Analisis dampak konversi lahan pertanian terhadap produksi padi dan land rent (Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)

(1)

ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN

TERHADAP PRODUKSI PADI DAN LAND RENT

(Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)

IRVAN MAULANA SADIKIN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

RINGKASAN

IRVAN MAULANA SADIKIN. Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi dan Land Rent (Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor). Dibimbing Oleh NINDYANTORO

Lahan memiliki ketidakseimbangan dalam penawaran dan permintaannya, sehingga penggunaan sumberdaya lahan mengarah kepada penggunaan yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi lebih besar. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi pemukiman maupun industri merupakan hal yang lazim. Alih fungsi lahan diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan. Konversi lahan pertanian menjadi masalah ketika lahan yang dikonversi merupakan lahan pertanian produktif. Konversi lahan pertanian akan menyebabkan penurunan produksi pangan dan kerugian lingkungan seperti berkurangnya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Tingginya permintaan pemukiman di Kota Bogor dipicu oleh letak Kota Bogor yang dekat dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Depok dan Bandung. Letak yang tidak terlalu jauh dan akses jalan tol ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya serta nuansa pegunungan yang masih asri di sekitarnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pembangunan pemukiman di Kota Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Kota Bogor mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, menjelaskan dan menghitung dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency terhadap hilangnya produksi padi dan pemasukkan usahatani padi, menjelaskan dan menghitung perbandingan nilai land rent sebelum dan sesudah dibangunnya perumahan Pakuan Regency dan menjelaskan pengaruh faktor-faktor land rent

terhadap nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan lahan pemukiman perumahan Pakuan Regency. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada petani yang melakukan usahatani di kawasan perumahan Pakuan Regency dan pemilik atau penghuni rumah yang tinggal di perumahan Pakuan Regency.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembangunan pemukiman di Kota Bogor ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman dan memenuhi kebutuhan perumahan. Selain itu, pembangunan pemukiman di Kota Bogor disebabkan oleh visi Kota Bogor sebagai kota pemukiman sebelum diubah menjadi kota jasa. Besarnya kontribusi sektor pemukiman terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor dibandingkan dengan sektor pertanian menjadi faktor lainnya dalam pengembangan perumahan di Kota Bogor.

Konversi lahan pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency menyebabkan hilangnya akses air irigasi bagi lahan pertanian di bagian hilir aliran air irigasi, hilangnya produksi padi, hilangnya pemasukkan dari usahatani padi dan menyebabkan terjadinya perubahan nilai land rent. Total produksi padi yang hilang adalah sebanyak 414,4 ton Gabah Kering Giling yang mampu mencukupi kebutuhan sekitar 1.966 jiwa. Hilangnya produksi padi pada lahan terkonversi dan adanya selisih pemasukkan usahatani pada lahan yang terganggu aliran air irigasinya merupakan dampak konversi terhadap pemasukkan petani. Total pemasukkan usahatani yang hilang sebesar Rp. 1.141.760.000,00 per tahun. Berdasarkan nilai riil, land rent pemukiman lebih besar 71,68 kali dibandingkan


(3)

dengan land rent pertanian. Oleh karena itu, konversi lahan akan sangat sulit untuk dihindari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah luas lahan, penerimaan dan biaya operasional. Masing-masing variabel berpengaruh sebesar -0,00000076; 1,00001 dan -1,0000. Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pemukiman adalah luas lahan, luas bangunan, total penerimaan, biaya operasional dan pajak dengan masing-masing variabel berpengaruh sebesar -0,00013616; 0,0003496; -1,00000; 1,00000 dan -1,00000.


(4)

ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN

TERHADAP PRODUKSI PADI DAN LAND RENT

(Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)

IRVAN MAULANA SADIKIN H44052581

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(5)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi dan Land Rent

(Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor) Nama : Irvan Maulana Sadikin

NRP : H44052581

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Ir. Nindyantoro, MSP) NIP. 19620323 199002 1 001

Mengetahui Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc) NIP. 19620421 198603 1 003


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP

PRODUKSI PADI DAN LAND RENT (KASUS PERUMAHAN PAKUAN

REGENCY, BOGOR BARAT, KOTA BOGOR)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2009

Irvan Maulana Sadikin H44052581


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan oleh Ibu Ecin Kurniawati pada tanggal 14 November 1985. Ayah penulis bernama Samsudin. Penulis besar dalam keluarga petani sederhana yang tinggal di salah satu kecamatan terpencil di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Penulis menjalani pendidikan sekolah dasar yaitu di SDN Citamiang 1 pada tahun ajaran 1992/1993 dan lulus pada tahun ajaran 1997/1998. Setelah penulis lulus dari sekolah dasar penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 1 Maniis pada tahun ajaran 1998/1999 sampai dengan tahun ajaran 2000/2001. Tahun ajaran 2001/2002 penulis melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA) tepatnya di SMA Negeri 1 Purwakarta. Jarak antara sekolah dan rumah cukup jauh sehingga penulis harus kost. Penulis menjalani SMA selama empat tahun karena pada tahun kedua penulis mengambil cuti selama delapan bulan.

Tahun ajaran 2005/2006 penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Akhir semester kedua penulis memilih dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan sebagai pilihan pertama. Penulis memilih minor Statistika Sosial Ekonomi sebagai penambah keahlian selain mayor. Sewaktu kuliah penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen selama dua periode yaitu tahun 2006-2007 dan tahun 2007-2008. Penulis juga pernah menjadi koordinator kecamatan pada saat melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor pada tahun 2008.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Kholik, Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis sampai saat ini. Salawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Konversi lahan merupakan hal yang wajar terjadi dalam pembangunan suatu kawasan. Akan tetapi, konversi lahan menjadi masalah ketika lahan yang dikonversi merupakan lahan produktif karena akan menghilangkan multifungsi yang dihasilkan dari lahan pertanian tersebut. Sehingga dibutuhkan suatu kajian mengenai manfaat dan kerugian yang akan dirasakan sebagai dampak dari

konversi lahan. Skripsi ini berjudul ”ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN

PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DAN LAND RENT (Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)”. Penulis sadar masih banyak terdapat kekurangan untuk mencapai kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap penelitian ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat, baik bagi penulis khususnya maupun bagi siapapun yang membaca skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya selama penulis menyusun skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tersayang Bapak (Samsudin), Mama (Ecin Kurniawati) dan adik (Tresna Pangastuti) yang selalu mendoakan, mendukung, memotivasi dan memberikan kasih sayang yang tiada terkira selama ini kepada penulis.

2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP dan Ibu Eva Anggraeni, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan arahan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Novindra, SP sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji wakil departemen yang telah bersedia mengevaluasi hasil penelitian penulis dan banyak memberikan masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/karyawati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Pegawai di Kelurahan Margajaya dan Kelurahan Balumbang Jaya, Dinas-Dinas terkait dengan penelitian ini serta seluruh responden dalam penelitian yang telah dilaksanakan.

6. Keluarga di Milan Papa, Mama, dan Mas Adit serta Ayu dan Andri di Belanda atas doa, semangat dan dukungan yang telah diberikan.


(10)

7. Sahabat, adik, partner, motivator dan teman berbagi suka dan duka ’Andhika

Putri’ atas waktu, masukan/saran, doa, semangat, dan kasih sayang yang tulus

hingga saat ini. I love you.

8. Mbak Santi dan Bapak Abdul Basith, terima kasih atas bantuan dalam mencari responden di perumahan Pakuan Regency.

9. Ratih, Jamal, Gian dan Danti teman seperjuangan satu bimbingan dengan Ibu Eva Anggraeni dan Bapak Nindyantoro atas kebersamaan, semangat, masukan/saran, dan dukungan.

10.Sapto, Buja, Robot, Rendy, Abid, Ali, Garna, Yoe, Nani, Retna, Rindra, dan

all ESL 42, teman-teman di BEM FEM 2006/2007 dan 2007/2008 yang telah menjadi teman yang sangat baik untuk penulis, bagian dari pengalaman hidup yang indah. Terima kasih untuk semua kenangan yang telah kalian berikan. 11.Iqbal, Uyung, Aidil, Zahir, Rian, Indri, Erwin, Teguh, Fuad, Unuy dan all B15

atas kebersamaan dan kenangan selama dua semester di TPB. 12.Staf pengajar dan teman-teman di minor Statistika Sosial Ekonomi.

13.Merry, Mudhofir, Sifat, Farida, M, Agung, Diar, Gita, Titin, Joko, Silver, dan teman-teman lainya sewaktu melaksanakan KKP di Kecamatan Tanah Sareal, terimakasih atas kebersamaan selama dua bulan.

14.Semua pihak yang senantiasa mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai pada waktunya. Semoga Allah SWT membalas budi baik Anda semua. Amin.

