juta untuk membeli cadangan pangan.

3. Sebesar Rp 70 juta untuk proses distribusi (jual/ beli) hasil panen dalam menjaga kestabilan harga dari ancaman panen raya dan paceklik.

Pencairan dana APBN untuk program P-LDPM dilakukan dengan cara mentransfer dana dari BKP Pusat langsung ke rekening Gapoktan. Dana tersebut untuk melaksanakan kegiatan tahap pertama pada tahun pertama. Jika dana diperlukan, dana hanya dapat diambil oleh ketua, bendahara beserta tim pendamping secara bersamaan. Dan dengan disertai tanda bukti yang dimasukkan dalam pembukuan.

Pada tahapan 2 yaitu tahap pengembangan yang dilakukan pada tahun kedua dilaksanakan setelah adanya evaluasi kinerja Gapoktan pada satu tahun sebelumnya. Pada tahap pengembangan ini Gapoktan dievaluasi dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:


(17)

1. Gudang penyimpanan sudah tersedia atau dibangun.

2. Pembelian gabah untuk kegiatan perdaganagan minimal telah terjadi dua kali putaran dan membukukan keuntungan.

3. Sudah melakukan pengelolaan cadangan pangan.

4.

Adanya catatan atau pembukan pengelolaan dana bansos, pembelian dan penjualan gabah serta pengelolaan cadangan pangan sudah dilaksanakan dengan baik.

Setelah memenuhi beberapa persyaratan pada evaluasi untuk kinerja tahun pertama, Gapoktan mendapatkan dana sebesar Rp 75 juta yang akan diberikan ke rekening Gapoktan, dengan tujuan menambah unit distribusi. Kegiatan pada tahap pengembangan ini antara lain adalah pembelian atau penjualan beras dari petani anggotanya atau di luar anggotanya pada saat panen raya maupun paceklik dan untuk pengadaan beras dalam memperkuat cadangan pangan.

Kemudian pada tahap terakhir yaitu tahap kemandirian, Gapoktan tidak lagi mendapatkan bantuan dana bansos, tetapi Gapoktan tetap mendapatkan pembinaan secara teknis dan administrasi yang dilakukan oleh pendamping. Pembinaan ini terus dilakukan sampai Gapoktan telah dikatakan mandiri dengan kriteria sebagai berikut :

1. Modal usaha sudah bertambah yang berasal dari keuntungan usahanya 2. Pelayanan pengelolaan cadangan pangan bagi anggota sudah lebih teratur. 3. Harga beli gabah saat panen raya bagi anggota dan wilayah disekitarnya sudah


(18)

Secara skematis saluran Penguatan-LDPM dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Aktivitas Kelompok

Tani

Gapoktan BKP

Kabupaten BKP Provinsi BKP Pusat Pendamping

1. Pembentukan Gapoktan 2. Pembuatan rekening

Gapoktan

3. Pemenuhan persyaratan P-LDPM

4. Pengajuan proposal keikutsertaan P-LDPM 5. Verifikasi proposal

pengajuan dana bansos P-LDPM

6. Menerima hasil verifikasi

7. Rekomendasi proposal ke BKP pusat

8. Seleksi proposal 9. Menerima hasil seleksi

proposal

10. Pencairan dana bansos P-LDPM

11. Konfirmasi pencairan dana

12. Menerima konfirmasi pencairan dana 13. Mentransfer dana

bansos P-LDPM 14. Menerima dana bansos

P-LDPM (tahap 1,2) 15. Pengambilan dana ke

bank

16. Kegiatan P-LDPM (tahap 1,2,3) 17. Evaluasi kegiatan

(tahap 1,2,3)

18. Seleksi kegiatan (tahap 1,2,3)

19. Menerima hasil seleksi kegiatan (tahap 1,2,3) 20. Pembinaan (tahap 3)

Gambar 2. Skema Saluran Dana P-LDPM

Terima / Tolak


(19)

Secara aktual penyaluran dana P-LDPM di Kabupaten Simalungun sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh pemerintah. Terdapat 5 Gapoktan yang terdaftar sebagai anggota Program P-LDPM. Dilihat dari Tabel 3. Gapoktan yang mengikuti program tersebut cenderung menurun. Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun juga memiliki 3 tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap kemandirian. Dan pencairan dana juga hanya dilakukan pada dua tahapan yaitu tahap penumbuhan sebesar Rp150 juta dan pada tahap pengembangan sebesar Rp 75juta. Namun beberapa daerah khususnya di Provinsi Sumatera Utara memiliki kebijakan daerahnya masing-masing seperti dalam pembagian fungsi dana bansos dari Program P-LDPM tersebut.

Tabel 3. Jumlah Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan P-LDPM Tahun 2009-2015 di Kabupaten Simalungun.

No. Tahapan Gapoktan Penerima Dana

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Penumbuhan 3 - - 1 - - 1

2. Pengembangan 3 - - 1 - -

3. Pembinaan 3 - - 1 -

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015

Pada Tabel 3 menjelaskan di Kabupaten Simalungun, pelaksanaan Program P-LDPM pada tahap penumbuhan (tahun pertama) pada tahun 2009 terdapat 3 Gapoktan yaitu Gapoktan Pariama (Ds. Sari Matondang, Kec. Sidamanik), Gapoktan Harapan Maju (Ds. Silau Malela, Kec. Gunung Malela), dan Gapoktan Horas (Ds. Silakkidir, Kec. Huta Bayu Raja). Pada tahun 2010 dan 2011 tidak ada Gapoktan yang mendaftar Program P-LDPM. Pada tahun 2012 terdapat 1 Gapoktan yaitu Gapoktan Jaya Tani (Ds. Bahalat Raya, Kec. Jawa Maraja Bah Jambi). Pada tahun 2013 dan 2104 tidak ada Gapoktan yang mendaftar Program


(20)

P-LDPM. Dan pada tahun 2015 terdapat 1 Gapoktan yaitu Gapoktan Bersatu Maju (Ds. Penambean Marjanji, Kec. Tanah Jawa).

Di Kabupaten Simalungun dana bantuan sosial dari Program P-LDPM disalurkan melalui dua tahapan, yaitu :

1. Tahap Penumbuhan

Jumlah gapoktan yang menerima dana bantuan social P-LDPM pada tahap penumbuhan di Kabupaten Simlaungun adalah 5 Gapoktan, yaitu alokasi dana sebesar Rp 150 juta per Gapoktan dengan komponen kegiatan sebagai berikut: a. Dana sebesar Rp 50 juta digunakan untuk pembangunan atau renovasi

gudang milik Gapoktan untuk penyimpanan cadangan pangan.

b. Dana sebesar Rp 30 juta digunakan untuk penguatan Gapoktan dalam melakukan pengadaan gabah/beras dan atau pangan pokok local spesifik lainnya sebagai cadangan pangan.

c. Dana sebesar Rp 70 juta digunakan untuk penguatan modal usaha Gapoktan dalam melakukan pembelian-penjualan gabah/beras dari petani anggotanya atau di luar keanggotaan pada saat-saat tertentu seperti panen raya atau paceklik.

