Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
AUDIT DELAY
Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Heru Setiawan NIM: 109082000167
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Heru Setiawan
No. Induk Mahasiswa : 109082000167
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2013 Yang Menyatakan,
(6)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Heru Setiawan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 13 Juni 1990
3. Alamat : Jl Sukabakti 3 No. 10 Rt 03/10 Tangerang-Banten 15118
4. Telepon : 085694006633
5. Email : herusetiawan.1990@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. SD N 1 Tangerang Tahun 1996-2002
2. SMP N 2 Tangerang Tahun 2002-2005
3. SMA Yuppentek 1 Tangerang Tahun 2005-2008
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. OSIS SMA Yuppentek 1 Tangerang sebagai anggota divisi (2005-2006) 2. Paskibra SMA Yuppentek 1 Tangerang sebagai anggota (2005-2006) 3. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai anggota
kemahasiswaan (2010-2012)
4. Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi sebagai Ketua Umum (2012-2013)
(7)
vii IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Afrizon
2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 21 April 1959
3. Ibu : Marwilis
4. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 25 Juli 1967
5. Alamat : JL Sukabakti 3 No 10 Rt 03/10
Sukasari - Tangerang, 15118 6. Anak ke/dari : 2 dari 5 bersaudara
(8)
viii
INFLUENCE OF FIRM SIZE, AUDITOR’S REPUTATION, AUDITOR’S OPINION, PROFITABILITY, AND SOLVABILITY
TO AUDIT DELAY ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of firm size, auditor’s reputation, auditor’s opinion, profitability, and solvability toward audit delay in financial companies that listed on Indonesia Stock Exchange during 2009-2011.
Sampling method that used is judgment sampling and the result are 49 firms as sample. The data used are secondary data, namely the financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011. To prove the hypothesis, performed regression testing the assumptions of panel file test begins. Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 95 percent. Partial testing results show that there are four of the five factors that influence to audit delay, firm size, reputation auditor’s, profitability, and solvability. Auditor’s opinion not influence to audit delay. Keyword: Audit Delay, Firm Size, Auditor’s Reputation, Auditor’s Opinion,
(9)
ix
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS
TERHADAP AUDIT DELAY ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah judgment sampling dan diperoleh sampel sebanyak 49 perusahaan. Data yang dipakai merupakan data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Guna membuktikan hipotesis, dilakukan pengujian regresi berganda dengan diawali dengan regresi data panel.
Pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 95 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa ada 4 dari 5 faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, yaitu ukuran perusahaan, reputasi auditor, profitabilitas, dan solvabilitas. Opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Kata kunci: Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayahanda Afrizon dan Ibunda Marwilis tercinta yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Rini SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bantuan dan saran dari bapak demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dr. Rini SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas ilmu yang telah ibu berikan selama ini. 7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang ibu berikan selama selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
(11)
xi
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Keluarga besarku abang Waldi Rahmatulah, adik Afina Zahrah, Ari Affandi, dan Almarhumah Anggun Amalia Putri yang telah memberikan nasihat dan menjadi semangat bagi penulis.
10. Teman-teman Akuntansi 2009, terima kasih selama empat tahun perjuangan bersama kita di kampus demi menempuh gelar sarjana.
11. Teman-teman Akuntansi E 2009, terutama Fadlun, Diogi, Dito, Syarif, Fandi, Ridho, Vicky, Desi, Melina, Meita, Ryan, Asad, dan Fauzi atas dukungan dan do’a kepada penulis.
12. Teman-teman di HMJ Akuntansi, terutama Abdul Harits, Bashir, Ummi, Nunung, dan Ririn yang telah bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga selama di kampus. Kalian luar biasa.
13. Adik-adik Akuntansi angkatan 2010-2012, terutama Tyas, Vania, Inayah, Caesar, Revan dan Galih yang telah menemani penulis dan memberikan semangat kepada penulis.
