tendangan ini mirip dengan tendangan lurus, namun terdapat perbedaan prinsipil dalam pelaksanannya. Jika tendangan lurus dengan melecutkan
tungkai ke depan seperti gerakan menusuk sedangkan tendangan jejag dilakukan dengan terlebih dahulu mengangkat lutut setinggi mungkin dan
kemudian mendorong tungkai kedepan sasaran. Teknik-teknik tendangan jejag antara lain:
a berdiri kuda-kuda silang.
b gerakan menendang ke depan dengan posisi tubuh mengapung, serta
c kedua tangan silang di depan dada.
6.
Tendangan Sabit
Salah satu bentuk serangan kaki adalah tendangan sabit. Tendangan sabit
merupakan salah satu bentuk serangan tungkaikaki. Tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan
menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerang. Terkait tendangan sabit. Menurut Mukholid, 2007: 23 ”Didefinisikan sebagai
tendangan yang dilakukan dengan posisi tubuh miring ke kiri maupun ke kanan dan lintasannya dari samping kemudian melengkung ke arah depan
seperti sabit, sedangkan sebagian perkenaannya adalah pada punggung kaki”. Hal senada yang dikemukakan oleh Agus 2004: 131 ”Bahwa
tendangan sabit adalah tendanganhentakan kaki tendang ke serong depan dengan arah sasaran ditunjukan kesisi tubuh atau pinggang lawan atau sisi
kepala atau leher lawan. Perkenaan kaki tendang adalah punggung kaki atau pada ujung kaki tendang”.
Tendangan sabit sangat efektif untuk melumpuhkan lawan. Keefektifitasan
tersebut tercipta karena gerakan yang diperlukan oleh tubuh sewaktu melakukan teknik ini hanya sedikit. Dengan demikian, efisiensi gerak
menjadi maksimal. Sasaran daripada tendangan sabit ialah sisi tubuh, pinggang dan leher lawan. Jika tendangan ini digunakan untuk menyerang
bagian-bagian tubuh lawan yang berada di luar jangkauan postur tubuh, misalnya untuk menyerang kepala, biasanya menjadi tidak efektif kerana
akan kehilangan kekuatan. Oleh karena itu, keterampilan tendangan sabit ini patut dimiliki oleh seorang atlit sebagai teknik pendukung dalam
menyempurnakan keterampilan gerak pencak silat secara totalitas. Dengan demikian, pelaksanaan latihan perlu dilakukan.
Gambar 4. Tendangan Sabit. Versi Ikatan Pencak Silat Indonesia IPSI
H. Latihan Fisik
Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi sang atlet itu sendiri. Oleh karenanya, seorang atlet
membutuhkan persiapan fisik yang terencana secara baik dan sistematik. Menurut Paulus Pesurnay dari zimmermann dalam beberapa tulisannya,
kemampuan fisik tersebut atas 3 tiga komponen penting:
1. Latihan kelentukan flexibily
2. Latihan kecepatan gerak Speed
3. Latihan kekuatan Strengh
Kalau faktor-faktor tersebut tidak atau kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan
sistematik latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi,
maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.
Jadi, sebelum diterjunkan ke dalam gelanggang pertandingan, seorang atlet
harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkatan fitness yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam stress yang bakal
dihadapinya dalam pertandingan. Tanpa persiapan kondisi fisik yang seksama dan serious atlet harus dilarang untuk mengikuti suatu pertanding.
