korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada
waktu terjadi bencana alam nasional,
sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter. Jadi,
pidana mati dapat dijatuhkan terhadap para koruptor yang telah telah terbukti secara sah dan meyakinkan di persidangan melakukan tindak
pidana korupsi dalam keadaan-keadaan tertentu.
2.3 Hak Asasi Manusia HAM
2.3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia HAM
Pasal 1 angka 1 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia HAM menyatakan bahwa “Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia”. Menurut Mahfud M.D., pengertian hak asasi manusia adalah hak
yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan hak tersebut dibawah sejak lahir ke permukaan bumi sehingga hak tersebut
bersifat fitri kodrati, bukan merupakan pemberian manusia atau negara. Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan power apapun di dunia yang dapat
mencabutnya. HAM bersifat sangat mendasar fundamental bagi hidup dan kehiduan manusia dan merupakan hak kodrat yang tidak bisa
dilepaskan dari dalam kehidupan manusia. Ciri pokok hakikat dari hak asasi manusia HAM yaitu sebagai berikut:
Hak asasi manusia atau HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun
diwarisi need not be given, bought or inherited. HAM merupakan bagian dari manusia secara otomatis.
HAM atau hak asasi manusia berlaku untuk semua manusia Human
rights apply to all human beings tanpa memandang jenis kelamin gender, etnis, agama religion, pandangan politik political view,
ataupun asal usul sosial dan bangsanya.
HAM atau hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Di dunia ini tidak ada
satu manusia pun yang memiliki hak untuk melanggar serta membatasi setiap hak orang lain.
2.3.2 Macam-Macam Hak Asasi Manusia HAM
6
Pengakuan dunia terhadap Hak Asasi Manusia HAM sudah dimulai sejak dideklarasikan Universal Declaration of Human Rights
UDHR atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia DUHAM di
hadapan Majelis Umum PBB tanggal
10 Desember 1948
di Palais de
Chaillot ,
Paris . DUHAM memuat pokok-pokok hak asasi manusia dan
kebebasan dasar, termasuk cita-cita manusia yang bebas untuk menikmati kebebasan sipil dan politik. Hal ini dapat dicapai salah satu dengan
diciptakannya kondisi dimana setiap orang dapat menikmati hak-hak sipil dan politik yang diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan internasional.
Dalam DUHAM yang memuat 30 pasal, apabila ditelaah lebih lanjut secara garis besar macam-macam Hak Asasi Manusia HAM dapat
dikelompokkan ke dalam 3 tiga bagian, yaitu: a. hak-hak politik dan yuridis; b. hak-hak atas martabat dan integritas manusia; c. hak-hak sosial,
ekonomi, dan budaya. Barulah tanggal 16 Desember 1966
9
, Majelis Umum PBB telah mengesahkan
Interna-tional Covenant on Civil and Political Rights
atau ICCPR Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik
, dan
International Covenant on Economic Social and Culture Rights atau
ICESCR Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya sebagai tindak lanjut di deklarasikannya DUHAM.
Untuk menegaskan dan memperkuat daya ikat perlindungan HAM, jaminan HAM harus menjadi materi muatan,
10
dengan dilakukannya amandemen UUD 1945. Disamping itu, Indonesia telah meratifikasi
ICCPR melalui UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights
dan ICESCR melalui UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Inter- national Covenant on Economic Social and Culture Rights
pada 28 Oktober 2005. Di dalam kedua kovenan tersebut, macam-macam hak asasi
manusia dapat dikemukakan sebagai berikut. Yang termasuk hak-hak sipil dan politik ICCPR yaitu antara lain:
a. hak atas hidup, b. hak atas kebebasan dan keamanan dirinya,
c. hak atas keamanan di muka badan-badan peradilan,
9
Institute For Criminal Justice System. http:icjr.or.idmengenal-kovenan-internasional-
hak-sipil-dan-politik [04
Agustus 2016] 10 Janedjri M. Gaffar. 2012. Demokrasi Konstitusional, Jakarta: Konstitusi Press. hlm. 191
7
d. hak atas kebebasan berpikir, mempunyai keyakinan conscience, beragama,
e. hak untuk mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan, f. hak atas kebebasan berkumpul secara damai, dan
g. hak untuk berserikat.
Sedangkan macam-macam hak asasi ekonomi, sosial dan budaya ICESCR:
a. hak atas pekerjaan, b. hak untuk membentuk serikat kerja,
c. hak atas pensiun, d. hak atas tingkat kehidupan yang layak bagi dirinya serta keluarganya,
termasuk makanan, pakaian, perumahan yang layak, dan e. hak atas pendidikan.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metodologi dalam penelitian hukum menguraikan tentang tata cara bagaimana suatu penelitian hukum itu harus dilaksanakan. Penelitian
hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip- prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi.
11
Hal tersebut sejalan dengan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Morris L. Cohen, Legal Research is the process of
finding the law that governs activities in human society.
12
Selanjutnya Cohen menyatakan bahwa “It involves locating both the rules which are
enforced by the states and commentaries which explain or analyze these rules”.
13
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul.
14
Tipe Penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah yuridis-normatif legal Research. Hukum sebagai konsep normatif adalah
hukum sebagai norma atau aturan, baik yang diidentikkan dengan keadaan yang harus diwujudkan ius constituendum ataupun norma-norma yang
11 Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 35
12 Morris L.Cohen Kent C. Olson. Legal Research, West Publishing Company, St. Paul, Minn. Sebagaimana dikutip dalam buku Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hlm. 28
13 Enind Campbell, et al, Legal Research, The Law Book Company, Melbourne, 199, hlm. 271 Sebagaimana dikutip dalam buku Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hlm. 29
14 Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit. hlm. 41
8