14. Sahabat organisasiku David, Ryan, Bianca, Risty, Putri, Izzah, Yudi, Wika dan seluruh sahabat-sahabatku yang telah berjuang dalam susah dan senang dalam menjalankan proses sebagai mahasiswa organisatoris di kampus. 15. Sahabat seperjuangan Randi, Adriansyah, Matuy, Erick, dan Galih terima
kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2013
(12)
xii DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... viii
Abstrak ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ...xii
Daftar Tabel ... .. xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... ...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...12
A. Tinjauan Literatur ...12
1. Laporan Keuangan ...12
(13)
xiii
3. Audit ... ...23
4. Audit Delay ... ...29
5. Ukuran Perusahaan ...30
6. Reputasi Auditor ...32
7. Opini Audit ...33
8. Profitabilitas ...37
9. Solvabilitas ...39
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ...40
C. Penelitian Terdahulu ...46
D. Kerangka Pemikiran ...53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...54
A. Ruang Lingkup Penelitian ...54
B. Metode Penentuan Sampel ...55
C. Metode Pengumpulan Data ...56
D. Metode Analisis Data ...56
1. Statistik Deskriptif ...56
2. Analisis Regresi Data Panel ...57
3. Estimasi Model Regresi Data Panel ...60
4. Pengujian Signifikansi Data Panel ...63
5. Pemilihan Estimator dengan Struktur Varians Covarians Residual ... ...65
6. Pengujian Asumsi ...67
(14)
xiv
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...72
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...78
A. Analisis Deskriptif ...78
B. Hasil Uji Instrumen penelitian ...79
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...79
2. Hasil Uji Analisis Inferensia ...84
C. Pembahasan Hasil Hipotesis ... .89
BAB V PENUTUP ...94
A. Kesimpulan ...94
B. Implikasi ...96
Daftar Pustaka ... 97
(15)
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan ` Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 47
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 76
4.1 Statistik Deskriptif Data Audit Delay ... 79
4.2 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Audit Delay ... 80
4.3 Statistik Deskriptif Data Ukuran Perusahaan ... 80
4.4 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Ukuran Perusahaan ... 81
4.5 Distribusi Kategori Reputasi Auditor ... 81
4.6 Distribusi Kategori Opini audit ... 82
4.7 Statistik Deskriptif Data Profitabilitas ... 82
4.8 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Profitabilitas ... 83
4.9 Statistik Deskriptif Data Solvabilitas ... 83
4.10 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Solvabilitas ... 84
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Penelitian ... 100
2 Hasil Regresi ... 104
3 Skema Pemilihan Model Terbaik ... 106
4 Hasil Pengujian Pemilihan Model Terbaik ... 107
5 Hasil Model Terbaik ... 108
(18)
ϭ BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia usaha di Indonesia menyebabkan perusahaan-perusahaan besar membutuhkan sumber pendanaan dari luar.
Salah satu sumber tersebut adalah penerbitan saham kepada masyarakat luas, yang disebut dengan go public. Perusahaan go public wajib menerbitkan laporan keuangan pada setiap akhir periode akuntansi sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat, khususnya investor dan calon investor.
Informasi keuangan yang nantinya akan dijadikan instrumen untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
merupakan tujuan utama dari perusahaan go public dalam hal pelaporan keuangan (financial reporting). Agar tujuan tersebut terpenuhi, informasi yang disajikan harus relevan, wajar, dan didukung dengan pengungkapan yang memadai.
Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008) Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat
bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu. Nilai dari ketepatan waktu
(19)
Ϯ pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut.
Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2005) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang sebaliknya. Keterlambatan pelaporan secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.
Relevan merupakan salah satu faktor kualitatif yang utama dari laporan keuangan. Salah satu syarat agar informasi akuntansi dikatakan relevan adalah ketepatan waktu (timeliness). Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu. Apabila terjadi penundaan pelaporan, maka dapat mempengaruhi stakeholders dalam membuat keputusan maupun prediksi.
Menurut Owusu-Ansah (2000) dalam Aryati dan Maria (2005), agar
laporan keuangan lebih bermanfaat selain harus tepat waktu pelaporannya kepada publik, laporan keuangan juga harus diaudit oleh akuntan publik. Lamanya waktu penyelesaian audit akan mempengaruhi ketepatwaktuan publikasi informasi laporan keuangan auditan, disamping faktor spesifik perusahaan itu sendiri.
Dalam Generally Accepted Auditing Standard (GAAS), khususnya standar umum ketiga, dinyatakan bahwa auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan keuangan (SPAP:SA Seksi 230.1). Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan auditor merencanakan pekerjaan secara memadai dan
(20)
ϯ mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya (SPAP:SA Seksi 311.1), dan standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit (SPAP:SA Seksi 326.1). Standar tersebut memungkinkan akuntan publik untuk melakukan penundaan publikasi laporan audit atau laporan keuangan auditan, sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan
publik yang terdaftar (go public) atau emiten yang efeknya tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam periode tertentu setelah berakhirnya tahun buku.
Di Indonesia sejak 31 Juli 2006 BAPEPAM-LK semakin memperketat
peraturan dengan dikeluarkannya surat keputusan ketua BAPEPAM-LK,
Nomor: Kep-06/BL/2006 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai
dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM paling lambat dalam waktu 90 hari atau akhir bulan ketiga setelah tahun buku berakhir.
Laporan keuangan auditan adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan. Hal ini dibutuhkan guna mengetahui posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan perubahan posisi keuangan. Penyusunan laporan keuangan harus sesuai
(21)
ϰ dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, persyaratan ini mengacu pada pasal 69 UU Pasar Modal, peraturan nomor VIII.G.7 dan PSAK nomor 8.
Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), sebanyak 50 emiten telat melaporkan laporan keuangan dan
diantaranya merupakan perusahaan keuangan di Indonesia. Laporan keuangan yang terlambat dilaporkan tersebut mencakup laporan realisasi penggunaan dana, laporan keuangan tengah tahunan, laporan tahunan, dan laporan hasil pemeringkatan efek. Atas keterlambatan itu, total denda yang langsung disetorkan ke kas negara senilai mencapai Rp 1 miliar (BAPEPAM, 2006).
Pada 2012, tercatat 54 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan tahunan buku tahun 2011. Sementara pada 2011 tercatat 62 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan 2010, sedangkan pada 2010 tercatat ada sebanyak 68 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan 2009. Beberapa pelanggaran emiten terkait pelanggaran laporan keuangan antara lain keterlambatan penyampaian, komponen laporan keuangan tidak lengkap, terlambat menyampaikan rencana melakukan audit atau penelaahan terbatas atas laporan keuangan (Idris, 2012). Keterlambatan penyampaian laporan keuangan bisa disebabkan oleh banyak hal diantaranya proses tutup buku dan proses audit yang berlangsung lama.
Berdasarkan pantauan BEI, hingga 28 Juni 2013 terdapat tujuh perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan audit per 31 Desember 2012 dan atau belum melakukan pembayaran denda atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan (Bambang, 2013).
(22)
ϱ Tujuh perusahaan itu adalah:
1. PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN) 2. PT Davomas Abadi Tbk (DAVO)
3. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA)
4. PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) 5. PT Steady Safe Tbk (SAFE)
6. PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB) 7. PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA).
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengenakan sanksi keterlambatan kepada emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil audit berupa denda sebesar Rp 1.000.000 per hari dihitung sejak tanggal jatuh tempo yaitu pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Denda maksimal yang dikenakan untuk emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil audit adalah Rp 500.000.000, ketentuan ini diatur sesuai dengan UU R.I No.8/1995 Bab XIV pasal 102 dan diperjelas dalam PP.No.45/1995 Bab XII pasal 63.
Menurut Lawrence dan Bryan (1998) dalam Rustiana (2007) mendefinisikan Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Sedangkan Menurut Ashton et al. (1987) dalam penelitian Kartika (2009), Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit dikeluarkan.
(23)
ϲ Perusahaan keuangan merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi utama menyalurkan dana dari yang berlebih kepada mereka yang kekurangan dana. Adapun jenis-jenis perusahaan keuangan diantaranya Bank Komersial
(Commercial Banks), Perusahaan asuransi, Perusahaan sekuritas dan bank investasi, Perusahaan Pembiayaan (Finance Companies), dan Reksa dana (Mutual Funds). Sistem keuangan telah menciptakan cara alternatif dan tidak langsung kepada investor (pemberi dana) untuk menyalurkan dana kepada pengguna dana. Ini merupakan transfer dana tidak langsung (indirect transfer) dana kepada pengguna dana melalui perusahaan keuangan. Perusahaan keuangan mengurangi biaya monitoring, resiko likuiditas, dan resiko harga yang dihadapi penyumbang dana dibandingkan ketika mereka berinvestasi secara langsung pada klaim keuangan (Sitorus, 2008).
Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Kartika (2009) mengenai ukuran perusahaan, perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan Soo (1996) dalam penelitian Utami (2006) mengenai reputasi auditor, menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk
(24)
ϳ menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya.
Opini Audit dikemukakan oleh Asthon et al. (1987) dalam Sulthoni (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang diberikan qualified opinion cenderung memiliki audit delay yang lebih panjang, karena secara logika dapat dikatakan bahwa auditor membutuhkan waktu dan usaha untuk mencari prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit. Pendapat unqualified opinion umumnya diberikan kepada perusahaan yang terdaftar di BEI guna menunjang pelaporan hasil kinerja perusahaan.
Profitabilitas merupakan kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
Solvabilitas merupakan kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang terjadi di perusahaan selama satu periode. Solvabilitas yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengauditan ekuitas, khususnya apabila memiliki banyak jumlah debt holder.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, rata-rata audit delay
dari tahun ke tahun mengalami tenggang waktu yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Subekti (2005) rata-rata audit delay tahun 2001 adalah 98,38 hari.
(25)
ϴ Audit delay dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran perusahaan, jenis perusahaan, opini audit, tingkat profitabilitas, dan ukuran auditor (Kantor Akuntan Publik). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima faktor tersebut berpengaruh terhadap audit delay.
