Berdasarkan data pada tabel 2 tahun 2009-2013 telah terjadi konversi lahan yaitu berkurangnya lahan pertanian menjadi non pertanian. Berubah
fungsinya lahan pertanian menjadi non pertanian memang diperbolehkan selama lahan pertanian tersebut bukan merupakan lahan produktif. Pertambahan luas
pertanian ke non pertanian dalam kurun waktu 2009-2013 tidak terlalu luas akan tetapi hal tersebut sudah menjadi indikasi bahwa telah terjadi konversi lahan
pertanian yang dapat menjadi masalah di masa mendatang.
F. Kecamatan Mertoyudan
1. Letak Geografis
Kecamatan Mertoyudan sebagai salah satu Kecamataan yang berada di Kabupaten Magelang. Batas administrasi wilayah Kecamatan Mertoyudan
sebagai berikut : Sebelah Utara: Kota Magelang;
Sebelah Timur: Kecamatan Candimulyo dan Mungkid; Sebelah Selatan: Kecamatan Borobudur dan Tempuran;
Sebelah Barat: Kecamatan Bandongan;
Gambar 3. Peta Kecamatan Mertoyudan Sumber: BPS, 2013
Iklim di Kecamatan Mertoyudan yaitu tropis dengan temperatur 20
o
sampai 25
o
C. Curah hujan Rata rata 2.120,3 mm per bulan, jumlah hari hujan rata-rata 120 hari per tahun, dan terdapat bulan kering 6 bulan dan bulan basah 6
bulan. Jenis tanah di Kecamatan Mertoyudan yakni latosol coklat dengan tekstur lempung, kedalaman efektif tanah 50 sampai 80 cm. Kecamatan Mertoyudan
berada pada ketinggian 339-400 mdpl.
2. Kependudukan
Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Mertoyudan pada tahun 2013 adalah 109.753 jiwa, terdiri dari 54.405 jiwa penduduk laki-laki dan 55.348 jiwa
penduduk perempuan. Kepadatan .
3. Luas Penggunaan Lahan
Kecamatan Mertoyudan menempati area seluas 4.535 hektar yang terdiri dari 13 desa. Penggunaan lahan di Kecamatan Mertoyudan dapat dilihat pada
tabel BPS, 2014.
Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Mertoyudan Tahun 2011-2014 Kecamatan
Tahun Luas
Desa Luas Lahan
Sawah Luas Bukan
Sawah Luas Lahan Non
Pertanian Mertoyudan
2011 2.830
1.887 118
849 2012
2.830 1.875
118 850
2013 2.830
1.865 117
851 2014
2.830 1.862
117 851
Sumber: BPS, 2014 Tabel 3 menunjukkan bahwa luas desa di Kecamatan Mertoyudan seluas
2.830 hektar. Penggunaan lahan di daerah penelitian terbesar digunakan untuk lahan sawah dari tahun 2011
– 2014. Berdasarkan tabel tersebut penggunaan lahan sawah di Kecamatan Mertoyudan lebih tinggi dari penggunaan lahan
nonpertanian.
4. Produksi Padi
Produksi padi di Kecamatan Mertoyudan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Produksi Padi
Tahun Luas Tanam
Hektar Luas Panen Ton
Produksi Ton
2011 3.063
2.706 16.610
2012 3.100
3.513 21.543
2013 3.132
3.367 20.046
2014 3.096
3.115 18.939
2015 3.468
3.337 21.048
Sumber:Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Magelang Tabel 4 menunjukkan Produksi padi di Kecamatan Mertoyudan cenderung
meningkat dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2011 produksi padi 16.610 ton, tahun 2012 21.543 ton, tahun 2013 20.046 ton, tahun 2014 produksi padi
mencapai 18.939 ton dan pada tahun 2015 mencapai 21.048 ton.
29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi
1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan
Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan konversi lahan sawah yang marak terjadi. Berikut
merupakan tabel perkembangan laju konversi lahan di Kecamatan Mertoyudan.
