Hukum Adat Pada Masa VOC

lagi, persoalan kemudian adalah pada saat ritual adat suku tersebut, dimana proses adat itu membutuhkan kepala manusia sebagai alat atau prangkat proses ritual adat suku Nuaulu tersebut. Dalam penjatuhan pidana oleh sala satu Hakim pada Perngadilan Negeri Masohi di Maluku Tengah, ini pada penjatuhan hukuman mati, sementara dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 tahun 2004. dalam Pasal 28 hakim harus melihat atau mempelajari kebiasaan atau adat setempat dalam menjatuhan putusan pidana terhadap kasus yang berkaitan dengan adat setempat. Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan tuntutan masyarakat adat maka pada tanggal 24 Juni 1999 , telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Peraturan ini dimaksudkan untuk menyediakan pedoman dalam pengaturan dan pengambilan kebijaksanaan operasional bidang pertanahan serta langkah-langkah penyelesaian masalah yang menyangkut tanah ulayat . Peraturan ini memuat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip pengakuan terhadap hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat

E. SEJARAH POLITIK HUKUM ADAT

3 . Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan-peninggalan itu disebut sumber sejarah. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah disebut history, artinya masa lampau masa lampau umat manusia, dalam bahasa Arab, sejarah disebut sajaratun syajaroh, artinya pohon dan keturunan. 4 Sedangkan politik hukum adalah aktivitas untuk menentukan suatu pilihan mengenai tujuan dan cara – cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan hukum dalam masyarakat. Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya.