Menurut Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan timeliness. Variabel yang
digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, keberadaan divisi internal auditor, dan ukuran KAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh terhadap audit delay adalah ukuran perusahan sedangkan variabel profitabilitas, keberadaan divisi internal auditor dan ukuran KAP tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rustiana (2007) tentang pengaruh ukuran perusahaan, debt to total asset, hubungan pengumuman laba/rugi, opini audit, dan ukuran KAP terhadap perbedaan audit delay pada perusahaan
-perusahaan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan hubungan pengumuman laba/rugi berpengaruh terhadap perbedaan audit delay. Sedangkan debt to total asset, opini audit, dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap perbedan audit delay.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit delay. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu menggunakan tahun penelitian yaitu pada tahun 2009-2011
(26)
ϵ penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda yaitu perusahaan
-perusahaan keuangan yang berada di Bursa Efek Indonesia sedangkan penelitian sebelumnya lebih banyak mengemukakan penelitian pada perusahaan manufaktur, dan pembahasan audit delay menarik dibahas karena pada era modern saat ini dengan umumnya penggunaan teknologi dalam pelaksanaan audit apakah masih terdapat delay dalam audit serta peran dari perusahaan keuangan yang memiliki peranan penting bagi seluruh aspek yang berkepentingan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang secara konsisten mempengaruhi audit delay dan mengingat
akan pentingnya ketepatan waktu dan penyelesaian penyajian laporan keuangan audit oleh auditor independen maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit
delay?
2. Apakah reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit
delay?
(27)
ϭϬ
4. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay? 5. Apakah solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay? 6. Apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabiltas, dan
solvabilitas secara simultan berpengaruh terhadap audit delay? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay. 2. Pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay. 3. Pengaruh opini audit terhadap audit delay. 4. Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay. 5. Pengaruh solvabilitas terhadap audit delay.
6. Pengaruh secara signifikan ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini
audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi dan akademis, yaitu:
1. Bagi profesi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Membantu upaya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan,
reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas yang mempengaruhi audit delay. Sehingga audit delay dapat ditekan seminimal
(28)
ϭϭ mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan waktu atau mempercepat penerbitan laporan keuangan kepada publik.
2. Bagi BAPEPAM-LK dan BEI
Memberikan informasi bagi BAPEPAM-LK tentang lamanya audit delay
perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BAPEPAM-LK dan BEI dalam upaya mengefektifkan serta membuat
regulasi baru di masa mendatang yang nantinya akan mempengaruhi proses audit delay perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI.
Dengan demikian, kepercayaan pihak internal (manajemen) dan eksternal (investor dan masyarakat) yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan juga akan meningkat.
3. Bagi perusahaan keuangan di Indonesia
Memicu perusahaan untuk lebih mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay sehingga dapat menyajikan laporan keuangan secara tepat waktu karena perusahaan keuangan cenderung lebih ketat diawasi oleh para investor dan institusi lain.
4. Mahasiswa jurusan akuntansi
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi :
1) Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu
penyajian data keuangan termasuk catatan yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/ atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Menurut Apriyono (2008), definisi laporan keuangan adalah
ringkasan dari proses akuntansi selama tahun buku yang bersangkutan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut.
(30)
3) Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (2004) adalah
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah :
“Laporan keuangan yang menyediakan informasi menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar
pengguna laporan”. (IAI, 2012)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun waktu setahun.
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
(31)
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas manajemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Laporan keuangan terdiri dari:
1) Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva, liabilitas, dan ekuitas dari entitas tersebut (IAI, 2012). Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari kreditor dan mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva. Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity) merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2) akuntansi laba
(32)
yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya perusahaan.
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan atas total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain (IAI, 2012). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang berisi informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dalam kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut (IAI, 2012). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
(33)
keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Ainun Na’im (1988) tujuan umum laporan keuangan adalah: 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3) Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku bersangkutan.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba adalah adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit, dan lainnya.
(34)
2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon
investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan,
klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
selama satu periode.
5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan untuk
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya.
7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi
dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.
(35)
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
c. Karakteristik Laporan Keuangan
Laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta
pendapat pribadi. Oleh sebab itu, di dalam penyusunannya laporan keuangan memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: 2012) adalah:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
(36)
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2) Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan.
3) Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
(37)
2. Teori Agensi
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan
agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ma’ruf menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan
tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya
dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Scott (1997) dalam Wendy (2010), aplikasi agency theory
dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
(38)
aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan
agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.
Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010) teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Pihak agen termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak prinsipal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.
Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak prinsipal tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa
agent bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
(39)
memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi.
Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan prinsipal akan menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal, nilai uang yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut residual loss Jensen dan Meckling (1976) dalam Wendy (2010). Adanya asimetri informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnyakepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.
Menurut Ali (2007) dalam Wendy (2010) mengatakan bahwa manajer yang telah diberi wewenang untuk mengelola perusahaan bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan prinsipal dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas kinerja manajer tersebut, kompensasi manajemen diberikan sesuai dengan kontrak yang yang telah disepakati. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Inti dari Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.