Tabel 5. Perkembangan Laju Konversi Kecamatan Mertoyudan
Tahun Luas Panen
Luas Sawah
hektar Laju
Konversi Sawah
hektartahun Produksi
Padi ton Produktivitas
tonhektar 2011
2.706 1.887
3 16.610
4,401 2012
3.100 1.875
12 21.543
5,745 2013
3.367 1.865
10 20.490
5,449 2014
3.115 1.862
3 18.939
5,086
Sumber: Kecamatan Mertoyudan, 2016 Ket : Dua Kali Panen Dalam Setahun
Luas lahan sawah yang terkonversi pada tahun 2011 seluas 3 hektar, pada
tahun 2012 mengalami peningkatan konversi lahan seluas 12 hektar, pada tahun 2013 lahan sawah yang terkonversi seluas 10 hektar dan pada tahun
2014 konversi lahan sawah menurun menjadi 3 hektar. Konversi lahan sawah tertinggi di Kecamatan Mertoyudan yaitu terjadi pada tahun 2012. Produksi
padi pada tahun 2011 adalah produksi yang terendah. Pada tahun 2012 sampai tahun 2014 produksi padi mengalami peningkatan dibandingkan pada
tahun 2011, dengan rata-rata produksi padi di Kecamatan Mertoyudan sekitar 5 ton hektar dua kali panen dalam satu tahun.
. Hubungan antara variabel konversi lahan sawah dengan produksi padi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara laju konversi lahan sawah dengan produksi padi. Gambar 4 menunjukkan bahwa laju konversi lahan setiap tahunnya
mengalami peningkatan, kecuali pada tahun terakhir mengalami penurunan. Begitu juga dengan produksi padi juga mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Gambar diatas menunjukkan peningkatan nilai koefisien korelasi R= 0,895 hal ini menunjukkan bahwa hubungan konversi lahan dan produksi
padi dikategorikan kuat. Nilai koefisien determinasinya R
2
= 0,8011 hal ini menunjukkan bahwa konversi lahan sawah dipengaruhi sebesar 80,11,
terhadap kenaikan produksi padi, sedangkan 19,89 dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor luas tanam padi yang kecil dan jumlah penduduk yang
y = 408.92x + 16.533 R² = 0.8011
5000 10000
15000 20000
25000
5 10
15
Produk si
Padi T
on
Laju Konversi Sawah Hektar
bertambah. Nilai statistik menunjukkan bahwa nilai Signifikan sebesar 0,105 hal ini menunjukkan bahwa konversi lahan sawah tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi padi. Hal ini dimungkinkan karena intensitas tanam padi yang dilakukan oleh petani sebanyak tiga kali dalam satu tahun.
Pola tanam yang dilakukan oleh petani yang sebagian besar yakni padi, padi dan padi dengan musim tanam pertama pada musim penghujan periode bulan
Oktober – Februari. Musim tanam ke dua periode Maret – Juni dan periode
tanam ke tiga bulan Juli – September, hal ini akan mendukung dalam
meningkatkan produksi padi yang meningkat di Kecamatan Mertoyudan. Penggunaan pupuk yang berimbang oleh petani juga berperan dalam
meningkatkan produksi padi. Persamaan yang berada pada garis linier Y = 408.92x + 16.533, nilai koefisien b = 408.92 positif maka model regresi
bernilai positif atau searah, artinya jika variabel laju konversi lahan X tinggi maka nilai variabel produksi padi Y juga semakin tinggi.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa luas tanam padi di Kecamatan Mertoyudan tergolong sedang, sekitar 45 petani
membudidayakan padi
pada luasan
500m
2
dan 41.6
petani membudidayakan padi pada luasan 500m
2
Lampiran 3. Berkurangnya luas tanam di Kecamatan Mertoyudan dikarenakan kecamatan ini merupakan
daerah peralihan karena lokasinya berbatasan langsung dengan daerah kota dan daerah desa. Selain itu Kecamatan Mertoyudan sevagian wilayahnya
telah berkembang menjadi daerah perkotaan terutama di daerah pinggiran
yang berbatasan langsung dengan daerah Kota Magelang dan sebagian lahan pertanian berubah menjadi non pertanian.
Produksi padi di Kecamatan Mertoyudan tidak dipengaruhi oleh laju konversi lahan. Hal ini disebabkan produksi padi sawah secara makro dalam
satu tahun berkaitan dengan intensitas penanaman padi. Jika luas lahan sawah yang lebih dari sekali ditanami padi dalam setahun, maka panen dan hasil
produksi akan meningkat. Begitu sebaliknya, jika luas lahan sawah yang ditanami padi satu kali dalam satu tahun, maka luas panen dan produksi akan
menurun. 1.
Luas Tanam Kecamatan Mertoyudan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan luas tanam dan produksi padi di Kecamatan Mertoyudan meningkat, seiring dengan tinginya
luas tanam. Berikut merupakan tabel perkembangan luas tanam di Kecamatan Mertoyudan.
