Pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebavteria dan eubacteria

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mnecapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Faiza El Jannati NIM. 1110016100008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan Generik Sains Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 60 Jakarta Selatan pada kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-3 sebagai kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan design the nonequivalent control group design dan teknik pengambilan sampel random sampling. Instrument yang digunakan berupa tes objektif pilhan ganda sebanyak 30 butir soal. Data hasil tes dianalisis dengan uji analisis data dengan menggunakan uji-t, pada taraf signifikan 0,05 didapat hasil �ℎ����� (1.87) >������(1.66) sehingga hipotesis nol (�0) ditolak dan hipotesis alternatif (�1) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis keterampilan generik sains berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria.

Kata kunci : Lembar Kerja Siswa (LKS), Keterampilan Generik Sains, Hasil belajar biologi


(6)

v

Skripsi of bology Education Program. Science Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

The aims of this research was to determine the effectiveness of student worksheet science based generic skills to result of the learn biology students. The research was done in sman 60 jakarta selatan, at x.2 class as experiment class and x.3 class as control class on archaebacteria and eubacteria concept. The method of research used quasi experimental design was the nonequivalent control group design. The technique of simple random sampling. Instrmenets used in multiple choice objective test of 30 qeustions. Based on result of data analysis using t-test,at the 0.05 significance level obtained result ℎ����� >������ ie 1.87>� >

1.66 so that the null hypothesis (0) is rejected and the alternative hypothesis (1) is accepted. This suggests that use of student work sheet (LKS) based Science of Generic Skills significantly affect the biology student learning outcomes in the concept of Archaebcateria dan Eubacteria.

Keyword : Student Work Sheet (LKS), Science of Generic Skills, the of result of learning biology


(7)

vi

Segala Puji hanya milik Allah SWT dzat yang Maha Agung. yang Maha pengasih dan Maha penyayang atas segala karuniaNya. Shalawat dan salam tercurah kepada bagina Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang bendearang, juga kepada keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.

Skripsi ini dapat terselesaikan bukan semata-mata atas kemampuan peneliti saja. Atas ridho yang Allah SWT berikan serta ilham dari-Nya yang membuat penulis mendapatkan ide untuk menulis skripsi yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar biologi siswa”

Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungan dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada: 1. Prof. Dr, Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, tenaga dan nasehat yang membangun, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

vii

pendidikan biologi, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di perguruan tinggi ini.

7. Bapak Drs. Dwi Sartoso, M.M, selaku wakil bidang kurikulum SMA Negeri 60 Jakarta Selatan yang telah memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di tempat tersebut.

8. Ibu Drs. Hj. Umi Harini, M.M, selaku kepala SMA Negeri 60 Jakarta Selatan yang telah memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di tempat tersebut .

9. Ibu Widiyati Etty Y, S.Pd, Bapak A. Syahrul, Bapak Hartono, Rasyidah selaku guru SMA Negeri 60 Jakarta Selatan yang telah memberikan dukungan, memberika do’a, dan semangat.

10. Kepada ayah tercinta H.M. Allakfi, SH dan ibunda Hj. Mas’ain yang telah memberikan dukungan, motivasi, doa dan berbagai pelajaran yang berharga diberbagai situasi dan kondisi yang Allah takdirkan. Semoga semua perjuangan beliau menjadi amal jariyah di sisi Allah SWT dan beliau selalu diberikan rezeki yang berlimpah serta dalam lindungan Allah SWT. Aamiin 11. Kepada keluarga dan kepada kakak Royhan, Sari, Fedrian Nuril, Nanda Nuril,

yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa

12. Teman-teman Biologi angkatan 2010 yang sama-sama saling mendo’akan, khususnya izkar, mariam, dian, tuti, rista, syifa, dan birril.

Atas semuanya semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih baik. Jaza’kum ahsan al-jaza’.