2. Tahap Pengembangan

Jumlah Gapoktan yang menerima dana bantuan social P-LDPM pada tahap pengembangan di Kabupaten Langkat adalah 4 Gapoktan diberikan dana sebesar Rp 75 juta per Gapoktan yang pada tahap sebelumnya telah dievaluasi kelayakannya. Komopnen kegiatan dana bantuan social tersebut adalah sebagai berikut ;


(21)

a. Menambah unit distribusi pemasaran, yaitu melakukan pembelian-penjualan gabah/beras dari petani anggotanya atau di luar keanggotaan pada saat-saat tertentu seperti panen raya atau paceklik.

b. Untuk pengadaan gabah/beras atau pangan pokok lokal spesifik lainnya dalam memperkuat cadangan pangan.

Dan pada tahap selanjutnya di Kabupaten Simalungun Gapoktan yang sudah melewati tahap pengembangan mendapatkan tahap pembinaan. Namun Gapoktan wajib mengelola dana yang sudah diterima secara berkelanjutan untuk terus digunakan dalam pembelian-penjualan gabah/beras dan pangan strategis lainnya di luar masa panen atau paceklik sehingga terjadi pemupukan modal. Selain itu, pada tahap kemandirian tim teknis kabupaten/kota dan tim Pembina provinsi melanjutkan pembinaan teknis dan administrasi terhadap Gapoktan tahap kemandirian agar dapat terus mengembangkan unit usahanya sehingga akumulasi belanja bantuan sosial yang dikelola terus meningkat.

5.2. Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

Stabilitas harga beras hasil petani pada saat panen raya merupakan aspek yang sangat penting dan menentukan pendapatan dan ketahanan pangan petani padi. Dengan meningkatnya pembelian beras oleh Gapoktan dengan harga yang lebih tinggi dari HPP diharapkan dapat mempengaruhi harga beras di wilayah tersebut. Stabilitas harga beras dapat dilihat dari perkembangan harga beras sebelum program P-LDPM dan setelah program P-LDPM. Perkembangan harga beras sebelum program P-LDPM disajikan dalam Tabel 4.


(22)

Tabel 4. Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg) Sebelum Program P-LDPM (2004-2008) di Kabupaten Simalungun

No. Harga (Rp/kg)

2004 2005 2006 2007 2008

1. Januari 2.970 3.500 4.200 4.500 4.450 2. Februari 2.900 3.500 4.200 5.200 5.100

3. Maret 2.962 3.500 4.200 5.800 5.500

4. April 2.983 3.500 4.300 5.300 5.800

5. Mei 2.986 3.500 4.300 5.850 5.575

6. Juni 2.983 3.500 4.375 5.800 5.500

7. Juli 2.986 3.500 4.400 5.850 5.575

8. Agustus 2.986 3.781 4.400 5.900 5.575 9. September 2.970 4.250 6.100 5.300 5.500

10. Oktober 2.970 3.540 4.125 5.500 5.500

11. November 2.970 3.540 3.425 5.000 5.575 12. Desember 2.986 3.601 4.280 4.800 5.800 Rata-rata 2.971 3.601 4.358,75 5400 5.575

Growth Rate 21% 21% 23% 3%

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 4. Dapat dilihat bahwa rata-rata harga beras di Kabupaten Simalungun setiap tahun mengalami kenaikan harga beras. Kenaikan rata-rata harga beras pada tahun 2004-2005 sebesar 21%. Pada tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 21%. Pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 23%. Dan pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 3 %. Sehingga rata-rata kenaikan harga beras di Kabupaten Simalungun pada tahun 2004-2008 sebelum program P-LDPM sebesar 17%. Dilihat dari rata-rata tersebut dibawah 25% menunjukkan harga beras di Kabupaten Simalungun sebelum Program P-LDPM masih stabil.


(23)

Sumber: Hasil Olah Data Lampiran 1

Gambar 3. Grafik Perkembangan Harga Beras Sebelum Program P-LDPM (2004-2008) di Kabupaten Simalungun

Namun apabila dilihat berdasarkan harga beras perbulannya seperti yang terlihat pada Gambar 3mengalami fluktuasi harga. Naik turun harga beras yang terjadi tiap bulan dalam tiap tahunnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor panen raya, paceklik, dan hari-hari besar. Panen raya merupakan kondisi dimana jumlah beras yang diproduksi melimpah akibat pola tanam yang memang serempak dilakukan oleh para petani di daerah penelitian maupun daerah lain yang dekat dengan daerah penelitian. Pola tanam yang serempak ini menyebabkan panen padi secara bersamaan sehingga jumlah panen menjadi banyak sedangkan kebutuhan akan beras diasumsikan tetap. Dan pada saat musim paceklik hal yang disebabkan karena musim kemarau atau hama penyakit mengakibatkan produksi beras menurun dan pasokan beras terbatas sehingga harga beras cenderung naik membuat harga menjadi tidak stabil. Hari-hari besar keagamaan juga turut


(24)

dengan menjelangnya hari besar seperti lebaran, harga beras bisa meningkat karena meningkatnya permintaan. Sedangkan di sisi lain, panen padi yang mendekati hari besar keagamaan juga dapat menyebabkan harga beras menjadi rendah bagi petani diakibatkan oleh keterbatasannya aktivitas penggilingan padi di kilang karena tenaga kerja pada umumnya sudah banyak yang mudik sehingga menyebabkan kelangkaan tenaga kerja. Kalaupun ada pihak kilang harus membayar lebih mahal, sehingga biaya produksi menjadi meningkat, dan petani harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh kilang dan biasanya lebih rendah dari harga pada umumnya untuk menekan biaya produksi.

Adapun masalah yang terjadi sebelum kehadiran P-LDPM adalah dimana petani memperoleh harga di bawah harga minimal atau harga pembelian pemerintah karena menjual beras kepada pihak tengkulak yang sengaja memainkan harga karena petani memiliki posisi tawar yang rendah. Namun setelah adanya P-LDPM, hal tersebut lebih dapat diatasi karena petani atau Gapoktan memperoleh modal tanpa anggunan untuk membeli beras petani dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar atau sama dengan HPP. Dengan demikian beras yang untuk cadangan pangan semakin banyak, dan bagi para petani tidak khawatir untuk menjual beras yang dihasilkan karena dapat memperoleh harga yang sesuai.


