BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sistem penyaluran dana P-LDPM di Kabupaten Simalungun memiliki tiga 3
tahap yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap mandiri. Untuk tahap penumbuhan masing-masing Gapoktan mendapat dana Bansos
sebesar Rp. 150.000.000. Pada tahap penumbuhan pembagian fungsi dana bansos sudah dilakukan sesuai kebijakan dari pemerintah. Dana Bansos tahap
pengembangan sebesar Rp. 75.000.000 per Gapoktan. Sedangkan tahap mandiri merupakan tahap dimana Gapoktan hanya menerima pembinaan.
2. Tidak ada perbedaan yang nyata stabilitas harga beras di Kabupaten
Simalungun sebelum dan sesudah adanya Program P-LDPM. Dan sebelum dan sesudah adanya Program P-LDPM harga beras di Kabupaten Simalungun
stabil.
6.2 Saran
1. Pemerintah diharapkan dapat meneruskan Program P-LDPM dengan
menambah anggaran belanja P-LDPM untuk fasilitas, dimana anggaran dana untuk pembangunan gudang dirasa belum cukup sehingga diharapkan
menambah anggaran untuk penyediaan mesin penggiling padi atau juga pengering padi dan memberikan pembinaan kepada petani yang belum
tergabung untuk termotivasi menjadi peserta P-LDPM. Sehingga pemerintah dapat membantu meredam gejolak harga dengan tidak menekan harga dari
petani.
Universitas Sumatera Utara
2. Kepada Gapoktan penerima dana P-LDPM agar lebih memanfaatkan bantuan
dari P-LDPM secara aplikatif dengan optimal dalam pemanfaatan dana bansos pada unit distribusi jual-beli cadangan pangan untuk mencapai tujuan dan
manfaat pelaksanaan Program P-LDPM ini, sehingga dapat merasakan manfaat dari Program P-LDPM.
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan variabel
pembanding lainnya seperti ketersediaan beras gabah dan jagung dilihat dari tujuan Program P-LDPM untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan
Gapoktan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan
dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks. Konsumen semakin sadar
bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan
tubuh. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat, baik kuantitas maupun kualitas, aman, bergizi dan terjangkau sesuai daya beli
masyarakat. Kekurangan pangan tidak hanya dapat menimbulkan dampak sosial,
ekonomi, bahkan dapat mengancam keamanan sosial Purnawijayanti, 2001.
Menurut
PPRI No. 68 Tahun 2002, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan
bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 682002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya
pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk,
dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: 1 produksi dalam negeri; 2
pemasokan pangan; 3 pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan pada
Universitas Sumatera Utara
tingkat wilayah adalah produksi pangan pada tingkat lokal. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana distribusi darat dan antar-pulau serta pemasaran
pangan sangat penting untuk menunjang sistem distribusi yang efisien Suryana, 2004.
Maleha 2004 berpendapat bahwa ada 2 variabel umum yang menentukan suatu daerah berada dalam kondisi memiliki ketahanan pangan, yaitu ketersediaan
pangan dan konsumsi pangan.
1. Ketersediaan Pangan
Menurut Suryana 2004, salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan pada tingkat
wilayah adalah produksi pangan pada tingkat lokal. Bruntrup 2008 menambahkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana distribusi darat dan
antarpulau serta pemasaran pangan sangat penting untuk menunjang sistem distribusi yang efisien. Distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk
menjamin agar seluruh wilayah sampai pada tingkat rumah tangga dapat terjangkau kebutuhan pangannya dalam jumlah dan kualitas yang cukup
sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup
makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan berikut turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu.
Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang hierarchial systems mulai dari nasional, propinsi regional, lokal KabupatenKota dan
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga. Ketersediaan pangan dapat diukur baik pada tingkat makro maupun mikro Baliwati dan Roosita, 2004.
2. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi. Konsumsi pangan bertindak sebagai penyedia energi bagi tubuh, pengatur proses
metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Menurut Sedioetama 1996, konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan,
secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan
sosiologis.