Bogor, Agustus 2009


(11)

ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN

TERHADAP PRODUKSI PADI DAN LAND RENT

(Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)

IRVAN MAULANA SADIKIN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

RINGKASAN

IRVAN MAULANA SADIKIN. Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi dan Land Rent (Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor). Dibimbing Oleh NINDYANTORO

Lahan memiliki ketidakseimbangan dalam penawaran dan permintaannya, sehingga penggunaan sumberdaya lahan mengarah kepada penggunaan yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi lebih besar. Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi pemukiman maupun industri merupakan hal yang lazim. Alih fungsi lahan diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan. Konversi lahan pertanian menjadi masalah ketika lahan yang dikonversi merupakan lahan pertanian produktif. Konversi lahan pertanian akan menyebabkan penurunan produksi pangan dan kerugian lingkungan seperti berkurangnya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Tingginya permintaan pemukiman di Kota Bogor dipicu oleh letak Kota Bogor yang dekat dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Depok dan Bandung. Letak yang tidak terlalu jauh dan akses jalan tol ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya serta nuansa pegunungan yang masih asri di sekitarnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pembangunan pemukiman di Kota Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Kota Bogor mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, menjelaskan dan menghitung dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency terhadap hilangnya produksi padi dan pemasukkan usahatani padi, menjelaskan dan menghitung perbandingan nilai land rent sebelum dan sesudah dibangunnya perumahan Pakuan Regency dan menjelaskan pengaruh faktor-faktor land rent

terhadap nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan lahan pemukiman perumahan Pakuan Regency. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada petani yang melakukan usahatani di kawasan perumahan Pakuan Regency dan pemilik atau penghuni rumah yang tinggal di perumahan Pakuan Regency.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembangunan pemukiman di Kota Bogor ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman dan memenuhi kebutuhan perumahan. Selain itu, pembangunan pemukiman di Kota Bogor disebabkan oleh visi Kota Bogor sebagai kota pemukiman sebelum diubah menjadi kota jasa. Besarnya kontribusi sektor pemukiman terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor dibandingkan dengan sektor pertanian menjadi faktor lainnya dalam pengembangan perumahan di Kota Bogor.

Konversi lahan pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency menyebabkan hilangnya akses air irigasi bagi lahan pertanian di bagian hilir aliran air irigasi, hilangnya produksi padi, hilangnya pemasukkan dari usahatani padi dan menyebabkan terjadinya perubahan nilai land rent. Total produksi padi yang hilang adalah sebanyak 414,4 ton Gabah Kering Giling yang mampu mencukupi kebutuhan sekitar 1.966 jiwa. Hilangnya produksi padi pada lahan terkonversi dan adanya selisih pemasukkan usahatani pada lahan yang terganggu aliran air irigasinya merupakan dampak konversi terhadap pemasukkan petani. Total pemasukkan usahatani yang hilang sebesar Rp. 1.141.760.000,00 per tahun. Berdasarkan nilai riil, land rent pemukiman lebih besar 71,68 kali dibandingkan


(13)

dengan land rent pertanian. Oleh karena itu, konversi lahan akan sangat sulit untuk dihindari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah luas lahan, penerimaan dan biaya operasional. Masing-masing variabel berpengaruh sebesar -0,00000076; 1,00001 dan -1,0000. Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pemukiman adalah luas lahan, luas bangunan, total penerimaan, biaya operasional dan pajak dengan masing-masing variabel berpengaruh sebesar -0,00013616; 0,0003496; -1,00000; 1,00000 dan -1,00000.


(14)

ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN

TERHADAP PRODUKSI PADI DAN LAND RENT

(Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)

IRVAN MAULANA SADIKIN H44052581

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(15)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi dan Land Rent

(Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor) Nama : Irvan Maulana Sadikin

NRP : H44052581

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Ir. Nindyantoro, MSP) NIP. 19620323 199002 1 001

Mengetahui Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc) NIP. 19620421 198603 1 003


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP

PRODUKSI PADI DAN LAND RENT (KASUS PERUMAHAN PAKUAN

REGENCY, BOGOR BARAT, KOTA BOGOR)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2009

Irvan Maulana Sadikin H44052581


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan oleh Ibu Ecin Kurniawati pada tanggal 14 November 1985. Ayah penulis bernama Samsudin. Penulis besar dalam keluarga petani sederhana yang tinggal di salah satu kecamatan terpencil di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Penulis menjalani pendidikan sekolah dasar yaitu di SDN Citamiang 1 pada tahun ajaran 1992/1993 dan lulus pada tahun ajaran 1997/1998. Setelah penulis lulus dari sekolah dasar penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 1 Maniis pada tahun ajaran 1998/1999 sampai dengan tahun ajaran 2000/2001. Tahun ajaran 2001/2002 penulis melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA) tepatnya di SMA Negeri 1 Purwakarta. Jarak antara sekolah dan rumah cukup jauh sehingga penulis harus kost. Penulis menjalani SMA selama empat tahun karena pada tahun kedua penulis mengambil cuti selama delapan bulan.

Tahun ajaran 2005/2006 penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Akhir semester kedua penulis memilih dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan sebagai pilihan pertama. Penulis memilih minor Statistika Sosial Ekonomi sebagai penambah keahlian selain mayor. Sewaktu kuliah penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen selama dua periode yaitu tahun 2006-2007 dan tahun 2007-2008. Penulis juga pernah menjadi koordinator kecamatan pada saat melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor pada tahun 2008.


(18)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Kholik, Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis sampai saat ini. Salawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Konversi lahan merupakan hal yang wajar terjadi dalam pembangunan suatu kawasan. Akan tetapi, konversi lahan menjadi masalah ketika lahan yang dikonversi merupakan lahan produktif karena akan menghilangkan multifungsi yang dihasilkan dari lahan pertanian tersebut. Sehingga dibutuhkan suatu kajian mengenai manfaat dan kerugian yang akan dirasakan sebagai dampak dari

konversi lahan. Skripsi ini berjudul ”ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN

PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DAN LAND RENT (Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor)”. Penulis sadar masih banyak terdapat kekurangan untuk mencapai kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap penelitian ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat, baik bagi penulis khususnya maupun bagi siapapun yang membaca skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya selama penulis menyusun skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tersayang Bapak (Samsudin), Mama (Ecin Kurniawati) dan adik (Tresna Pangastuti) yang selalu mendoakan, mendukung, memotivasi dan memberikan kasih sayang yang tiada terkira selama ini kepada penulis.

2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP dan Ibu Eva Anggraeni, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan arahan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Novindra, SP sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji wakil departemen yang telah bersedia mengevaluasi hasil penelitian penulis dan banyak memberikan masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/karyawati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Pegawai di Kelurahan Margajaya dan Kelurahan Balumbang Jaya, Dinas-Dinas terkait dengan penelitian ini serta seluruh responden dalam penelitian yang telah dilaksanakan.

6. Keluarga di Milan Papa, Mama, dan Mas Adit serta Ayu dan Andri di Belanda atas doa, semangat dan dukungan yang telah diberikan.


(20)

7. Sahabat, adik, partner, motivator dan teman berbagi suka dan duka ’Andhika

Putri’ atas waktu, masukan/saran, doa, semangat, dan kasih sayang yang tulus

hingga saat ini. I love you.

8. Mbak Santi dan Bapak Abdul Basith, terima kasih atas bantuan dalam mencari responden di perumahan Pakuan Regency.

9. Ratih, Jamal, Gian dan Danti teman seperjuangan satu bimbingan dengan Ibu Eva Anggraeni dan Bapak Nindyantoro atas kebersamaan, semangat, masukan/saran, dan dukungan.

10.Sapto, Buja, Robot, Rendy, Abid, Ali, Garna, Yoe, Nani, Retna, Rindra, dan

all ESL 42, teman-teman di BEM FEM 2006/2007 dan 2007/2008 yang telah menjadi teman yang sangat baik untuk penulis, bagian dari pengalaman hidup yang indah. Terima kasih untuk semua kenangan yang telah kalian berikan. 11.Iqbal, Uyung, Aidil, Zahir, Rian, Indri, Erwin, Teguh, Fuad, Unuy dan all B15

atas kebersamaan dan kenangan selama dua semester di TPB. 12.Staf pengajar dan teman-teman di minor Statistika Sosial Ekonomi.

13.Merry, Mudhofir, Sifat, Farida, M, Agung, Diar, Gita, Titin, Joko, Silver, dan teman-teman lainya sewaktu melaksanakan KKP di Kecamatan Tanah Sareal, terimakasih atas kebersamaan selama dua bulan.

14.Semua pihak yang senantiasa mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai pada waktunya. Semoga Allah SWT membalas budi baik Anda semua. Amin.

