21 terkena rheumatoid artritis yaitu pada usia yang sangat produktif 15 – 49 tahun
50,0,kemudian disusul pada kategori produktif yaitu 50 – 64 tahun 13,0 dan yang paling sedikit terdiagnosis rheumatoid artritis usia 65 tahun 6,5. Jenis kelamin laki-laki
diperoleh 14 pasien rheumatoid artritis, pasien terbanyak pada usia produktif 50 – 64 tahun 19,6, kemudian disusul pada usia 15 - 49 tahun 6,5.Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang pernah dilakukan di salah satu Rumah Sakit di kota Bandar Lampung periode Juli 2012 – Juni 2013 pasien rheumatoid artritis paling banyak berjenis kelamin
perempuan 69,1, dengan usia pasien sangat produktif 15 - 49 tahun yaitu 38 pasien 55,9.Studi rheumatoid artritis dinegara Amerika Latin dan Afrika menunjukkan angka
kejadian pada perempuan lebih besar dari pada laki-laki dengan rasio 6–8:1 Longo, 2012. Sedangkan menurut Suarjana, 2009 prevalensi rheumatoid artritis di Indonesia lebih banyak
ditemukan pada pasien perempuan dibandingkan dengan laki-laki rasionya 3:1dan dapat terjadi pada semua kelompok usia. Produksi hormon estrogen pada perempuandapat memicu
sistem imun dimana penyakit rheumatoid artritis ini merupakan penyakit kelainan autoimun, sehingga pasien perempuan lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki. Hal ini dipengaruhi
populasi perempuan saat ini lebih banyak dibandingkan laki-laki, faktor aktifitas dan gaya hidup sehari-hari juga mempengaruhi kejadian suatu penyakit pada semua kelompok usia
Jelantik, 2014.
4.2 Persentase Penggunaan Jenis Obat Antiinflamasi Berdasarkan Generik dan Non Generik
Berdasarkan penelitian penggunaan obat AINS yang dilakukan pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. Persentase jumlah
penggunaan obat berdasarkan penggolongan obat generik dan non generik dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 4.2 Karakteristik RA pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam
Malik Medan berdasarkan penggunaan obat generik dan non generik.
No Jenis
Jumlah Persentase
1 Obat Generik
41 85,4
2 Obat Non Generik
7 14,6
Total 48
100
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh penggunaan jenis obat generik sangat tinggi yaitu 41 85,4 dan obat non generik 7 14,6 , regulasi mengenai obat generik
merupakan peraturan menteriberpacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No HK.02.02Menkes06812010 tentang kewajiban menggunakan obat generik difasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah. Peraturan pemerintah ini bertujuan untuk mencapai pemerataan pelayanan kesehatan bagisemua masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan lebih banyak menggunakan obat generik dari pada menggunakan obat non generik,
hal ini dikarenakan Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang harus mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan yang mengharuskan
penggunaan obat generik.
4.3 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Berdasarkan Bentuk Sediaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
berdasarkan bentuk sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3
Karakteristik obat antiinflamasi pada rheumatoid artritis berdasarkan bentuk sediaan
Bentuk sediaan Jumlah
Cara pemberian Persentase
Tablet 48
Oral 100
Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukan bentuk sediaan yang digunakan dalam resep rheumatoid artritis pasien rawat jalan adalah tablet sebanyak 48 100. Pada
Universitas Sumatera Utara
23 umumnya penggunaan obat secara oral lebih banyak digunakan, karena penggunaan obat
melalui oral paling menyenangkan dan penggunaannya mudah juga aman Anief, 2004.