(25)

Tabel 5. Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg) Sesudah Program P-LDPM (2009-2013) di Kabupaten Simalungun

No. Harga (Rp/kg)

2009 2010 2011 2012 2013

1. Januari 4.450 4.400 7.450 7.707 8.619 2. Februari 5.100 5.900 7.500 7.707 8.611

3. Maret 5.800 6.100 7.630 7.707 8.250

4. April 5.300 5.850 7.400 8.000 8.125

5. Mei 5.850 6.100 7.200 8.250 8.500

6. Juni 5.800 6.300 7.630 8.450 8.475

7. Juli 5.850 6.300 7.700 8.000 8.480

8. Agustus 5.900 6.350 7.290 8.125 8.312 9. September 5.300 6.300 7.810 7.000 8.575 10. Oktober 5.500 6.350 8.170 7.500 8.400 11. November 5.000 6.600 8.120 8.000 8.425 12. Desember 4.800 7.450 8.170 8.125 8.992 Rata-rata 5.387,5 6.166,67 7.725 7.880,92 8.480,33

Growth Rate 14% 25% 2% 7%

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

S

Sumber; Hasil Olah Data Lampiran 1

Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Beras Sesudah Program P-LDPM (2009-2013) di Kabupaten Simalungun


(26)

Perkembangan harga beras dari tahun ke tahun sesudah program P-LDPM (2009-2014) juga cenderung mengalami kenaikan. Terlihat bahwa rata-rata harga beras naik dari tahun ke tahun. Kenaikan rata-rata harga beras pada tahun 2009-2010 sebesar 14%. Pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 25%. Pada tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 2%. Dan pada tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 7%. Sehingga rata-rata kenaikan harga beras di Kabupaten Simalungun pada tahun 2009-2013 sesudah program P-LDPM sebesar 12%.

Tabel 6. Stabilitas (%) Harga Beras Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun

Sebelum P-LDPM Sesudah P-LDPM

Tahun H.Aktual % Tahun H.Aktual %

2004 2.971,00 0,81 2009 5.387,50 8,88

2005 3.601,00 6,11 2010 6.166,67 11,21

2006 4.358,75 13,92 2011 7.725,00 4,14

2007 5400,00 8,60 2012 7.880,92 4,89

2008 5.575,00 1,99 2013 8.480,33 2,58

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan indikador stabilitas harga yaitu nilai dari koefisien variasi dinyatakan stabil jika berada dibawah dari angka 10%. Jadi dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa sebelum dan setelah adanya program P-LDPM harga beras di Kabupaten Simalungun stabil. Dilihat dari hasil % (persen) yang menunjukkan angka sebesar 0,81% pada tahun 2004, sebesar 6,11% pada tahun 2005, sebesar 13,92% pada tahun 2006, sebesar 8,60% pada tahun 2007, sebesar 1,99% pada tahun 2008, sebesar 8,88% pada tahun 2009, sebesar 11,21% pada tahun 2010, sebesar 4,14%


(27)

pada tahun 2011, sebesar 4,89% pada tahun 2012, dan 2,58% pada tahun 2013 berada dibawah 25%.

Sumber: Hasil Olah Data Lampiran 1

Gambar 5. Perkembangan Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun Tahun 2004-2013

Pada gambar 5 terlihat pada tahun 2006 memliki hasil CV paling tinggi yaitu 13,92% menunjukkan pada tahun 2006 mengalami instabilitas harga beras di Kabupaten Simalungun. Hal ini merupakan dampak tahun 2005 akhir yang mengalami inflasi akibat pengurangan jumlah subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) di Indonesia. Akibat pengurangan jumlah subsidi BBM menyebabkan harga BBM pada saat itu mengalami kenaikan sehingga harga bahan pokok termasuk beras mengalami kenaikan akibat biaya produksi yang meningkat. Berikut ini adalah selisih harga aktual dan HPP di Kabupaten Simalungun periode tahun 2004 – 2008 dan 2009 – 2013 yang disajikan pada Tabel 11 dan 12.


(28)

Tabel 7. Daftar Selisih Harga Aktual dan HPP Sebelum Program P-LDPM (2003-2008) di Kabupaten Simalungun

Tahun H. Aktual HPP Selisih %

2004 2.971,00 2.790 181,00 6

2005 3.601,00 3.550 51,00 1

2006 4.358,75 3.550 808,75 22

2007 5400,00 4.000 1.400,00 34

2008 5.575,00 4.600 975,00 21

Sumber; Hasil olah data lampiran 1 & 5

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dari tahun 2004-2008, rata-rata harga beras selalu berada di atas HPP. Pada tahun 2004, rata-rata-rata-rata harga beras adalah Rp 2.971/kg, sedangkan HPP pada tahun 2004 Rp 2.790/kg. Hal ini menunjukkan rata-rata harga beras pada tahun 2004 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya sebesar Rp 181/kg atau sebesar 8%.

Pada tahun 2005, rata-rata harga beras adalah Rp 3.601/kg, sedangkan HPP pada tahun 2005 Rp 3.550/kg. Hal ini menunjukkan rata-rata harga beras pada tahun 2005 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya yakni Rp 51/kg atau sebesar 2%.

Pada tahun 2006, rata-rata harga beras adalah Rp 4.358,75/kg. sedangkan HPP sebesar Rp 3.550/kg. Hal ini menunjukkan harga beras pada tahun 2006 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya sebesar Rp 808,75/kg atau sebesar 22%. Pada tahun 2007, harga rata rata beras adalah sebesar Rp 5.400/kg, sedangkan HPP pada tahun 2007 sebesar Rp 4.000/kg. Hal ini menunjukkan harga beras pada


(29)

tahun 2007 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya adalah sebesar Rp 1.400/kg atau sebesar 34%.

Dan pada tahun 2008, harga rata-rata beras adalah Rp 5.575/kg, sedangkan HPP pada tahun 2008 sebesar Rp 4.600/kg. Hal ini menujukkan bahwa harga beras di atas HPP. Selisih antara keduanya sebesar Rp 975/kg atau sebesar 21%.

Sedangkan perkembangan harga beras setelah program P-LDPM (2009-2013) di Kabupaten Simalungun disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Daftar Selisih Harga Aktual dan HPP Sesudah Program P-LDPM (2009-20013) di Kabupaten Simalungun

Tahun H. Aktual HPP Selisih %

2009 5.387,50 5.060 327,50 6

2010 6.166,67 5.060 1.106,67 21

2011 7.725,00 6.600 1.125,00 17

2012 7.880,92 6.600 1.280,92 19

2013 8.480,33 6.600 1.880,00 28

Sumber : Hasil olah data lampiran 1 & 5

Dari Tabel 8 terlihat bahwa secara umum dari tahun 2009-2013, rata-rata harga beras selalu berada di atas HPP. Pada tahun 2009, rata-rata harga beras adalah sebesar Rp 5.387,5/kg, sedangkan HPP sebesar Rp 5.060/kg. Hal ini menujukkan rata-rata harga beras pada tahun 2009 berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya sebesar Rp 327,5/kg atau sebesar 6%.