Bogor, Agustus 2009


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Batasan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Lahan dan Fungsi Utama Lahan ... 9

2.2. Penggunaan Lahan (Land Use) ... 9

2.3. Konversi Lahan ... 11

2.4. Faktor Penyebab Konversi Lahan Pertanian ... 11

2.5 Dampak Konversi Lahan Pertanian ... 12

2.6. Produktifitas Lahan ... 13

2.7. Land Rent ... 13

2.8. Penelitian Terdahulu ... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

IV. METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 23

4.3. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Pengumpulan Data ... 23

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.4.1. Analisis Deskriptif Faktor Pendorong Pemerintah Kota Bogor Mengkonversi Lahan Pertanian ... 26

4.4.2. Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ... 26

4.4.2.1. Dampak Lingkungan ... 26

4.4.2.2. Analisis Hilangnya Produksi Padi .. 27 4.4.2.3. Analisis Hilangnya Penerimaan Petani 28


(22)

4.4.2.4. Analisis Land Rent ... 29 4.4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Land Rent ... 33

V. GAMBARAN UMUM ... 40 5.1. Kondisi Kawasan Penelitian ... 40 5.1.1. Geografis ... 40 5.1.2. Kependudukan ... 41 5.1.3. Pertanian ... 44 5.1.4. Perekonomian ... 46 5.2. Karakteristik Responden ... 47 5.2.1. Responden Pertanian ... 47 5.2.2. Responden Pemukiman ... 48 5.3. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bogor ... 49

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54 6.1. Faktor Pendorong Pemerintah Mengeluarkan

Kebijakan Mengkonversi Lahan Pertanian ... 54 6.2. Dampak Konversi Lahan ... 60 6.2.1. Dampak Lingkungan ... 60 6.2.2. Produksi Padi yang Hilang ... 62 6.2.3. Penerimaan Usahatani Padi yang Hilang ... 64 6.2.4. Nilai Land Rent ... 67 6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent ... 72

6.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Land Rent Pertanian ... 72 6.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Land Rent Pemukiman ... 79

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85 7.1. Kesimpulan ... 85 7.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Peubah Penjelas (X) untuk Menduga Peubah

Respon (Y) Land Rent Pertanian ... 33 2 Peubah Penjelas (X) untuk Menduga Peubah

Respon (Y) Land Rent Pemukiman ... 33 3 Penggunaan Lahan di Kelurahan Margajaya dan

Balumbang Jaya Tahun 2008 ... 41 4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor

Tahun 2009 ... 42 5 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

di Kelurahan Margajaya dan Balumbang Jaya

Tahun 2008 ... 43 6 Jumlah Penduduk (Jiwa) Kelurahan Margajaya dan

Balumbang Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian

Tahun 2008 ... 44 7 Mobilitas Penduduk di Kelurahan Margajaya dan

Balumbang Jaya Tahun 2008 ... 45 8 Karakteristik Responden Petani di Sekitar Kawasan

Perumahan Pakuan Regency Tahun 2009 ... 48 9 Karakteristik Responden Pemilik atau Penghuni

Perumahan Pakuan Regency Tahun 2009 ... 49 10 Fungsi Masing-Masing Kecamatan Kota Bogor

Berdasarkan RTRW 1999-2009 ... 51 11 Rencana Kebutuhan Rumah Kota Bogor

Tahun 1998-2009 ... 56 12 PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2005.. 58 13 Distribusi Persentase Pertumbuhan PDRB Kota Bogor

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Tahun 2001-2006 (%) ... 59 14 Perbandingan Rata-Rata Nilai Land Rent

Berdasarkan Nilai Riil Antara Lahan Pertanian

dan Lahan Pemukiman (Rp. per m2 per tahun) ... 70 15 Hasil Pendugaan Variabel Model Land Rent

Pertanian ... 73 16 Hasil Pendugaan Variabel Land Rent dengan

Menggunakan Variabel-Variabel yang Dipilih


(24)

17 Analisis Ragam Model Land Rent Pertanian

di Kawasan Perumahan Pakuan Regency ... 76 18 Hasil Pendugaan Variabel Model Land Rent

Pemukiman ... 80 19 Analisis Ragam Model Land Rent Pemukiman


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Sewa Lahan Sesuai dengan Kesuburan Lahan

(Teori Ricardo) ... 15 2 Kerangka Pemikiran ... 21


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Rencana Luas Penambahan Penggunaan Lahan

di Kota Bogor, 1998-2009 ... 91 2 Data Land Rent Pertanian di Daerah Sekitar

Perumahan Pakuan Regency ... 92 3 Data Land Rent Perumahan Pakuan Regency ... 93 4 Analisis Regresi Berganda Land Rent Pertanian ... 94 5 Prosedur Stepwise, Analisis Regresi dan Pengujian

Asumsi Regresi Berganda Land Rent Pertanian .... 96 6 Analisis Regresi dan Pengujian Asumsi Regresi

Berganda Land Rent Pemukiman ... 100 7 Dokumentasi Lahan Pertanian dan Lahan Pemukiman

Perumahan Pakuan Regency ... 103 8 Peta Lokasi Perumahan Pakuan Regency Olahan


(27)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aktivitas pembangunan dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan terhadap lahan meningkat, sementara itu ketersediaan dan luas lahan pada dasarnya tidak berubah. Sumberdaya lahan memiliki ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Penawaran lahan relatif terbatas sedangkan permintaannya tak terbatas, sehingga penggunaan sumberdaya lahan akan mengarah kepada penggunaan yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi lebih besar bagi pemiliknya.

Pemanfaatan lahan untuk berbagai penggunaan bertujuan untuk menghasilkan berbagai macam barang pemuas kebutuhan manusia. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi seringkali memanfaatkan lahan kurang bijaksana dan tidak memperhatikan kelestarian sumberdaya tersebut. Hal ini mengakibatkan menurunnya persediaan sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi dan manusia semakin tergantung pada sumberdaya lahan yang berkualitas rendah.

Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi pemukiman maupun industri merupakan hal yang lazim. Dinamika yang terjadi pada masyarakat yang meliputi perkembangan penduduk dan pola pembangunan wilayah menyebabkan alih fungsi lahan tidak dapat dihindari. Alih fungsi lahan diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan, akan tetapi pelaksanaannya harus tetap dikendalikan demi keberlanjutan pemanfaatan lahan pada masa yang akan datang.

Pemerintah harus memperhatikan dengan seksama dampak yang akan ditimbulkan dari pemanfaatan sumberdaya lahan. Eksternalitas yang akan


(28)

dirasakan perlu dilakukan perhitungan dengan teliti dan menyeluruh. Eksternalitas positif maupun eksternalitas negatif sebagai dampak dari pengelolaan sumberdaya lahan akan dirasakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Konversi lahan pertanian pada umumnya dipicu oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian menjadi sektor ekonomi yang lebih bersifat industrial, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya merangsang terjadinya migrasi penduduk ke daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati kawasan tersebut akan dikonversi untuk pembangunan kompleks pemukiman. Secara umum pergeseran atau transformasi struktur ekonomi merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama proses pembangunan masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi lahan pertanian akan sangat sulit untuk dihindari (Kustiawan, 1997).

Konversi lahan pertanian menjadi masalah ketika lahan pertanian yang dialihfungsikan merupakan lahan pertanian produktif. Konversi lahan pertanian tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan pada kondisi lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Agus (2004) mengemukakan bahwa konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian mengalami percepatan. Sejak tahun 1981

sampai dengan tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah di Pulau Jawa seluas satu juta ha dan 0,62 juta ha di luar Pulau Jawa. Walaupun dalam periode waktu


(29)

yang sama dilakukan pencetakan sawah seluas 0,52 juta ha di Pulau Jawa dan sekitar 2,7 juta ha di luar Pulau Jawa, namun pada kenyataannya pencetakan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi tidak mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap impor beras. Muttaqin (2008) mengemukakan bahwa sekitar 58,7 % penggunaan lahan sawah berubah fungsi menjadi pemukiman, 21,8 % penggunaan lahan berubah menjadi penggunaan urban di Pulau Jawa. Sedangkan, di luar Pulau Jawa sekitar 16,1 % peruntukan lahan sawah dialihfungsikan menjadi kawasan pemukiman dan 48,6 % lainnya digunakan untuk berbagai jenis penggunaan lainnya.

Berkurangnya lahan pertanian karena konversi akan menyebabkan turunnya produksi pangan. Sekali lahan pertanian (terutama sawah) beralih fungsi, tidak mungkin kembali lagi menjadi sawah4. Konversi lahan pertanian berdampak juga pada kerugian lingkungan seperti hilangnya hamparan efektif untuk menampung kelebihan air limpasan yang bisa membantu mengurangi banjir. Kerugian itu masih bertambah dengan hilangnya kesempatan kerja dan income

bagi petani penggarap, buruh tani, penggilingan padi, dan sektor-sektor pedesaan lainnya.

Kota Bogor sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota Jakarta terkena dampak perkembangan dan pembangunan Jakarta. Dampak yang dirasakan adalah perkembangan Kota Bogor menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Pemerintah Kota Bogor mengembangkan sistem perwilayahan Kota Bogor yang diarahkan menjadi satu kesatuan yang utuh. Sistem perwilayahan Kota Bogor didasarkan

4

Roosita, E. Akutnya Konversi Lahan Pertanian. Sumber referensi :

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Akutnya%20Konversi%20Lahan%20Pertanian.htm, [akses, 3 Februari 2009]


(30)

atas fungsi dan kedudukan Kota Bogor di wilayah Jawa Barat, konstelasi Jabodetabek dan potensi perkembangan dan kemampuan berkembang Kota Bogor. Berdasarkan tinjauan tersebut Pemerintah Kota Bogor mengembangkan sistem perwilayahan ke dalam Model Sistem Kota Satelit yaitu pusat yang dikelilingi satelit5.