Tabel 6. Perkembangan Luas Tanam Kecamatan Mertoyudan
Tahun Luas
Tanam Hektar
Produksi Padi
Ton Hasil Padi
TonHektar 2011
3.063 16.610
2,711 2012
3.100 21.543
3,474 2013
3.132 20.490
3,271 2014
3.096 18.939
3,058 Sumber : Kecamatan Mertoyudan 2016
Ket : dua kali panen dalam setahun
Luas tanam di Kecamatan Mertoyudan pada tahun 2011 sekitar 3.063 hektar dan mengalami peningkatan pada tahun selanjutnya yaitu 2012
menjadi 3.100 hektar. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan kembali sekitar 32 hektar, namun pada 2014 mengalami penurunan luas tanam seluas
36 hektar. Hubungan antara variabel luas tanam dengan produksi padi dapat dilihat
apada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara luas tanam dengan produksi padi Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai koefisien R = 0,771 hal ini
menunjukkan bahwa hubungan luas tanam dan produksi padi dikategorikan kuat. Nilai koefisien determinasinya R
2
= 0,5948 hal ini menunjukkan bahwa luas tanam mempengaruhi produksi padi sebesar 59,48, sedangkan 40,2
dipengaruhi oleh faktor lain seperti penggunaan pupuk dan cara bercocok tanam yang dilakukan oleh petani. Pemupukan yang baik dan tepat dapat
memperbaiki kesuburan tanah. Waktu tanam dan jarak tanam yang sesuai juga akan memepengaruhi produksi padi. Uji statistik menunjukkan bahwa
y = 58.572x - 16.2045 R² = 0.5948
5000 10000
15000 20000
25000
3040 3060
3080 3100
3120 3140
Produk si
Padi
Luas Tanam Hektar
nilai Signifikan yaitu sebesar 0,229 sehingga dapat disimpulkan bahwa luas tanam tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Persamaan yang
berada pada garis linier Y = 58,572x – 162.045, nilai koefisien b= 58,572
positif maka model regresi bernilai positif atau searah, artinya jika variabel luas tanam X semakin tinggi maka nilai variabel produksi padi Y juga
semakin tinggi. 2.
Luas Panen Kecamatan Mertoyudan Dari hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan luas panen dan
produksi padi di Kecamatan Mertoyudan meningkat, seiring dengan tingginya luas panen. Perkembangan luas panen di Kecamatan Mertoyudan disajikan
dalam tabel berikut: Tabel 7. Perkembangan luas panen Kecamatan Mertoyudan
Tahun Luas Panen
Hektar Produksi
Padi Ton Hasil Padi
TonHektar 2011
2.706 16.610
3,069 2012
3.513 21.543
3,066 2013
3.367 20.490
3,042 2014
3.115 18.939
3,040 Sumber : Kecamatan Mertoyudan 2016
Ket : dua kali panen dalam setahun Luas panen di Kecamatan Mertoyudan pada tahun 2011 sekitar 2.706
hektar dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 3.513 hektar dengan jumlah peningkatan seluas 807 hektar. Pada tahun 2013 mengalami
penurunan sekitar 146 hektar menjadi 3.367 hektar dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2014 seluas 252 hektar menjadi 3.115 hektar.
Hubungan antara variabel luas panen dengan produksi padi dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara luas panen dengan produksi padi Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai koefisien R = 0,999 hal ini
menunjukkan bahwa hubungan luas panen dikategorikan kuat. Nilai koefisien determinasi R
2
= 0,998 hal ini menunjukkan bahwa luas panen mempengaruhi produksi padi sebesar 99,8, sedangkan 0,02
dipengaruhi faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu penggunaan benih dan pupuk. Menggunakan benih atau bibit yang bagus memiliki
potensi produksi yang tinggi. Memperhatikan kesesuaian benih yang cocok dengan ketinggian lahan iklim. Benih yang bagus biasanya dicirikan
dengan viabilitas yang tinggi dan cenderung seragam saat tumbuh. Petani di Kecamatan Mertoyudan menggunakan varietas padi seperti IR 64, Situ
y = 6.0581x + 159.45 R² = 0.9981
5000 10000
15000 20000
25000
2500 2700
2900 3100
3300 3500
3700
Produk si
Padi T
on
Luas Panen Hektar
bagendit dan Ciherang. Penggunaan pupuk yang berimbang mampu meningkatkan hasil produksi padi. Penggunaan pupuk anorganik
diperlukan oleh tanaman untuk menambah unsur – unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman, petani Kecamatan Mertoyudan menggunakan pupuk urea dan Ponska. Uji statistik menunjukkan bahwa nilai Signifikan sebesar 0,01
sehinga dapat disimpulkan bahwa luas panen berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Persamaan yang berada pada garis linier Y=
6,0581x + 159,45, nilai koefisien b= 6,0581 positif maka model regresi bernilai positif atau searah, artinya jika variabel luas panen X semakin
tinggi maka nilai variabel produksi Y juga semakin tinggi. Luas areal panen padi adalah jumlah keseluruhan lahan yang dapat
memproduksi padi. Areal panen yang memadai merupakan salah satu syarat untuk terjaminnya produksi beras yang mencukupi, peningkatan
luas panen padi secara tidak langsung akan meningkatkan produksi padi. Luas areal panen padi menjadi faktor yang berpengaruh terhadap besarnya
produksi padi. Luas panen juga dipengaruhi oleh kondisi alam dalam artian tidak terjadi kebanjiran maupun kekeringan.
