6. Rochimawati
“Analisis Diskriminan Audit Delay pada
Industri Keuangan di Bursa Efek Indonesia
BEI
”
2008
Sampel : Perusahaan keuangan
dari tahun 2008-2009. Variabel lain :
Reputasi auditor.
√
-
√ √
√ √
Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay hanya ROA
profitabilitas, variabel ukuran perusahaan, solvabilitas, dan opini audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
7. Andi Kartika
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay di Indonesia Studi Empiris Pada
Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta
” 2009
Sampel : Perusahaan LQ 45
pada tahun 2001- 2005.
Variabel lain : Labarugi, operasi
perusahaan.
√ √
√ √
-
√
Variabel total asset, laba rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari auditor punya pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Faktor profitabilitas dan reputasi auditor tidak
mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan.
Tabel 2.1 Lanjutan
No. Peneliti
Tahun Metodologi
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian X1
X2 X3
X4 X5
Y
8. Prayogi
“ Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Audit Delay” Studi Empiris pada
Perusahaan Telekomunikasi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun
2009-2011
” 2009
Sampel : Perusahaan
telekomunikasi dari tahun 2009-2011.
Sebanyak 5 perusahaan.
Variabel lain : Ukuran KAP.
√
-
√ √
√ √
variabel ukuran perusahaan, opini audit, solvabilitas, profitabilitas, ukuran kantor
akuntan publik secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Secara parsial hanya variabel opini audit yang berpengaruh signifikan negatif terhadap audit
delay. Variabel lainnya seperti ukuran perusahaan,
solvabilitas, profitabilitas dan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
9. Mohamad Naim,
Rohami Shafie and Wan Nordin Wan-Hussin
“Corporate Governance and Audit report Lag In
Malaysia ”
2010 Sampel :
Perusahaan non financial di malaysia
pada tahun 2002. Sebanyak 89
perusahaan. Variabel lain :
Jumlah anggota komite audit, proporsi
direktur independen, frekuensi pertemuan
komite audit, jumlah dewan direktur
- -
- -
-
√
4. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
dengan anggota lebih dalam audit komite dan pertemuan komite audit yang lebih sering lebih
cenderung untuk menghasilkan audit delay secara tepat waktu.
Studi ini juga menunjukkan bahwa dewan direktur variabel yang tidak berpengaruh
sebagai komite audit dalam menentukan audit delay. Semua variabel independen kecuali
variabel tahun tutup buku, secara simultan mempengaruhi audit delay
Tabel 2.1 Lanjutan
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
No. Peneliti
Tahun Metodologi
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian X1
X2 X3
X4 X5
Y
10. Mina Pizzini, Shu Lin,
Mark Vargus “The Impact of Internal
Audit Function Quality and Contribution on
Audit Delays
” 2011
Sampel : Perusahaan yang
terdaftar di TSE. Sebanyak 62
perusahaan. Variabel lain :
Kontribusi internal audit, kualitas internal
audit.
- -
- -
-
√
5. Variabel kualitas internal audit secara
signifikan mempengaruhi
audit delay.
Sedangkan variabel kontribusi internal audit tidak mempengaruhi audit delay.
11. M. Shultoni
“Determinan Audit Delay Dan
Pengaruhnya Terhadap Reaksi Investor Studi
Empiris pada Perusahaan yang
Listing di BEI Tahun 2007-2008
” 2012
Sampel : Perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan dari tahun
2007-2008. Sebanyak 243 perusahaan.
Variabel lain : Jenis Industri, kinerja
keuangan, ukuran KAP, rasio utang.
√
-
√
- -
√
Variabel jenis industri, kinerja keuangan, dan ukuran KAP. Hasil penelitian ini tidak berhasil
menemukan pengaruh ukuran perusahaan, opini auditor, dan rasio utang terhadap audit
delay. Audit delay berpengaruh terhadap reaksi investor
baik yang
diproksikan dengan
abnormal return maupun trading volume activity. Hasil pengujian ini merefleksikan
bahwa investor merespon audit delay dengan baik.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1. Gambar. 2.1.
Skema Kerangka Pemikiran
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay
Adanya Keterlambatan Perusahaan-Perusahaan keuangan Go Public di dalam Menyampaikan Laporan Keuangan ke BAPEPAM-LK
Basis Teori: Teori Akuntansi Keuangan dan Teori-Teori Auditing
Ukuran Perusahaan
X
Reputasi Auditor
X
Opini Audit
X Proitabilitas X
Solvabilitas X Audit Delay Y
Hasil Pe gujia da Pe bahasa
Kesimpulan dan Implikasi
54
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua
variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya
suatu fakta atau peristiwa Indriantoro dan Supomo, 1999. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada
pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Penelitian ini meliputi audit delay pada perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai
dengan 2011. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor,
opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasalitas yaitu bentuk penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
55
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yaitu kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang
dilakukan terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian dari populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai
himpunan bagian atau subset dari populasi. Metode penelitian sampel yang digunakan adalah Judgment Sampling,
yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan
tujuan atau masalah penelitian Indriantoro dan Bambang, 2002. Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2009 sampai 2011 dengan pertimbangan bahwa perusahaan keuanganfinansial
dijadikan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk berinvestasi selain berinvestasi di pasar modal ataupun reksadana. Kriteria yang diperlukan
adalah: 1.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan auditan selama tiga tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
2. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
3. Perusahaan yang tidak melakukan Initial Public Offering IPO dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011.
56
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder
sehingga peneliti menggunakan metode dokumenter yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan
dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian, atau data dari individu sebagai objek penelitian Sujoko, 2004. Data diperoleh
dari: 1.
Laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan keuangan tahun 2009 sampai dengan 2011.
2. IDX Fact Books tahun 2009 sampai dengan 2011 atau diakses di website
Bursa Efek Indonesia BEI Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan
yaitu dengan cara membaca, mempelajari literatur dan publikasi yang berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
klasik dan uji hipotesis. 1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam
bentuk tabel numerik dan grafik Indriantoro dan Bambang, 2002.
57
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran
tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Metode analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program
Eviews 7 dan SPSS 19. 2.
Analisis Regresi Data Panel Analisis inferensia pada data penelitian ini menggunakan regresi
data panel dengan bantuan program E-Views 7. Data panel merupakan data yang terbentuk dari gabungan data time series dan data cross section. Pada
data cross section, nilai-nilai dari variabel dikumpulkan untuk beberapa sampel unit pada satu titik waktu tertentu. Kaitannya dengan data panel,
data cross section tersebut diteliti selama kurun waktu tertentu. Secara singkat, dapat dikatakan data panel diperoleh dengan menggabungkan data
cross section dan time series. Jika kita memiliki T periode waktu t = 1,2,...,T dan n jumlah individu i = 1,2,...,n maka dengan data panel kita
akan memiliki total unit observasi sebanyak nT. Jika jumlah unit waktu sama untuk setiap individu maka data disebut balanced panel, jika
sebaliknya, yakni jumlah unit waktu berbeda untuk setiap individu maka disebut unbalanced panel.
58
Analisis regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan. Menurut Baltagi 2005, beberapa keuntungan tersebut adalah:
a. Dengan menggabungkan data time series dan cross section, data panel
menyediakan data yang lebih banyak dan dengan menggabungkan data time series dan cross section, panel menyediakan data yang lebih
banyak dan informasi yang lebih lengkap serta bervariasi. Dengan demikian akan dihasilkan degress of freedom derajat bebas yang
lebih besar dan mampu meningkatkan presisi dari estimasi yang dilakukan.
b. Data panel mampu mengakomodasi tingkat heterogenitas individu-
individu yang tidak diobservasi namun dapat mempengaruhi hasil dari permodelan individual heterogenity. Hal ini tidak dapat dilakukan
oleh studi time series maupun cross section sehingga dapat menyebabkan hasil yang diperoleh melalui kedua study ini akan
menjadi bias. c.