Tingginya permintaan pemukiman di Kota Bogor dipicu letak Kota Bogor yang dekat dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Depok dan Bandung. Letak yang tidak terlalu jauh dan akses jalan tol ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya serta nuansa pegunungan yang masih asri di sekitarnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pembangunan pemukiman di Kota Bogor. Pembangunan perumahan Pakuan Regency yang berlokasi di wilayah Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu pembangunan pemukiman yang ada di Kota Bogor. Pembangunan perumahan Pakuan Regency yang mengkonversi lahan pertanian produktif telah menghilangkan kesempatan memproduksi padi sebagai produksi utama lahan pertanian tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan merupakan salah satu sektor yang diperlukan dalam setiap bentuk aktivitas manusia. Penggunaan lahan pada umumnya tergantung pada kemampuan lahan dan lokasi lahan. Penggunaan lahan untuk daerah-daerah pemukiman, industri dan perdagangan tergantung pada lokasi lahan. Sedangkan untuk pertanian penggunaan lahan tergantung pada tingkat kesuburan lahan tersebut.

5


(31)

Lahan yang memiliki tingkat kesuburan bagus dan lokasi yang strategis akan terdapat kompetisi dalam pemanfaatannya. Kompetisi yang terjadi biasanya terdapat pada lahan-lahan subur yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah sub urban. Kompetisi dalam pemanfaatan lahan biasanya terjadi antara sektor pertanian dengan sektor lainnya seperti pemukiman, industri maupun perdagangan. Secara umum, sumberdaya lahan akan dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk tujuan-tujuan yang memberikan harapan memperoleh penghasilan yang tertinggi. Pemilik lahan akan menggunakan lahan yang dimilikinya sesuai dengan manfaat penggunaan tertinggi dan terbaik. Penilaian pemilik lahan untuk penggunaan terbaik dan tertinggi tergantung pada orientasi yang ingin dicapai yaitu orientasi ekonomi, sosial maupun lingkungan.

Jika penilaian lahan berdasarkan orientasi ekonomi lebih tinggi daripada orientasi lainnya maka lahan akan digunakan untuk pemanfaatan yang memberikan nilai ekonomi tinggi. Pada daerah perkotaan dan sub urban umumnya sektor pertanian terkalahkan oleh sektor pemukiman, industri maupun perdagangan sehingga lahan-lahan pertanian dikonversi menjadi pemukiman, industri maupun perdagangan. Konversi lahan pertanian menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dirasakan adalah munculnya kawasan pemukiman baru untuk memenuhi kebutuhan perumahan, peningkatan kegiatan perdagangan serta adanya tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi dan pajak. Selain dampak positif konversi lahan pertanian juga menyebabkan berbagai dampak negatif.

Dampak negatif yang dirasakan akibat konversi lahan pertanian antara lain adalah hilangnya kesempatan memproduksi pangan, hilangnya hamparan efektif


(32)

yang mampu mengurangi air limpasan dan hilangnya fungsi ekologi dari lahan pertanian tersebut. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sumberdaya lahan perlu mempertimbangkan banyak aspek. Selain aspek ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya lahan juga perlu memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.

Pembangunan perumahan Pakuan Regency yang dikembangkan oleh PT. Mitramandala Semestapusaka merupakan bentuk konversi lahan yang terjadi di Kelurahan Margajaya dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lahan yang pada awalnya digunakan sebagai lahan pertanian untuk memproduksi padi dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman. Lahan pertanian yang memberikan manfaat ekonomi yang rendah dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman yang diduga akan memberikan manfaat ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain :

1. Apa yang menjadi faktor pendorong bagi Pemerintah Kota Bogor memberikan izin pembangunan perumahan dengan mengkonversi lahan pertanian?

2. Bagaimana dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency terhadap jumlah produksi padi dan pemasukan (income) yang diterima oleh petani dari hasil usahatani padi yang hilang?

3. Bagaimana perbandingan nilai land rent antara sebelum dan sesudah adanya pembangunan perumahan Pakuan Regency?

4. Bagaimana pengaruh faktor-faktor land rent terhadap nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan lahan pemukiman perumahan Pakuan Regency?


(33)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Kota Bogor

mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.

2. Menjelaskan dan menghitung dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency terhadap hilangnya produksi padi dan pemasukan (income) petani dari usahatani padi.

3. Menjelaskan dan menghitung perbandingan nilai land rent sebelum dan sesudah dibangunnya perumahan Pakuan Regency.

4. Menjelaskan pengaruh dari faktor-faktor land rent terhadap nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan lahan pemukiman perumahan Pakuan Regency.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi peneliti serta bagi masyarakat, ilmu pengetahuan dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan. Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan akan bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademis maupun praktis, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai konversi lahan dan dampaknya terhadap produksi padi dan nilai ekonomi lahan (land rent).

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber rujukan pustaka dalam membuat penulisan-penulisan ilmiah.


(34)

3. Bagi masyarakat pertanian, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai dampak yang akan dirasakan apabila lahan pertanian yang dimiliki dialihfungsikan ke penggunaan pemukiman.

4. Bagi penentu kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan, khususnya yang terkait dengan permasalahan konversi lahan pertanian.

1.5 . Batasan Penelitian

Hal-hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Faktor pendorong terjadinya konversi lahan hanya dilihat dari sisi pemerintah. 2. Pemasukan (income) petani yang dihitung untuk mengestimasi pemasukan

(income) yang hilang dari usahatani yang dilakukan merupakan pemasukan (income) petani dari usahatani padi.

3. Dampak konversi lahan terhadap lingkungan hanya dilihat dari hilangnya akses aliran air bagi lahan pertanian (dampak yang dirasakan langsung oleh penduduk sekitar perumahan Pakuan Regency).


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Fungsi Utama Lahan

Definisi lahan memiliki keterkaitan dengan tanah. Menurut Utomo, et al

(1992), lahan memiliki ciri-ciri yang unik dibandingkan sumberdaya lainnya, yakni lahan merupakan sumberdaya yang tidak habis, namun jumlahnya tetap dan dengan lokasi yang tidak dapat dipindahkan. Jayadinata (1999) memaparkan bahwa tanah berarti bumi (earth), sedangkan lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya, baik perseorangan atau lembaga.

Lahan sebagai modal alami utama yang melandasi kegiatan kehidupan menurut Utomo, et al (1992), memiliki dua fungsi dasar, yaitu:

1) Fungsi kegiatan budidaya, yang memiliki makna suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan, hutan produksi dan lain-lain.

2) Fungsi lindung, bermakna bahwa kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.

2.2. Penggunaan Lahan (Land Use)

Karakteristik lahan sebagai sumberdaya yang jumlahnya tetap dengan lokasinya yang tidak dapat dipindahkan, membutuhkan suatu perencanaan yang berkaitan dengan pola pemanfaatan lahan guna memenuhi kebutuhan manusia yang beragam. Berbagai macam bentuk intervensi manusia terhadap lahan untuk


(36)

memenuhi kebutuhan hidupnya dapat dikatakan land use atau penggunaan lahan atau tata guna lahan.

Menurut Jayadinata (1999), tata guna lahan meliputi dua unsur, yaitu: 1. Tata guna lahan yang berarti penataan atau pengaturan penggunaan (merujuk

kepada sumberdaya manusia).

2. Lahan (merupakan sumberdaya alam), yang berarti ruang (permukaan lahan serta lapisan batuan di bawahnya dan lapisan di atasnya), serta memerlukan dukungan berbagai unsur alam lain seperti air, iklim, hewan, vegetasi, mineral, dan sebagainya.

Pertimbangan mengenai kepentingan atas lahan di berbagai wilayah mungkin berbeda tergantung kepada struktur sosial penduduk dan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah dalam mengembangkan wilayah. Aturan-aturan dalam penggunaan lahan dijalankan berdasarkan pada beberapa kategori antara lain kepuasan, kecenderungan untuk kegiatan dalam tata guna lahan, kesadaran akan tata guna lahan, kebutuhan orientasi dan pemanfaatan atau pengaturan estetika (Munir, 2008). Sehubungan dengan hal tersebut, Chapin (1995) seperti yang dikutip oleh Jayadinata (1999) menggolongkan lahan dalam tiga kategori, yaitu: 1. Nilai keuntungan, yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat

dicapai dengan jual-beli lahan di pasaran bebas.

2. Nilai kepentingan umum, yang dihubungkan dengan pengaturan untuk masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat.

3. Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar bagi kehidupan dan dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestarian, tradisi, kepercayaan dan sebagainya.


(37)

2.3. Konversi Lahan

Utomo, et al (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan atau penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Sihaloho (2004) menjelaskan bahwa konversi lahan adalah alih fungsi lahan khususnya dari lahan pertanian ke penggunaan non pertanian atau dari lahan non pertanian ke lahan pertanian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, Sihaloho (2004) memaparkan bahwa konversi lahan dipengaruhi dua faktor utama, yakni (1) faktor pada aras makro yang meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervensi pemerintah, dan ‘marginalisasi’ ekonomi atau kemiskinan ekonomi. (2) faktor pada aras mikro yang meliputi pola nafkah rumah tangga (struktur ekonomi rumah tangga), kesejahteraan rumah tangga (orientasi nilai ekonomi rumah tangga) dan strategi bertahan hidup rumah tangga (tindakan ekonomi rumah tangga).