Jakarta, April 2015


(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 1

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Kajian Teoretik ... 7

1. Hakikat Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7

b. Jenis – jenis LKS ... 8

c. Tujuan dan Fungsi LKS ... 9

d. Langkah – langkah Penyusunan LKS ... 10

e. Pengembangan LKS ... 13


(10)

ix

2. Keterampilan Generik Sains... 15

a. Pengertian Keterampilan Generik ... 15

b. Keterampilan Generik Pada Materi Kimia dan Fisika ... 17

3. Hakikat Hasil Belajar ... 23

a. Pengertian Belajar ... 23

b. Pengertian Hasil Belajar ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Pikir ... 29

D. Pengajuan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode dan Desain Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Instrumen Penelitian... 34

1. Instrumen Proses Pembelajaran ... 34

2. Kisi – kisi Instrumen ... 37

3. Kalibrasi Instrumen ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 45

1. Teknik Analisis Keterampilan Generik Sains ... 45

2. Teknis Analisis Data Assesmen Kinerja ... 45

3. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 46

a. Uji Normalitas Data ... 46

b. Uji Homogenitas ... 47

c. Pengujian Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Pretest ... 50


(11)

x

3. Hasil Perhitungan Lembar Kerja Siswa Berbasis Keterampilan

Generik Sains ... 52

4. Data Lembar Lembar Observasi Aktivasi Siswa ... 53

5. Data Angket Respon Siswa ... 55

B. Hasil Analisis ... 56

1. Uji Prasyarat Analisis ... 56

a. Uji Normalitas ... 56

b. Uji Homogenitas... 57

2. Hasil Uji Hipotesis ... 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Interpretasi Skor ... 15

Tabel 2.2 Jenis Ketrampilan Generik Terhadap Materi Archaebacteria dan Eubacteria ... 21

Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Generik Sains dengan Indikator Hasil Belajar ... 22

Tabel 2.4 Keterampilan Generik Sains dengan Indikator Pencapaian Pembelajaran ... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Validasi Isi LKS Berbasis Keterampilan Generik Sains ... 35

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli ... 36

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 37

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Respon Siswa... 39

Tabel 3.6 Skala Likert Angket ... 39

Tabel 3.7 Skala Likert Angket Butir Positif... 40

Tabel 3.8 Skala Likert Angket Butir Negatif ... 40

Tabel 3.9 Persentase Respon Siswa ... 41

Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 42

Tabel 3.11 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 43

Tabel 3.12 Interpretasi Daya Pembeda Soal ... 44

Tabel 3.13 Kriteria keterampilan generik sains ... 45

Tabel 3.14 Kategori Presentase ... 46

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Kelas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51

Tabel 4.2 Data Hasil Postest Kelas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 52

Tabel 4.3 Hasil Lembar Kerja Siswa Berbasis Keterampilan Generik Sains ... 53

Tabel 4.4 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 54


(13)

xii

Tabel 4.6 Persentase Angket Respon Siswa ... 55 Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Lilifors Pretest dan Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 57 Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 58 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest ... 58 Taebl 4.10 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ... 59


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 67

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

2. Instrumen Soal Pretest dan Posttest ... 84

3. Kisi-kisi Instrumen ... 89

4. Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen ... 111

5. Lembar Kerja Siswa Kelompok Kontrol... 133

6. Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 142

7. Rubrik Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen ... 161

8. Rubrik Lembar Kerja Siswa Kelompok Kontrol ... 168

9. Angket Respon Siswa ... 171

Lampiran B : Hasil Instrumen Penelitian ... 173

1. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 173

Lampiran C : Analisis Data Hasil Penelitian ... 174

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 174

a. Uji normalitas ... 174

b. Uji homogenitas ... 180

2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 181

a. Uji normalitas ... 185

b. Uji homogenitas ... 187

3. Hasil Uji Hipotesis ... 188

a. Uji hipotesis pretest ... 188

b. Uji hipotesis posttest ... 189

4. Skor LKS Berbasis Keterampilan Generik Sains... 190

5. Rekapitulasi Nilai LKS Berbasis Keterampilan Generik Sains ... 195

6. Nilai LKS Kelompok Kontrol ... 196


(15)