Data panel dapat digunakan untuk mempelajari kedinamisan data. Artinya dapat digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana
kondisi individu-individu pada waktu tertentu dibandingkan pada kondisinya pada waktu yang lainnya.
d. Data panel dapat mengidentifikasikan dan mengukur efek yang tidak
dapat ditangkap oleh data cross section murni maupun data time series murni.
59
e. Data panel memungkinkan untuk membangun dan menguji model
yang bersifat lebih rumit dibandingkan data cross section murni maupun data time series murni.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu karena unit observasi terlalu banyak. Gujarati 2004 menjelaskan model regresi data panel secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut: = � + �
+ � + ⋯ + �
+ � � = , , … ; � = , … , �
Dimana n adalah jumlah cross section perusahaan, dan T adalah jumlah tahun penelitian.
� � = ; � � = � ∀�; � � �
−
= � ≠ � � ≠ . Di dalam model regresi klasik, gangguan error selalu dinyatakan
homoskedastis dan serial uncorrelate. Implikasinya, penggunaan OLS akan menghasilkan penduga yang bersifat Best Linier Unbiased Estimator
BLUE. Asumsi tersebut tidak dapat diterapkan untuk model data panel karena disusun dari beberapa individu untuk beberapa periode yang
membawa masalah baru dalam sistem gangguan. Hal ini dikarenakan bertambahnya gangguan disturbances yang kini menjadi 3 macam, yaitu:
gangguan antar waktu time series related disturbances, gangguan antar individu cross section disturbance dan gangguan keduanya. Pindyck
Rubinfeld, 1998.
60
3. Estimasi Model Regresi Data Panel
Dalam mengestimasi model regresi data panel terdapat tiga spesifikasi model yang mungkin digunakan yakni model common effect,
fixed effect, dan random effect. Pada dasarnya, keberadaan efek spesifik individu dan korelasinya dengan variabel penjelas yang teramati X
it
sangat menentukan spesifikasi model yang akan digunakan.
a. Model Common Effect atau pooled regression
Model ini merupakan pendekatan data panel yang paling sederhana, yakni hanya dengan mengkombinasikan data time series
dan data cross section dalam bentuk pool, dan teknik estimasinya menggunakan pendekatan kuadrat terkecil pooled least squares
Pindyck Rubinfeld, 1998. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar
individu sama dalam berbagai kurun waktu. Model regresi untuk common effect dapat dituliskan sebagai berikut:
= � + � + �
+ ⋯ + � + �
� = , , … ; � = , … , � Dimana n adalah jumlah unit cross section individu dan T
adalah jumlah periode waktu. b.
Model Fixed Effect Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu
dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Gujarati 2004 menjelaskan bahwa model fixed effect FEM merupakan salah satu
61
cara untuk mendapatkan nilai yang berbeda dari setiap unit individu di cross section dengan membiarkan intersept bervariasi untuk setiap
individu tetapi koefisien slope bernilai konstan untuk setiap individu. Secara umum persamaan modelnya adalah sebagai berikut:
= � + �
+ � + ⋯ + �
+ � � = , , … ; � = , … , �
Terdapat tiga versi model fixed effect, yakni model LSDV Least Square Dummy Variables, within-groups regression, dan first
differences regression. Kekurangan mendasar dalam model LSDV adalah berkurangnya derajat bebas, sebagai akibat dari bertambahnya
jumlah parameter yang harus diestimasi koefisien dari variabel dummy, jika terdapat k koefisien variabel dummy maka derajat bebas
juga akan berkurang sebanyak k. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya efisiensi penduga parameter, dan sebagai solusi akan hal
ini dapat digunakan model within-groups regression, dan first differences regression yang mengeliminasi komponen spesifik
individu dari model. Berdasarkan asumsi struktur matriks varians-covarians residual,
maka pada model fixed effects, terdapat 3 metode estimasi yang dapat digunakan, yaitu:
1 Ordinary Least Square OLSLSDV, jika struktur matriks varians-
covarians residualnya diasumsikan bersifat homoskedastik dan tidak ada cross sectional correlation.
62
2 Weighted Least Square WLS, jika struktur matriks varians-
covarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation.
3 Seemingly Uncorrelated Regression SUR, jika struktur matriks
varians-covarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation.
c. Model Random Effect
Gujarati 2004 menjelaskan model random effects memiliki residual yang mungkin berhubungan antar waktu dan individu. Model
ini mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random atau stokastik. Dengan demikian,
dalam model ini terdapat dua komponen residual, yaitu residual secara menyeluruh
� , yang merupakan kombinasi residual time series dan cross section. Residual yang lainnya adalah residual cross section atau
residual individu . Persamaan dasar model random effect dapat
dituliskan sebagai berikut : = �
+ � + �
+ ⋯ + � + �
� = , , . . . , ; � = , , . . . , � dimana
� = �
+ ; � = , , . . . , �
merupakan nilai tengah untuk intersep
63
4. Pengujian Signifikansi Model Regresi Data Panel
Untuk memilih model regresi data panel terbaik, maka diperlukan pengujian terhadap ketiga model yang telah dijelaskan sebelumnya.
Terdapat tiga pengujian yang digunakan untuk memilih model regresi data penel terbaik, yaitu uji F yang digunakan untuk memilih antara model
Common Effect atau Fixed Effect; uji Hausman untuk memilih antara model Fixed Effect atau Random Effect; dan uji Lagrange Multiplier LM
untuk memilih antara Common Effect atau Random Effect. a.
Pengujian Signifikansi Fixed Effect Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model Fixed Effect
lebih baik daripada model common Effect, yaitu dengan melihat nilai Sum squared Residual SSR. Hipotesis yang digunakan dalam uji F
adalah H
: �
1
= �
2
= ⋯ = � Model common effect
H
1
: minimal ada satu �
i
≠ � Model fixed effect
Nilai F statistik dapat dihitung dengan rumus: =
− −
− −
Dengan n: jumlah individu; T: jumlah periode waktu; k: banyaknya parameter dalam model Fixed effect; RSS
1
: residual sum of squares model common effect; RSS
2
: residual sum of squares model fixed effect. Nilai Statistik F hitung mengikuti distribusi statistik F
dengan derajat bebas v
1
sebanyak n-1 dan v
2
sebanyak nT-n-k. Hipotesis nol ditolak jika nilai statistik F hitung lebih besar daripada F
64
tabel pada tingkat signifikansi tertentu. Hal ini berarti asumsi intersep dan slope adalah sama tidak terpenuhi, sehingga model regresi data
panel dengan fixed Effect lebih baik daripada model common effect. b.
Pengujian Signifikansi Random Effect Untuk mengetahui apakah model Random effect lebih baik
daripada model common effect maka dapat menggunakan uji Lagrange Multiplier LM yang dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian
ini didasarkan pada nilai residual dari model common effect. Hipotesis yang digunakan dalam uji LM adalah sebagai berikut:
H :
� = 0
H
1
: � ≠
Nilai statistik LM dapat diperoleh berdasarkan formula sebagai berikut:
=
− ∑
∑ �
�� �
�= �
�−
∑ ∑
�
�� �
�= �
�=
− =
− ∑
�̅
� �
�=
∑ ∑
�
�� �
�= �
�=
− Dimana n: jumlah individu; T: jumlah periode waktu;
: residual model common effect. Uji LM ini didasarkan pada distribusi
chi-square dengan derajat bebas satu. Hipotesis nol akan ditolak jika nilai statistik LM lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, yang
berarti model random effect lebih baik daripada common effect. c.