2.4 . Faktor Penyebab Konversi Lahan Pertanian

Konversi lahan pada umumnya dipengaruhi oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian ke sektor ekonomi yang lebih bersifat industrial, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.


(38)

Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya mendorong terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan perumahan. Secara umum, pergeseran atau transformasi struktur ekonomi merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama proses pembangunan masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi lahan pertanian sangat sulit dihindari (Kustiawan, 1997).

Konversi lahan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Rusli (1995) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk, rasio antara manusia dan lahan menjadi semakin besar, sekalipun pemanfaatan setiap jengkal lahan sangat dipengaruhi taraf perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Pertumbuhan penduduk menyebabkan makin mengecilnya persediaan lahan rata-rata per orang.

2.5 . Dampak Konversi Lahan Pertanian

Konversi lahan yang terjadi mengubah status kepemilikan lahan dan penguasaan lahan. Perubahan dalam penguasaan lahan di pedesaan membawa implikasi bagi perubahan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat yang menjadi indikator kesejahteaan masyarakat desa (Furi, 2007). Terbatasnya akses untuk menguasai lahan menyebabkan terbatas pula akses masyarakat atas manfaat lahan yang menjadi modal utama mata pencaharian sehingga terjadi pergesaran kesempatan kerja ke sektor non pertanian (sektor informal).


(39)

Menurut Munir (2008), dampak konversi lahan pertanian menjadi penambangan pasir dan batu di Desa Candimulyo, Wonosobo dapat dilihat pada berbagai kehidupan masyarakat. Antara lain dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat adalah meningkatnya kesejahteraan rumah tangga petani, tingkat keamanan yang meningkat, serta berkurangnya tingkat pengangguran karena banyaknya masyarakat yang pada awalnya mengganggur ikut bekerja menjadi buruh penambangan pasir dan batu. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan adalah perubahan sikap sebagian masyarakat yang selalu ingin mengambil bagian keuntungan dari orang lain dan dampak lingkungan yang menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak .

2.6. Produktifitas Lahan

Produktifitas lahan sawah menentukan pendapatan petani dari usahataninya. Semakin rendah produktifitas lahan sawah, maka produk yang dihasilkan oleh lahan sawah tersebut semakin rendah dan selanjutnya pendapatan yang diterima oleh petani akan semakin rendah. Rendahnya pendapatan petani yang diakibatkan oleh rendahnya produktifitas lahan sawah akan menyebabkan petani memutuskan untuk mengkonversi lahan sawahnya dan beralih ke sektor non pertanian. Hal ini dikarenakan pekerjaan di sektor non pertanian dipandang dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan yang diperoleh dari hasil lahan sawah yang mempunyai produktifitas rendah (Utama, 2006).

2.7. Land Rent

Teori sewa lahan model klasik dikembangkan oleh David Ricardo dan Von Thunen. David Ricardo memberikan konsep sewa atas dasar perbedaan


(40)

dalam hal kesuburan lahan, terutama lahan pertanian. Analisis yang dikemukakan oleh David Ricardo berdasarkan asumsi bahwa pada daerah pemukiman baru terdapat sumberdaya lahan yang subur dan berlimpah. David Ricardo mengemukakan bahwa hanya lahan yang subur yang digunakan untuk bercocok tanam dan tidak ada pembayaran sewa sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Sewa lahan akan muncul hanya apabila penduduk bertambah yang menyebabkan permintaan terhadap lahan meningkat dan terjadi penggunaan lahan kurang subur oleh masyarakat. Teori sewa David Ricardo dapat digambarkan pada Gambar 1 (Suparmoko, 1997).

Teori yang dikemukakan oleh Von Thunen menentukan nilai sewa lahan berdasarkan faktor lokasi. Analisis Von Thunen berdasarkan tanaman yang dihasilkan oleh daerah-daerah subur dekat pusat pasar dan dikemukakan bahwa sewa lahan lebih tinggi dari daerah-daerah yang lebih jauh dari pusat pasar. Menurut Von Thunen sewa lahan berkaitan dengan perlunya biaya transportasi dari daerah yang jauh ke pusat pasar (Suparmoko, 1997).

Nilai ekonomi lahan menurut Barlowe (1978) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Sewa lahan (contract rent) sebagai pembayaran aktual dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.

2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) merupakan surplus

pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.


(41)

Rata-Rata Biaya Produksi dan Sewa Tanah per satuan

Rp. 4 A B C D

3,3

2,5

2,0

50 40 30 25

Satuan Output yang Dihasilkan Pada Empat Macam Kualitas Lahan

Gambar 1. Sewa Lahan Sesuai dengan Kesuburan Lahan (Teori Ricardo)

Penelitian yang dilaksanakan mengambil istilah nilai ekonomi lahan (land rent) dari konsep nilai ekonomi lahan yang kedua menurut Barlowe (1978), yaitu keuntungan usaha atau economic rent dari suatu usaha yang dilakukan pada suatu lahan tertentu. Salah satu cara untuk menentukan nilai faktor produksi yang berasal dari alam seperti lahan adalah dengan menggunakan konsep land rent.

Land rent merupakan konsep yang penting dalam mempelajari penerimaan ekonomi dari penggunaan sumberdaya lahan untuk produksi. Land rent dapat didefinisikan sebagai surplus ekonomi yaitu merupakan kelebihan nilai produksi total di atas biaya total (Suparmoko, 1997). Oleh karena itu, untuk melihat land rent pada daerah penelitian dibandingkan antara nilai land rent dari usahatani dan nilai land rent dari penyewaan rumah.

Nilai land rent dari penggunaan lahan sebagai lahan pertanian dihitung berdasarkan pada penerimaan total yang diterima oleh pemilik lahan setelah


(42)

dikurangi biaya total yang dikeluarkan. Sedangkan, untuk nilai land rent setelah lahan pertanian tersebut dikonversi dihitung berdasarkan pada nilai sewa dari rumah tersebut. Penerimaan total yang diterima dari penyewaan rumah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan merupakan nilai land rent dari lahan pemukiman tersebut.

2.8. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan diuraikan secara ringkas berikut ini:

Kusnitarini (2006) melakukan penelitian yang menganalisis keterkaitan konversi lahan pertanian dengan perkembangan wilayah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Tangerang, Banten. Perubahan penggunaan lahan yang ada di Kota Tangerang dari tahun 1991 hingga 2005 cenderung ke arah penggunaan lahan untuk perkotaan. Penggunaan lahan untuk sawah, tegalan, air dan hutan semuanya mengalami konversi bahkan lahan hutan telah terkonversi 100%.

Anugerah (2005) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan lahan non pertanian di Kabupaten Tangerang dan diperoleh hasil bahwa selama periode tahun 1994-2003 di Kabupaten Tangerang telah terjadi konversi lahan sebesar 5.407 ha dengan laju konversi sebesar 2,44 % per tahun. Luas lahan terkonversi berturut-turut dari yang terluas adalah sawah tadah hujan, sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana dan sawah irigasi teknis. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan sawah adalah produktifitas sawah, luas lahan sawah irigasi, kontribusi sektor pertanian dan kebijakan pemerintah.


(43)

Pambudi (2008) melakukan penelitian nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan pemukiman di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil perhitungan land rent pemukiman lebih besar 79 kali dibandingkan land rent pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian adalah status lahan, total peneriman dan total biaya operasional sedangkan pada land rent pemukiman adalah luas lahan, kondisi rumah, total penerimaan dan jarak ke jalan utama.


(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Perubahan struktur ekonomi yang terjadi pada suatu kawasan akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan pada kawasan tersebut. Perubahan struktur ekonomi yang terjadi menyebabkan penggunaan sumberdaya lahan diarahkan untuk penggunaan yang memberikan manfaat ekonomi paling tinggi. Lahan yang pada awalnya digunakan untuk pertanian akan dialihfungsikan ke bentuk lainnya sesuai dengan konsep pengembangan struktur ekonomi yang terjadi dan manfaat secara ekonomi paling tinggi.

Pertumbuhan penduduk pada suatu daerah akan diikuti oleh peningkatan permintaan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan pokok manusia pada umumnya adalah sandang, pangan dan papan. Kebutuhan manusia yang akan dicermati dalam konteks penelitian ini adalah kebutuhan terhadap papan atau rumah. Peningkatan kebutuhan tempat tinggal memerlukan lahan sebagai dasar berdirinya tempat tinggal. Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal akan menyebabkan tingginya permintaan terhadap lahan. Persaingan untuk mendapatkan lahan terjadi sebagai dampak penawaran lahan yang relatif tetap namun permintaan lahan tinggi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan harga lahan terutama lahan yang berada pada lokasi tertentu seperti lahan pada daerah perkotaan.

