4. Pemberian zat besi Sulfas ferosus dosis 300 mg selama 30 hari pada sampel penelitian.
5. Melakukan pengambilan darah dan pengukuran kadar hemoglobin sesudah pemberian zat besi yang dilakukan dengan menggunakan alat
EasyTouch dengan cara yang sama di RSU Sundari.
4.6. Alur Penelitian
Gambar 4.1 Alur Penelitian
Populasi
Wanita Hamil
Sampel
Wanita hamil trimester III
Pengukuran hemoglobin darah
Pemberian zat besi selama 30 hari
Pengukuran hemoglobin darah
Universitas Sumatera Utara
4.7. Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, kedua variabel yaitu zat besi dan hasil pengukuran kadar hemoglobin akan dianalisis dengan uji statistik t-test untuk melihat
hubungan antara variabel independen pemberian zat besi dengan variabel dependen peningkatan kadar hemoglobin. Data diolah dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
9.1. Hasil Penelitian
9.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Sundari yang berlokasi di Jalan T.B. SimatupangJalan P. Baris no 31. RSU Sundari berdiri pada tahun
1987. Pada awalnya, RSU Sundari ini hanyalah tempat praktik bidan di sebuah rumah di lingkungan Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal. Tempat praktik
tidak lagi mencukupi untuk memberikan pelayanan kesehatan bersalin akibat banyaknya pasien yang berobat terutama pasien yang mau melahirkan. Setelah
mendapat izin, maka didirikan Klinik Bersalin. Pada tahun 1995, Klinik Bersalin Sundari menjadi Rumah Sakit Umum Sundari yang dapat memberikan perlayanan
medis sebagai rumah sakit yang bukan hanya tempat bersalin melainkan menjadi sarana untuk pengobatan medis lainnya. Fasilitas di RSU Sundari terdiri dari poli
spesialis anak, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis syaraf, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, spesialis THT, spesialis paru, spesialis kulit dan
kelamin, serta poli dokter gigi. Selain itu, RSU Sundari juga memiliki laboratorium yang memadai. Pengambilan data penelitian dilaksanakan di
laboratorium RSU Sundari.
9.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 25 ibu hamil trimester III yang merupakan pasien di RSU Sundari.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
20-35 19
76 35
6 24
Total 25
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui mayoritas responden berusia 20-35 tahun sebanyak 19 orang 76.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kandungan
Usia Kandungan Jumlah
29-30 mgg 4
16 31-32 mgg
3 12
33-34 mgg 6
24 35-36 mgg
5 20
37-38 mgg 3
12 39-40 mgg
4 16
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia kandungan responden terbanyak adalah usia 33-34 minggu sebanyak 6 orang 24.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Paritas
Jumlah
Nulipara 10
40 Primipara
10 40
Multipara 5
20
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki status nulipara dan status primipara masing-masing mempunyai jumlah
yang sama yaitu 10 orang 40.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
Tidak Bekerja 19
76 Bekerja
6 24
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebanyak 19 orang 76.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Tidak sekolah 1
4 SMP
2 8
SMASMK 10
40 D3
2 8
S1 10
40
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak menyelesaikan pendidikan di tingkat SMASMK dan S1 sebanyak
10 orang 40.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kunjungan ANC
Kunjungan ANC Jumlah
2 minggu 1
4 1 bulan
21 84
Tidak rutin 3
12
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden melakukan kunjungan ANC setiap 1 bulan sekali sebanyak 21 orang 84.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hb Jumlah
Tidak pernah 23
92 Pernah
2 8
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden tidak pernah melakukan pemeriksaan hemoglobin selama kehamilan sebanyak 23 orang
92.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pemeriksaan Hemoglobin Pretest
Hb Pretest Jumlah
Tidak Anemia 5
20 Anemia Ringan
7 28
Anemia Sedang 13
52 Anemia Berat
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak pada klasifikasi anemia sedang sebanyak 13 orang 52 saat
dilakukan pemeriksaan hemoglobin sebelum pemberian suplemen zat besi.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pemeriksaan Hemoglobin Posttest
Hb Posttest Jumlah
Tidak Anemia 10
40 Anemia Ringan
7 28
Anemia Sedang 8
32 Anemia Berat
Total 25
100
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak pada klasifikasi tidak anemia sebanyak 10 orang 40 saat
dilakukan pemeriksaan hemoglobin setelah pemberian suplemen zat besi.
9.1.3. Rata-rata Kadar Hemoglobin Berdasarkan Status Anemia
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata kadar hemoglobin berdasarkan status anemia pada 25 responden sebelum dan sesudah pemberian
suplemen zat besi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10 Rata-rata Kadar Hemoglobin Pretest Berdasarkan Status Anemia Hb Pretest
Jumlah Rata-rata Kadar Hb Pretest
Tidak Anemia 5
11,9 Anemia Ringan
7 10,4
Anemia Sedang 13
8,9 Anemia Berat
Total 25
9,9
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui rata-rata kadar hemoglobin pretest seluruh responden adalah 9,9 gdl dengan rata-rata pada kategori tidak anemia
sebesar 11,9 gdl, kategori anemia ringan sebesar 10,4 gdl, dan kategori anemia sedang sebesar 8,9 gdl.