Pengujian Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect Untuk mengetahui model yang lebih baik antara model Fixed
Effect atau Random Effect, maka uji Hausman dapat digunakan Greene, 2000. Uji signifikansi Haussman menggunakan hipotesis non
65
residual persamaan panel yang tidak berkorelasi dengan variabel bebasnya yang berarti random effect lebih baik dari fixed effect.
H :
� � , � = H
1
: � � , � ≠
Unsur penting untuk metode ini adalah matriks kovarians dari perbedaan vektor. Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi
statistik chi-square dengan derajat bebas sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik uji Hausman lebih besar
daripada nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel
adalah model fixed effect daripada model random effect. 5.
Pemilihan Estimator dengan Struktur Varians Covarians Residual Asumsi pada struktur matriks varians-covarians residual terdiri dari
homoskedastik, heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation, heteroskedastik dan ada cross sectional correlation Seemingly
Uncorrelated RegressionSUR, dan adanya autokorelasi antar waktu pada error term. Pengujian asumsi diatas berbeda dengan pengujian dalam
persamaan tunggal, dimana dalam analisis persamaan tunggal, dilakukan pengujian apakah terjadi gejala heteroskedastik ataukah autokorelasi untuk
satu individu. Selanjutnya, dari hasil pengujian tersebut, dilakukan perbaikan
model agar didapatkan estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator. Namun, dalam analisis data panel pengujian dilakukan untuk
menentukan estimator manakah yang lebih baik untuk melakukan estimasi.
66
Estimator tersebut disesuaikan dengan kondisi matriks varians-covarians residual.
a. Pemilihan
Estimator Struktur
Homoskedastisitas atau
Heteroskedastisitas dengan Uji Lagrange Multiplier LM Pada pengujian ini hipotesis yang digunakan adalah:
H :
i
2
struktur homoskedastik H
1
: minimal ada satu
i
2
struktur heteroskedastik Statistik uji yang digunakan adalah:
= ∑
̂
�
̂
− Dimana T adalah jumlah periode waktu, n adalah jumlah
individu, �̂ adalah varians residual persamaan ke-i pada kondisi
homoskedastik, dan �̂ adalah sum square residual persamaan system
pada kondisi homoskedastik. Statistik uji LM ini mengikuti distribusi chi-square dengan
derajat bebas n-1. Jika nilai statistik LM lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, yang artinya
bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik.
b. Pemilihan Estimator Struktur Heteroskedastisitas dan Tidak Ada Cross
Sectional Correlation atau SUR dengan uji LM Pengujian ini dilakukan jika hasil pengujian LM pada poin 1
menunjukkan bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik. Pada pengujian ini:
H : off diagonal=0 struktur varians-covarians residual bersifat
heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation.
67
H
1
: minimal satu off diagonal ≠ 0 struktur varians-covarians
residual bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation Seemingly Uncorrelated RegressionSUR.
Perhitungan nilai statistiknya didasarkan pada formula: = � ∑
∑
−
Dimana T adalah jumlah periode waktu, n adalah jumlah individu, dan r
ij
adalah residual correlation coefficient antara persamaan ke-i dan ke-j. Statistik uji ini mengikuti distribusi chi-
square dengan derajat bebas sebanyak nn-12. Jika nilai lebih
besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, sehingga kesimpulannya struktur varians-covarians residual
bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation Seemingly Uncorrelated RegressionSUR.
6. Pengujian Asumsi
Terdapat beberapa asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu: a.
Asumsi Normalitas Asumsi ini mensyaratkan bahwa nilai kesalahan dari penduga
menyebar normal dengan rata- rata 0 dan varian σ
2
. Pengujian asumsi ini dapat dilakukan dengan melihat plot dari probabilitas normal atau
dengan uji formal yaitu uji Kolmogorof Smirnov atau dengan uji Jarque-Bera. Jika plot probabilitas mengikuti garis diagonal atau uji
Kolmogorofnya tidak signifikan, maka asumsi normalitas terpenuhi.
68
Namun uji formal yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji Jaque-Bera. Hipotesis yang digunakan adalah:
� � � � � � � �� � � � � � �
Sementara statistik uji yang digunakan = [
+
−
] Dimana n = jumlah sampel; S = koefisien skewness ; K =
koefisien kurtosis. JB statistik mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas 2. Jika nilai JBstat lebih kecil dari nilai chi-square tabel
maka asumsi normal terpenuhi. Atau jika p-value lebih dari α maka
asumsi normal terpenuhi. b.
Asumsi Non Autokorelasi Asumsi ini mensyaratkan tidak ada korelasi serial antar variabel
e
i
untuk setiap observasi. Secara umum, asumsi ini dapat ditulis dalam bentuk:
Ee
i
, e
j
=0; i≠j Pengujian terhadap asumsi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan statistik uji Durbin Watson. Hipotesis nul yang digunakan adalah bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif,
sedangkan hipotesis alternatifnya adalah sebaliknya. Statistik Uji Durbin Watson dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai
berikut: =
∑ �
�
−�
�− ��
�=
∑ �
� ��
�=
69
Keputusan: dd
L
: H ditolak
d4-d
L
: H ditolak
d
L
≤ d ≤ d
U
: Tidak bisa disimpulkan 4-d
U
≤ d ≤ 4-d
L
: Tidak bisa disimpulkan d
U
≤ d ≤ 4-d
U
: Tidak bisa disimpulkan c.
Asumsi Non Multikolinearitas Syarat model regresi yang baik adalah tidak adanya
multikolinieritas. Multikolinieritas
merupakan kondisi
adanya hubungan linier diantara variabel independen dalam model. Menurut
Gujarati 2004, konsekuensi yang dapat ditimbulkan akibat adanya pelanggaran terhadap asumsi ini:
1 Estimator masih BLUE tetapi mempunyai varians dan covarians
yang besar, sehingga sulit mendapatkan estimasi yang tepat. 2
Akibat dari poin 1, selang kepercayaan akan cenderung lebih besar dan nilai statistik hitung uji t akan lebih kecil. Hal ini membuat
variabel independen secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
3 Meskipun statistik hitung uji t untuk satu atau lebih variabel tidak
signifikan secara statistik, R
2
dapat sangat tinggi. 4
Standar error sangat sensitif terhadap perubahan kecil pada data. Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat
nilai Variance Inflation Factor VIF. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas Neter, 1989. Nilai VIF dapat
dihitung dengan:
70
=
−
, dimana = , , . . ,
7. Pengujian Keberartian Model Regresi
Untuk mengetahui keberartian model regresi yang dihasilkan digunakan kriteria berikut:
a. Koefisien determinasi R
2
Uji R
2
digunakan untuk mengukur kebaikan atau kesesuaian suatu model persamaan regresi. Besaran R
2
dihitung dengan rumus: =
∑ ̂
�
− ̅ ∑
�
− ̅
= = −
Adjusted R
2
dihitung dengan rumus: = −
−
− − −
dimana: SSR
: jumlah kuadrat yang dijelaskan SS
res
: jumlah kuadrat kesalahan SST
: jumlah kuadrat total n
: jumlah individu T
: jumlah periode k
: banyaknya variabel bebas Adjusted R
2
digunakan karena sudah menghilangkan pengaruh penambahan variabel bebas dalam model.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel tidak
bebasnya.
Hipotesis pengujian: H
: β
1
= β
2
= ... = β
k
= 0 H
1
: paling sedikit ada satu nilai β
j
≠0, dengan j=1,2,..., k
71
Statistik uji F dihitung dengan formula sebagai berikut:
− , − −
=
− ⁄
− − −
⁄
R
2
adalah koefisien determinasi pada model terpilih, k adalah jumlah parameter tanpa intersep, n adalah jumlah individu, dan T
adalah jumlah periode waktu. Hipotesis nul ditolak jika F
hitung
F
α;n+k-1,nT-n-k
, yang berarti bahwa terdapat minimal satu variabel bebas yang signifikan
berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. c.
Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebasnya.
Hipotesis pengujian: H
: β
j
= 0 H
1
: β
j
≠ 0, dengan j=1,2,….,k Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t-student.
Formula statistik uji t-student adalah sebagai berikut: �
=
̂ � ̂
�̂ adalah nilai penduga parameter ke-j, se�̂ adalah simpangan dari nilai penduga parameter ke-j. Hipotesis nul akan
ditolak jika |t
hitung
| �
; − −
. Hal ini berarti secara parsial variabel bebas ke-j signifikan mempengaruhi variabel tidak bebasnya dengan
tingkat kepercayaan sebesar 1- α 100.
72
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Menurut Indriantoro 2002:89 variabel adalah construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata
mengenai fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi
gambaran yang lebih kongkret mengenai abstraksi construct yang diwakilinya. Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara tertentu yang digunakan dalam suatu penelitian dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan penelitian lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukurannya. 1.
Audit Delay Y Audit delay yaitu lama waktu penyelesaian audit diukur
berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal
tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen Aryati dan Maria, 2005.
Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah hari dari tanggal tutup tahun buku perusahaan sampai tanggal yang tertera pada laporan
auditor independen.
73
2. Ukuran Perusahaan X1
Variabel ukuran perusahan dapat diukur dengan logaritma jumlah total aktiva yang dimiliki oleh setiap sampel Rachmawati, 2008. Total
aktiva menunjukkan total sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio. Dyer dan Mc Hugh dalam Aryati 2005 menyatakan bahwa
manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit dan penundaan pelaporan laporan keuangan yang
disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan agen regulator.
3. Reputasi Auditor X2
Kantor Akuntan Publik KAP adalah suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang- undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik Rachmawati, 2008. Reputasi Auditor dapat dilihat dari KAP dimana auditor berada sehingga memberikan reputasi
bagi auditor dan KAP tersebut. KAP diklasifikasikan menjadi dua, yaitu KAP Big Four atau non big four. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big
Four diberi kode 1, sedangkan untuk KAP non big four diberi kode 0.
74
4. Opini Audit X3
Variabel opini audit merupakan variabel dummy dimana terdiri
dari qualified opinion pendapat wajar dengan pengecualian dan unqualified opinion pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika terdapat
pendapat tidak wajar dan pernyataan tidak memberikan pendapat dikategorikan dalam qualified opinion. Sedangkan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku dikategorikan dalam unqualified opinion. Variabel opini audit diberi nilai 1 jika jenis pendapat
akuntan publik adalah qualified opinion dan nilai 0 jika unqualified opinion.
Diduga perusahaan yang mendapat opini selain unqualified opinion akan mengalami audit delay yang lebih lama, dibandingkan dengan
perusahaan yang mendapatkan opini unqualified opinion. 5.
Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba. Profitabilitas diukur dengan rasio return on asset ROA yang hitung berdasarkan laba bersih dibagi dengan total aktiva Rachmawati, 2008.
Perusahaan yang memiliki Profitabilitas tinggi diduga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan auditnya akan lebih pendek dibandingkan
perusahaan dengan profitabilitas rendah. Profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
� �
75
6. Solvabilitas
Solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
membandingkan jumlah utang baik jangka pendek ataupun jangka panjang dengan jumlah aktiva Rachmawati, 2008. Angka perbandingan
tersebut dinyatakan dalam total debt to total asset rasio. Perhitungan Solvabilitas atau disebut juga dengan leverage ratio dirumuskan sebagai
berikut: TDTA =
76
Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel
Indikator Skala
Pengukuran Ukuran Perusahaan X1
Sumber: Subekti 2005, Aryati 2005, Utami
2006, Rustiana 2007, Rachmawati 2008,
Rochimawati 2008, Kartika 2009, dan
Prayogi 2009
Ukuran Perusahaan
Total asset perusahaan Skala Rasio
Reputasi Auditor X2
Sumber: Utami 2006, Kartika 2009.
Reputasi Auditor
Variabel Dummy
1 untuk KAP big four dan 0 untuk non big
four Skala
Nominal
Opini Audit X3
Sumber: Subekti 2005, Utami 2006, Rustiana
2007, Rochimawati 2007, dan Kartika
2009. Opini audit
Variabel Dummy
1 untuk opini qualified opinion. 0
untuk unqualified opinion
Skala Nominal
Profitabilitas X4
Sumber: Subekti 2005, Aryati 2005,
Rachmawati 2008, dan Profitabilitas
Dihitung dengan rasio Return On Asset
ROA Skala Rasio
77
Sumber: Diolah dari berbagai referensi Kartika 2009.
Variabel Sub Variabel
Indikator Skala
Pengukuran Solvabilitas X5
Sumber: Rachmawati 2008, Prayogi 2009.
Solvabilitas Dihitung dengan rasio
total debt to total asset Skala Rasio
Audit Delay Y
Sumber: Subekti 2005, Aryati 2005, Utami
2006, Rustiana 2007, Rachmawati 2008, dan
Ajiha 2011
Audit Delay Jumlah hari terhitung
dari tanggal laporan keuangan sampai
dengan tanggal laporan audit
Skala Rasio
78
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Perkembangan perusahaan go public di pasar modal setiap tahun semakin bertambah yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
berdasarkan industri dan bidang usahanya. Seiring dengan aktifnya kembali pasar modal Indonesia yaitu tahun 1997 dalam hal ini adalah Bursa Efek
Jakarta BEJ yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2007, maka semenjak itulah industri-industri yang ada di indonesia mulai
diperdagangkan kembali dijantung bursa. Subjek penelitian dalam penelitian kali ini adalah perusahaan
keuangan go public yang berada di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Pemilihan perusahaan yang terdaftar di BEI
sebagai sampel penelitian disebabkan karena perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang laporan keuangan auditan
dan laporan auditnya dipublikasikan kepada masyarakat.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sejumlah 49 perusahaan dan sampel yang digunakan di
penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, perusahaan yang mempunyai tahun tutup buku per 31 Desember, perusahaan yang termasuk
79
kedalam kategori perusahaan keuangan, dan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Perusahaan
keuangan yang menjadi kriteria diantaranya perusahaan asuransi, perkreditan, dan perbankan yang terdaftar di BEI. Rincian sampel perusahaan yang
terdaftar di BEI diuraikan pada lampiran.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data informasi keuangan berupa laporan audit dan laporan keuangan
perusahaan keuangan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
a. Audit Delay
Variabel dependen yang digunakan adalah lamanya proses audit yang dihitung dari tanggal tutup buku yaitu 31 Desember hingga
diterbitkannya laporan audit audit delay. Berdasarkan data mengenai audit delay yang berhasil dihimpun dari perusahaan keuangan
menunjukan bahwa waktu pelaksanaan audit minimal adalah 19 hari dan jangka waktu paling lama adalah 137 hari dengan rata-rata audit
delay 72 hari. Selengkapnya dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Audit Delay
Variabel Minimal
Maksimal Rata-rata
Audit Delay 19
137 72
80
Sesuai dengan tabel diperoleh informasi nilai untuk jangkauan 137-19 hari = 118. Apabila angka tersebut dibagi menjadi 4 kategori,
maka diperoleh angka 29,5 untuk setiap lebar kategorinya. Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.2 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Audit Delay
No Skor
Frekuensi Persentase
Kategori 1
2 3
4 19,0
– 48,5 48,6
– 78,1 78,2
– 107,7 107,8
– 137,3 21
64 59
3 14,3
43,5 40,1
2,1 Sangat Cepat
Cepat Lambat
Sangat Lambat
Jumlah 147
100 Sesuai dengan tabel, maka dapat diperoleh informasi bahwa
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-2011 memiliki audit delay dengan kategori cepat Yulianti, 2011.