Pertumbuhan penduduk dan perubahan pada penggunaan lahan mengakibatkan terjadinya pengalihfungsian (konversi) lahan pertanian. Lahan yang asalnya digunakan untuk pertanian dialihfungsikan menjadi pemukiman. Konversi lahan pertanian sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi dalam


(45)

perkembangan suatu wilayah. Namun, konversi lahan menjadi masalah ketika lahan pertanian yang dikonversi merupakan lahan pertanian produktif.

Konversi lahan pertanian menjadi perumahan pasti memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak suatu pembangunan perumahan antara lain terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah daerah dapat memperoleh pendapatan dari retribusi dan pajak daerah yang telah ditetapkan. Dampak yang dimaksud dalam penelitian yang telah dilaksanakan adalah dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan perumahan Pakuan Regency. Dampak negatif dari pembangunan perumahan yang mengkonversi lahan pertanian adalah hilangnya kesempatan memproduksi padi, hilangnya pendapatan dari usahatani dan terjadinya perubahan nilai land rent.

Penelitian yang dilaksanakan menganalisis faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Kota Bogor mengkonversi lahan pertanian menjadi pemukiman, dampak negatif yang ditimbulkan oleh konversi lahan dan pengaruh dari faktor-faktor land rent terhadap nilai ekonomi lahan (land rent). Konversi lahan pertanian selain memiliki dampak ekonomi juga memiliki dampak lingkungan. Dampak lingkungan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar pada saat penelitian dilaksanakan adalah hilangnya akses air bagi sebagian lahan pertanian sehingga lahan pertanian tersebut berubah fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan tegalan. Perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan tegalan berdampak terhadap perubahan pendapatan yang diterima oleh petani yang melakukan usahatani. Selisih dari perubahan pendapatan antara usahatani pertanian menjadi usahatani pada lahan tegalan merupakan dampak ekonomi yang harus ditanggung oleh masyarakat sekitar (petani).


(46)

Hilangnya kesempatan memproduksi padi sebagai dampak dari konversi lahan pertanian dalam penelitian yang telah dilaksanakan menggunakan nilai estimasi dari produksi padi di sekitar perumahan Pakuan Regency. Jumlah produksi padi yang hilang dihitung dengan menggunakan perkalian antara luas lahan yang terkonversi dengan rata-rata produktifitas lahan yang didapatkan dari responden dengan membagi antara jumlah produksi dan luas lahan yang digarap. Sedangkan dalam perhitungan penerimaan usahatani padi yang hilang diperoleh dari hasil jumlah produksi padi yang hilang dikonversi kedalam nilai moneter.

Konversi lahan yang terjadi akan menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai land rent yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Sebelum terjadinya konversi lahan nilai land rent dihitung berdasarkan pada surplus ekonomi yang diterima oleh petani sebagai hasil dari pengelolaan lahan tersebut sebagai lahan pertanian.

Surplus ekonomi lahan setelah adanya pembangunan perumahan Pakuan Regency dihitung berdasarkan harga sewa rumah dari rumah-rumah yang dibangun di perumahan Pakuan Regency.

Pengaruh faktor-faktor land rent terhadap surplus ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan lahan pemukiman dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Model yang diperoleh melalui analisis regresi yang dilakukan harus melalui tahap pengujian asumsi analisis regresi dan melalui uji statistik seperti uji t dan uji F. Nilai parameter dari masing-masing variabel kemudian diinterpretasikan dan dijadikan sebagai nilai pengaruh dari faktor-faktor


(47)

Konversi Lahan Pertanian Menjadi Perumahan Nilai Land Rent Kehilangan Produksi Padi (Estimasi)

Besaran Dampak Konversi

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan Penduduk Pergeseran Struktur Ekonomi Pergeseran Struktur Penggunaan Lahan Dampak Konversi Lahan Pertanian Peningkatan Kebutuhan Perumahan Hilangnya

Produksi Padi Sebelum dan Sesudah

Saran/Implikasi Kebijakan Pendapatan Pertanian Peningkatan Harga Lahan Peningkatan atau Penurunan Nilai Land Rent

Faktor Pendorong Pemerintah mengkonversi Kebijakan Pemerintah Analisis Deskriptif Hilangnya Pendapatan Usahatani Padi Dampak Lingkungan

Akses Air Irigasi

Pengalihfungsian Lahan Pertanian menjadi Perkebunan Perubahan Pendapatan

Faktor-Faktor Land Rent Pertanian dan


(48)

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian di lapang dilakukan selama dua bulan yaitu, dimulai pada pertengahan bulan Mei hingga pertengahan Juli 2009. Daerah penelitian dilaksanakan di kawasan perumahan Pakuan Regency, Kelurahan Margajaya dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Kecamatan Bogor Barat sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan penggunaan lahan di lokasi tersebut.

Beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pemilihan wilayah Kecamatan Bogor Barat sebagai daerah penelitian antara lain:

1. Kota Bogor dipandang mengalami perubahan fungsi lahan yang nyata sebagai akibat berkembangnya kegiatan-kegiatan non pertanian seperti pemukiman, industri dan perdagangan.

2. Kebijakan Pemerintah Kota Bogor yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor menyatakan bahwa pembangunan Kecamatan Bogor Barat yang utama ditujukan untuk kawasan tempat tinggal. 3. Kecamatan Bogor Barat sebagai salah satu kecamatan di Kota Bogor

dianggap sebagai salah satu daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang kondusif untuk kawasan tempat tinggal.

4. Adanya rencana pembangunan Bogor Ring Road sebagai salah satu akses cepat untuk mencapai kawasan Bogor Barat serta adanya Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia menjadi salah satu daya pikat untuk pembangunan Bogor Barat kearah perkotaan.


(49)

5. Pembangunan perumahan Pakuan Regency sebagai salah satu kawasan pemukiman di Kecamatan Bogor Barat telah menggeser lahan petanian.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan oleh peneliti (Umar, 2005). Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara pada petani yang melakukan usahatani di kawasan perumahan Pakuan Regency dan pemilik atau penghuni rumah di perumahan Pakuan Regency serta tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar, 2005). Data sekunder diperlukan untuk melengkapi hasil wawancara, meliputi administrasi kelurahan, data statistik kelurahan, RTRW Kota Bogor dan data relevan lain untuk penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor, Kantor Pemerintahan Kecamatan Bogor Barat, Kantor Kelurahan Margajaya dan Kelurahan Balumbang Jaya, instansi-instansi terkait serta studi literatur.

4.3. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Pengumpulan Data

Populasi pada penelitian ini merupakan petani yang melakukan usahatani di sekitar perumahan Pakuan Regency dan pemilik atau penghuni rumah di perumahan Pakuan Regency. Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti


(50)

(Hasan, 2002). Penelitian yang telah dilaksanakan mengambil 60 responden yang berasal dari petani dan pemilik atau penghuni rumah di perumahan Pakuan Regency. Responden yang diambil dari masing-masing populasi tersebut berjumlah 30 orang untuk mendapatkan perbandingan yang proporsional antar populasi. Penentuan jumlah sampel responden sebanyak 30 orang berdasarkan atas standar minimal penelitian survei yaitu berdasarkan pada populasi menyebar normal. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga mewakili karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Hasan, 2002).

Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara dan kuesioner kepada responden, pihak pemerintah dan tokoh masyarakat. Responden merupakan pihak yang memberikan keterangan mengenai diri dan keluarganya dengan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan penelitian. Responden pada populasi pertama merupakan petani yang setelah pembangunan Pakuan Regency masih melakukan pengolahan lahan dan memanfaatkan hasil dari lahan produktif yang tidak dibebaskan atau tidak terkonversi di sekitar kawasan perumahan Pakuan Regency. Responden pada populasi pertama digunakan untuk menghitung usahatani yang berlangsung pada saat penelitian berjalan. Usahatani yang dilakukan oleh petani kemudian akan digunakan untuk menghitung nilai

land rent pertanian yang dikonversi. Hasil wawancara dan kuesioner pada responden petani yang tidak terkonversi juga digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah produksi dan penerimaan petani yang hilang akibat pembangunan perumahan Pakuan Regency dengan asumsi bahwa rata-rata produktifitas lahan pertanian yang saat ini masih berjalan sama dengan


(51)

produktifitas pada lahan yang terkonversi. Responden dari populasi kedua merupakan pemilik atau penghuni rumah yang berada di perumahan Pakuan Regency. Pengambilan responden dari pemilik atau penghuni rumah di perumahan Pakuan Regency dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai nilai land rent setelah pembangunan Pakuan Regency sebagai pengganti dari nilai

land rent pertanian yang terkonversi.

Pengambilan data pada petani yang lahannya tidak terkonversi dan pemilik atau penghuni rumah di perumahan Pakuan Regency dilakukan secara purposive sampling. Teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel petani yang tidak terkonversi berdasarkan kriteria petani yang melakukan usahatani pada lahan pertanian di sekitar kawasan perumahan Pakuan Regency. Sedangkan sampel pemilik rumah dilakukan berdasarkan kriteria pemilik atau penghuni yang sudah menempati rumah di perumahan Pakuan Regency.

