Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya kemajuan teknologi terutama bidang informasi di era globalisasi, membawa dampak ketatnya persaingan di segala bidang kehidupan. Lulusan pendidikan nasional harus memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional. Sejalan dengan perkembangan IPTEK yang pesat dan perubahan masyarakat yang dinamis, perlu disiapkan warga negara Indonesia yang mampu bersaing bebas dan memiliki ketangguhan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak berdasarkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains serta penerapannya Yokhebed dkk. 2012:183. Pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Herman, 2007:47. Usaha yang sudah dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu melengkapi sarana prasarana sekolah, menyempurnakan strategi yang bisa digunakan dan diimplementasikan di kelas, melakukan sertifikasi guru yang bertujuan untuk menunjang terlaksananya pendidikan dengan baik serta melakukan penyempurnaan kurikulum. Guru berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik. Untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan bermakna maka guru perlu merancang perencanaan pembelajaran, 2 pemilihan model pembelajaran yang bervariasi, menggunakan media pembelajaran yang menarik dan alat evaluasi yang baik Chodijah dkk. 2012. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus dilakukan terus- menerus. Namun, mutu pendidikan belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan kajian data, diketahui bahwa hasil belajar siswa SMAsederajat masih rendah dalam hal pencapaian nilai kriteria ketuntasan minimal KKM 75, terutama untuk mata pelajaran MIPA. Kimia merupakan salah satu cabang pelajaran MIPA yang masih dianggap sulit. Mata pelajaran kimia merupakan produk pengetahuan alam berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum dari proses dan sikap ilmiah. Siswa seringkali kesulitan memahami materi kimia karena bersifat abstrak. Kesulitan tersebut membawa dampak kurang baik bagi pemahaman siswa mengenai berbagai konsep kimia Wasonowati dkk. 2014:66. Berdasarkan hasil observasi lapangan, kajian data, dan wawancara terhadap guru kimia di MAN 1 Semarang diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia, salah satu materi tersebut adalah hidrolisis garam. Hasil nilai ulangan harian materi hidrolisis garam pada tahun ajaran 20132014 disajikan pada tabel berikut: Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Materi Hidrolisis Garam Tahun Ajaran 20132014 Kelas Rata-rata ketuntasan Nilai tertinggi Nilai terendah XI IPA 63,64 65,47 70 50 XI IPA 64,65 60,85 80 53 XI IPA 61,31 62,34 72 50 XI IPA 68,33 68,36 82 55 Sumber: Arsip Ibu Sukanti 3 Berkaitan dengan penyiapan SDM yang berkualitas, pembelajaran kimia seharusnya juga dapat membekali siswa dengan keterampilan berpikir dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya atau lebih dikenal dengan keterampilan generik sains. Keterampilan generik sains merupakan keterampilan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi Liliasari, 2009:6. Pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan generik sains merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan generik sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan individu siswa dalam memproses pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai- nilai yang diperlukan. Siswa diberikan kesempatan langsung untuk terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah untuk mendapatkan informasi ilmiah dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari Aktamis Ergin, 2008:12. Keterampilan generik sangat penting diterapkan dalam proses pembelajaran, karena siswa dengan keterampilan generik memiliki prospek pekerjaan yang lebih baik setelah lulus dari sekolah, siswa mempunyai kesempatan untuk dapat bekerja pada bidang ilmu lain selain bidang ilmu yang dikuasai oleh lulusan Freudenberg et al. 2011:81, dan siswa dapat menjadi pelajar yang sukses dan praktisi sukses baik dalam pendidikan, kerja atau aspek lain dalam kehidupan mereka Daud, 2013. Mengingat begitu pentingnya penguasaan akan keterampilan generik sains, maka pada penelitian ini dikembangkan suatu program pembelajaran yang 4 mengkondisikan siswa agar dapat mengembangkan keterampilan generik sainsnya. Keterampilan generik sains yang dikembangkan pada penelitian ini berdasarkan analisis konsep hidrolisis garam adalah keterampilan generik sains inferensi logika dan kesadaran tentang skala besaran. Keterampilan generik sains inferensi logika adalah keterampilan untuk dapat mengambil kesimpulan sebagai akibat logis dari hukum-hukum terdahulu tanpa atau ketika melakukan percobaan sedangkan keterampilan generik sains kesadaran tentang skala besaran yaitu keterampilan memahami skala atau besaran-besaran ukuran kimia secara benar Sudarmin, 2007:45. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan generik sains dan memperbaiki kualitas proses serta hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Hidrolisis garam merupakan materi yang berupa penggabungan konsep dan perhitungan matematika, sehingga diperlukan cara berpikir dan analisis yang tinggi. Oleh karena itu, untuk membantu keaktifan berpikir siswa diperlukan model pembelajaran ilmiah dimana siswa mencari dan membangun sendiri informasi dari sesuatu yang dipelajari Wasonowati dkk. 2014:68. Salah satu model pembelajaran ilmiah adalah pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning PBL. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan siswa dengan masalah. Siswa dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dituntut untuk menyelesaikan masalah yang kaya dengan konsep-konsep Herman, 2007. Model PBL dipilih karena PBL 5 merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa menjadi peserta aktif, bekerja sama dalam belajar dan dalam tim Ates Erylmaz, 2011:13, serta membantu mereka menemukan solusi alternatif terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari- hari Tosun Senocak, 2013:62. Hasil penelitian Sulaiman dan Eldy 2014 menyatakan bahwa dengan menerapkan PBL terintegrasi secara online dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian lain oleh Aziz et al 2014 menyatakan bahwa penerapan PBL tanpa atau dengan metode ceramah dapat meningkatkan keterampilan belajar mandiri dan tanggung jawab siswa. Selain itu hasil penelitian Wahyudi dan Nurhayati 2014 menyatakan bahwa dengan menerapkan model PBL melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan generik sains pengamatan langsung, inferensi logika, pemodelan matematik, dan kemampuan membangun konsep, karena model PBL memberikan penekanan pada keterampilan berpikir siswa. Siswa mengalami proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Penerapan PBL juga dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah Thomas, 2009:255. Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan seorang siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah. Proses pemecahan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif Hamzah, 2003. Kemampuan pemecahan 6 masalah perlu dimiliki agar siswa dapat menggunakannya untuk belajar kimia lebih lanjut atau menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran menggunakan PBL adalah masalah yang mampu menggali rasa keingintahuan siswa, yaitu masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Maggi Claire, 2004:68. Penelitian Hjeresen, Shcutt, Boese 2000 menyatakan bahwa pada 50 tahun mendatang ada 10 masalah besar yang dihadapi manusia yaitu mengenai masalah 1 energi, 2 air, 3 makanan, 4 lingkungan, 5 kemiskinan, 6 teroris dan perang, 7 penyakit, 8 pendidikan, 9 demokrasi, dan 10 populasi. Lima dari sepuluh masalah itu yaitu energi, air, makanan, lingkungan dan penyakit yang mempunyai kaitan erat dengan kimia dan hanya dapat diselesaikan dengan konsep kimia yang baru, yaitu kimia ramah lingkungan green chemistry. Ada 12 prinsip green chemistry yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian green chemistry dalam tindakan nyata Anastas Warner, 2004:3. Siswa dapat ikut serta menjaga kelestarian bumi dalam aktivitas pembelajarannya yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip green chemistry dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi hidrolisis garam. Berdasarkan analisis materi, ada tiga prinsip green chemistry yang dapat diterapkan yaitu use safer solvent and reaction condition menggunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman, use of renewable feedstocks pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui, dan prevent waste mencegah limbah. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dituangkan dalam Lembar Kerja Siswa LKS yang digunakan sebagai penuntun belajar. Setiap 7 aspek LKS disesuaikan dengan pembelajaran berbasis masalah. LKS tersebut berisi lembaran-lembaran masalah dan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah Prastowo, 2012. LKS ini disiapkan untuk membantu siswa memecahkan skenario masalah yang diberikan dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan lembar kerja siswa berbasis masalah bermuatan green chemistry untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa.

I.2 Identifikasi Masalah