xiv

8. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Kelas Kontrol ... 204

9. Rekapitulasi Lembar Observasi Aktifitas Siswa Kelas Eksperimen ... 210

10.Rekapitulasi Lembar Observasi Aktifitas Siswa Kelas Kontrol ... 211

11.Hasil Perhitungan Respon Angket Siswa ... 212


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan yang paling di rasa saat ini adalah mengenai mutu pendidikan. Masalah tersebut adalah belum adanya peningkatan mutu pendidikan yang dialami pada pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya bidang biologi. Hal ini terbukti dengan nilai ulangan harian siswa pada pelajaran biologi pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria tahun ajaran 2013 pada jenjang Menengah masih jauh dari harapan.

Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memperbaiki kegiatan belajar mengajar. Tetapi, harus memperhatikan terlebih dahulu hal-hal yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Terdapatnya banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, baik dari diri siswa itu sendiri maupun faktor dari luar. Salah satu faktor dari luar yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah cara guru dalam menyajikan materi pembalajaran di kelas.1

Umumnya guru menyajikan materi pembelajaran hanya melalui buku sumber (paket). Guru juga menyampaikan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pembelajaran dalam bentuk ceramah. Pembelajaran hanya berlangsung satu arah dengan menonaktifkan siswa. Guru juga tidak memberikan kesempatan kepada siswa melakukan praktikum dikarenakan guru menganggap bahwa praktikum banyak menyita waktu serta alat yang digunakan terbatas. Hal ini dapat membosankan siswa karena siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran. Sehingga materi yang telah disampaikan oleh guru pun hanya bertahan dalam memori siswa akibat yang mengandalkan proses menghafal tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa.

1

Maulana,Peranan Lembar Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Aritmatika Sosial Berdasarkan Pendekatan Realistik, (Studi Deskriptif Di Kelas 1-C Sltp Negeri 27 Bandung), h.2


(17)

2

Melihat dari permasalahan-permasalahan di atas, salah satu solusi untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan bahan ajar yang menarik, mudah dipahami namun dapat mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri dan mampu untuk mengembangkan keterampilan siswa melalui praktikum. salah satu bahan ajar yang memenuhi kriteria tersebut adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif alat bantu pembelajaran yang tepat bagi peserta didik, karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.3 Penggunaan LKS dapat mengoptimalkan sumber daya siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Beberapa keuntungan spesifik dari pemanfaatan LKS dalam pemebelajaran adalah dapat menumbuhkan kemandirian siswa, dapat menumbuhkan aktivitas, kreativitas, serta motivasi belajar siswa, menghemat waktu, dan memberi kesempatan yang lebih banyak bagi guru untuk melakukan bimbingan individu ataupun kelompok.4 Berdasarkan pendapat ahli tersebut, LKS merupakan salah satu bahan ajar yang cocok untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Lembar Kerja Siswa yang baik adalah LKS yang mampu menjadikan pembelajar mempunyai keinginan untuk beraktivitas sesuai dengan instruksi.5 LKS juga dikatakan baik apabila LKS yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemandirian belajar siswa.

2

Poppy, Kamila Devi, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Guru SMP, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA, 2009), h. 32

3

Fitra Mayasari, Pendesain LKS Matematika Interaktif Model E-learning Berbasis Web di kelas X SMA Negeri 3 Palembang, Skripsi 2009, h.1

4

I Gusti Ngurah P, Implementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode PQ4R Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4 Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. TH XXXVIII,Desember 2005, h. 782

5


(18)

3

Penyusunan LKS sebaiknya dilakukan sendiri oleh seorang guru, karena berdasarkan informasi dengan beberapa siswa SMA, LKS yang beredar di sekolah kurang sesuai dengan kebutuhan siswa. LKS yang biasa digunakan di sekolah tidak dibuat sendiri oleh guru. LKS yang hanya berisi materi dan soal membuat siswa kurang mengerti terhadap materi pembelajaran. LKS yang digunakan kurang membuat siswa menyukai pembelajaran karena siswa tidak diajak untuk melakukan eksperimen atau praktikum. LKS tidak sesuainya dengan keadaan lingkungan sekolah. LKS seperti ini pada akhirnya akan membuat siswa sulit untuk memahami suatu konsep biologi, akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah. LKS pada umumnya dibeli bukan dibuat sendiri oleh guru, padahal LKS sebenarnya bisa dibuat sendiri oleh guru yang bersangkutan agar lebih menarik dan kontekstual dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah peserta didik.6