Purposive sampling merupakan bentuk sampling nonpropability. Teknik pengambilan sampel pada sampling tidak acak menyebabkan setiap elemen dari populasi yang akan diteliti tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Salah satu kelemahan dari sampling tidak acak adalah hasil dari sampling ini memiliki sifat subjektif. Penelitian yang telah dilaksanakan menggunakan metode sampling nonpropability dikarenakan jumlah masing-masing populasi yang akan diteliti tidak dapat ditentukan secara pasti.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Konversi lahan pertanian yang terjadi di Kelurahan Balumbang Jaya dan Margajaya untuk pembangunan perumahan Pakuan Regency dalam penelitian ini akan dilihat dari dua sisi. Pertama, konversi lahan pertanian yang terjadi


(52)

disebabkan oleh adanya faktor kebijakan pemerintah yang mendorong terjadinya konversi. Kedua, konversi lahan pertanian yang terjadi menimbulkan berbagai macam dampak yang dirasakan oleh petani maupun bagi kawasan sekitarnya. Dampak-dampak yang akan dianalisis dalam penelitian ini antara lain hilangnya produksi padi, hilangnya penerimaan petani dan terjadinya perubahan nilai land rent antara sebelum dan sesudah terjadinya konversi. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan alat bantu berupa kalkulator

fx-3650P, Microsoft Excel 2007 dan program komputer Minitab 14 for Windows.

4.4.1. Analisis Deskriptif Faktor Pendorong Pemerintah Kota Bogor Mengkonversi Lahan Pertanian

Kebijakan Pemerintah Kota Bogor menambah penggunaan lahan untuk pemukiman seperti yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bogor akan mengurangi lahan pertanian. Kebutuhan penambahan perumahan sebanyak 45.222 unit pada tahun 2009 sesuai yang direncanakan dalam RTRW akan mengkonversi lahan seluas 332,87 ha. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan tanggapan mengenai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Analisis deskriptif diarahkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Kota Bogor mengkonversi lahan pertanian menjadi pemukiman.

4.4.2. Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian 4.4.2.1. Dampak Lingkungan

Konversi lahan pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency diduga akan menyebabkan hilangnya fungsi lingkungan dari lahan pertanian yang terkonversi. Dampak lingkungan yang diteliti dalam penelitian ini berupa dampak lingkungan yang dirasakan langsung oleh penduduk sekitar perumahan Pakuan


(53)

Regency pada saat penelitian dilaksanakan (Juli, 2009). Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari tokoh masyarakat dan penduduk sekitar perumahan Pakuan Regency.

4.4.2.2. Analisis Hilangnya Produksi Padi

Salah satu dampak dari konversi lahan pertanian adalah hilangnya kesempatan memproduksi pangan dari lahan pertanian yang terkonversi dan lahan pertanian yang terganggu di sekitar lahan pertanian yang terkonversi. Hasil usahatani padi yang utama di lokasi penelitian adalah padi. Kehilangan produksi padi sebagai dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency diukur dengan menggunakan model yang digunakan oleh Utama (2006) untuk menjelaskan kehilangan produksi padi di Kabupaten Cirebon. Model tersebut kemudian diadaptasi oleh penulis dengan beberapa perubahan yang dapat menggambarkan kondisi yang terjadi pada lokasi penelitian, model tersebut dituliskan sebagai berikut:

) (

)

(S1 H S2 H

Q , ... (1) dimana:

Q = Produksi padi per tahun yang hilang (kg) S1 = Luas lahan yang terkonversi (m2)

S2 = Luas lahan yang terganggu sehingga tidak dapat melakukan produksi padi (m2)

H = Produktifitas lahan rata-rata pada kawasan lahan yang terkonversi (kg per m2).

Produksi padi yang hilang sebagai dampak pembangunan perumahan Pakuan Regency merupakan penjumlahan dari produksi padi yang hilang dari lahan pertanian yang terkonversi dan lahan pertanian yang terganggu aliran air


(54)

irigasinya. Produksi padi yang hilang dihitung berdasarkan pada luas lahan dan nilai produktifitas lahan rata-rata dari lahan pertanian di kawasan tersebut. Produktifitas lahan pertanian rata-rata diperoleh dari rata-rata produktifitas lahan seluruh responden dengan fungsi sebagai berikut:

n S Q

H , ... (2)

dimana:

= Jumlah produktifitas lahan pertanian dari seluruh responden yang melakukan usahatani di sekitar Pakuan regency (kg per m2).

n = Jumlah responden yang menjadi sampel pengamatan.

4.4.2.3. Analisis Hilangnya Penerimaan Petani

Dampak lain yang dirasakan oleh petani setelah lahan pertanian dikonversi adalah hilangnya pemasukan atau penerimaan yang bisa diperoleh dari usahatani. Penerimaan petani yang hilang merupakan penjumlahan dari penerimaan petani yang lahan pertaniannya terkonversi dan selisih penerimaan petani yang lahan pertaniannya terganggu sehingga tidak dapat melakukan usahatani padi. Penerimaan petani yang lahan pertaniannya terkonversi dihitung berdasarkan produksi padi yang hilang dikalikan dengan harga padi yang berlaku. Oleh karena itu, nilai dari produksi padi yang hilang dirumuskan sebagai berikut (Utama, 2006):

R

R Q

P

NQ1 , ... (3) dimana:

NQ1 = Penerimaan petani yang hilang dari lahan pertanian yang terkonversi (Rp)

QR = Produksi padi yang hilang (kg)

S Q


(55)

PR = Harga padi (Rp)

Penerimaan yang hilang dari petani yang lahan pertaniannya terganggu dihitung berdasarkan pada selisih penerimaan antara usahatani yang dilakukan sebelum lahan pertanian tersebut terganggu dan setelah lahan pertanian tersebut terganggu. Penerimaan petani yang hilang dari lahan pertanian yang terganggu dalam setahun dapat dituliskan secara sistematika sebagai berikut:

) (

) (

2 PR QR PV Qvi

NQ , ... (4) dimana:

NQ2 = Selisih penerimaan usahatani sebelum dan sesudah adanya konversi lahan (Rp)

QR = Produksi padi yang hilang (kg) QVi = Produksi perkebunan (kg) PR = Harga padi (Rp)

PV = Harga komoditi perkebunan (kg)

Penerimaan dari usahatani padi sebagai dampak konversi lahan merupakan penjumlahan dari penerimaan yang hilang pada lahan yang terkonversi dan selisih penerimaan antara usahatani padi dan usahatani perkebunan. Hal tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

2 1 NQ

NQ

NQT , ... (5) dimana NQT merupakan hilangnya penerimaan total sebagai dampak konversi lahan.

4.4.2.4. Analisis Land Rent

Land rent merupakan nilai ekonomi yang diperoleh dari suatu bidang lahan apabila lahan tersebut digunakan untuk proses suatu produksi. Nilai land rent dapat dijadikan dasar untuk menggambarkan suatu usaha menekan dan


(56)

menggantikan posisi penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lahan bentuk lain yang berlangsung pada lahan yang sama. Perbandingan antara nilai land rent

pertanian dan pemukiman pada penelitian yang telah dilaksanakan dilakukan untuk mencari alasan usahatani tergantikan oleh pemukiman.

a. Lahan Pertanian

Nilai land rent (л) sebelum terjadinya konversi lahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC TR

f

i C

PQ , ... (6)

i C H

S

P( ) , ... (7) Sedangkan untuk menghitung nilai land rent dari keseluruhan lahan pertanian yang terkonversi digunakan metode nilai rata-rata dari land rent yang diperoleh dari masing-masing responden. Land rent rata-rata merupakan penjumlahan dari nilai land rent yang diperoleh dari seluruh responden petani dibagi dengan jumlah responden. Rumus yang digunakan untuk menghitung land rent lahan pertanian rata-rata adalah sebagai berikut:

n i

f , ... (8)

dimana:

f = Rata-rata nilai land rent lahan pertanian (Rp per m 2

per tahun)

i = Keuntungan yang diperoleh dari hasil pengolahan lahan (land rent) pertanian dari responden ke-i (Rp per m2 per tahun)

P = Harga padi (Rp)


(57)

S = Luas lahan (m2)

H = Produktifitas lahan (kg per m2)

Ci = Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usahatani selama satu tahun. n = Jumlah responden (jiwa)

b. Lahan Pemukiman

Nilai land rent pemukiman diperoleh melalui wawancara dan kuesioner terhadap pemilik atau penghuni rumah di perumahan Pakuan Regency. Land rent

lahan pemukiman merupakan manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh pemilik lahan dari hasil menyewakan atau mengontrakkan rumahnya. Nilai sewa yang diperoleh merupakan perkiraan atas harga sewa rumah yang ditempati oleh pemilik rumah apabila rumah tersebut akan disewakan. Manfaat bersih lahan pemukiman adalah selisih penerimaan total yang diterima oleh pemilik rumah dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik rumah untuk membiayai atau memperbaiki fasilitas dan bangunan rumah. Nilai land rent pemukiman dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC TR

h , ... (9)

dimana:

h = Land rent pemukiman (Rp per m 2

per tahun) TR = Total penerimaan (Rp per m2 per tahun) TC = Total biaya (Rp per m2 per tahun)

