Uji Multikolinieritas Autokorelasi Pengujian Asumsi Klasik

lxvi

c. Uji Multikolinieritas

Suatu model dikatakan bebas adanya multikolinieritas jika antar variabel x independen tidak boleh saling berkorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance yang mayoritas variabel disekitar angka 1 dan mempunyai nilai VIF varian inflation factor tidak melebihi 10. Pada tabel dibawah ini menunjukkan bahwa nilai tolerance umumnya berada di sekitar 1 dan mempunyai nilai VIF varian inflation factor tidak melebihi 10, sehingga model regresi dapat dikatakan bebas multikolinieritas. Adapun rangkuman uji multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel IV.18 Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Variabel Tolerance VIF Produk X 1 0,994 1,006 Tempat X 2 0,992 1,009 Harga X 3 0,989 1,011 Promosi X 4 0,992 1,008 Keterangan : diolah dari data primer 2008

d. Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu time series atau secara ruang cross sectional. Hal ini mempunyai arti bahwa hasil suatu tahun tertentu dipengaruhi tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Terdapat korelasi atas data cross section apabila data di suatu tempat dipengaruhi atau lxvii Model Summary b .789 a .622 .614 1.93873 1.218 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-W atson Predictors: Constant, X4, X1, X2, X3 a. Dependent Variable: Y b. mempengaruhi di tempat lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin – Watson. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin – Watson ini dilakukan dengan mengadopsi argumen Singgih 2000, sebagai berikut: 1 Bila angka Durbin – Watson berada di bawah –2, berarti ada autokorelasi. 2 Bila angka Durbin – Watson diantara –2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3 Bila angka Durbin – Watson di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Tabel IV.19 Hasil Uji Autokorelasi Berdasar Durbin-Watson Berdasarkan hasil uji autokorelasi dalam tabel di atas, selanjutnya diketahui bahwa nilai statistik Durbin Watson hasil perhitungan diatas sebesar 1,218, dimana nilai ini berada diantara – 2 sampai +2, dengan demikian, dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak terjadi adanya gejala autokorelasi. 2. Model Regresi Linier Berganda Model regresi linier dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat ketepatan prediksi pengaruh bauran pemasaran terhadap perilaku keputusan pembelian produk handycraft . Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel IV.20 sebagai berikut : Tabel IV.20 Rangkuman Hasil Regresi Linier Pengujian Hipotesis Variabel dependen : Y Variabel Koefisien Regresi Standard ErrorSE b Standardized Coefficient b t - Hitung Sig t Konstanta 1,869 2,500 0,748 0,456 Produk X 1 0,369 0,021 0,775 17,850 0,000 lxviii Tempat X 2 0,094 0,041 0,099 2,272 0,024 Harga X 3 0,101 0,044 0,100 2,303 0,022 Promosi X 4 0,088 0,034 0,113 2,600 0,010 R Square : 0,622 Adjusted R Square : 0,614 F hit : 83,006 Sig F : 0,000 Keterangan : diolah dari data primer 2008 Dari Tabel IV.20 dapat dibuat persamaan linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut : Y = 1,869 + 0,369X 1 + 0,094X 2 + 0,101X 3 + 0,088X 4 0,456 0,000 0,024 0,022 0,010 Keterangan: Signifikansi α ≤ 0,05 à signifikan Signifikansi α 0,05 à tidak signifikan Artinya: a. Koefisien regresi untuk variabel produk X 1 menunjukkan terdapat pengaruh positif terhadap perilaku keputusan pembelian produk handycraft Y. b. Koefisien regresi untuk variabel tempat X 2 menunjukkan terdapat pengaruh positif terhadap perilaku keputusan pembelian produk handycraft Y. c. Koefisien regresi untuk variabel harga X 3 menunjukkan terdapat pengaruh positif terhadap perilaku keputusan pembelian produk handycraft Y. d. Koefisien regresi untuk variabel promosi X 4 menunjukkan terdapat pengaruh positif terhadap perilaku keputusan pembelian produk handycraft Y. 3. Pengujian Hipotesis

a. Uji t