Struktur Karya Sastra Kitab

Kegiatan penting yang juga harus dilakukan dalam penelitian filologi adalah penyuntingan teks. “Secara umum penyuntingan teks dapat dibedakan dalam dua hal, pertama penyuntingan naskah tunggal, dan kedua penyuntingan naskah jamak, lebih dari satu naskah” Edwar Djamaris, 2002:24.

B. Struktur Karya Sastra Kitab

“Sastra kitab adalah sastra yang mengemukakan ajaran Islam yang bersumber pada ilmu fikh, tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh serta riwayat tokoh-tokoh historis” Siti Chamamah Soeratno, 1982:149. “Kitab, sejenis karangan keagamaan yang khas dalam metode penyampaian isinya, disusun terutama untuk murid-murid pesantren pondok dan anggota-anggota tarekat sufi” Braginsky, 1998:275. Sastra kitab sebagai salah satu ragam sastra Islam mempunyai corak yang khusus, yang terlihat dalam struktur penceritaan. Maksud struktur di sini adalah struktur narasi. ”Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur” Siti Chamamah Soeratno, 1982:152. Struktur sastra kitab terbagi ke dalam empat hal yaitu sebagai berikut. 1. Struktur penyajian Struktur penceritaan sastra kitab pada umumnya dibagi ke dalam tiga hal yaitu bagian pendahuluan, isi, dan bagian penutup. Rinciannya adalah sebagai berikut. a Pendahuluan Pendahuluan dalam sastra kitab biasanya dimulai dengan bacaan bismillah, dilanjutkan dengan puji-pujian dan salawat kepada Nabi Muhammad serta doa kepada para sahabat dan keluarga Nabi Muhammad saw., motivasi penulis dan judul. b Isi Isi biasanya berupa uraian atau penjelasan mengenai masalah yang menjadi topik dalam naskah tersebut. c Penutup “Bagian penutup atau bagian akhir ini biasanya berupa doa kepada Allah SWT, salawat Nabi dan doa kepada keluarga dan para sahabat Nabi Muhammad hanya saja pada bagian ini ditutup dengan kata tamat atau kata penutup sejenis seperti wa’I-lahu a`lam” Siti Chamamah Soeratno, 1982:153. 2. Gaya penyajian Gaya penyajian di sini adalah cara pengarang yang khusus dalam penyampaian ceritanya, pikiran, serta pendapat-pendapatnya. “Setiap karya sastra mempunyai gaya sendiri yang membedakannya dengan gaya tulisan orang lain dengan mengetahui gaya pengisahannya, maka orang akan mudah mengetahui uraian karya sastranya” Siti Chamamah Soeratno, 1982:160. 3. Pusat penyajian Pusat penyajian atau pusat pengisahan yang dimaksud adalah orang yang menyampaikan sebuah cerita kepada orang lain, sehingga orang yang menyampaikan cerita atau ajaran menjadi pusat atau titik pandang cerita yang menyampaikan cerita kepada orang lain. “Pusat pengisahan sastra kitab pada umumnya untuk sastra kitab yang langsung membentangkan ajaran atau diskusi mempergunakan metode orang ketiga” Siti Chamamah Soeratno, 1982:211. Penulis naskah seolah berperan sebagai guru yang sedang mengajar muridnya. Namun, apabila dalam penyampainnya dilakukan oleh tokohnya sendiri, maka dalam penuturannya dipakai kata ganti aku, saya, kami, kita dan semacamnya. Pusat penyajian yang demikian itu disebut pusat penyajian metode orang pertama. Apabila pendapat atau buah pikiran disampaikan orang lain, maka tokoh itu disebut dengan kata ganti orang ketiga seperti ia, dia, mereka dan sebagainya. “Metode pusat penyajian semacam itu disebut dengan metode orang ketiga omniscient author, pengarang mahatahu, sebab si penyampai pengarang tahu segala-galanya tentang tokoh yang diberikan” Siti Chamamah Soeratno, 1982:172. Dalam hal tersebut pengarang berusaha melaporkan segala sesuatu yang terjadi secara langsung pada inti dari permasalahan yang ada. “Metode orang ketiga ini dibagi menjadi dua cara, yaitu cara romantik–ironik dan cara objektif” Siti Chamamah Soeratno, 1982:211. Cara romantik-ironik ini pengarang dengan sengaja memperbesar peranannya, sebab apa yang disampaikan berupa kehidupan dan bukan seni, sebaliknya pada metode objektif, pengarang membiarkan para tokohnya berbicara dengan berbuat sendiri. 4. Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan ciri khas atau kekhususan dari seseorang dalam menggunakan bahasa pada sebuah karya sastra atau tulisan sejenisnya. Meninjau gaya bahasa seorang pengarang berarti meneliti segala permainan bahasanya yang khusus, sejak dari pemilihan kata sampai pada penyusunan kalimat yang menarik pembaca. Hutagalung menyampaikan bahwa “penelitian tersebut meliputi pemilihan ungkapan, perbandingan, dan penyusunan kalimat yang menarik pembaca” dalam Siti Chamamah Soeratno, 1982:179. Siti Chamamah Soeratno berpendapat bahwa “sastra kitab sebagai ragam sastra Islam mempunyai gaya bahasa yang khusus” 1982:211. Istilah-istilah Arab dan juga kosa katanya banyak memungut kata-kata Arab. Pemungutan tersebut umumnya sesuai dengan pokok isi uraian sastra kitab. Gorys Keraf menjelaskan bahwa “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis” 2000:113.

E. Fungsi Karya Sastra Kitab