1. Hukum Adat Pada Masa VOC

Vereenigde Oost Indische Compagnie Zaman kompeni atau Voc 1620-1800 adalah pada hakikatnya suatu perseroan dagang. Oleh karena itu, mudah dimengerti bahwa kompeni hanyalah mengutamakan 3 Imam Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta, 1981, cet II, hal : 107-143 4 Soepomo, Bab – Bab Tentang Hokum Adat , Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, Hlm : 45 kepentingan sebagai badan perniagaan. Dengan demikian maka bangunan hukum adat yang hingga saat itu sudah ada didaerah-daerah yang jauh dibiarkan saja sehingga hukum rakyat tetap berlaku. Baru apabila kepentingan kompeni terganggu, maka kompeni akan menggunakan kekuasaannya. hal ini berakibat bahwa sikap kompeni terhadap hukum adat adalah tergantung pada keperluan saat itu . Semula kompeni membiarkan hukum adat berlaku seperti sediakala tetapi pengurus kompeni di negeri Belanda Heren XVII menetapkan dengan perintah tertanggal 4 maret 1621 yang mengharuskan hukum sipil belanda diperlakukan di dalam daerah yang dikuasai oleh kompeni. Pemerintah pengurus kompeni tersebut diatas baru pada tahun 1625 oleh Gubernur Jenderal De Carpentier akan dipenuhi akan tetapi dengan syarat jika sekiranya dapat dilakukan di negeri ini dan jika menurut keadaan di negeri ini dapat dilakukan. Dengan diadakan syarat-syarat tersebut diatas tersimpul kemungkinan untuk tidak memperlakukan hukum Belanda jika kedaan memaksa. 5 . Pada awalnya hukum asli masyarakat yang dikenal dengan hukum adat dibiarkan sebagaimana adanya, namun kehadiran era VOC dapat dicatat perkembangan sebagai berikut: Sikapnya tidak selalu tetap tergantungan kepentingan VOC, VOC hanya mencampuri urusan perkara pidana guna menegakkan ketertiban umum dalam masyarakat. Terhadap Hukum perdata diserahkan , dan membiarkan hukum adat tetap berlaku. Tahun 1619 VOC di bawah pimpinan Jenderal Jan Pieter Zoon Coen menduduki Jakarta Batavia. Wilayah VOC meliputi daerah di antara laut Jawa dan Samudera Indonesia, dengan batas-batas : Sebelah barat : sungai Cisadane Sebelah timur : sungai Citarum Kedudukan VOC pada waktu itu Sebagai pengusaha perniagaan Sebagai penguasa pemerintahan Adapun hukum yang diterapkan pada waktu itu adalah hukum VOC, yang terdiri dari unsur- unsur : Hukum Romawi Asas-asas hukum Belanda Kuno 5 Wardaya. Cakrawala Sejarah Di Indonesia, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009..Hlm. 37. Statuta Betawi Statuta Betawi dibuat oleh Gubernur Jenderal Van Diemen yang berisikan kumpulan plakat-palakat dan pengumuman yang dikodifikasikan. Menurut Van Vollenhoven Kebijakan yang diambil oleh VOC dalam bidang hukum tersebut disebutnya “Cara mempersatukan hukum yang sederhana” Dalam praktek kenyataannya, peraturan yang diambil oleh VOC dalam bidang hukum tersebut tidak dapat dijalankan, sebab : Ada hukum yang berlaku di dalam pusat pemerintahan VOC, yaitu dalam kota BetawiBatavia. Ada hukum yang berlaku di luar pusat pemerintahan VOC, yaitu di luar kota BetawiJakarta. Perhatian terhadap hukum adat pada masa ini sedikit sekali, tapi ada beberapa tulisan-tulisan baik perorangan maupun karena tugas pemerintahan, diantaranya : Confendium karangan singkat dari D.W. Freijer Memuat tentang peraturan hukum Islam mengenai waris, nikah dan talak. Pepakem Cirebon Dibuat oleh Mr. P.C. Hasselar residen Cirebon. Membuat suatu kitab hukum yang bernama “pepakem Cirebon” yang diterbitkan oleh Hazeu. Isinya merupakan kumpulan dari hukum adat Jawa yang bersumber dari kitab kuno antara lain : UU Mataram, Kutaramanawa, Jaya Lengkaran, dan lain-lain. Dalam Pepakem Cirebon, dimuat gambaran seorang hakim yang dikehendaki oleh hukum adat : a. Candra : bulan yang menyinari segala tempat yang gelap b. Tirta : air yang membersihkan segala tempat yang kotor c. Cakra : dewa yang mengawasi berlakunya keadaan d. Sari : bunga yang harum baunya Penilaian VOC terhadap hukum adat : 1. Hukum adat identik dengan hukum agama Hukum adat terdapat dalam tulisan-tulisan yang berbentuk kitab hukum. 2. Penerapannya bersifat opportunitas tergantung kebutuhan. 3. Hukum adat kedudukannya lebih rendah dari hukum Eropa. 2. Masa Penjajahan Jepang Pada tanggal 9 Maret 1942 pemerintah hindia belanda bertekuk lutut menyerah tanpa syarat kepada jepang. Gubernur jenderal tjarda van starkenborgh stachouwer dibawa jepang ke Taiwan. Namun pada tanggal 14 agustus 1945 jepang terpaksa menyerah kepada sekutu akibat bom atom yang dijatuhkan amerika pada tanggal 6 agustus 1945 di horishima. Hal mana berarti Indonesia diduduki jepang hanya selama tiga tahun lima bulan lima hari. Selama pemerintahan jepang pada umumnya yang berlaku adalah hukum militer, hukum perundangan apalagi hukum adat tidak mendapat perhatian sama sekali. Mendekati tahun 1945 orang-orang jepang mulai berbaik hati, terlihat bendera merah putih telah dapat berkibar di samping bendera hinomaru. Pada tanggal 28 Mei 1945 panitia penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan PPPK yang diketuai Dr. Radjiman Wediodeningrat. Pada masa penjajahan Jepang juga terdapat regulasi yang mengatur tentang hukum adat di Indonesia, yaitu pada Pasal 3 UU No.1 Tahun 1942 yang menjelaskan bahwa semua badan pemerintah dan kekuasaanya, hukum dan UU dari pemerintah yang dahulu tetap diakui sah buat sementara waktu saja, asal tidak bertentangan dengan peraturan militer. Masa itu berlaku hukum militer, sedangkan hukum perundangan dan hukum adat tidak mendapat perhatian saat itu. Peraturan pada masa pemeintahan Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan hukum militer. Sejarah Politik Hukum Adat Perhatian terhadap hukum adat bermanifestasi ke dalam : Lahirnya suatu ilmu hukum adat Pelaksanaan suatu politik hukum adat Sejarah politik hukum adat itu dapat dibagi atas 7 periode yaitu : Masa Kompeni V.O.C ., 1596 – 1808 Masa Pemerintahan Deandels 1808 – 1811 Masa Pemerintahan Rafles 1811 – 1816 Masa 1816 – 1848 Masa 1848 – 1928 Masa 1928 – 1945 Masa 1945 sampai sekarang Demikian sedikit pemaparan tentang Tradisi Hukum Adat yang berlaku di Indonesia, selanjutnya akan pemakalah utarakan resume buku karya Ratno Lukito yang berjudul Hukum Sakral dan Hukum Sekuler.

G. TENTANG BUKU