Gaya Penyajian Teks MAW Pusat Penyajian Teks MAW

disinggung juga perkara iman” Amir Sutaarga dkk., 1972:269. Bagian selanjutnya diteruskan dengan pembahasan mengenai teks MAW itu sendiri mulai dari pendahuluan, isi, dan penutup.

2. Gaya Penyajian Teks MAW

Teks MAW menggunakan gaya penyajian bentuk interlinier. Selawat kepada Nabi Muhammad saw, puji-pujian kepada Allah, dan keterangan judul dijelaskan dalam bahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Wa `s -salātu ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alihi ma‘a `t-taslīm. Al-h amdu li `l-Lāhi `l-ladī laisa kamitlihi šai`. Wa ba‘du fa hādihi risālatun sammaināhu bi Ma’rifati `l-Islāmi wa `l-īmān. Artinya, bermula rahmat Allah Taala atas penghuluh kita Muhammad dan segala keluargnya serta selamatnya. Segala puji-pujian bagi Allah yang tiada seperti-Nya suatu jua pun. Dan adapun kemudian dari itu maka inilah 84 [maka inilah] suatu risalah kami namai akan dia pengenal agama dan iman. MAW:83. Pembahasan rukun Islam, rukun iman, dan ikhsan yang merupakan percakapan antara Jibril dan Nabi Muhammad saw. disajikan pula dalam bentuk interlinier. Berikut ini kutipan yang menjelaskan hal tersebut. Wa lianna J ibrā`ilu jā‘a ilā Rasūlu `l-Lāhi sallā `l-Lāhu ‘alāihi wasallama wa huwa yas`alu Rasūlu `l-Lāhi sallā `l-Lāhu ‘alāihi wasallama mina `l- islāmi wa `l-‘īmāni wa `l-ihsān. Artinya, bermula dari karena bahwasahnya datang Jibrā`il kepada Rasulullah sallā `l-Lāhu ‘alāihi wasallam, pada hal yaitu menanyai ia akan Rasulullah `l-Lāhi s allā `l-Lāhu ‘alāihi wasallam daripada Islam MAW:84.

3. Pusat Penyajian Teks MAW

Teks MAW diungkapkan dengan gaya penyajian yang cenderung menggurui. Pengarang menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu fikih dan tauhid. Diuraikan hukum-hukum mengenai hal-hal yang boleh dihalalkan, disunahkan, dimakruhkan dan diharamkan. Semuanya diuraikan oleh pengarang sendiri. Kutipan yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah sebagai berikut. “Adapun orang yang akil balig apabila ia hadas, haram atasnya mengerjakan sembahyang fardu atau sunah atau sembahyang jenazah atau sujud tilawah atau sujud syukur atau 58 [atau] khatbah Jumah atau tawaf,…” MAW:57-58. Pengarang juga menceritakan percakapan Jibril dan Nabi Muhammad saw. yang membahas mengenai rukun Islam, rukun iman, dan ikhsan. Wa lianna J ibrā`ilu jā‘a ilā Rasūlu `l-Lāhi sallā `l-Lāhu ‘alāihi wasallama wa huwa yas`alu Rasūlu `l-Lāhi sallā `l-Lāhu ‘alāihi wasallama mina `l- islāmi wa `l-‘īmāni wa `l-ihsān. Artinya, bermula dari karena bahwasahnya datang Jibrā`il kepada Rasulullah s allā `l-Lāhu ‘alāihi wasallam, pada hal yaitu menanyai ia akan Rasulullah `l- Lāhi sallā `l-Lāhu ‘alāihi wasallam daripada Islam MAW:84. Pada teks tersebut tampak pengarang memperbesar peranannya, yaitu ia memberikan ajaran fikih dan tauhid kepada tokoh. Berdasarkan hal tersebut maka metode penyajian cenderung kepada metode romantik- ironik. Sebenarnya dalam teks tersebut tidak ada tokoh yang sesungguhnya. Tokoh dalam kaitan ini adalah kaum muslimin pada umumnya. Tokoh dihadirkan dengan kata ganti orang ketiga, seperti ia, dia, mereka, dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. ”Dan makruh bang bagi orang yang tiada berair sembahyang, dan bagi orang yang junub sebelum dia mandi. Dan jikalau ia qamat tersangat makruhnya” MAW:65.

4. Gaya Bahasa