Penyajian LKS dapat dikembangkan dengan berbagai inovasi. Terdapat berbagai macam inovasi baru yang dapat diterapkan dalam penulisan LKS diantaranya memadukan LKS dengan memberikan tugas untuk melakukan eksperimen atau praktikum. Kegiatan eksperimen atau praktikum sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi untuk membantu siswa lebih memahami konsep-konsep yang telah dipelajari serta menuntun siswa untuk terampil dan memiliki nilai ilmiah. Karena itu, LKS yang digunakan berbasis Keterampilan Generik Sains.

Keterampilan Generik Sains adalah keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan intelektual yang dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga menghasilkan sikap yang akan melekat sepanjang hayat.7 Keterampilan Generik Sains yang ditingkatkan adalah : keterampilan melakukan pengamatan, kesadaran akan skala besaran, menghubungkan sebab akibat, pemodelan dan inferensia logika. Karena itu, Keterampilan Generik Sains memberikan siswa pengalaman dan memperkaya pengetahuan dengan mengeksplorasi lingkungan

6

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Agar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 204

7

Iwan Permana Suwarna, Mengembangkan Keterampilan Generik pada matakuliah IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), Prosiding Seminar Nasional IPA., h. 3


(19)

4

dengan proses pembelajaran yang sesuai, sehinga siswa mampu menerapkan pada konsep nyata bukan hanya sekedar teori.

Berdasarkan karakteristik untuk meningkatkan keterampilan generik sains, konsep yang dipilih pada penelitian ini adalah konsep Archaebacteria dan Eubacteria. Konsep Archaebacteria dan Eubacteria merupakan salah satu konsep biologi yang memerlukan keterampilan untuk menganalisis melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Praktikum yang dilakukan adalah pengamatan bentuk-bentuk bakteri. Untuk praktikum pengamatan bentuk-bentuk-bentuk-bentuk bakteri, siswa mengamati, mengklasifikasikan bentuk-bentuk bakteri, menafsirkan hasil pengamatan dan mengkomunikasikan. Melalui kegiatan tersebut siswa mampu menemukan dan memahami konsep yang ditanamkan oleh guru berdasarkan konsep yang telah dimiliki, mengembangkan cara berpikir logis, sistematis, kritis, terbuka, serta dapat menumbuhkan keterampilan dan kecakapan dalam melakukan kegiatan praktikum.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menerapkan penggunaan LKS berbasis Keterampilan Generik Sains untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar biologi siswa. Untuk mendapatkan jawaban yang telah diuraikan diatas, maka penulis melakukan penelitian dan menuliskan dalam skripsi yang berjudul :

Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan Generik Sains Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria”


(20)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Pembelajaran biologi hanya berlangsung satu arah yang berpusat pada guru. 2. Materi yang disampaikan oleh guru masih menggunakan metode hafalan. 3. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa melakukan praktikum 4. Rendahnya hasil belajar biologi

5. Archaenacteria dan Eubacteria merupakan materi bersifat prosedur dan konsep sehingga harus membutuhkan pengetahuan kognitif dan psikomotorik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, batasan maslah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar yang diukur adalah ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif diukur dengan menggunakan tes hasil belajar biologi. Dan ranah psikomotorik diukur dengan menggunakan assessment kinerja.

2. Keterampilan generik sains digunakan pada assessment kinerja adalah pengamatan langsung, kesadaran skala besaran, hubungan sebab akibat, pemodelan, inferensi logika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria


(21)

6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti: memberikan informasi tentang perangkat pembelajaran yang dapat dikembangkan terutama pada pengajaran biologi dan memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar biologi siswa.