Hal ini menunjukkan bahwa luas panen di Kecamatan Mertoyudan mampu meningkatkan produksi padi, artinya jika luas panen tinggi maka
produksi padi akan meningkat. Berdasarkan informasi dari lapangan, produksi padi yang tinggi tidak hanya dikarenakan luas panen yang tinggi.
Produksi padi yang tinggi juga didukung dari penggunaan benih yang dengan varietas unggul. Selain penggunaan bibit yang unggul, penggunaan
pupuk yang sesuai juga merupakan salah satu faktor yang dalam peningkatan produski padi.
Tabel 8. Luas tanam, luas panen, laju konversi Kecamatan Mertoyudan.
Tahun Luas Tanam
hektar Luas Panen
hektar Laju
Konversi hektartahun
2011 3.063
2.706 3
2012 3.100
3.513 12
2013 3.132
3.367 10
2014 3.096
3.115 3
Hubungan konversi lahan terhadap luas tanam dan luas panen dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan konversi lahan terhadap luas tanam dan luas panen Gambar 7 menunjukkan bahwa laju konversi lahan setiap tahunnya
mengalami peningkatan, kecuali pada tahun terakhir mengalami penurunan. Begitu juga dengan luas tanam dan luas panen terus
Luas Tanam y = 3,9394x + 3.070,2
R² = 0,4288 Luas Panen
y = 66,394x + 2.710,5 R² = 0,7765
2000 2200
2400 2600
2800 3000
3200 3400
3600 3800
4000
2 7
12 luas tanam
luas panen
Konversi Lahan Hektar Luas
T ana
m dan
Luas Panen
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Peningkatan konversi lahan diikuti juga oleh peningkatan luas tanam dan luas panen. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang ada bahwa semakin tinggi konversi lahan lahan maka luas tanam semakin kecil. Begitu juga dengan luas tanam tidak lebih kecil
dari luas panen. Hal ini terjadi karena intensitas tanam padi yang yang dilakukan oleh petani sebanyak tiga kali dalam satu tahun, penggunaan
pupuk yang berimbang serta pola tanam yang baik juga akan mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah
Konversi lahan sawah di Kecamatan Mertoyudan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial, ekonomi dan faktor kebijakan.
1. Faktor Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan petani dalam mengkonversikan lahan
pertanian mereka. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap persepsi petani dalam konversi lahan sawah.
Kecamatan Mertoyudan sebanyak 6 dan 78 sebelum melakukan konversi lahan sawah memiliki pendapatan Rp 1.000.000 dan sebanyak 15
memiliki pendapatan Rp 1.000.000. Jika dibandingkan dari angka kebutuhan hidup layak di Kabupaten Magelang sebesar Rp 1.400.000 maka
dapat disimpulkan bahwa masih banyak responden atau petani yang belum mencukupi angka tersebut. Faktor ini menjadikan petani di Kecamatan
Mertoyudan melakukan konversi lahan sawah ke sektor lainnya, seperti perumahan dan rumah toko.
Siklus hidup padi menjadi poin yang penting bagi petani yang melakukan konversi lahan sawah, siklus yang terlalu lama serta keadaan cuaca dan iklim
yang sulit di perdiksi menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi petani terhadap hasil panen mereka. Hal ini menjadikan petani lebih memilih
mengkonversikan lahan sawah mereka ke non pertanian yang lebih menguntungkan dibandingkan komoditas padi.