4.4 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Rheumatoid Artritis Berdasarkan Klasifikasi Obat AINS
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat antiinflamasi pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
berdasarkan klasifikasi obat AINS dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Karakteristik Rheumatoid Artritis Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Umum Pusat H.Adam Malik Medan Berdasarkan Klasifikasi Obat AINS
Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukan penggunaan obat yang paling banyak pada managemen awal pasien RA dalam penelitian ini adalah meloxicam golongan
COX-2 24 obat 50,0 , natrium diklofenakgolongan COX-2 dengan jumlah 18 obat 37,5 , asam mefenamat 3 obat 6,3 , ibuprofen 2 obat 4,2 dan obat aspirin
golongan Cox non selektif yang paling sedikit diresepkan hanya 1 obat 2,1 saja. AINS dikelompokan berdasarkan selektifitas hambatannya yaitu COX-1 dan COX-2, COX-1
terdapat diberbagai jaringan tubuh seperti produksi mukus dilambung dan sebaliknya COX-2 merupakan enzim inducible yang umumnya tidak terpantau dikebanyakan jaringan tetapi
akan meningkat pada keadaan inflamasi Lelo, 2005 . Golongan AINS atau inhibitor COX-2 untuk mengurangi nyeri sendi dan inflamasi serta memperbaiki fungsi sendi ACR,
2002.Meloxicam merupakan suatu senyawa terbaru dari golongan AINS turunan oksikam fenolat yang memiliki khasiat yang spesifik menghambat enzim siklooksigenase yang
menyebabkan terjadinya inflamasi COX-2. Meloxicam paling banyak diresepkan karena
No Golongan Obat
Nama Obat Jumlah
Persentase
1
AINS Cox-Non Selektif
Aspirin 1
2,1 Ibuprofen
2 4,2
Asam mefenamat 3
6,3 2
AINS Cox-2 Preferensial
Meloksikan 24
50,0 Na Diklofenak
18 37,5
Total 48
100
Universitas Sumatera Utara
24 terbukti lebih menghambat COX 2 dari pada COX 1 khususnya pada dosis rendah dan
meloxicam menyebabkan lebih sedikit gejala dan komplikasi pada saluran cerna sehingga memperoleh manfaat yang maksimal tanpa efek samping atau dengan efek samping yang
seminimal mungkin Suarjana, 2009.
3.5 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Rheumatoid Artritis Berdasarkan Lama Pemberian Obatnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat antiinflamasi pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
berdasarkan lama pemberian obat dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Karakteristik Rheumatoid Artritis Berdasarkan Lama Pemberian Obat Rawat
Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
Nama Obat Golongan Obat
Lama Pemberian
Jumlah Persentase
Aspirin Golongan Salisil
3 hari 1
2,1 Natrium
Diklofenak Golongan
As.arilalkanoat asetat
3 hari 7
14,6 7 hari
6 12,5
14 hari 5
10,4 Ibuprofen
Golongan Profen 3 hari
2 4,2
Asam Mefenamat
Golongan Asam Mefenamat
3 hari 3
6,3 Meloxicam
Golongan Oksikam
7 hari 7
14,6 14 hari
12 25,0
30 hari 5
10,4
Total 48
100
Berdasarkan hasil data yang diperoleh lama pemberian obat pada manajemen awal rheumatoid artritis pada penelitian ini bervariasi yaitu pada meloxicam 30 hari 10,4, 14
hari 25,0, 7 hari 14,6. Na. Diklofenak 14 hari 10,4, 7 hari 12,5 sampai 3 hari 14,6. Aspirin 3 hari 2,1, asam mefenamat 3 hari 6,3, ibuprofen 3 hari 4,2.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Lampung juga menunjukan hasil penggunaan obat meloxicam paling lama diberikan dari golongan
AINS.Pengobatan rheumatoid artritis merupakan pengobatan jangka panjang sehingga pola pengobatan yang tepat dan terkontrol sangat dibutuhkan.Pola pengobatan yang efektif
Universitas Sumatera Utara
25 dapatmeningkatkan kualitas hidup pasien. Biasanya obat AINS sangat dipengaruhi oleh
distribusinya ke cairan sinovium dimana fungsinya akan meningkat pada fase inflamasi. Konsentrasi meloxicam kecairan sinoviumdiplasma pada inflamasi akut lebih besar
dibandingkan tanpa inflamasiLapicque,dkk., 2000.
4.6 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Rheumatoid Artritis Berdasarkan Dosis Obatnya