2. Bagi dunia pendidikan : sebagai bahan pertimbangan bahwa kemampuan afektif, psikomotrik dan kognitif dapat dipadukan untuk mewujudkan pembelajaran aktif atau pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered)


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretik

1. Hakikat Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan Lembar Kegiatan Siswa, bahwa Lembar Kegiatan Siswa adalah suatu bentuk lembar kerja yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram.1 Pengertian lain menyebutkan bahwa lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.2 LKS termasuk media cetak hasil perkembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual, seperti yang diungkapkan oleh Azhar Arsyad.3

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Dan, tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.4 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan satu alat belajar yang termasuk media cetak yang di dalamnya memuat pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Kegiatan tersebut dapat berupa pemberian tugas baik tugas teoritis ataupun tugas praktis. Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca sebuah artikel tertentu, membuat ringkasan dan lain sebagainya, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan.

1

Trianto, Mengembangkan Model Pembalajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2010), h. 212

2

Poppy Kamalia Devi, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk SMP, (Jakarta: PPPPTK IPA, 2009), h. 32.

3

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 29 4


(23)

b. Jenis – jenis LKS

Setiap LKS disusun dengan materi-materi dan tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Berdasarkan pada tujuan pembuatan LKS, LKS terbagi ke dalam beberapa bentuk. Hal ini dikemukakan oleh Muslim Ibrahim. Menurut Muslim Ibrahim Lembar Kerja LKS dibagi ke dalam dua macam:5

1) Lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan dan menemukan konsep dalam suatu tema atau sering disebut dengan lembar kegiatan siswa yang tak berstruktur. LKS ini berperan sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran serta alat bantu mengajar yang dapat digunakan untuk mempercepat pelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisa untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.

2) Lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan tanpa bimbingan dari guru atau biasa disebut informasi dan tugas-tugas. Pada LKS ini telah disusun petunjuk dan pengarahannya, member semangat dan dapat mendorong belajar dan meberi bimbingan pada setiap siswa.

Terdapat lima jenis LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik.6 1) LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

LKS jenis ini memuat apa yang harus diakukan peserta didik, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis

2) LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

LKS ini memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat

5

Trianto, op. cit., h. 212 6

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: DIVA Press,2011),h.209


(24)

3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

LKS jenis ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya terdapat di dalam buku. Fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta didik mengahafal dan memahami materi pelajaran.

4) LKS yang berfungsi sebagai penguat

Materi pembelajaran yang dikemas didalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS ini cocok untuk pengayaan.

5) LKS yang berfungsi petunjuk praktikum

Salah satu isi dari LKS ini adalah petunjuk pelaksanaan praktikum.

c. Tujuan dan Fungsi LKS

Tujuan LKS diberikan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru sehingga dapat mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar pada suatu konsep.7

Pendapat lain menyatakan tujuan penyusunan LKS dalam Kegiatan pembelajaran memiliki tujuan tertentu, yaitu :8

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas-tugas yang mengingatkan pengusaan peseta didik terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik.

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Lembar Kerja Siswa juga akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. guru akan lebih terbantu karena memiliki bahan ajar yang sudah disiapkan. Sedangkan untuk siswa adalah alat bantu yang dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat.9

7

Marno, op. cit., cet.2., h. 77 8

Andi Prastowo, op. cit., h. 206 9


(25)

d. Langkah-langkah Penyusunan LKS

Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik agar mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar yang inovatif. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikuasai oleh peserta didik.

Untuk dapat membuat LKS sendiri, maka perlu memahami langkah-langkah penyusunannya. Berikut langkah-langkah penyusunan LKS :10

1) Tahap Persiapan

Menyiapkan lembar kerja siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah : a) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam menyusun LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang diajarkan. Selanjutnya, kita juga harus mencermati kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Jika semua langkah tersebut telah dilakukan, maka kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa

b) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya.

c) Menentukan judul-judul LKS

Perlu diketahui bahwa judul LKS ditentukan atas kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Jika judul-judul LKS telah ditentukan, maka langkah selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan.

