Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818
26
B. Analisis Teori Perundang-Undangan bagi Perda-Perda Syari’at
Undang-undang adalah dasar dan batas bagi kegiatan pemerintahan, yang menjamin tuntutan negara berdasar atas hukum, yang menghendakai dapat
diperkirakannya akibat suatu aturan hukum, dan adanya kepastian dalam hukum.
5
Pengertian lain menurut Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan Pertama, mengartikan dalam pengertian teknis
ketatanegaraan adalah produk hukum yang dibentuk bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden. Pada hakikatnya peraturan perundang-
undangan undang-undang, peraturan daerah dan peraturan dibawahnya lagi adalah pembentukan norma-norma hukum yang berlaku keluar dan bersifat umum
dalam arti yang luas. Bersifat dan berlaku secara umum, maksudnya tidak mengidentifikasikan individu tertentu, sehingga berlaku bagi setiap subjek hukum
yang memenuhi unsur yang terkandung dalam ketentuan mengenai pola tingkah laku tersebut.
6
Dari uraian pengertian awal saja sebenarnya sangat terlihat bahwa unsur “tidak mengidentifikasikan individu tertentu, sehingga berlaku bagi setiap subjek
hukum” dalam peraturan daaerah perda bernuansa syari’at tidak memenuhi, karena keberadaan tersebut sangat merugikan kaum marginal, salah satunya kaum
perempuan yang seolah-olah melakukan kesalahan sehingga suatu peraturan daerah keluar untuk memberikan batasan-batasan tertentu
7
atau streotipe
8
dalam pasal-pasal di perda tersebut.
Pertentangan lain dari analisis ini juga dapat dilihat dari hirearki peraturan perundang-undangan dimana perda-perda syari’at tersebut bertentangan dengan
beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Diskriminasi Terhadap
Perempuan, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan
Internasional mengenai Hak-hak Sipil dan Politik. Pertentangan yang ada dikarenakan hirearki perda tersebut melanggar ketentuan-ketentuan yang
melarang untuk mendiskriminasikan kaum tertentu, dimana maksud hirearki adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yang didasarkan
pada asas bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
9
5
Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Peruindang-Undangan yang baik Gagasan Pembentuakan Undang-Undang yang Berkelanjutan, Rajawali Press, Jakarta, 2009, hal. 25
6
Ibid.
7
Misal: Perda Sinjai yang dibuat berdasarkan kesepakatan DPRD, masyarakat, dan Pemerintah Daerah Sinjai mewajibkan jilbab bagi karyawan pemerintah dan Perda Gowa, Sulsel yang dibuat
berdasarkan adat dan kesepakatan masyarakat tentang wajibnya jilbab bagi karyawan pemerintah.
8
Pelabelan negatif dan sangat bias gender dengan menyatakan pelacur adalah perempuan, misal di Perda Tangerang Nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan, mencurigai, menangkap perempuan di
tempat umum karena diduga melacur
9
Penjelasan Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Vol. 8, Tahun 2015 ISSN: 1858-2818
27
C. Otonomi daerah dan Formalisasi Syariat Islam