Saat-saat yang paling berbahaya dalam latihan biasanya adalah tiga atau empat
minggu pertama dari musim latihan, oleh karena pada saat itu atlet biasanya belum memiliki kekuatan, kelentukan, daya tahan dan keterampilan yang
cukup, yang berarti bahwa kondisi fisiknya masih jauh di bawah kondisi yang dipelukan untuk suatu latihan yang berat atau pertandingan. Faktor yang lain
adalah,bahwa dia belum cukup lincah dalam melakukan gerakan-gerakan sehingga kekuatan bergerak sering dapat menyebabkan timbulnya cedera-
cedera otot dan sendi. Dalam melakukan latihan kondisi fisik serta perkembangan fitnessyang
optimal, banyak tekanan harus diberikan pada perkembangan tubuh secera keseluruan secara teratur harus ditambah dalam intensitasnya. Dalam pre-
season, yaitu musim latihan jauh sebelum pertandingan, berbagai komponen kondisi fisik harus dilatih agar pada atlet memasuki musim-musim latihan
berikutnya, yaitu early dan mid season, dia sudah mencapai kondisi fisik yang baik.
Proses conditioning dalam olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan
dengan hati-hati, dengan sabar, dan dengan penuh kewaspadaan terhadap atlet. Melalui latihan-latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang sedikit demi
sedikit ditambah dalam intensitas dan kompleksitasnya, atlet lama-kelamaan akan berubah menjadi orang yang lebih pegas, lebih lincah, lebih kuat, lebih
terampil, dan dengan sendirinya lebih efektif. Proses conditioning harus dapat membangkikan reaksi-reaksi yang positif
dalam organisme tubuh kita, yaitu dalam kemajuan dalam organisasi neurophysiologis kita, dan kemajuan dalam menyelesaikan perubahan-
perubahan adaptive alterations dalam jaringan-jaringan tubuh kita. Ahli-ali olahraga berpendapat bahwa atlet yang mengikuti program latihan kondisi
fisik pre-season yang intensif selama 6 -10 minggu akan memiliki kekuatan, daya tahan, dan stamina yang lebih baik selama musim-musim latihan
berikutnya, dibandingkan dengan atlet-atlet yang memulai program kondisi hanya stu-dua minggu sebelum permulaan musim latihan.
Setelah atlet mencapai tingkatan kondisi fisik yang baik untuk menghadapi
musim-musim berikutnya, latihan-latihan kondisi tersebut harus tetap dilanjutkan selama musim dekat pertandingan, meskipun tidak se-intensif
seperti sebelumnya, agar tingkatan konsisi fisik dapat tetap dipertahankan selama musim-musim latihan tersebut.
Gambar 5. Peningkatan Prestasi Hasil Latihan Adaptasi dari Paulus Pesurnay, dalam buku Dewi Pratiwi ; 2008
I. Kelentukan
Dalam olahraga, kalau kita berbicara mengenai kelentukan atau fleksibilitas flexiibility, kita biasanya mengacu kepada ruang gerak sendi atau sendi-
sendi tubuh. Lentuk tidaknya sesorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya.
Kecepatan
Kekuatan Daya Tahan
Kelentukan
Menurut Harsono 1988 :163 “fleksibilitas adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-
otot, tendo, dan ligamen”
Dewi Pratiwi 2008:230 kelentukan sendi dan kelentukan otot sangat tergantung pada elastisitas otot, tendo, dan ligamen.elastitas otot dapat
ditingkatkan melalui latihan-latihan peregangan Streching Exerises.
Komponen fisik ini sering dilupakan dan diabaikan oleh para pelatih, sehingga masih banyak para pemain yag melakukan latihan ini tidak dengan
baik karena pelatih tidak mengingatkan atau tidak memberi pemahaman pentinya melakukan gerakan kelentukan dan kelenturan.tugas pelatih adalah
memeberikan latihan secara komprehensif, termasuk latihan fleksibilitas ini.
Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang yang mempuyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot elastis.
Orang yang otot-ototnya kaku, tidak elastis, biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Jadi faktor utama yang membantu menentukan fleksibilitas
adalah elastisitas otot. Pengalaman-pengalaman menunjukan bahwa elastisitas akan berkurang jadi juga fleksibilitas kalau orang lama tidak berlatih.
Fleksibilitas penting sekali dalam hampir semua cabang olahraga, terutama cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi seperti pencak
silat, senam, loncat indah dan sebagainya. Demikian pula fleksibilitas penting