Pada tahun 2010, rata-rata harga beras adalah Rp 6.166,67/kg, sedangkan HPP pada tahun 2010 Rp 5.060/kg. Hal ini menunjukkan rata-rata harga beras berada


(30)

di atas HPP. Selisih harga keduanya yaitu sebesar Rp 1.106,67/kg atau sebesar 21%.

Pada tahun 2011, rata-rata harga beras adalah sebesar Rp 7.725/kg, sedangkan HPP pada tahun 2011 sebesar Rp 6.600/kg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata harga beras berada di atas HPP. Selisih harga antara keduanya yaitu sebesar Rp 1.125/kg atau sebesar 17%.

Pada tahun 2012, rata-rata harga beras sebesar Rp 7.880,92/kg, sedangkan HPP sebesar Rp 6.600/kg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata harga beras di atas harga HPP. Selisih antara keduanya yaitu Rp 1280,92/kg atau sebesar 19%.

Pada tahun 2013, rata-rata harga beras sebesar Rp 8.480,33/kg, sedangkan HPP sebesar Rp 6.600/kg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata harga beras berada di atas HPP. Selisih antara keduanya yaitu sebesar Rp 1.880/kg atau sebesar 28%. 5.3. Hasil Uji Perbedaan Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM

Tabel 9. Hasil Analisis Paired Sample Correlations Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum P-LDPM &

Sesudah P-LDPM 5 -,248 ,688

Sumber : Hasil olah data lampiran 1

Paired samples correlations yang diinterpretasikan bahwa korelasi (r) adalah

hubungan antar anggota pasangan dengan kriteria uji, jika Sig. > 0,05 maka tidak ada hubungan stabilitas harga beras antara sebelum P-LDPM dan sesudah P-LDPM atau jika Sig. < 0,05 maka ada hubungan stabilitas harga beras antara


(31)

sebelum P-LDPM dan sesudah P-LDPM. Dan dari Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai Sig. adalah 0,688 yang berarti bahwa tidak ada hubungan stabilitas harga beras antara sebelum P-LDPM dan sesudah P-LDPM di Kabupaten Simalungun. Jika r dikuadratkan maka menunjukkan pengaruh P-LDPM terhadap perubahan stabilitas harga beras. Terlihat bahwa pengaruh P-LDPM terhadap stabilitas harga beras adalah -,2482 = 0,061 (6,1%). Maka 6,1% merupakan perubahan stabilitas harga beras dikarenakan adanya P-LDPM dan sisanya 93,9% disebabkan faktor lain.

Tabel 10. Hasil Uji Paired Sample T Test Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

Paired Differences

Uraian Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

T df Sig. (2-tailed) Nilai Stabilitas

Sebelum dan Sesudah P-LDPM

,05400 7,08662 3,16923 -,017 4 ,987

Pada Tabel 10 hasil uji paired sample t test dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Sig. = 0,987 > 0,05 Maka , keputusan uji :

Dengan nilai Sig. 0,987 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jadi dengan tingkat signifikansi 0,987 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras sebelum dan sesudah Program P-LDPM pada tingkat kepercayaan 95%.


(32)

Seperti dilihat dari hasil analisis, Program P-LDPM cenderung belum mempengaruhi stabilitas harga beras secara nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Masih adanya kelompok-kelompok tertentu yang mempengaruhi harga beras di Kabupaten Simalungun, seperti masuknya investor dalam bisnis penggilingan padi dalam kapasitas yang cukup besar. Dimana mereka memberikan harga yang tidak relevan atau cenderung dengan harga upah yang tinggi.

2. Para petani belum bisa mengolah padi menjadi beras secara mandiri, hal ini dikarenakan fasilitas yang kurang mendukung, sehingga pada saat panen raya ketersediaan gabah yang melimpah membuat para pengusaha penggilingan padi membeli gabah dengan harga yang mereka tentukan.

Lubis (2012), dalam penelitiannya menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor- faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 serta menganalisis penerimaan petani peserta program P-LDPM yang berhasil dan petani peserta program P-LDPM yang tidak berhasil melaksanakan program menyatakan manfaat lain dari Program P-LDPM menyebutkan bahwa manfaat program ini adalah ‘bisa simpan pinjam gabah dan padi di gudang’ dengan presentase terbesar yaitu 33,3% dari sampel (24orang). Kemudian diikuti oleh ’membuka peluang bisnis dan pekerjaan’ sebanyak 19,4% atau 14 orang. Dan jawaban atas manfaat lain dari program ini yang paling rendah adalah pada jawaban ‘harga gabah lebih stabil’ dan ‘mempermudah distribusi dan jual beli gabah’ yaitu sebanyak masing-masing 2 sampel atau 2,8%.


(33)

Seperti halnya Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun yang dinilai cenderung lebih bermanfaat bagi Gapoktan itu sendiri dalam penguatan modal dan penguatan cadangan pangan. Meskipun demikian Program P-LDPM sudah cukup membantu dalam stabiliatas harga beras yang dilihat dari hasil perkembangan rata-rata harga beras yang lebih stabil dibandingkan sebelum Program P-LDPM dengan perbandingan presentase sebesar 17% sebelum P-LDPM dan menurun sebesar 12% sesudah Program P-LDPM.


(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sistem penyaluran dana P-LDPM di Kabupaten Simalungun memiliki tiga (3) tahap yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap mandiri. Untuk tahap penumbuhan masing-masing Gapoktan mendapat dana Bansos sebesar Rp. 150.000.000. Pada tahap penumbuhan pembagian fungsi dana bansos sudah dilakukan sesuai kebijakan dari pemerintah. Dana Bansos tahap pengembangan sebesar Rp. 75.000.000 per Gapoktan. Sedangkan tahap mandiri merupakan tahap dimana Gapoktan hanya menerima pembinaan. 2. Tidak ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras (%) di Kabupaten

Simalungun sebelum dan sesudah adanya Program P-LDPM. Dan sebelum dan sesudah adanya Program P-LDPM harga beras di Kabupaten Simalungun stabil.

6.2 Saran

1. Pemerintah diharapkan dapat meneruskan Program P-LDPM dengan menambah anggaran belanja P-LDPM untuk fasilitas, dimana anggaran dana untuk pembangunan gudang dirasa belum cukup sehingga diharapkan menambah anggaran untuk penyediaan mesin penggiling padi atau juga pengering padi dan memberikan pembinaan kepada petani yang belum tergabung untuk termotivasi menjadi peserta P-LDPM. Sehingga pemerintah dapat membantu meredam gejolak harga dengan tidak menekan harga dari petani.


(35)

2. Kepada Gapoktan penerima dana P-LDPM agar lebih memanfaatkan bantuan dari P-LDPM secara aplikatif dengan optimal dalam pemanfaatan dana bansos pada unit distribusi jual-beli cadangan pangan untuk mencapai tujuan dan manfaat pelaksanaan Program P-LDPM ini, sehingga dapat merasakan manfaat dari Program P-LDPM.

