perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.
18
3.2.1.2 Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum. Disamping itu juga,
kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.
19
Bahan- bahan tersebut digunakan untuk mendukung, membantu, melengkapi, dan
membahas masalah-masalah yang timbul dalam penulisan ini. Pada penulisan ini bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis adalah buku-buku teks yang
berkaitan dengan isu hukum yang menjadi pokok permasalahan.
3.2.2 Analisis Bahan Hukum
Metode analisis bahan hukum yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan analisa deduktif, yaitu dengan cara melihat suatu
permasalahan secara umum sampai dengan pada hal-hal yang bersifat khusus untuk mencapai preskripsi atau maksud yang sebenarnya.
20
Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa dalam menganalisa bahan yang diperoleh agar dapat
menjawab permasalahan dengan tepat dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak
relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan; 2. Pengumpulan bahan-bahan hukum dan bahan-bahan non hukum yang
dipandang mempunyai relevansi; 3. Melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-
bahan yang telah dikumpulkan; 4. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu
hukum; dan 5. Memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di
dalam kesimpulan.
18 Ibid, hlm. 141 19 Ibid. hlm. 155
20 Peter Mahmud Marzuki, Op.cit, hlm. 171
10
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Pidana Mati dalam dimensi HAM di Indonesia
“Negara Indonesia adalah negara hukum”, ketentuan yang dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Turning point dalam ketentuan
tersebut adalah Indonesia memiliki kedaulatan hukumnya sendiri yang tidak dapat dicampuri oleh negara lain. Hukum berperan sebagai panglima
dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus berpedoman kepada hukum yang dimanifestasikan
kedalam peraturan perundang-undangan. Salah satu peraturan yang memicu polarisasi dalam masyarakat adalah penerapan pidana mati
terhadap kejahatan tertentu, seperti terorisme, narkotika dan korupsi. Hukum positif yang berlaku di Indonesia masih menerima pidana
mati dalam peraturan perundang-undangan kita.
21
Dari segi hukum sering dikatakan bahwa “isu pidana mati sebagai isu HAM adalah isu
kedaulatan hukum masing-masing negara, dan harus diserahkan kepada setiap pemerintahan negara untuk mencari keseimbangan antara hak-hak
individu yang bersaing dengan hak-hak kolektivitas”. Pada saat ini tidak ada konsensus internasional tentang apakah pidana mati harus dihapus
selamanya. Menurut Achmad Ali, alasan bahwa pemidanaan mati adalah
melanggar HAM dan karena itu harus dihapuskan sangatlah tidak tepat, sebab bukan hanya pidana mati, melainkan seluruh jenis “pemidanaan”
pada hakikatnya adalah pelanggaran HAM, tetapi kemudian menjadi sah karena diperkenankan oleh hukum yang berlaku. Singkatnya bukan hanya
pidana mati, tetapi semua jenis hukuman pidana pada hakikatnya
21
Mardjono Reksodiputro. 2013. Perenungan Perjalanan Reformasi Hukum, Jakarta: Komisi Hukum Nasional. hlm. 145
11