b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dihitung dari banyaknya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan pada perusahaan
keuangan memiliki nilai minimal 1,35 dan nilai maksimal sebesar 5,74 dengan nilai rata-rata 3,65. Selengkapnya dapat dilihat ditabel berikut:
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data Ukuran Perusahaan
Variabel Minimal
Maksimal Rata-rata
Ukuran Perusahaan 1,35
5,74 3,65
81
Berdasarkan informasi tabel diperoleh rentang ukuran perusahaan adalah 5,74
– 1,35 = 4,39. Apabila dibagi 4 kategori, maka diperoleh angka 1,09 untuk setiap lebar kategorinya. Berikut
tabel selengkapnya:
Tabel 4.4 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Ukuran Perusahaan
No Skor
Frekuensi Persentase
Kategori 1
2 3
4 1,35
– 2,44 2,45
– 3,54 3,55
– 4,64 4,65
– 5,74 22
48 41
36 14,9
32,6 27,9
24,6 Sangat Besar
Besar Kecil
Sangat Kecil
Jumlah 147
100 Sesuai dengan tabel, maka dapat diperoleh informasi bahwa
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-2011 memiliki ukuran perusahaan dengan kategori besar Yulianti, 2011.
c. Reputasi Auditor
Reputasi auditor dibedakan menjadi kategori the big four dan non the big four. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata yang masuk
dalam the big four sebanyak 42,8, sedangkan yang tidak masuk dalam the big four ada 57,2. Hal ini menandakan bahwa auditor KAP
di BEI untuk perusahaan keuangan adalah sebagian besar masuk kategori non the big four. Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.5 Distribusi Kategori Reputasi Auditor
No Kategori
Frekuensi Persentase
1 2
The Big Four Non The Big Four
63 84
42,8 57,2
147 100
82
d. Opini Audit
Opini audit dibedakan menjadi kategori unqualified opinion dan qualified opinion. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata yang
termasuk unqualified opinion sebanyak 97,9, sedangkan yang termasuk qualified opinion sebanyak 2,1. Hal ini menandakan bahwa
laporan keuangan dari perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI memiliki pendapat auditor sebagian besar yakni unqualified opinion.
Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.6 Distribusi Kategori Opini Audit
No Kategori
Frekuensi Persentase
1 2
Unqualified Opinion Qualified Opinion
144 3
97,9 2,1
147 100
e. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 memiliki nilai minimal - 0,11 dan nilai maksimal 1,74
dengan nilai rata-rata sebesar 0,35. Berikut data selengkapnya:
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Data Profitabilitas
Variabel Minimal
Maksimal Rata-rata
Profitabilitas -0,11
1,74 0,35
Berdasarkan informasi tabel diatas, maka rentang profitabilitas adalah 1,74
– -0,11 = 1,85. Apabila dibagi dalam 4 kategori, maka lebar kelas menjadi 0,46 untuk setiap kategorinya. Berikut tabel
selengkapnya:
83
Tabel 4.8 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Profitabilitas
No Skor
Frekuensi Persentase
Kategori 1
2 3
4 -0,11
– 0,35 0,36
– 0.82 0,83
– 1,29 1,30
– 1,76 107
17 18
5 72,8
11,6 12,2
3,4 Sangat Tinggi
Tinggi Rendah
Sangat Rendah
147 100
Sesuai dengan tabel diatas, maka dapat diperoleh informasi bahwa perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-
2011 memiliki profitabilitas sangat tinggi Yulianti, 2011. f.
Solvabilitas Solvabilitas perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2009-2011 memiliki nilai minimal 0,03 dan nilai maksimal 1,03 dengan nilai rata-rata sebesar 0,66. Berikut tabel selengkapnya:
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Data Solvabilitas
Variabel Minimal
Maksimal Rata-rata
Solvabilitas 0,01
1,03 0,66
Berdasarkan informasi tabel diatas, maka rentang solvabilitas adalah 1,03
– 0,01 = 1,02. Apabila dibagi dalam 4 kategori, maka lebar kelas menjadi 0,25 untuk setiap kategorinya. Berikut tabel
selengkapnya:
84
Tabel 4.10 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Solvabilitas
No Skor
Frekuensi Persentase
Kategori 1
2 3
4 0,01
– 0,26 0,27
– 0,52 0,53
– 0,78 0,79
– 1,04 9
27 38
73 6,1
18,4 25,8
49,7 Sangat Tinggi
Tinggi Rendah
Sangat Rendah
147 100
Sesuai dengan tabel diatas, maka dapat diperoleh informasi bahwa perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-
2011 memiliki solvabilitas sangat rendah Yulianti, 2011. 2.
Analisis Inferensia a.
Estimasi Model Regresi Data Panel Model regresi data panel dapat dilakukan melalui tiga model
estimasi, yaitu common effects, fixed effects, dan random effects yang memiliki asumsi berbeda terhadap intersepnya. Model common effects
mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun waktu, audit delay dari setiap perusahaan adalah sama. Berbeda dengan model fixed effects
mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun waktu, audit delay dari setiap perusahaan berbeda. Bisa dikatakan bahwa nilai intersep pada
model estimasi yang berbeda untuk setiap perusahaan. Sama halnya dengan model fixed effects, model random effects juga mengasumsikan
bahwa dalam berbagai kurun waktu, audit delay dari setiap perusahaan berbeda. Namun terdapat perbedaan dalam sifat intersepnya, pada
model fixed effects intersep bersifat tetap non-stochastic sedangkan pada model random effects intersep diasumsikan bersifat acak
stochastic.
85
Pemilihan model estimasi terbaik akan dilakukan terhadap ketiga jenis model tersebut. Untuk menentukkan model estimasi
terbaik tersebut akan dilakukan beberapa prosedur pengujian formal, yaitu: uji statistik F untuk memilih antara model common effects atau
fixed effects; uji Langrange Multiplier LM untuk memilih antara common effects atau random effects; uji Hausman untuk memilih
antara model fixed effects atau random effects. Selanjutnya, untuk model estimasi data panel terpilih akan dilakukan pengujian untuk
memilih estimator dengan struktur varians-kovarians residual yang lebih baik.
b. Pemilihan Model Terbaik
Awal pemilihan model regresi terbaik adalah pengujian signifikansi model fixed effects. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah model estimasi fixed effects lebih baik dari model regresi common effects. Berdasarkan output uji signifikansi model
fixed effect, ternyata diperoleh p-value sebesar 0,000. Dengan demikian hipotesis null ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada alpha lima persen, intersep untuk setiap variabel adalah berbeda, yang artinya bahwa model fixed effects lebih baik dari common effects.
Menurut Baltagi dalam alur pemilihan model terbaik, langsung dilakukan pengujian signifikansi random effect terhadap fixed effect.
Pengujian itu dilakukan dengan tes Haussman. Setelah dilakukan pengujian, ternyata memberikan hasil yang invalid dikarenakan
statistic hitungnya bernilai negatif. Nilai negatif ini kemudian
86
dijadikan nol dengan probability chi square menjadi 1. Pengujian Hausman yang invalid ini mendorong peneliti untuk memutuskan tidak
memakai random effects sebagai model terbaik. Keputusan ini juga didukung oleh alasan-alasan lain berkaitan dengan ukuran statistik
yang dihasilkan oleh metode random effects yang tidak mendukung hipotesis penelitian. Sehingga model yang dipakai dalam penelitian ini
adalah persamaan regresi data panel dengan teknik fixed effects. Setelah fixed effects terpilih, selanjutnya dilakukan identifikasi
struktur matriks residual varian-kovarian. Penyesuaian model regresi berdasarkan matriks varians kovarians bertujuan untuk menghindari
model fixed effects yang bias bila terdapat heteroskedastisitas. Statistik uji yang digunakan adalah statistik tes LM Langrange Multiplier.