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan variabel pembanding lainnya seperti ketersediaan beras/ gabah dan jagung dilihat dari tujuan Program P-LDPM untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan Gapoktan.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks. Konsumen semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat, baik kuantitas maupun kualitas, aman, bergizi dan terjangkau sesuai daya beli masyarakat. Kekurangan pangan tidak hanya dapat menimbulkan dampak sosial, ekonomi, bahkan dapat mengancam keamanan sosial (Purnawijayanti, 2001).

Menurut PPRI No. 68 Tahun 2002, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 68/2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2)


(37)

tingkat wilayah adalah produksi pangan pada tingkat lokal. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana distribusi darat dan antar-pulau serta pemasaran pangan sangat penting untuk menunjang sistem distribusi yang efisien (Suryana, 2004).

Maleha (2004) berpendapat bahwa ada 2 variabel umum yang menentukan suatu daerah berada dalam kondisi memiliki ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan dan konsumsi pangan.

1. Ketersediaan Pangan

Menurut Suryana (2004), salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan pada tingkat wilayah adalah produksi pangan pada tingkat lokal. Bruntrup (2008) menambahkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana distribusi darat dan antarpulau serta pemasaran pangan sangat penting untuk menunjang sistem distribusi yang efisien. Distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh wilayah sampai pada tingkat rumah tangga dapat terjangkau kebutuhan pangannya dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau.

Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan berikut turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang (hierarchial


(38)

rumah tangga. Ketersediaan pangan dapat diukur baik pada tingkat makro maupun mikro (Baliwati dan Roosita, 2004).

2. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi. Konsumsi pangan bertindak sebagai penyedia energi bagi tubuh, pengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Menurut Sedioetama (1996), konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis.

• Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh.

• Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera

• Tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat

Pengembangan ketahanan pangan mempunyai perspektif pembangunan yang sangat mendasar karena berpengaruh langsung terhadap keberhasilan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditentukan oleh keberhasilan pemenuhan kecukupan dan konsumsi pangan dan gizi. Konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal. Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan


(39)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Penguatan LDPM

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan-LDPM dibiayai melalui APBN dengan mekanisme dana bantuan sosial (bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan (Badan Ketahanan Pangan , 2010).

Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan Gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2015 bertujuan:

1. Memberdayakan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan, antara lain dalam hal: a) sarana penyimpanan (gudang) sendiri, b) menyediakan dan mengelola cadangan pangan (gabah/beras) minimal bagi kebutuhan anggotanya di saat menghadapi musim paceklik, dan c) menjaga stabilisasi harga beli dari petani anggota untuk komoditas gabah, beras dan/atau jagung disaat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan;


(40)

2. Mengembangkan agribisnis melalui peningkatan usaha pembelian dan penjualan gabah, beras dan/atau jagung dan pangan strategis lainnya di luar masa panen gabah/beras/jagung; dan

3. Meningkatkan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan penyimpanan atau pengolahan atau pengemasan dan lain-lain (Anonimous, 2015).

Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (a) mendukung upaya petani memperoleh harga produksi yang lebih baik disaat panen raya; (b) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produksi pangan dan usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di tingkat petani; dan (c) memperkuat kemampuan Gapoktan dalam melakukan pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses pangan pada saat menghadapi paceklik kepada anggota petani yang tergabung dalam wadah Gapoktan (Badan Ketahanan Pangan, 2010).

Dengan memberdayakan Gapoktan, mereka mampu untuk: (a) meningkatkan kerja sama antar Gapoktan dengan unit-unit usaha yang dikelola dalam wadah Gapoktan; (b) menghimpun dan mengembangkan/memupuk dana yang dikelola oleh unit usaha/Gapoktan secara transparan, dengan aturan dan sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah dan mufakat oleh petani anggotanya; dan (c) meningkatkan keterampilan dalam hal: administrasi, pembukuan (pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran, keuangan), pemantauan secara partisipatif, pengawasan internal, dan bermitra serta bernegosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan


(41)

Strategi yang dilaksanakan pada program P-LDPM ini antara lain: (a) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit usaha distribusi/ pemasaran /pengolahan untuk memperkuat kemampuannya mendistribusikan/memasarkan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya baik di dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sehingga tercapai stabilisasi harga di tingkat petani; dan (b) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit pengelolaan cadangan pangan dalam mengelola cadangan pangan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan (Badan Ketahanan Pangan, 2010). Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahap penumbuhan, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa digunakan beberapa indikator kinerja, yaitu;

A . Indikator Masukan (Input)

1. Dana Bansos Tahun Anggaran 2010 sebagai tambahan modal bagi Gapoktan. 2. Terseleksinya pendamping tahun 2009 dan tahun 2010 yang siap

melanjutkan pembinaan terhadap Gapoktan di Wilayahnya

3. Terseleksinya Gapoktan hasil Penumbuhan tahun 2009 yang siap untuk menerima dana tambahan Bansos

B. Indikator Keberhasilan (Outcome)

1. Tersedianya cadangan pangan (gabah/beras) di gudang milik Gapoktan


(42)

3. Meningkatnya modal usaha lebih besar dari dana bansos yang telah diterima. C. Indikator Manfaat (Benefit)

1. Dana terseleksi untuk membeli gabah/beras/jagung minimal dari hasil produksi petani anggotanya.

2. Minimal petani gabah/ beras/ jagung anggota Gapoktan terseleksi memperoleh harga gabah/beras serendah-rendahnya sesuai HPP dan HRD untuk jagung terutama saat panen raya.

3. Minimal anggota Gapoktan dapat memperoleh akses pangan dengan mudah pada saat musim paceklik.

4. Kemampuan manajemen Gapoktan dan unit-unit usahanya semakin baik, transparan dan akuntabel bansos dari pemerintah dimanfaatkan dengan baik oleh Gapoktan.

D. Indikator Dampak (Impact)

1. Terwujudnya stabilitas harga gabah/ beras dan jagung di wilayah Gapoktan. 2. Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani.

3. Meningkatnya ekonomi pedesaan yang bersumber dari komoditas pangan. 4. Meningkatnya pendapatan petani padi dan jagung yang berada di wilayah

Gapoktan.

2.2.2. Pengertian Program

Menurut Jones (1996), program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut.


(43)

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara lain adalah:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu 3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui 4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan.

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksananya. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan. Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang bisa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.


(44)

Nasution (2002) menyebutkan bahwa kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkatn aturan, prosedur, norma prilaku individual dan sangat penting artinya sebagai pengembangan pertanian.

Menurut Sumarti, dkk (2008), kelembagaan dapat dibagi kedalam 2 kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, lembaga tradisional atau lokal. Kelembagaan merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung” bagi kelangsungan komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai- nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas. Keberadaan lembaga dipedesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan “energi sosial” yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut,maka lembaga dipedesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani atau gapoktan.