(40)
3. Audit
a. Definisi Audit
Definisi audit menurut Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2010) menjelaskan bahwa pengertian auditing adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan pengertian audit menurut Mulyadi (2002):
“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataan
-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.”
Auditing menurut Agoes (2004) adalah :
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat
(41)
Berdasarkan definisi dari auditing tersebut, dapat diuraikan 7 elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit, yaitu:
1) Proses yang sistematis.
Dalam pelaksanaannya auditing dilakukan berdasarkan proses-proses rangkaian dan prosedur yang bersifat terstruktur,
terorganisir, dan logis sesuai dengan ketentuannya. 2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif.
Pelaksanaan audit dilakukan dengan menghimpun bukti
-bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat individu atau
entitas. Auditor kemudian melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti
yang diperoleh tersebut. Dalam penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti auditor harus bersikap objektif dalam pengungkapan
fakta secara apa adanya, tidak memihak, dan tidak berprasangka buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi tersebut.
3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Asersi merupakan pernyataan secara keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. Jadi, asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang.
(42)
4) Menentukan tingkat kesesuaian.
Tingkat kesesuaian tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk kualitatif contohnya kewajaran laporan keuangan. Penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau
sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
5) Kriteria yang ditentukan.
Kriteria dapat berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum atau standar akuntasi keuangan, dan anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen. Kriteria yang ditentukan merupakan standar
-standar pengukur untuk mempertimbangkan (judgment)
representasi-representasi atau asersi-asersi.
6) Menyampaikan hasil-hasilnya.
Hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan
kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi dari hasil audit dapat memperkuat atau memperlemah kredibilitas atau pernyataan yang dibuat.
(43)
7) Para pemakai yang berkepentingan.
Para pemakai yang berkepentingan dari hasil audit diantaranya, investor maupun calon investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.
b. Jenis-Jenis Audit
Terdapat tiga jenis audit yang dikemukan oleh Boynton (2006) diantaranya sebagai berikut:
1) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan
entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat menurunkan risiko investor dan kreditor dalam membuat berbagai keputusan investasi dengan tidak menggunakan informasi yang bermutu rendah.
2) Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan
keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Laporan audit
(44)
kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan temuan atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut.
3) Audit Operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas
kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
c. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Arens et al. (2010) terdapat beberapa jenis auditor yang berpraktik sekarang ini, diantaranya: Auditor Independen (Akuntan Publik), Auditor Pemerintah, dan Auditor Internal (Internal Auditor).
1) Auditor Independen.
Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP), bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditeenya. Independen sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, objektif pada permasalahan yang timbul, dan tidak memihak pada kepentingan manapun.
Perangkat yang harus dipatuhi oleh Auditor Independen adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Kode Etik Akuntan Publik, dan Quality Control. Auditor Independen
(45)
memiliki hubungan profesional dengan manajemen perusahaan, dewan komisaris dan komite audit, internal auditor dan pemegang saham dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu melakukan audit atas laporan keuangan suatu organisasi.
2) Auditor Pemerintah.
Auditor pemerintah berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan dan keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Auditor pemerintah memiliki
fungsi melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi
atau perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah. 3) Auditor Internal.
Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi atau perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana opersasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
(46)
Tugas dari auditor internal sangat beragam, tergantung pada tugas-tugas yang dibebankan oleh perusahaan kepada auditor.
Tugas auditor internal dapat berupa audit ketaatan, audit operasional, evaluasi sistem komputer, dan termasuk bidang di luar akuntansi.
Berdasarkan jenis-jenis auditor tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa semua instansi pemerintah maupun perusahaan swasta membutuhkan peran auditor untuk mengevaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan bersifat operasionalisasi serta materialitas agar sesuai dengan kebijakan dan standar yang berlaku.
4. Audit Delay
Audit delay mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu akan menyebabkan informasi kehilangan nilainya di dalam mempengaruhi kualitas keputusan.
Beberapa pengertian mengenai audit delay atau ketepatwaktuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
Menurut Subekti (2005) bahwa perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang
(47)
dilakukan oleh auditor. Perbedaan inilah yang sering dinamai dengan audit delay.
Menurut Utami (2006) Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen. Aryati dan Maria (2005) mendefinisikan audit delay adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tercantum pada laporan audit independen.
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar,
(48)
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Menurut Rochimawati (2008) ukuran perusahaan adalah suatu ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan, total asset, log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan, dan nilai buku perusahaan. Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki perusahaan sebagai ukuran perusahaan.
Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva suatu perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor,
pengawas modal dan pemerintah.
Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
(49)
dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Public demand akan informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberlangsungan usaha dari perusahaan tersebut. Semakin bagus ukuran perusahaan akan diproksikan dengan semakin tinggi total assets yang dimiliki oleh suatu entitas, akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menggunakan jasa KAP the big four.
6. Reputasi Auditor
Hasil penelitian Ashton et al. Schwartz dan Soo (dalam Utami, 2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Beberapa penelitian membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar memiliki insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga mereka memiliki resiko terancam (exposed) oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak akurat dan keliru. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat
(50)
waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya.
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik
non the big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:
1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja.
4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP
Osman Bing Satrio.
Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki reputasi yang lebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia (KAP non
-big four). Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP the big four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebut dalam memberikan jasa audit.
6. Opini Audit
Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah
(51)
penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan
hasil dari laporan keuangan auditan.
Opini audit yang diberikan auditor melalui beberapa tahap audit yang dilakukan dapat memberikan beberapa simpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan yang diauditnya. Dengan demikian, auditor di dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi, 2002) yaitu:
a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini:
1) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan
untuk menyusun laporan keuangan.
2) Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
(52)
b) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa
penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language) Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun
laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas. Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa penjelas (Arens, 1995):
1) Adanya ketidakpastian yang material.
2) Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
c) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
4) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
(53)
d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan.
e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah:
1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan
(54)
keuangan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit.
Jadi, Opini audit merupakan ukuran atas pendapat yang diberikan oleh auditor terhadap hasil laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan. Semakin memperoleh pendapat unqualified opinion perusahaan tersebut dipandang semakin baik.
7. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Supranoto, 1990). Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan. Profitabilitas merupakan
suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber dana perusahaan.
(55)
Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang diperoleh dengan persamaan berikut:
ROA = � �
Keterangan :
Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas Laba Bersih : Jumlah laba bersih perusahaan
Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
(56)
8. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas (Kasmir, 2008).
Supranoto (1990) dalam Prayogi (2009) mengemukakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset
(TDTA) yang membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang) dengan jumlah aktiva (total asset). Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi maka pendanaan dengan utang semakin banyak sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah maka semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2008). Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:
(57)
Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008), menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio total debt to total assets (TDTA) terhadap Audit Delay untuk perusahaan sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal.
Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan demikian solvabilitas yang di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Interaksi antara ukuran perusahaan dengan audit delay
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian Subekti (2005) terhadap 72 sampel yang diteliti, menyatakan bahwa ukuran perusahaan dengan indikator total assets
berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay. Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya terhadap 50 perusahaan go public yang
(58)
terdaftar di BEJ, menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay.
Rachmawati (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Terkait dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan, ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:
H1: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2. Interaksi antara reputasi auditor dengan audit delay
Kualitas auditan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan go public. Oleh karena itu, underwritter yang memiliki reputasi tinggi, menginginkan emiten yang dijaminnya, memakai auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula. Auditor yang memiliki reputasi tinggi, akan menggunakan auditor yang memiliki reputasi, keduanya akan mengurangi underpricing.
Subekti (2005) menunjukkan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the big four
membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya.
(59)
Menurut Utami (2006) bahwa reputasi auditor berpengaruh secara simultan terhadap audit delay. Di samping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasinya. Selain itu, KAP besar memiliki jumlah auditor yang banyak dan mereka sering mendapatkan pelatihan.
H2: Reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay.
3. Interaksi antara opini audit dengan audit delay
Pada umumnya opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) merupakan opini yang tidak diharapkan oleh semua manajemen.
Semakin tidak baik opini yang diterima oleh perusahaan maka semakin lama laporan keuangan auditan dipublikasikan. Laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat waktu mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan yang ada.
Menurut Subekti (2005) dalam penelitiannya mengenai faktor
-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia, menyimpulkan bahwa opini audit secara signifikan memiliki pengaruh terhadap proses audit delay. Utami (2006) berpendapat bahwa opini audit memiliki pengaruh secara simultan terhadap audit delay.
(60)
Subekti (2005) berpendapat bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion. Hal ini dikarenakan proses pemberian pendapat selain unqualified opinion tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit, sedangkan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion
merupakan suatu berita yang baik bagi perusahaan. Perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion akan melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Opini audit yang baik (unqualified opinion) harus mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan.
H3: Opini audit berpengaruh terhadap audit delay.
4. Interaksi antara profitabilitas dengan audit delay
Untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan dilihat dari EBIT (laba bersih sesudah pajak). Perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat profitabilitas yang rendah, maka akan membawa reaksi negatif terhadap pasar dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaannya. Sedangkan, perusahaan yang mengumumkan laba yang tinggi akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja perusahaannya. Sedangkan, perusahaan yang mengumumkan laba yang tinggi akan berdampak positif terhadap penilaian pihak lain atas kinerja perusahaannya.