•
Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan rasa lapar atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh.
•
Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera
•
Tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat
Pengembangan ketahanan pangan mempunyai perspektif pembangunan yang sangat
mendasar karena
berpengaruh langsung terhadap
keberhasilan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditentukan oleh
keberhasilan pemenuhan kecukupan dan konsumsi pangan dan gizi. Konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat
agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal. Konsumsi pangan hendaknya
memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Penguatan LDPM
Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat P-LDPM adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya distribusipemasaran dan cadangan pangan dalam usaha memupuk cadangan
pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan-LDPM dibiayai melalui APBN
dengan mekanisme dana bantuan sosial bansos yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan Badan Ketahanan Pangan , 2010.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan Gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan mendistribusikanmemasarkan hasil produksinya dapat
menyebabkan ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik.
Kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2015 bertujuan: 1.
Memberdayakan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan
pangan, antara lain dalam hal: a sarana penyimpanan gudang sendiri, b menyediakan dan mengelola cadangan pangan gabahberas minimal bagi
kebutuhan anggotanya di saat menghadapi musim paceklik, dan c menjaga stabilisasi harga beli dari petani anggota untuk komoditas gabah, beras
danatau jagung disaat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan;
Universitas Sumatera Utara
2. Mengembangkan agribisnis melalui peningkatan usaha pembelian dan
penjualan gabah, beras danatau jagung dan pangan strategis lainnya di luar masa panen gabahberasjagung; dan
3. Meningkatkan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan
penyimpanan atau pengolahan atau pengemasan dan lain-lain Anonimous, 2015.
Kebijakan tersebut diarahkan untuk: a mendukung upaya petani memperoleh harga produksi yang lebih baik disaat panen raya; b meningkatkan kemampuan
petani memperoleh nilai tambah produksi pangan dan usahanya melalui kegiatan pengolahanpengepakanpemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di
tingkat petani; dan c memperkuat kemampuan Gapoktan dalam melakukan pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses pangan pada
saat menghadapi paceklik kepada anggota petani yang tergabung dalam wadah Gapoktan Badan Ketahanan Pangan, 2010.
Dengan memberdayakan Gapoktan, mereka mampu untuk: a meningkatkan kerja sama antar Gapoktan dengan unit-unit usaha yang dikelola dalam wadah
Gapoktan; b menghimpun dan mengembangkanmemupuk dana yang dikelola oleh unit usahaGapoktan secara transparan, dengan aturan dan sanksi yang
dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah dan mufakat oleh petani anggotanya; dan c meningkatkan keterampilan dalam hal: administrasi,
pembukuan pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran,
keuangan, pemantauan secara partisipatif, pengawasan internal, dan bermitra serta
bernegosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya Badan Ketahanan Pangan ,2010.
Universitas Sumatera Utara
Strategi yang dilaksanakan pada program P-LDPM ini antara lain: a memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit usaha distribusi pemasaran
pengolahan untuk memperkuat kemampuannya mendistribusikanmemasarkan gabahberasjagung dari petani anggotanya. Hal ini dilaksanakan dengan
melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya baik di dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sehingga tercapai
stabilisasi harga di tingkat petani; dan b memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit pengelolaan cadangan pangan dalam mengelola cadangan
pangan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pengadaan gabahberas danatau jagung danatau pangan pokok lokal spesifik lainnya sehingga mudah diakses
dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan Badan Ketahanan Pangan, 2010. Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahap penumbuhan, Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa digunakan beberapa indikator kinerja, yaitu;
A . Indikator Masukan Input 1.
Dana Bansos Tahun Anggaran 2010 sebagai tambahan modal bagi Gapoktan. 2.