Hasil penghitungan pengujian LM menunjukkan hasil yang signifikan, diperoleh nilai LM-statistic = 72,52 yang lebih besar dari wilayah
kritis = 66,34. Hal ini memutuskan bahwa hipotesis null
ditolak, yang berarti bahwa pada alpha lima persen model estimasi fixed effects dengan struktur varians kovarians yang bersifat
heteroskedastik lebih baik untuk digunakan dibandingkan dengan model estimasi fixed effects dengan struktur varians kovarians yang
bersifat homoskedastik. Hasil
pengujian struktur
matriks varians-covarians
heteroskedastik dan cross sectional correlation didapat nilai ℎ� �� = 1729,10 yang lebih dari wilayah kritis
0,05;105 = 1256,89 sehingga kita memutuskan untuk menolak H
yang berarti
87
bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation. Untuk mengakomodir terjadinya
heteroskedastisitas dan cross sectional correlation maka digunakan FGLS sebagai metode estimasinya, sehingga estimator yang dihasilkan
tetap memiliki sifat BLUE. c.
Pengujian Asumsi Klasik Setelah didapatkan hasil estimasi yang terbaik, maka langkah
selanjutnya adalah uji normalitas. Hasil pengujiannya memperlihatkan bahwa asumsi normalitas dari residual telah terpenuhi. Hal ini ditandai
dari signifikansi uji Jarque-Bera yang menunjukkan probability lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar lima persen. Oleh karena itu, hipotesis nul
tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.
Akan tetapi pada asumsi non autokorelasi, hasilnya belum bisa ditarik kesimpulan. Hal ini dapat diidentifikasi dari model memiliki nilai
Durbin Watson sebesar 2,44. Hal ini dikarenakan nilai DW berada di wilayah keputusan tidak bisa disimpulkan. Yaitu dimana nilai DW kurang
dari sama dengan 4-DL dan lebih dari sama dengan 4-DU. Asumsi non multikolinieritas juga telah terpenuhi. Nilai variance
inflation factor VIF seluruh variabel independen lebih kecil dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi hubungan linier non
multikolinieritas di antara variabel independen.
88
Tabel 4.11 Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
SOL .737
1.357 PROF
.986 1.014
UP .652
1.534 REPU
.801 1.248
OA .956
1.047 a. Dependent Variable: lnad
Nilai VIF di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai VIF 10. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas di dalam
model. Dengan demikian diharapkan semua variabel independen dapat memberikan pengaruh yang murni terhadap variabel dependen
d. Hasil Model Terbaik
Serangkaian uji yang telah dilakukan diatas didapat model terbaik adalah model regresi fixed effect cross sectional weigth. Model yang
didapat adalah sebagai berikut:
� ̂
�
p-value 0,0255 0,0000 0,0084 0,0000 0,7268
� � � � 0,9930
89
Nilai R-Squared adalah 0,9930 yang berarti bahwa 99 persen variasi elastisitas penerimaan audit delay dapat dijelaskan secara bersama-
sama oleh variasi profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, reputasi perusahaan, dan opini auditor. Nilai ProbF-statistic= 0,0000 artinya
bahwa secara simultan semua variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Jika dilihat
secara parsial t-statistic, solvabilitas, ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan opini audit signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
C. Pembahasan Hasil Hipotesis
Hipotesis 1: Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada variabel ukuran perusahaan dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t
kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0084. Hal ini mengindikasikan bahwa cukup bukti untuk menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit delay. Koefisien variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai 0,0825 artinya bahwa kenaikan ukuran perusahaan sebesar
1 satuan akan menaikkan audit delay sebesar 0,0825 persen variabel lainnya dianggap cateris paribus.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Rachmawati 2008 yang menunjukkan pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan terhadap audit
delay dengan tingkat signifikasi 0,000. Total aset yang dimiliki oleh perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap rentang
waktu penyampaian laporan audit atas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan semakin besar perusahaan, maka perusahaan itu memiliki sistem pengendalian
90
internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan
pengauditan atas laporan keuangan. Hipotesis 2 : Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Audit Delay
Pada variabel reputasi auditor dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0000. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa reputasi auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Ditilik dari nilai koefisien variabelnya
yaitu 0,1081. Apabila diinterpretasikan maka sistem akuntansi yang dikelola oleh auditor yang memiliki karakteristik tergabung dalam KAP big four akan
meningkatkan audit delay sebesar 0, 1081 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa penyerahan audit keuangan kepada auditor yang berasal dari KAP big
four pada penelitian ini malah memperlama proses audit delay. Fenomena ini bisa terjadi terkait dengan prediksi perusahaan bahwa laporan keuangan
perusahaan tahun ini akan sedikit sulit, sehingga membutuhkan orang-orang yang lebih professional untuk menyelesaikan laporan keuangannya. Namun,
untuk menyelesaikan laporan keuangan yang baik dengan masalah yang lebih kompleks tentu dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Subekti 2005 yang menunjukkan pengaruh signifikan antara reputasi auditor terhadap audit delay. KAP yang
masuk dalam big four ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu penyampaian laporan audit. Hal ini dikarenakan KAP
yang masuk big four dengan yang non big four memiliki karakteristik yang berbeda. KAP yang masuk big four akan bekerja lebih profesional dari pada
91
yang non the big four. KAP big four akan bekerja lebih efektif dan efisien sehingga akan lebih cepat dalam penyampaian laporan auditan.
Hipotesis 3 : Pengaruh Opini Audit Terhadap Audit Delay Pada variable opini audit dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t lebih
dari alpha 5 persen yaitu 0,7268. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap audit delay. Bisa dikatakan bahwa secara statistik dalam penelitian ini opini auditor ini tidak memiliki pengaruh yang tampak nyata terhadap
audit delay. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Prayogi 2009 yang
menunjukkan pengaruh signifikan antara opini audit terhadap audit delay pada perusahaan telekomunikasi pada tahun 2009-20011. Hal ini terjadi karena
jenis pendapat auditor merupakan goodnews atau badnews atas kinerja manajerial perusahaan dalam setahun bukan merupakan faktor penentu dalam
ketepatan waktu pelaporan audit. Hipotesis 4 : Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Delay
Pada variabel profitabilitas, dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0000. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Koefisien profitabilitas adalah 0,0154 yang
berarti bahwa kenaikan profitabilitas sebesar 1 satuan akan menaikkan profitabilitas sebesar 0,0154 persen ceteris paribus.
92
Hasil ini sesuai dengan penelitian Subekti 2005 yang menunjukkan pengaruh signifikan antara profitabilitas terhadap audit delay. Hal ini berarti
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang dimiliki mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu
penyampaian laporan keuangan auditan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek
dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Hipotesis 5 : Pengaruh Solvabilitas Terhadap Audit Delay
Pada variabel solvabilitas, dapat dilihat bahwa nilai p-value uji t kurang dari alpha 5 persen yaitu 0,0255. Hal ini mengindikasikan bahwa
cukup bukti untuk menyatakan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Koefisien regresi untuk variabel solvabilitas
menunjukkan nilai 0,1573 artinya bahwa peningkatan solvabilitas sebesar 1 satuan akan meningkatkan audit delay sebesar 0,1573 persen variabel lainnya
dianggap cateris paribus. Tingkat besar kecilnya utang yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan pemeriksaan dan pelaporan terhadap
pemeriksaan utang perusahaan semakin lama sehingga memperlambat proses pelaporan audit oleh auditor.