2. Faktor Sosial
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Tinggi rendahnya pendidikan petani berpengaruh pada keputusan dalam melakukan
konversi lahan sawah, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin kritis atau memikirkan dampak dalam melakukan konversi lahan sawah tersebut.
Hal ini juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan petani maka petani akan lebih mudah terdorong dalam melakukan konversi lahan sawah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas petani di Kecamatan Mertoyudan yaitu tidak tamat SD sebesar 38, SD 31, SMP 23 DAN
SLTA 10. Jumlah di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki pendidikan yang rendah. Banyaknya petani di Kecamatan dengan
tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi petani dalam melakukan konversi lahan sawah.
Banyaknya petani yang tidak tamat SD berpengaruh terhadap pengambilan keputusan melakukan konversi lahan menjadi sektor
nonpertanian. Jika tingkat endidikan rendah tidak menutup kemungkinan etani akan mudah terpengaruh dalam melakukan konversi lahan sawah.
Pengaruh melakukan konversi lahan sawah bisa dating dari orang sekitar atau tetangga dan aparat desa yang bersangkutan. Petani yang memiliki
tingkat pendidikan lebih baik maka akan lebih berpikir kritis untuk melakukan konversi lahan. Tingkat pendidikan juga akan lebih
mempengaruhi dalam hal budidaya padi. Petani yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan melakukan budidaya padi secara turun temurun
sedangkan petani dengan pendidikan tinggi akan melakukan budidaya padi dengan baik atau sesuai dengan GAP Good Agriculture Practice.
b. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat atau cara pandang beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat dalam aktifitas di suatu wilayah yang
sama. Cara pandang masyarakat dibutuhkan untuk mengetahui secara langsung faktor
– faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan sawah di Kecamatan Mertoyudan.
Tabel 8. Persepsi masyarakat yang melakukan konversi lahan sawah Uraian
Jumlah Luas lahan yang ditanami
padi a.500m2
27 45
b.500 – 1000m2
25 41.6
c.1000 – 5000 m2
11 18.3
d.5000 m2 – 1 hektar
Persentase luas lahan yang dikonversi dari total lahan
a.25 8
13,3 b.50
27 45
yang dimiliki petani. c.75
d.100 25
41,6 Alasan melakukan konversi
lahan sawah a.Tempat tinggal
38 63,3
b.Industripengembang 12
20 c. Lahan tidak subur
6 10
d.Letak yang strategis 4
6 Adanya pihak lain yang
mendorong untuk
melakukan konversi lahan a.Ya
6 10
b.Tidak 54
90
Perizinan untuk melakukan konversi lahan dari
pemerintah dilakukan dengan mudah?
a.Ya 11
18,3 b.Tidak
49 81,6
Sumber : Data Primer Berdasarkan hasil kuisioner luasan lahan yang ditanami padi oleh
petani bermacam – macam, 500 m
2
45 petani, 500-1.000 m
2
41,6 petani, 1.000-5.000 m
2
. Lahan sawah yang dikonversikan oleh petani antara 25-100, untuk konversi lahan sebanyak 25 13,3 petani,
konversi lahan sebanyak 50 45 petani, dan konversi lahan sebanyak 100 41,6. Petani yang mengkonversikan lahan digunakan tempat
tinggal 63,3 petani, 20 petani menjual tanah kepada pengembang perumahan, 10 petani menggantikan tanaman budidaya padi menjadi
tanaman budidaya tebu dikarenakan lahan yang tidak subur dan 6 petani di Kecamatan Mertoyudan dijadikan tempat berwirausaha karena letak
lahan yang strategis di pinggir jalan. Masyarakat mengkonversikan lahannya karena kebutuhan ekonomi yang terus meningkat sedangkan
hasil dari lahan sawahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan perekonomiannya sehingga masyarakat menjual lahan sawah mereka.
Hasil kuisioner tentang perizinan perubahan fungsi lahan tidak semua petani melakukan perizinan dengan mudah. Dapat dilihat pada
tabel bahwa sebanyak 18,3 mengurus perizinan dengan mudah sedangkan 81,6 menyatakan perizinan alih fungsi sulit dilakukan.
Sulit dan proses yang lama dalam melakukan perizinan menjadikan alasan masyarakat untuk tidak melakukan perizinan.