(61)
Rachmawati (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap audit delay. Kartika (2009) pun mengungkapkan penelitiannya bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay.
Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja menejerial perusahaan dalam setahun. Serta berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan pasar terhadap pengumuman tersebut.
H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
5. Interaksi antara solvabilitas dengan audit delay
Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio
adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit utang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dalam hal ini perusahaan akan mengurangi resiko dengan mengundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam laporan auditnya. Ini memberikan tanda ke pasar bahwa perusahaan dalam tingkat resiko yang tinggi.
(62)
Dalam beberapa penelitian solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Supranoto (1990:198) mengemukakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar. Sedangkan menurut Prayogi (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.
H5: Solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
6. Interaksi antara ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan sovabilitas terhadap audit delay
Menurut Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya terhadap 50 perusahaan go public yang terdaftar di BEJ, menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Subekti (2005) menunjukkan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the big four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya.
(63)
Utami (2006) berpendapat bahwa opini audit memiliki pengaruh secara simultan terhadap audit delay. Rachmawati (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap audit delay. Utami (2006) dalam penelitiannya mengemukakan solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:
H6: ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap audit delay.
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai audit delay dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut telah banyak memberikan masukan
serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk menganalisis faktor-faktor yang
dapat memperlambat audit delay. Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian
(1)
Lampiran 4. Hasil pengujian pemilihan model terbaik
1)
Uji Chao (uji signifikansi model fixed effects)
Redundant Fixed Effects TestsPool: HERU
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 9.524621 (48,93) 0.0000 Cross-section Chi-square 261.314441 48 0.0000
H0 :
�
1 =
�
2 =
⋯
=
�
(Model common effect)
H1 :
�1 ≠ �2 ≠ ⋯
≠ �
(Model fixed effect)
atau
Ho:
nilai intersep sama untuk setiap individu (model common effect lebih
baik dari model fixed effect)
Ha:
nilai intersep berbeda untuk setiap individu (model fixed effect lebih
baik dari model common effect)
Keputusan:
Tolak Ho ( probabilitas kurang dari alpha = 5 %)
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, telah cukup bukti untuk
mengatakan bahwa nilai intersep berbeda untuk setiap individu
atau dengan kata lain Model
Fixed Effect
lebih baik
dibandingkan Common Effect.
2)
Uji signifikansi Haussman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: HERU
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 5 1.0000
H0 :
� �
(
��
,
���
) = 0
H1 :
� �
(
��
,
���
) ≠ 0
atau
(2)
Ho:
Model Random Effect lebih baik daripada model Fixed Effect
Ha:
Model Fixed Effect lebih baik daripada model Random Effect
Keputusan :
Tolak Ho
Kesimpulan :
Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, telah cukup bukti untuk
mengatakan bahwa model Fixed Effect lebih baik daripada model Random Effect
Sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan berbagai uji tersebut,
model fixed effect
dipilih sebagai model terbaik dan akan digunakan untuk pengujian dan analisis selanjutnya.
Lampiran 5. Hasil model terbaik
Dependent Variable: LNAD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 04/30/13 Time: 22:19
Sample: 2009 2011
Included observations: 3
Cross-sections included: 49
Total pool (balanced) observations: 147
Linear estimation after one-step weighting matrix
Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
3.781807
0.065585
57.66310
0.0000
SOL?
0.157300
0.069309
2.269558
0.0255
PROF?
0.015442
0.003395
4.548989
0.0000
UP?
0.082523
0.030634
2.693817
0.0084
REPU?
0.108111
0.021036
5.139431
0.0000
OA?
-0.042871
0.122324
-0.350474
0.7268
Fixed Effects (Cross)
_ABDA--C
0.173217
_ADMF--C
-0.812772
_AHAP--C
0.340534
_AKSI--C
-0.357514
_APIC--C
0.364942
_ARTA--C
0.286422
_ASBI--C
0.319964
_ASDM--C
-0.261557
_ASJT--C
0.314910
_ASRM--C
0.284772
_BBLD--C
0.094004
_BCAP--C
0.192715
_BFIN--C
-0.035723
_BTPN--C
-0.125660
_CFIN--C
0.082460
_GSMF--C
0.085479
_LPPS--C
0.249172
_MTFN--C
0.454642
(3)
_PNIN--C
0.348299
_PNLF--C
0.260489
_TRIM--C
0.250289
_TRUS--C
0.353985
_INPC--C
-0.054410
_BNBA--C
0.144113
_BACA--C
0.103208
_BBKP--C
-0.029813
_BBCA--C
-0.089293
_BNGA--C
-0.616182
_BDMN--C
-0.807559
_SDRA--C
0.037382
_BABP--C
-0.041731
_BNII--C
-0.204669
_BKSW--C
0.167950
_BMRI--C
-0.240023
_BAEK--C
-0.060587
_MAYA--C
0.157498
_MEGA--C
-0.039131
_BCIC--C
0.645892
_BBNI--C
-0.556374
_BBNP--C
0.018176
_NISP--C
-1.106874
_PNBN--C
-0.036373
_BNLI--C
-0.553769
_BBRI--C
-0.177104
_BSWD--C
0.149254
_BVIC--C
0.172035
_BEKS--C
0.214013
_MCOR--C
-0.023634
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
0.993050 Mean dependent var
12.16437
Adjusted R-squared
0.989089 S.D. dependent var
13.74293
S.E. of regression
0.146059 Sum squared resid
1.984003
F-statistic
250.7115
Prob(F-statistic)
0.000000
Unweighted Statistics
R-squared
0.849034 Mean dependent var
4.239292
(4)
Lampiran 6. Uji asumsi klasik
1.