Menurut Sesbany (2007) Kelembagaan mempunyai titik strategis (entry point) dslam menggerakkan system agribisnis pedesaan. Untuk itu segala sumber daya yang ada dipedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.


(45)

Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya akses petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha. Pada prinsipnya lembaga gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian (Syahyuti, 2007).

Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumber daya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilan output ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi ouput tersebut (Prihartanto, 2009).

2.2.4. Stabilisasi Harga

Menurut Daniel (2002) harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah mengenai yang satu ini, tetapi sampai saat ini tetap saja harga merupakan masalah, malah lebih berkembang lagi menjadi masalah nomor wahid bagi petani. Kebijaksanaan mengenai harga biasanya merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian. Dasar penetapan harga adalah hubungan antara input dengan


(46)

Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi normal. Dan koefisien variasi (CV) adalah salah satu ukuran yang paling sederhana yang dapat dipergunakan untuk melihat instabilitas. Dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

cv = koefisien variasi (%) StDev = standard deviasi Mean = rata-rata

Dan untuk mempermudah dalam membacanya kemudian dikalikan100 (dalam persen, dimana cv semakin kecil semakin stabil)

Dimana :


(47)

2.3. Penelitian Terdahulu

Syarief (2007) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP) Di Kabupaten Lampung Tengah” memaparkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas Program DPM-LUEP adalah pendidikan formal, masa kerja SDM pengelola LUEP, sarana, jaringan pasar, produksi GKP mitra LUEP dan kualitas GKP mitra LUEP. Selain itu juga dianalisis bagaimana efektivitas program DPM- LUEP di Kabupaten Lampung Tengah. Kesimpulan yang diperoleh, rata-rata efektivitas Program DPM-LUEP berklasifikasi efektif pada ketepatan lokasi ketepatan waktu dan jumlah dana yang dikembalikan,volume pembelian gabah, jumlah petani dan pemanfaatan dana,kurang efektif pada harga GKP dan tidak efektif pada ketepatan waktu pembelian gabah. Hal ini menunjukkan bahwa Program DPM-LUEP belum berjalan sesuai tujuan.

Ashari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis dan Kinerja Program bahwa DPM-LUEP belum berhasil/belum efektif dalam mengamankan Harga Pembelian Pemerintah. Selain itu juga dianalisis mengenai detil kinerja DPM-LUEP dan dampak DPM-LUEP terhadap pembentukan harga di tingkat wilayah. Kesimpulan yang diambil DPM-LUEP telah menunjukkan kinerja yang cukup baik serta mendapat respon positif dari petani, pemilik LUEP dan pemerintah daerah. Nilai Rasio Dampak Manfaat DPM menunjukkan kinerja dalam pemanfaatan dana tersebut cukup berhasil.


(48)

Lubis (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai” memaparkan bahwa hasil analisis menunjukkan dari 6 (enam) gapoktan peserta Program P-LDPM, hanya 3 yang masuk dalam kategori berhasil. Faktor yang secara signifikan berhubungan dengan keberhasilan program adalah tingkat pendidikan petani peserta dan dua faktor lainnya yang dianalisis (umur dan pendidikan non formal) menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak ada hubungan yang signifikan terhadap keberhasilan Program P-LDPM. Tidak ada perbedaan penerimaan (harga) yang signifikan antara petani gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani gapoktan yang tidak berhasil melaksanakan program P-LDPM.


(49)

2.4.Kerangka Pemikiran Penelitian

Pada saat ini petani dihadapkan oleh beberapa permasalahan yang dihadapi pada saat produksi beras yaitu pada kondisi panen raya yang menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya pada periode tertentu seperti musim paceklik yang menyebabkan ketersediaan beras menjadi terbatas sehingga harga jual gabah melambung tinggi. Fluktuasi harga ini yang cenderung petani mengalami kerugian.

Untuk menghadapi permasalahan tersebut pemerintah membuat program yaitu P-LDPM. P-LDPM adalah salah satu program pemerintah dibidang pertanian yang dibentuk sejak tahun 2009 yang bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani. Program ini cukup mudah untuk dijalankan oleh petani- petani terutama petani-petani yang bernaung di bawah Gapoktan.

Dengan adanya program P-LDPM diharapkan bisa memeberikan pengaruh positif dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Melalaui bansos yang diberikan kepada Gapoktan melalui penguatan modal usaha untuk mendukung aktivitas dalam pembangunan sarana penyimpanan dan penyediaan dana dalam kegiatan pemasaran. Sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap petani dalam menjaga ketersediaan komoditi beras dan menciptakan stabilitas harga beras.


(50)

Sebelum Program P-LDPM

Sesudah Program P-LDPM

Keterangan :

= Menyatakan hubungan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 2.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras sebelum dan sesudah adanya Petani

Produksi

Harga Jual

Program

Bansos

Gapoktan

Stabilitas Harga


(51)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunan. Sehingga penyediaan pangan yang cukup, merata dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan suatu prioritas yang terpenting guna mewujudkan ketersedian pangan. Dan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga tetap memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Sekitar 80% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokoknya dan sekitar 25 juta rumah tangga petani memperoleh pendapatan dari usahatani padi. Pada keadaan tersebut gejolak harga beras akan berdampak terhadap usahatani padi, kesejahteraan petani dan para konsumen beras terutama yang berasal dari ekonomi miskin (Sunanda, 2008).

Pola produksi tahunan komoditas gabah/beras di daerah sentra produksi menunjukkan produksi gabah/beras pada saat panen raya selalu melimpah sedangkan permintaan akan gabah/beras bulanan relatif stabil. Hal ini menyebabkan harga gabah/beras menjadi turun. Sebaliknya pada saat tidak terjadi panen (paceklik), produksi gabah/beras lebih sedikit sehingga lebih rendah dari kebutuhan gabah/beras. Akibatnya harga akan melonjak naik dan tidak terjangkau, yang terjadi saat petani justru tidak memiliki persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa harga gabah/beras berfluktuasi menurut musim.


(52)

Di Sumatera Utara harga beras berfluktuatif, untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Harga Beras pada Tingkat Pedagang di Sumatera Utara Pada Bulan Agustus, September, dan Oktober Tahun 2015

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, 2015

Dari Tabel 1 dijelaskan bahwa harga rata-rata beras di Sumatera Utara dari Bulan Agustus - Oktober tahun 2015 mengalami penurunan. Harga rata-rata beras di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat pedagang pada bulan Agustus 2015 adalah sebesar Rp 9.990/kg menurun menjadi Rp 9.869/kg di bulan September 2015 hingga mencapai Rp 9.669/kg pada bulan Oktober 2015.