3. Kebijakan Pemerintah
Konversi lahan sawah di Kecamatan Mertoyudan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah karena pada dasarnya sudah terdapat Peraturan
Daerah No 5 tahun 2011 menahan laju konversi lahan sawah. Masih banyak petani yang melakukan konversi lahan sawah sebagai hal yang
wajar dilakukan. Didukung dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat diharuskan mencukupi kebutuhan tempat tinggal atau pemukiman.
Di daerah Kecamatan sendiri sudah banyak bangunan perumahan dimana bisnis tersebut dinilai lebih menguntungkan.
Permasalahan lain yang dihadapi yaitu dalam menanggulangi tingginya tingkat konversi lahan di Kabupaten Magelang, dimana banyak lahan-
lahan pertanian menjadi diubah fungsinya menjadi lahan terbangun. Banyak para petani yang melakukan konversi lahan sawah atau mengubah
fungsi sawah menjadi bangunan tanpa mengurus ijin yang berlaku di pemerintahan.
Aparat pemerintah yang menjadi responden penelitian mengatakan sangat sulit untuk mencegah konversi lahan pertanian karena para petani
pemilik lahan merasa memiliki keleluasaan dalam mengatur sumberdaya lahan pertanian miliknya, dan tentunya untuk melakukan konversi
terhadap lahannya. BPN Kabupaten Magelang sendiri sudah melakukan upaya untuk mengendalikan laju konversi lahan sawah dengan menolak
apabila sawah yang akan dikonversikan berupa lahan sawah subur. Dengan begitu banyak pemilik lahan melakukan alih fungsi sawah menjadi
bangunan tanpa melakukan ijin terlebih dahulu. Mereka membangun rumah atau bangunan tersebut, dan setelah lima hingga 10 tahun kemudian
mereka baru mengajukan perizinan. Konsep Tata Ruang yang belum jelas turut mempengaruhi konversi
lahan pertanian di Kecamatan Mertoyudan. Selain itu Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 5 Tahun 2011 seharusnya lebih dipatuhi
sehingga perubahan sawah menjadi non pertanian berupa perumahan dan pusat perbelanjaan dapat di minimalisir
44
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peningkatan konversi lahan sawah yang terjadi di Kecamatan
Mertoyudan tidak berpengaruh terhadap penurunan luas tanam dan luas panen, sehingga produksi padi tidak mengalami penurunan.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di
Kecamatan Mertoyudan yaitu faktor sosial, ekonomi dan kebijakan pemerintah.
B. Saran
1. Masyarakat hendaknya menyadari pentingnya lahan pertanian untuk
memenuhi kebutuhan pangan. 2.
Diharapkan pemeritah lebih sigap dalam menerapkan Peraturan Daerah terkait konversi lahan sawah di Kabupaten Magelang.
44
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Sudibyo.2011.Zonasi Konservasi Mangrovedi Kawasan Pesisir Pantai Kbupaten Pati. Skripsi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakerta.101 halaman Agus Pakpahan. 2012.
Investing In Farmers’ Welfare. Cetakan pertama. Bogor: IPB Press.
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. Kabupaten Magelang Dalam Angka. 2013 Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-
2010. http:www.bps.go.idlinkTabelStatisviewid1267
Diakses tanggal 5 Mei 2015.
Bambang.S.,2005. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.http:balittanah.litbang.deptan.go.iddokumentasiprosidingmflp2
001bambangwidjanarko.pdf [28 Mei 2015] Bambang Irawan. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian.231
I Made Mahadi Dwipradnyana.2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Serta Dampaknya Terhadap PetaniStudi kasus di Subak
Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan. Denpasar : Universitas Udayana. Irawan, B dan Prayitno. 2012. Dampak Koversi Lahan Sawah di Jawa Terhadap
Produksi Beras dan Kebijakan Pengedaliannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Diakses 12 Desember
2015. 33 hal.
Isa. 2006.
Strategi Pengendalian
Alih Fungsi
Lahan Pertanian.
http:balittanah.litbang.deptan.go.iddokumentasiprosidingmflp2006iwan. pdf. diakses tanggal 15 November 2015
Rahmanto, dkk, 2008. Persepsi Mengenai Multifungsi Lahan Sawah dan Implikasinya Terhadap Alih Fungsi Ke Pengguna Non Pertanian. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Litbang Pertnaian. Bogor. Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Qamar dan Setiawan S. 1995. Produksi Benih. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 22 Rahmanto, dkk, 2002. Persepei Mengenai Multifungsi Lahan Sawah dan
Implikasinya Terhadap Alih Fungsi Kepenggunaan Nonpertanian. Pusat