Hasil ini berlawanan terhadap penelitian Rahmawaty 2008 yang menunjukkan pengaruh tidak signifikan antara solvabilitas dengan audit delay
berdasarkan dengan kualitas standar pekerjaan auditor seperti yang telah diatur dalam SPAP melaksanakan prosedur audit perusahaan baik yang memiliki
total utang besar dengan jumlah debtholder yang banyak atau perusahaan dengan utang yang kecil dan jumlah debtholder yang sedikit tidak akan
93
mempengaruhi proses penyelesaian audit laporan keuangan, karena auditor yang ditunjuk pasti telah menyediakan waktu sesuai dengan kebutuhan jangka
waktu untuk menyelesaikan proses pengauditan utang.
94
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0084. Dengan hasil tersebut, maka ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
2. Variabel reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0000. Dengan hasil tersebut, maka reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
3. Variabel opini audit tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay paa
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value uji t lebih dari alfa 5 persen yaitu 0,7268.
Dengan hasil tersebut, maka opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
95
4. Variabel profitabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0000. Dengan hasil tersebut, maka profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
5. Variabel solvabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value uji t kurang dari alfa 5 persen yaitu
0,0255. Dengan hasil tersebut, maka solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
6. Secara simultan bersama-sama dengan tingkat kepercayaan sebesar 95
persen, semua variabel independen berpengaruh terhadap audit delay. Secara parsial dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen, semua
variabel independent berpengaruh terhadap variabel audit delay kecuali untuk variabel opini audit yang tidak signifikan secara statistik terhadap
audit delay.
96
B. IMPLIKASI
Penelitian ini memiliki implikasi bagi auditor yaitu auditor sebaiknya membuat program pemeriksaan agar pemeriksaan dapat berjalan dengan
waktu yang lebih cepat, auditor melakukan pemeriksaan secara sistematis, auditor mengumpulkan dan memeriksa berkas
– berkas dan data – data sesuai dengan yang dibutuhkan, dan auditor sebaiknya memiliki target waktu
pemeriksaan sehingga pelaporan hasil audit dapat disampaikan lebih cepat dan akurat.
Penelitian ini memiliki implikasi bagi pemerintah atau Bapepam yaitu pemerintah dapat mempertegas peraturan pelaporan audit dari perusahaan
kepada pemerintah, memberikan peringatan dan sanksi kepada perusahaan yang sering mengalami keterlambatan pelaporan, dan memberikan imbauan
baik kepada auditor dan perusahaan atas peraturan yang berlaku. Penelitian ini memiliki implikasi bagi perusahaan yaitu perusahaan
sebaiknya dapat menyediakan data - data yang dibutuhkan auditor dengan lengkap sehingga auditor tidak kesulitan selama pemeriksaan, perusahaan
tidak mempersulit auditor selama pemeriksaan laporan keuangan, dan perusahaan memberikan kebebasan dan kebebasan bagi auditor selama
pemeriksaan sehingga tidak menimbulkan keterlambatan pelaporan oleh auditor dan terbebas dari sanksi yang ditentukan apabila terjadi keterlambatan
pelaporan.
ϵϳ
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2007. “Auditing”. Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ainun Na’im. 1988. ”Akuntansi Keuangan I”, Yogyakarta, BPFE. Apriyono, Soemarso. 2008. “Akuntansi Suatu Pengantar”, Edisi ke-4, Rineka Cipta, Jakarta.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2010. “Auditing and Assurance Services An Integrated Approach”,13
th
edition, Pearson Education Inc, Upper Saddle River, New Jersey.
Arens, Lobbecke. 1995. Auditing. Terjemahan: Amir Abadi Jusuf Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta, Salemba Empat.
Aryati, Titik dan Maria Theresia. 2005. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness”, Media Riset Akuntansi, Volume 5, No 3 Desember Hal 271-287.
Baltagi, Badi H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3
rd
ed. Chichester: John Wiley Sons Lt.
Bapepam. “Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala Oleh Perusahaan Efek”, Juli, Kep- 06BL2006.
Bapepam.go.id. 2006. Peraturan BAPEPAM. Baridwan, Zaki. 2004. “Intermediate Accounting”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Boynton, William C. Raymond N. Johnson. 2006. “Modern Auditing: Assurance Services and The Integrityof Financial Reporting ”, 8
th
edition, John Wiley Sons Inc, United States of America. Edisi Terjemahan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Efferin, Sujoko. 2004. “Metode Penelitian Untuk Akuntansi”, Bayumedia Publishing, Malang.
Endrianto, Wendi. 2010. “Analisis Faktor-Faktor dalam Good Corporate Governance”. Greene, William. 2000. Econometric Analysis: second edition. United State of America:
Prentice Hall. Gujarati, Damodar, N. 2004. Basic Econometrics: fourth edition. USA: Mc.Graw Hill.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
ϵϴ
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Kartika, Andi. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Volume 16, No 1, Hal 1-7.
Ma’ruf. Muhamad. 2006. “Pengaruh Faktor-Faktor dalam Corporate Governance”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi USU.
Mulyadi. ”Auditing Pengauditan”. 2002. Buku I Edisi Ke Enam, PT. Salemba Empat. Nur Indriantoro dan Bambang Supeno. 1999. “Metode Penelitian Bisnis”, Edisi I,
Yogyakarta: BPFE. Pindyck, R. S dan D.L. Rubinfield. 1998. Econometric Models and Economic Forecast.
New York: McGraw-Hill International. Prayogi. 2009. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay” Studi Empiris
pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2011.”
Priyo Jatmiko, Bambang. 2013. “Emiten terlambat dalam pelaporan keuangan.” http:www.bisniskeuangan.kompas.com. Tanggal diakses : 26 Juli 2013
Rachmawati, Sistya. 2008. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 10, No 1 Mei
Hal 1-10. Rochimawati. 2008. “Analisis Diskriminan Audit Delay Pada Industri Keuangan Di Bursa
Efek Indonesia BEI.” Rusadi Putra, Idris. 2012. “54 Emiten terlambat sampaikan laporan keuangan 2012.”
http:www.m.merdeka.com. Tanggal diakses : 26 Juli 2013 Rustiana, Prabandari, Jeane Deart Meity. 2007. “Beberapa Faktor yang Berdampak pada
Perbedaan Audit delay Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan keuangan yang terdaftar di BEJ”, Kinerja, Volume 11, No 1, Hal 27-39.
Santoso, Singgih. 2000. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sitorus Romora Edward. 2008. Analisis keuangan. wikipedia.orgwikiAnalisis_keuangan. Tanggal diakses : 5 Februari 2013.
Subekti, Imam. 2005 “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 6, No 1 Februari Hal 47-54.
ϵϵ
Sulthoni, Moch. 2012. “Determinan Audit Delay Dan Pengaruhnya Terhadap Reaksi Investor Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing di BEI Tahun 2007-2008”, Jurnal
Akuntansi dan Ekonomi Bisnis Vol. 1 No. 1. Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis,Yogyakarta, Media Pressindo.
Supranoto. 1990. “Prinsip-Prinsip Akuntansi”. Edisi 14, cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta”, Buletin Penelitian No.09.
Yuliana dan Aloysia Yanti Ardianti. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Modus, Vol 16 2: 135-146.
Yulianti, Ani. 2011. “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun
2007 - 2008.”