Dalam penstabilan harga beras baik pada musim panen dan paceklik, pemerintah mengadakan program HPP (Harga Pembelian Pemerintah) yang dimulai pada tahun 2002. Demi tercapainya tujuan tersebut maka dilahirkanlah kebijaksanaan harga terendah atau harga dasar untuk padi dan gabah, dan harga tertinggi untuk

No. Kabupaten/Kota Harga Beras (Rp/kg)

Agustus September Oktober

1 Langkat 9.588 9.187 9.342

2 Deli Serdang 9.000 9.600 9.563

3 Serdang Bedagai 9.667 9.534 9.375

4 Simalungun 9.533 9.778 9.425

5 Karo 11.000 10.800 10.625

6 Asahan 10.375 9.750 9.500

7 Labuhan Batu 8.000 7.600 7.250

8 Tapanuli Utara 10.000 10.000 10.000

9 Toba Samosir 10.500 10.050 9.656

10 Tapanuli Tengah 13.000 13.200 12.875

11 Pematang Siantar 9.425 9.400 9.325

12 Samosir 10.500 10.500 10.075

13 Humbang Hasundutan 9.275 8.980 8.700

14 Mandailing Natal 10.000 9.800 9.667


(53)

beras dalam negeri, yang terutama dilaksanakan dalam musim panen dan di daerah-daerah produksi. Hasil pembelian dalam negeri ini merupakan sebagian dari beras yang dikuasai Pemerintah untuk mengadakan penyaluran kepada masyarakat.

Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan

keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasokan pangan; (3) pengelolaan cadangan

pangan.

Untuk mengatasi rendahnya harga gabah petani terutama saat panen raya, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian melaksanakan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM). Program ini memberikan bantuan modal untuk petani yang tergabung dalam wadah gapoktan dengan mekanisme bantuan soial (bansos). Program ini menitikberatkan pada peningkatan kapasitas Gapoktan dalam mengelola kegiatan distribusi agar menerima harga yang optimal dan memupuk cadangan pangan bagi Gapoktan (BKP Sumut, 2015).

Program P-LDPM ini sendiri merupakan program pengganti Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP) yang sejak tahun 2009 dihentikan oleh pemerintah. Program DPM-LUEP ini dihentikan karena dinilai memberatkan petani karena dana yang disalurkan dalam program ini berupa pinjaman. Selain itu untuk mendapatkan bantuan ini petani harus memiliki


(54)

efektif karena di akhir tahun anggaran dana sudah harus di kembalikan ke rekening Negara (APBN) (BKP Sumut, 2015).

Tujuan kegiatan Program P-LDPM adalah: (1) Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan pangan masyarakat dalam mengembangkan usaha pemasaran hasil pertanian yang mencakup pembelian, penyimpanan, pengolahan dan penjualan dalam rangka stabilitas harga pangan (gabah/jagung) sesuai potensi masing-masing daerah; (2) Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai kelembagaan distribusi pangan masyarakat dalam mengembangkan unit usaha cadangan pangan (gabah) untuk memenuhi kebutuhan anggotanya terutama dalam menghadapi masa paceklik; (3) Meningkatkan kemampuan unit usaha hasil distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran milik gapoktan dalam mengembangkan jejaring distribusi dengan mitra di luar wilayahnya (BKP Sumut,2015).

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentra produksi padi di Sumatera Utara dan merupakan salah satu Kabupaten yang memperoleh dana bantuan sosial Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM). Terdapat 5 (lima) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang menerima dana bantuan sosial Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Simalungun. Program Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Simalungun telah dilaksanakan sejak tahun 2009 atau telah berjalan kurang lebih selama 7 tahun.


(55)

Tabel 2. Data Gapoktan P-LDPM Provinsi Sumatera Utara 2009-2015 No.

Kabupaten

Gapoktan Jlh.

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Langkat 9 1 2 2 2 1 - 17

2. Deli Serdang 3 1 1 2 2 1 2 12

3. Serdang Bedagai

6 1 1 1 1 1 2 13

4. Batubara 2 1 1 1 - - - 5

5. Asahan 2 1 1 1 - - 1 6

6. Labuhan Batu 2 1 1 - - - - 4

7. Simalungun 3 - - 1 - - 1 5

8. Toba Samosir 4 1 1 1 - - - 7

9. Tapanuli Utara 3 1 - 1 - - - 5

10. Humbang Hasundutan

3 1 1 1 - - - 6

11. Tapanuli Selatan

3 - 1 1 - - - 5

12. Mandailing Natal

4 1 1 2 - 1 1 10

13. Tapanuli Tengah

- - 1 - - - - 1

14. Labuhan Batu Utara

- - 1 1 - 1 - 3

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, 2015

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras” dalam rangka pencapaian ketahanan pangan di Kabupaten Simalungun.


(56)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka berikut ini diidentifikasikan beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penyaluran dana Program Penguatan Lembaga Disribusi

Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Simalungun ?

2. Bagaimana dampak Program Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Simalungun sebelum dan sesudah adanya Program P-LDPM ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penyaluran dana Program Penguatan Lembaga Disribusi

Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Simalungun.

2. Untuk menganalisis dampak Program Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Simalungun sebelum dan sesudah adanya Program P-LDPM.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi yang terkait terutama untuk Badan Ketahanan Pangan (BKP) untuk menyusun program yang akan dibuat selanjutnya.

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk melakukan penelitian.

3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(57)

ABSTRAK

RIZKY DINA ANGGRIANI (120304119) dengan judul skripsi “Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun”. Studi kasus di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbiing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. M.M, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 bertujuan yang pertama untuk mengetahui penyaluran dana Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun dan tujuan kedua untuk menganalisa dampak Program P-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Simalungun sebelum dan sesudah pengucuran dana P-LDPM. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Jenis data yang digunakan bersifat data runtut waktu (time series) dari tahun 2004-2013. Metode analisis data menggunakan analisis dekriptif dan dengan metode uji beda rata-rata berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian yang pertama adalah sistem penyaluran dana P-LDPM memiliki tiga (3) tahap yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap mandiri. Untuk tahap penumbuhan masing-masing Gapoktan mendapat dana Bansos sebesar Rp. 150.000.000. Dana Bansos tahap pengembangan sebesar Rp. 75.000.000 per Gapoktan. Sedangkan tahap tahap mandiri merupakan tahap dimana Gapoktan hanya menerima pembinaan. Dan yang kedua Tidak ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras (%) di Kabupaten Simalungun sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM. Keadaan sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM harga beras di Kabupaten Simalungun stabil. Denga hasil Sig. 0,987 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.