Total penerimaan pemilik rumah yang menyewakan rumahnya adalah seluruh penerimaan yang diterima selama satu tahun dari hasil menyewakan atau mengontrakkan rumahnya. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik rumah untuk mengelola dan memperbaiki bagian rumah yang rusak selama satu tahun


(58)

merupakan biaya total pemilik rumah. Komponen-komponen dari biaya total pemilik rumah adalah pengecetan ulang, biaya perawatan atau perbaikan, biaya listrik, biaya air, dan biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Nilai land rent pemukiman keseluruhan dilihat berdasarkan nilai land rent

rata-rata dari nilai land rent yang diperoleh dari responden pemukiman. Land rent

pemukiman rata-rata merupakan penjumlahan dari land rent yang diperoleh dari responden pemukiman dibagi dengan jumlah responden. Rumus yang digunakan untuk menghitung land rent pemukiman rata-rata adalah sebagai berikut:

n i

h , ... (10)

Dimana:

h = Land rent pemukiman (Rp per m 2

per tahun)

i = Total land rent pemukiman (Rp per m 2

per tahun) n = Jumlah responden (jiwa)

c. Perbandingan Nilai Land Rent Pertanian dan Pemukiman

Perbandingan nilai land rent antara pertanian dan pemukiman dilakukan dari hasil perhitungan nilai land rent yang telah dilakukan. Perbandingan nilai

land rent kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh penjelasan tentang konversi lahan yang terjadi terkait dengan perubahan nilai land rent. Perbandingan nilai land rent antara lahan pertanian dan lahan pemukiman menggambarkan perbandingan manfaat ekonomi yang bisa diperoleh dari penggunaan lahan untuk pertanian dan pemukiman pada lahan dan jangka waktu yang sama.


(59)

4.4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pada penelitian yang telah dilaksanakan menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel yang digunakan untuk menduga model analisis regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Peubah Penjelas (X) untuk Menduga Peubah Respon (Y) Land Rent

Pertanian

Variabel Satuan Keterangan

Y Rp per m2 per tahun Land rent pertanian

X1 m2 Luas lahan

X2 Rp per m2 per tahun Total penerimaan X3 Rp per m2 per tahun Biaya operasional X4 Rp per m2 per tahun Biaya sewa lahan

Tabel 2. Peubah Penjelas (X) untuk Menduga Peubah Respon (Y) Land Rent

Pemukiman

Variabel Satuan Keterangan

Y Rp per m2 per tahun Land rent pemukiman

X1 m

2

Luas lahan

X2 m

2

Luas bangunan

X3 Rp per m2 per tahun Total penerimaan

X4 Rp per m

2

per tahun Biaya operasional

X5 Rp per m

2

per tahun Pajak

Model yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent pertanian dan pemukiman digunakan model dugaan sebagai berikut: e X X X X


(60)

dimana:

Y = Variabel respon. β0 = Intersep model regresi.

β1... βi = Parameter peubah atau koefisien model regresi.

X1... Xi = Variabel penjelas.

e = Unsur galat

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menduga koefisien dari fungsi produksi tersebut adalah metode kuadrat terkecil (OLS = Ordinary Least Square). Suatu model regresi berganda yang baik harus memiliki nilai keragaman (s2) kecil, nilai R2 yang besar dan nilai perubahan R2(Adj) yang meningkat (Draper dan Smith, 1992). Uji statistik dan pengujian asumsi regresi linier berganda dilakukan setelah melewati prosedur pemilihan model regresi terbaik agar model regresi yang didapatkan memenuhi syarat sebagai model regresi yang baik.

Asumsi-Asumsi Persamaan Regresi Linier Berganda

Model regresi berganda yang baik dan layak untuk digunakan harus memenuhi asumsi-asumsi dalam analisis regresi berganda. Asumsi-asumsi dalam analisi regresi berganda adalah sebagai berikut:

1. Sisaan Mempunyai Ragam Homogen

Asumsi kehomogenan atau kesamaan ragam (homoscedasticity) memainkan peranan yang sangat penting di dalam pendugaan dengan metode kuadrat terkecil. Asumsi ini berimplikasi bahwa setiap pengamatan pada peubah respon mengandung informasi yang sama penting. Konsekuensinya, semua pengamatan di dalam metode kuadrat terkecil mendapatkan bobot yang sama


(1)

Regression Analysis: land rent (Y versus Luas Lahan (; Luas Banguna; ...

The regression equation is

land rent (Y) = - 0,00263 - 0,000136 Luas Lahan (X1)

+ 0,000350 Luas Bangunan (X2) + 1,00 Total Penerimaan (X3) - 1,00 Biaya Operasional (X4) - 1,00 Pajak (X5)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0,002632 0,007598 -0,35 0,732 Luas Lahan (X1) -0,00013616 0,00009312 -1,46 0,157 6,0 Luas Bangunan (X2) 0,0003496 0,0001294 2,70 0,012 6,9 Total Penerimaan (X3) 1,00000 0,00000 58428865,35 0,000 1,2 Biaya Operasional (X4) -1,00000 0,00000 -1,83030E+07 0,000 1,4 Pajak (X5) -1,00000 0,00000 -289961,51 0,000 1,9 S = 0,00394664 R-Sq = 100,0% R-Sq(adj) = 100,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 5 76165864590 15233172918 9,77991E+14 0,000 Residual Error 24 0 0

Total 29 76165864590

Source DF Seq SS Luas Lahan (X1) 1 3293364649 Luas Bangunan (X2) 1 677073 Total Penerimaan (X3) 1 67437833903 Biaya Operasional (X4) 1 5432679373 Pajak (X5) 1 1309592 Unusual Observations

Luas land

Lahan rent SE

Obs (X1) (Y) Fit Fit Residual St Resid 5 135 282741 282741 0 -0 -0,99X 12 105 18095 18095 0 -0 -2,24R 16 105 37762 37762 0 -0 -2,40R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,66288


(2)

Normal Probability Plot of Residuals for

Land Rent

(Y)

Residual P e rc e n t 0,010 0,005 0,000 -0,005 -0,010 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1

Normal Probability Plot of the Residuals

(response is land rent (Y))

Residuals vs the Fitted Values

Fitted Value R e s id u a l 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 0,0050 0,0025 0,0000 -0,0025 -0,0050 -0,0075 -0,0100

Residuals Versus the Fitted Values (response is land rent (Y))

Histogram of the Residual

Residual Fr e q u e n c y 0,006 0,004 0,002 0,000 -0,002 -0,004 -0,006 -0,008 12 10 8 6 4 2 0

Histogram of the Residuals (response is land rent (Y))


(3)

Residuals vs the Order of the Data

Observation Order R e s id u a l 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0,0050 0,0025 0,0000 -0,0025 -0,0050 -0,0075 -0,0100

Residuals Versus the Order of the Data (response is land rent (Y))

Runs Test

Runs Test: RESI1

Runs test for RESI1

Runs above and below K = -3,83883E-11 The observed number of runs = 13 The expected number of runs = 14,9333 19 observations above K; 11 below P-value = 0,438

Uji Kolmogorov-Smirnov

RESI1 P e r c e n t 0,010 0,005 0,000 -0,005 -0,010 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean <0,010 -3,83883E-11 StDev 0,003590 N 30 KS 0,191 P-Value

Probability Plot of RESI1 Normal


(4)

Runs Test

Runs Test: RESI2

Runs test for RESI2

Runs above and below K = -3,57166E-13 The observed number of runs = 18 The expected number of runs = 15,9333 16 observations above K; 14 below P-value = 0,440

Uji Kolmogorov-Smirnov

Probability Plot of RESI2

RESI2

P

e

rc

e

n

t

0,010 0,005

0,000 -0,005

-0,010

99

95 90

80 70 60 50 40 30 20

10 5

1

Mean

0,114 -3,57166E-13

StDev 0,004478

N 30

KS 0,143

P-Value

Probability Plot of RESI2


(5)

Dokumentasi Pemukiman Perumahan Pakuan Regency


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara)

1 55 58

Perencanaan Pengembangan Pertanian Berdasarkan Kelas Kemampuan lahan dan Analisis Sewa Ekonomi Lahan (Land Rent) (Studi Kasus di Desa Tapos Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor)

0 8 175

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria: Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat

0 24 181

Konversi hutan rakyat di das ciliwung hulu, kabupaten bogor: analisis land rent dan jasa lingkungan

0 15 243

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Taraf Hidup Rumahtangga Petani: Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 6 177

Dampak sosio-ekonomis dan sosio-ekologis konversi lahan pertanian: studi kasus Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

0 12 136

Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

5 40 91

Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Pendapatan Usahatani Padi yang Hilang dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)

0 4 104

Konversi hutan rakyat di das ciliwung hulu, kabupaten bogor analisis land rent dan jasa lingkungan

0 12 128

DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN MAGELANG (Studi Kasus di Kecamatan Mertoyudan)

1 8 83