NORMALITAS
H
0: data berdistribusi normal
H
1: data tidak berdistribusi normal
Jika dilihat dari semua observasi, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Perusahaan
Jarque-Bera
Probability
RESID_ABDA 0.28174 0.86860 RESID_ADMF 0.48975 0.78280 RESID_AHAP 0.33514 0.84572 RESID_AKSI 0.31829 0.85287 RESID_APIC 0.36659 0.83252 RESID_ARTA 0.52747 0.76818 RESID_ASBI 0.34652 0.84092 RESID_ASDM 0.48952 0.78289 RESID_ASJT 0.53097 0.76683 RESID_ASRM 0.47284 0.78945 RESID_BBLD 0.39360 0.82135 RESID_BCAP 0.32128 0.85160 RESID_BFIN 0.50226 0.77792 RESID_BTPN 0.48889 0.78314 RESID_CFIN 0.52836 0.76783 RESID_GSMF 0.28874 0.86557 RESID_LPPS 0.29694 0.86203 RESID_MTFN 0.47265 0.78952 RESID_PANS 0.42217 0.80970 RESID_PNIN 0.32926 0.84821 RESID_PNLF 0.42921 0.80686 RESID_TRIM 0.31753 0.85320 RESID_TRUS 0.28309 0.86802 RESID_INPC 0.29254 0.86393 RESID_BNBA 0.52323 0.76981 RESID_BACA 0.49963 0.77894 RESID_BBKP 0.28553 0.86696 RESID_BBCA 0.28341 0.86788 RESID_BNGA 0.31468 0.85441 RESID_BDMN 0.29833 0.86143 RESID_SDRA 0.29544 0.86267 RESID_BABP 0.51355 0.77354 RESID_BNII 0.31551 0.85406 RESID_BKSW 0.52010 0.77101 RESID_BMRI 0.39792 0.81958
(5)
RESID_BAEK 0.29578 0.86253 RESID_MAYA 0.47498 0.78861 RESID_MEGA 0.39802 0.81954 RESID_BCIC 0.31568 0.85399 RESID_BBNI 0.39107 0.82239 RESID_BBNP 0.34987 0.83951 RESID_NISP 0.30480 0.85864 RESID_PNBN 0.47975 0.78673 RESID_BNLI 0.44322 0.80123 RESID_BBRI 0.50550 0.77666 RESID_BSWD 0.52389 0.76955 RESID_BVIC 0.37794 0.82781 RESID_BEKS 0.41183 0.81390 RESID_MCOR 0.43379 0.80502
Keputusan : Terima H
0Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dapat dikatakan residual berdistribusi
normal
2.
NON AUTOKORELASI
DW observasi
= 2,44
Nilai Tabel
DL= 1,3258
DU= 1,7716
4-DL= 2,6742
4-DU= 2,2284
Keputusan:
dw<d
L: ada autokorelasi positif
d
L ≤ dw ≤ dU: Tidak bisa disimpulkan
d
U ≤ dw ≤ 4-d
U: Tidak ada autokorelasi
4-d
U ≤ dw ≤ 4-d
L: Tidak bisa disimpulkan
dw>4-d
L: ada autokorelasi negatif
(6)
Nilai berada di antara DU dan 4-DU.
Keputusan
: Tidak bisa disimpulkan
Kesimpulan
: Gejala autokorelasi adalah salah pertanda adanya hubungan antara
observasi ke t dan t-1. Namun mengingat data yang digunakan adalah
data panel dengan periode yang sedikit, dan memiliki banyak unit
cross section. Maka nilai uji DW tersebut dicurigai tidak akan terlalu
repesentatif.
3.
MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
SOL .737 1.357
PROF .986 1.014
UP .652 1.534
REPU .801 1.248
OA .956 1.047
a. Dependent Variable: lnad