(58)

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)

TERHADAP STABILITAS HARGA BERAS

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH :

RIZKY DINA ANGGRIANI 120304119

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(59)

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)

TERHADAP STABILITAS HARGA BERAS

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH :

RIZKY DINA ANGGRIANI 120304119

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(60)

(61)

(62)

ABSTRAK

RIZKY DINA ANGGRIANI (120304119) dengan judul skripsi “Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun”. Studi kasus di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbiing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. M.M, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 bertujuan yang pertama untuk mengetahui penyaluran dana Program P-LDPM di Kabupaten Simalungun dan tujuan kedua untuk menganalisa dampak Program P-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Simalungun sebelum dan sesudah pengucuran dana P-LDPM. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Jenis data yang digunakan bersifat data runtut waktu (time series) dari tahun 2004-2013. Metode analisis data menggunakan analisis dekriptif dan dengan metode uji beda rata-rata berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian yang pertama adalah sistem penyaluran dana P-LDPM memiliki tiga (3) tahap yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap mandiri. Untuk tahap penumbuhan masing-masing Gapoktan mendapat dana Bansos sebesar Rp. 150.000.000. Dana Bansos tahap pengembangan sebesar Rp. 75.000.000 per Gapoktan. Sedangkan tahap tahap mandiri merupakan tahap dimana Gapoktan hanya menerima pembinaan. Dan yang kedua Tidak ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras (%) di Kabupaten Simalungun sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM. Keadaan sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM harga beras di Kabupaten Simalungun stabil. Denga hasil Sig. 0,987 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.


(63)

RIWAYAT HIDUP

Rizky Dina Anggriani, lahir di Medan pada tanggal 4 Mei 1994, sebagai anak ke-2 dari Bapak Saiful Fitri dan Ibu Rina Ariesyani.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1999 masuk Taman Kanak-kanak IBA Palembang lulus tahun 2000. 2. Tahun 2000 masuk SD Harapan 3 Medan lulus tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk SMP Harapan 3 Medan lulus tahun 2009. 4. Tahun 2009 masuk SMA PUSRI Palembang lulus tahun 2012.

5. Tahun 2012 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah :

1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Limag, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus tahun 2015.

2. Melaksanakan penelitian skripsi pada tahun 2016 di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.


(64)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Saiful Fitri dan Ibunda Rina Ariesyani juga kepada saudara kandung mba Ica dan adik saya Hafidh yang selalu memberi dukungan, perhatian, serta materi dalam melakukan kegiatan apapun yang bersifat positif dari awal penulis masuk pendidikan formal sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan skretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta Ibu Sri Fajar Ayu, S.P, M.M, DBA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memebimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(65)

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, SP, M.Si selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang baik kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.

6. Seluruh instansi yang terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Para sahabat yang memberikan penulis motivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini Imeilda, Della, Dibha, Imami, Shella, Ridho, Raihan, Elsa, Iid dan Novita. Teman sesama dosen pembimbing, teman-teman PKL dan teman-teman Agribisnis 2, serta seluruh angkatan 2012 Program Studi Agribisnis ataupun teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dari skripsi ini, maka dari itu penulis akan menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2016


(66)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Penguatan LDPM ... 10

2.2.2. Pengertian Program ... 13

2.2.3. Kelembagaan ... 15

2.2.4. Stabilisasi Harga... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 18

2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20

2.5. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 24

3.5.1 Definisi Operasional... 24

3.5.2. Batasan Operasional ... 25

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 26


(67)

4.4. Pemerintahan ... 27

4.5. Penduduk... 27

4.6. Tenaga Kerja ... 28

4.7. Tanaman Bahan Makanan... 28

4.8. Pengeluaran dan Konsumsi ... 29

4.9. Pendapatan Regional ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penyaluran Dana P-LDPM ... 30

5.2. Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(1)

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, SP, M.Si selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang baik kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.

6. Seluruh instansi yang terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Para sahabat yang memberikan penulis motivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini Imeilda, Della, Dibha, Imami, Shella, Ridho, Raihan, Elsa, Iid dan Novita. Teman sesama dosen pembimbing, teman-teman PKL dan teman-teman Agribisnis 2, serta seluruh angkatan 2012 Program Studi Agribisnis ataupun teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dari skripsi ini, maka dari itu penulis akan menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2016


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Penguatan LDPM ... 10

2.2.2. Pengertian Program ... 13

2.2.3. Kelembagaan ... 15

2.2.4. Stabilisasi Harga... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 18

2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20

2.5. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 24

3.5.1 Definisi Operasional... 24

3.5.2. Batasan Operasional ... 25

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 26

4.2. Geografis ... 26

4.3. Iklim ... 27


(3)

4.4. Pemerintahan ... 27

4.5. Penduduk... 27

4.6. Tenaga Kerja ... 28

4.7. Tanaman Bahan Makanan... 28

4.8. Pengeluaran dan Konsumsi ... 29

4.9. Pendapatan Regional ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penyaluran Dana P-LDPM ... 30

5.2. Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal.

1. Harga Beras di Sumatera Utara Pada Bulan Agustus, September,

dan Oktober Tahun 2015 ... 2 2. Data Gapoktan P-LDPM Provinsi Sumatera Utara 2009-2015 ... 5 3. Jumlah Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan P-LDPM

Tahun 2009-2015 di Kabupaten Simalungun. ... 34 4. Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg) Sebelum Program P-LDPM

(2004-2008) di Kabupaten Simalungun ... 37 5. Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg) Sesudah Program P-LDPM

(2009-2013) di Kabupaten Simalungun ... 40 6. Stabilitas (%) Harga Beras Sebelum dan Sesudah Proram P-LDPM

di Kabupaten Simalungun ... 41 7. Daftar Selisih Harga Aktual dan HPP Sebelum Program P-LDPM

(2003-2008) di Kabupaten Simalungun ... 43 8. Daftar Selisih Harga Aktual dan HPP Sesudah Program P-LDPM

(2009-2013) di Kabupaten Simalungun ... 44 9. Hasil Analisis Paired Sample Correlations ... 45 10. Hasil Uji Paired Sample T Test Sebelum dan Sesudah Program

P-LDPM Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun ... 46


(5)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Keterangan Hal.

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21 2. Skematis Saluran P-LDPM ... 33 3. Grafik Perkembangan Harga Beras Sebelum Program P-LDPM

(2004-2008) di Kabupaten Simalungun. ... 40 4. Grafik Perkembangan Harga Beras Sesudah Program P-LDPM

(2009-2013) di Kabupaten Simalungun ... 35 5. Grafik Perkembangan Stabilitas Harga Beras di Kabupaten


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Lampiran

1. Data Harga Beras (IR-64) di Kabupaten Simalungun Tahun

2004-2013 ... 1 2. Data HPP ( Harga Pembelian Pemerintah ) Beras IR-64 di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2004-2013 ... 2 3. Grafik Perkembangan Rata-Rata Harga Beras di Kabupaten

Simalungun Tahun 2004-2013 ... 3 4. Hasil Analisis Uji Beda Paired Sample T Test ... 4


Dokumen yang terkait

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

5 18 103

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 15

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 1

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 7

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 13

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 1

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 6

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 15

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 2

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 4