Terseleksinya pendamping tahun 2009 dan tahun 2010 yang siap melanjutkan pembinaan terhadap Gapoktan di Wilayahnya
3. Terseleksinya Gapoktan hasil Penumbuhan tahun 2009 yang siap untuk
menerima dana tambahan Bansos B. Indikator Keberhasilan Outcome
1. Tersedianya cadangan pangan gabahberas di gudang milik Gapoktan
2. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabahberas danataujagung di
unit usaha DistribusiPemasaranPengolahan minimal 2 kali putaran
Universitas Sumatera Utara
3. Meningkatnya modal usaha lebih besar dari dana bansos yang telah diterima.
C. Indikator Manfaat Benefit 1.
Dana terseleksi untuk membeli gabahberasjagung minimal dari hasil produksi petani anggotanya.
2. Minimal petani gabah beras jagung anggota Gapoktan terseleksi
memperoleh harga gabahberas serendah-rendahnya sesuai HPP dan HRD untuk jagung terutama saat panen raya.
3. Minimal anggota Gapoktan dapat memperoleh akses pangan dengan mudah
pada saat musim paceklik. 4.
Kemampuan manajemen Gapoktan dan unit-unit usahanya semakin baik, transparan dan akuntabel bansos dari pemerintah dimanfaatkan dengan baik
oleh Gapoktan. D. Indikator Dampak Impact
1. Terwujudnya stabilitas harga gabah beras dan jagung di wilayah Gapoktan.
2. Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani.
3. Meningkatnya ekonomi pedesaan yang bersumber dari komoditas pangan.
4. Meningkatnya pendapatan petani padi dan jagung yang berada di wilayah
Gapoktan.
2.2.2. Pengertian Program
Menurut Jones 1996, program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang
antara lain adalah: 1. Adanya tujuan yang ingin dicapai
2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu 3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui
4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan. 5. Adanya strategi dalam pelaksanaan
Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan
manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.
Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksananya. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik
itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan. Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak
ukur yang bisa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah
tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.
2.2.3. Kelembagaan
Universitas Sumatera Utara
Nasution 2002 menyebutkan bahwa kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkatn
aturan, prosedur, norma prilaku individual dan sangat penting artinya sebagai pengembangan pertanian.
Menurut Sumarti, dkk 2008, kelembagaan dapat dibagi kedalam 2 kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-
lain. Kedua, lembaga tradisional atau lokal. Kelembagaan merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri yang sering
memberikan “asuransi terselubung” bagi kelangsungan komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai- nilai, kebiasaan-kebiasaan dan
cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas. Keberadaan lembaga dipedesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan “energi sosial” yang
merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut,maka lembaga dipedesaan yang saat
ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani atau gapoktan.
Menurut Sesbany 2007 Kelembagaan mempunyai titik strategis entry point dslam menggerakkan system agribisnis pedesaan. Untuk itu segala sumber daya
yang ada dipedesaan perlu diarahkandiprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani kelompok tani. Penguatan posisi tawar
petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat bersaing dalam melaksanakan
kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya
akses petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha. Pada prinsipnya lembaga gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun
diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian Syahyuti, 2007.
Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumber daya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya
peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang
hubungan antar pemilik input dalam menghasilan output ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi ouput tersebut Prihartanto, 2009.
2.2.4. Stabilisasi Harga
Menurut Daniel 2002 harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah mengenai yang
satu ini, tetapi sampai saat ini tetap saja harga merupakan masalah, malah lebih berkembang lagi menjadi masalah nomor wahid bagi petani. Kebijaksanaan
mengenai harga biasanya merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat yang diberi wewenang untuk itu.
Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian. Dasar penetapan harga adalah hubungan antara input dengan
output dalam proses suatu komoditas.
Universitas Sumatera Utara
Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 dari kondisi normal. Dan koefisien variasi CV adalah salah satu ukuran
yang paling sederhana yang dapat dipergunakan untuk melihat instabilitas. Dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : cv
= koefisien variasi StDev = standard deviasi
Mean = rata-rata Dan untuk mempermudah dalam membacanya kemudian dikalikan100 dalam
persen, dimana cv semakin kecil semakin stabil Dimana :
Sedangkan;
Universitas Sumatera Utara
2.3. Penelitian Terdahulu