Tipologi Tindak Pidana Korupsi

mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain. 5 Korupsi adalah perbuatan buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Arti harfiah dari kata korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, perbuatan tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.

2.1.2 Tipologi Tindak Pidana Korupsi

Menurut Aditjandra terdapat 3 tiga model korupsi. 6 Pertama, berada dalam bentuk suap bribery, yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara, pemerasan extortion dimana prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayan publik lainnya. Kedua, jaring- jaring korupsi cabal antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Pada korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai level nasional. Ketiga, korupsi dalam lingkup internasional dimana kedudukan aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh lembaga-lembaga internasional yang mempunyai otoritas di bidang usaha maskapai mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi anggota jaring-jaring korupsi internasional korupsi tersebut. Jika dilihat dari besarnya lingkaran aktor yang terlibat, korupsi dapat dibedakan menjadi dua, yakni korupsi yang terkonsentrasi pada tingkat elit kekuasaan grand corruption dan korupsi yang dilakukan secara ‘massal’ oleh oknum-oknum pegawai negeri sipil petty corruption. 7 Di Indonesia, kedua jenis korupsi ini menjadi kebiasaan dan berkembang secara sistematis. Namun, tidak berarti bahwa korupsi masal yang dilakukan oleh 5 Henry Campbell Black dalam Marwan Effendy. 2012. Sistem Peradilan Pidana: Tinjauan terhadap Beberapa Perkembangan Hukum Pidana. Jakarta: Referensi. hlm. 80 6 Aditjandra dalam Budi Winarno. 2008. Globalisasi: Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Surabaya: PT. Erlangga. hlm. 66 7 Ibid. 4 pegawai negeri mempunyai jumlah lebih besar dibandingkan korupsi yang dilakukan oleh elit-elit politik.

2.2 Pidana Mati