100
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 49 perusahaan dalam kurun waktu 2009-2011. Data tersebut dilampirkan sbb:
No. Perusahaan
Tahun SOL
PROF UP
REPU OA
AD
1 _ABDA
2009 0.7607
0.05 2.71
88 2010
0.7664 0.05
2.93 63
2011 0.6339
0.94 3.04
75 2
_ADMF 2009
0.3873 0.00
3.64 1
32 2010
0.5006 0.00
3.88 1
32 2011
0.7382 0.09
4.23 1
34 3
_AHAP 2009
0.4756 0.07
2.00 74
2010 0.5375
0.07 2.10
84 2011
0.5148 0.96
2.16 82
4 _AKSI
2009 0.2389
0.02 1.98
1 19
2010 0.4835
0.02 2.00
1 41
2011 0.2860
0.95 1.92
66 5
_APIC 2009
0.1560 0.02
2.25 71
2010 0.1672
0.05 2.27
80 2011
0.0327 0.48
2.68 86
6 _ARTA
2009 0.3037
0.03 2.29
76 2010
0.2928 0.01
2.28 73
2011 0.2967
0.04 2.58
82 7
_ASBI 2009
0.5144 0.02
2.27 84
2010 0.5968
0.01 2.39
77 2011
0.5801 1.32
2.39 82
8 _ASDM
2009 0.5701
0.03 2.42
1 46
2010 0.5790
0.05 2.49
1 48
2011 0.5570
0.63 2.52
1 59
9 _ASJT
2009 0.4391
0.05 2.25
74 2010
0.4208 0.07
2.26 74
2011 0.5076
0.78 2.21
87 10
_ASRM 2009
0.6514 0.06
2.56 78
2010 0.6899
0.05 2.66
80 2011
0.7233 1.14
2.78 87
11 _BBLD
2009 0.3629
0.03 3.14
1 70
2010 0.4079
0.04 3.20
1 80
2011 0.6717
0.78 3.46
1 79
12 _BCAP
2009 0.6401
0.01 3.02
67 2010
0.6116 0.08
3.08 77
101 2011
0.3442 0.09
3.18 81
13 _BFIN
2009 0.3589
0.13 3.38
55 2010
0.4984 0.09
3.59 70
2011 0.5539
1.35 3.72
61 14
_BTPN 2009
0.7072 0.02
1.35 1
53 2010
0.6753 0.02
1.54 1
53 2011
0.6502 0.79
1.67 1
58 15
_CFIN 2009
0.2592 0.08
3.25 1
76 2010
0.4501 0.07
3.43 1
80 2011
0.5457 1.14
3.68 1
72 16
_GSMF 2009
0.6766 0.01
3.21 1
77 2010
0.7291 0.02
3.33 1
75 2011
0.7231 0.53
3.36 75
17 _LPPS
2009 0.3941
0.07 2.63
82 2010
0.2994 0.23
2.77 67
2011 0.0063
0.30 2.79
72 18
_MTFN 2009
0.8897 0.01
2.34 81
2010 0.7118
0.01 2.72
88 2011
0.7879 0.01
2.81 1
124 19
_PANS 2009
0.5762 0.14
3.01 64
2010 0.5489
0.17 3.15
47 2011
0.4977 0.85
3.19 72
20 _PNIN
2009 0.3031
0.05 3.91
88 2010
0.2861 0.06
3.98 90
2011 0.3042
0.79 4.06
95 21
_PNLF 2009
0.3173 0.07
3.86 85
2010 0.3042
0.09 3.92
89 2011
0.3153 0.75
4.02 76
22 _TRIM
2009 0.6141
0.02 2.97
79 2010
0.5720 0.02
2.93 1
85 2011
0.4599 1.20
2.83 1
90 23
_TRUS 2009
0.3591 0.09
2.28 80
2010 0.4459
0.07 2.42
81 2011
0.5812 0.05
2.60 86
24 _INPC
2009 0.7118
0.00 4.19
70 2010
0.6551 0.00
4.23 61
2011 0.6984
0.55 4.28
67 25
_BNBA 2009
0.8274 0.01
3.38 1
84 2010
0.9846 0.01
3.43 1
88 2011
0.8393 1.16
3.47 1
88 26
_BACA 2009
0.8541 0.01
3.54 77
2010 0.8763
0.01 3.64
74 2011
0.8703 1.20
3.67 76
27 _BBKP
2009 0.6618
0.01 4.57
1 81
102 2010
0.6353 0.01
4.68 1
73 2011
0.7125 0.94
4.76 1
80 28
_BBCA 2009
0.9013 0.02
5.45 1
81 2010
0.8934 0.03
5.51 1
77 2011
0.8880 0.92
5.58 1
87 29
_BNGA 2009
0.8947 0.01
5.03 1
46 2010
0.9036 0.02
5.16 1
47 2011
0.8898 0.83
5.22 1
47 30
_BDMN 2009
0.8384 0.02
4.99 1
41 2010
0.8425 0.02
5.07 1
35 2011
0.8179 0.64
5.15 1
38 31
_SDRA 2009
0.8944 0.01
3.38 70
2010 0.8787
0.02 3.51
77 2011
0.9069 0.80
3.71 65
32 _BABP
2009 0.9257
0.00 3.85
1 64
2010 0.9191
0.00 3.94
1 80
2011 0.9146
0.51 3.86
1 82
33 _BNII
2009 0.9109
0.00 4.79
1 71
2010 0.9007
0.01 4.88
1 88
2011 0.9162
-0.11 4.98
1 52
34 _BKSW
2009 0.9239
0.00 3.37
81 2010
0.9311 0.00
3.41 81
2011 0.7516
0.01 3.56
1 89
35 _BMRI
2009 0.9105
0.02 5.60
53 2010
0.8503 0.02
5.65 1
89 2011
0.8178 0.88
5.74 1
67 36
_BAEK 2009
0.4015 0.02
4.33 1
78 2010
0.5343 0.01
4.33 1
65 2011
0.5830 1.12
4.38 1
73 37
_MAYA 2009
0.8697 0.01
3.88 78
2010 0.8531
0.01 4.00
80 2011
0.8715 0.71
4.11 89
38 _MEGA
2009 0.9142
0.01 4.60
1 82
2010 0.9153
0.02 4.71
1 88
2011 0.9212
0.73 4.79
1 72
39 _BCIC
2009 0.1344
0.04 3.88
120 2010
0.1028 0.02
4.03 104
2011 0.0704
1.74 4.12
137 40
_BBNI 2009
0.9157 0.01
5.36 40
2010 0.8631
0.02 5.40
53 2011
0.8734 0.66
5.48 44
41 _BBNP
2009 0.9050
0.01 3.59
84 2010
0.9016 0.01
3.72 60
2011 0.9113
0.84 3.82
69
103 42
_NISP 2009
0.8789 0.01
4.62 1
27 2010
0.8837 0.01
4.70 1
26 2011
0.8898 1.64
4.78 1
30 43
_PNBN 2009
0.8485 0.01
4.89 1
84 2010
0.8761 0.01
5.04 1
88 2011
0.8726 1.04
5.10 1
75 44
_BNLI 2009
0.9120 0.01
4.75 1
46 2010
0.8914 0.01
4.87 1
49 2011
0.9098 0.65
5.01 1
51 45
_BBRI 2009
0.9140 0.02
5.50 1
83 2010
0.9092 0.03
5.61 1
88 2011
0.8475 0.81
5.67 1
58 46
_BSWD 2009
0.9096 0.02
3.19 1
83 2010
0.7970 0.02
3.20 1
88 2011
0.8334 1.08
3.32 76
47 _BVIC
2009 0.9144
0.01 3.87
78 2010
0.9279 0.01
4.01 88
2011 0.8972
0.61 4.07
86 48
_BEKS 2009
1.0326 -0.09
3.15 98
2010 0.8357
-0.06 3.19
77 2011
0.9226 1.67
3.78 78
49 _MCOR
2009 0.8928
0.01 3.45
46 2010
0.8802 0.01
3.64 74
2011 0.9135
0.89 3.81
88
104
Lampiran 2. Hasil regresi dengan asumsi common effect, fixed effect, dan random effect
1. Common Effect