Tabel 5.11 Rata-rata Kadar Hemoglobin Posttest Berdasarkan Status Anemia Hb Posttest
Jumlah Rata-rata Kadar Hb Posttest
Tidak Anemia 10
11,9 Anemia Ringan
7 10,5
Anemia Sedang 8
9,3 Anemia Berat
Total 25
10,7
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui rata-rata kadar hemoglobin posttest seluruh responden adalah 10,7 gdl dengan rata-rata pada kategori tidak anemia
sebesar 11,9 gdl, kategori anemia ringan sebesar 10,5 gdl, dan kategori anemia sedang sebesar 9,3 gdl.
9.1.4. Perbandingan Nilai Rata-rata Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Pemberian Suplemen Zat Besi
Hasil pengukuran hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian suplemen zat besi pada 25 responden dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas yang
digunakan adalah Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12 Hasil Uji Normalitas Data Pengukuran Hb Sebelum dan Sesudah Pemberian Suplemen Zat Besi
Pengukuran Hb p-value
Distribusi Data
Hb Pretest 0.203
Normal Hb Posttest
0.197 Normal
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa data Hb pretest dan Hb posttest
berdistribusi normal karena nilai p-value kedua data tersebut 0.05 sehingga untuk mengetahui nilai rata-rata hemoglobin sebelum dan sesudah
pemberian suplemen zat besi dapat menggunakan t-test dependent.
Tabel 5.13 Paired Samples Statistics Pengukuran Hb
N Mean
SD SE
Hb Pretest 25
9,9 1.30
0.26 Hb Posttest
25 10,7
1.31 0.26
Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui dari 25 responden rata-rata kadar hemoglobin pretest adalah 9,9 gdl dengan standar deviasi SD 1.30 dan rata-rata
kadar hemoglobin posttest adalah 10,7 gdl dengan SD 1.31.
Tabel 5.14 Paired Samples Test Pengukuran Hb
Mean SD
SE t
p-value
Hb Pretest -0.79
1.16 0.23
-3.43 0.002
Hb Posttest Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa perbedaan nilai rata-rata
hemoglobin pretest dan hemoglobin posttest adalah sebesar -0,79. Hasil uji t adalah 3.43 dengan p-value 0.002. Nilai p-value0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hemoglobin sebelum pemberian suplemen zat besi dan sesudah pemberian suplemen zat besi.
9.2. Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden berada pada usia reproduksi sehat yaitu usia 20-35 tahun sebanyak 19 orang 76. Faktor
risiko untuk mengalami anemia akan lebih besar pada usia 20 tahun dan 35
Universitas Sumatera Utara
tahun. Semakin muda dan semakin tua umur ibu hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Usia muda 20 tahun membutuhkan gizi yang
lebih banyak dikarenakan kebutuhan gizi tersebut digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan diri sendiri dan juga janin. Sedangkan usia lebih tua 35 tahun
terkait dengan kemunduran fungsi organ akibat pertambahan usia sehingga dibutuhkan tambahan energi untuk mendukung kehamilan yang berlangsung
Kristiyanasari dalam Nurhidayati, 2013. Pada penelitian ini, usia kandungan semua responden pada trimester III
yaitu 28 minggu dengan usia kandungan terbanyak pada minggu ke 33-34 sebanyak 6 orang 24. Kebutuhan zat besi akan meningkat seiring dengan
pertambahan usia kandungan. Pada trimester I kebutuhan zat besi ±1 mghari sedangkan pada trimester II dan III kebutuhan zat besi ±5 mghari
Susiloningtyas, 2012. Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan saja, walaupun makanan mengandung zat besi yang
banyak dan absorbsinya tinggi. Oleh karena itu, konsumsi suplemen zat besi sangat dianjurkan Hadju dalam Fannyet al, 2012.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki status nulipara dan primipara yang masing-masing berjumlah 10 orang 40.
Multiparitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemia dalam kehamilan. Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan
semakin banyak kehilangan zat besi. Jika persediaan besi minimal, maka setiap kehamilan akan menghabiskan persediaan besi di tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya Asyirah, 2012. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas responden menyelesaikan
pendidikan di tingkat SMASMK dan S1 yang masing-masing berjumlah 10 orang 40. Pendidikan ibu memengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat
pendidikan akan ikut menentukan atau memengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan
lebih mudah menerima informasi tentang gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat Kartikasari,
Mifbakhuddin, Mustika, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden tidak bekerja. Jumlah responden yang tidak bekerja sebanyak 19 orang 76. Jika pekerjaan ibu hamil
berat maka membutuhkan asupan gizi lebih banyak. Pekerjaan juga mempengaruhi pendapatan ibu. Pendapatan yang lebih tinggi akan mempengaruhi
asupan gizi ibu selama kehamilan karena ibu mampu untuk mengkonsumsi makanan yang lebih bervariasi dan bergizi Kartikasari, Mifbakhuddin,
Mustika, 2011. Mayoritas responden melakukan pemeriksaan kehamilan antenatal care
ANC sekali dalam sebulan yaitu berjumlah 21 orang 84. Pemeriksaan ANC minimal dilakukan sebanyak 4 kali selama masa kehamilan yaitu sekali saat
trimester I dan trimester II, dua kali selama trimester III Kemenkes, 2010. Berdasarkan hasil penelitian Vasra, Sastramihardja, Sabarudin pada tahun
2012, menggambarkan bahwa pelayanan antenatal tidak berperan secara langsung dalam perubahan kadar hemoglobin tetapi pengelolaan anemia termasuk dalam
standar pelayanan antenatal. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa hubungan pelayanan antenatal dengan perubahan kadar hemoglobin disebabkan
meningkatnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi suplemen zat besi Vasra, Sastramihardja, Sabarudin, 2012.
Sebanyak 23 orang 92 responden tidak pernah melakukan pemeriksaan hemoglobin selama kehamilan. Berdasarkan konsep pelayanan antenatal terpadu,
salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar hemoglobin. Pemeriksaan dilakukan sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui status anemia ibu hamil Kemenkes, 2010.
5.2.2 Perbandingan Nilai Rata-rata Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Pemberian Suplemen Zat Besi
Analisis statistik menggunakan t-test dependent untuk melihat perbandingan nilai rata-rata hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
suplemen zat besi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rata- rata hemoglobin sebelum dengan sesudah pemberian suplemen zat besi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai p=0.002 p=0.05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pemberian suplemen zat besi dengan peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu hamil trimester III. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Bangetayu Kecamatan Genuk pada tahun 2013.Jumlah responden adalah 35 orang ibu hamil pada trimester II dan III. Metode penelitian yang digunakan sama
dengan metode pada penelitian ini yaitu one group pretest-posttest. Sebelum pemberian suplemen zat besi didapatkan responden yang mengalami anemia
ringan berjumlah 15 orang 42,9 dan anemia sedang berjumlah 20 orang 57,1. Sesudah pemberian suplemen zat besi jumlah responden yang mengalami anemia
ringan berjumlah 29 orang 82,9 dan anemia sedang berjumlah 6 orang 17,1. Nilai p=0.000 p=0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan
nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah pemberian suplemen zat besi sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian suplemen zat besi efektif untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dan dapat menurunkan anemia Puspitaningrum, Damayanti, Mutika, 2013.
Penelitian di Vietnam pada tahun 2003 juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil pada trimester II dan III
yang mendapatkan zat besi 60 mg dan asam folat 400 µg dapat menaikkan kadar hemoglobin secara signifikan sebesar 0.4 dan 0.7 gdl Aikawaet al, 2008.
Penelitian ini sesuai dengan program pemerintah dalam upaya pencegahan anemia defisiensi besi pada ibu hamil yaitu dengan cara mengkonsumsi suplemen
zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Anemia paling banyak disebabkan oleh defisiensi besi, estimasi ±50 ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang
cukup selama kehamilan sehingga risiko anemia meningkat. Zat besi dibutuhkan untuk proses pembentukan hemoglobin Susiloningtyas, 2012.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
10.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pemberian suplemen zat besi dengan peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III p = 0.002.
2. Rata-rata kadar hemoglobin pretest seluruh responden adalah 9.9 gdl. 3. Rata-rata kadar hemoglobin posttest seluruh responden adalah 10.7
gdl. 4. Sebelum pemberian suplemen zat besi, responden paling banyak
terdapat pada status anemia sedang 52 dengan nilai rata-rata kadar hemoglobin sebesar 8,9 gdl.
5. Sesudah pemberian suplemen zat besi, responden paling banyak terdapat pada status tidak anemia 40 dengan nilai rata-rata kadar
hemoglobin sebesar 11,9 gdl.
10.2. Saran
1. Saran bagi petugas kesehatan: a. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai pentingnya
konsumsi suplemen zat besi selama kehamilan. b. Melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin secara rutin kepada ibu
hamil agar mengetahui ibu hamil menderita anemia atau tidak selama kehamilan.
2. Saran bagi ibu hamil: a. Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi suplemen zat besi minimal 90
tablet selama masa kehamilan. b. Sebaiknya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi.
Universitas Sumatera Utara
c. Menambah asupan makanan yang membantu penyerapan zat besi dan mengurangi makanan yang menghambat penyerapan zat besi.
3. Saran bagi peneliti selajutnya: a. Memperluas cakupan penelitian terutama dalam jumlah sampel dan
lokasi penelitian. b. Mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi asupan
zat besi selain dari suplemen zat besi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hemoglobin