10


(26)

d) Penulisan LKS

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: merukuskan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan memperhatikan struktur LKS

2) Langkah – langkah Penulisan

Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusnya langsung dari kurikulum yang berlaku. Contohnya, kompetensi dasar yang diturunkan dari kurikulum 2013.

Kedua, menentukan alat penilaian, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi.

Ketiga, menyusun materi. Materi Lembar Kerja Siswa dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambi dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya. Keempat, memperhatikan struktur LKS. Ini adalah langkah terakhir dalam penyusunan sebuah LKS. Ibarat akan membangun sebuah rumah, maka harus paham benar tentang struktur rumah. Ada fondasi dibagian dasarnya, kemudian diatasnya ada tembok dan beton, dan dibagian paling atas adalah atap. Jika sampai bagian-bagian itu salah satunya tidak ada atau terbalik penyusunannya, maka bangunan rumah tidak mungkin terbentuk.

Hal yang sama juga terjadi dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa. Harus dipahami bahwa struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Ketika menulis LKS, maka paling tidak keenam komponen inti tersebut harus ada. Untuk lebih memperjelas mengenai langkah-langkah penyusunan LKS yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dilihat dalam bentuk bagan alur sebagai berikut :11

11


(27)

Menulis LKS

Gambar 2.1. Diagram alur langkah-langkah penyusunan LKS 3) Langkah-langkah Mendesain LKS

Lembar Kerja Siswa didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator; dan peserta didiklah yang diharapkan berperan secara aktif dalam mempelajari materi yang terdapat dalam LKS. Apabila desain yang dibuat terlalu rumit bagi peserta didik, maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami materi. Berikut ini batasan umum yang dapat dijadikan pedoman pada saat menentukan desain LKS :12

a) Ukuran

Mengggunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Maka, ukuran LKS yang mampu mengakomodasi hal ini adalah A4 karena dengan A4 peserta didik akan mempunyai cukup ruang untuk membuat bagan. Apabila kita menentukan ukuran LKS adalah A5, peserta didik akan kesulitan membuat bagan, karena ruangan yang tersedia sangat terbatas.

12

Ibid., h. 217

Analisis Kurikulum Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan Judul-Judul LKS

Merumuskan KD Menentukan Alat Penilaian

Menyusun Materi


(28)

b) Kepadatan Halaman

Halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian.

c) Penomoran

Penomoran materi juga tidak boleh dilupakan dalam mendesain LKS. Sebab, dengan adanya penomoran, dapat membantu peserta didik, terutama bagi yang kesulitan untuk menentukan mana judul. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi peserta didik untuk memahami materi secara keseluruhan. Karena itu, menggunakan huruf kapital atau penomoran.

d) Kejelasan

Memastikan bahwa materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik. Selengkap apa pun materi yang disiapkan, tetapi jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberi hasil yang maksimal. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan saat membacanya. Karena itu, pastikan bahwa cetakan di halaman yang satu tidak menembus ke halaman sebaliknya.

e. Pengembangan LKS

Mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada 4 langkah yang ditempuh dalam mengembangkan LKS, yaitu penentuan tujuan pembelajaran, pengumpulan materi, penyusunan elemen, serta pemeriksaan dan penyempurnaan. Berikut ini rincian dari setiap langkah pengembangan LKS.13

1) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Menentukan tujuan pembelajaranyang akan di-breakdown dalam LKS. Pada langkah pertama, menentukan desain menurut tujuan pembelajaran yang diacu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman dan kejelasan.

13


(29)

2) Pengumpulan Materi

Menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Mengumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah ada. Dari materi tersebut, tentukan rincian tugas yang harus dilakukan siswa.

3) Penyusunan Elemen

Pada bagian inilah, saatnya mengintegrasikan desain (hasil dari langkah pertama) dengan materi dan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua).

4) Pemeriksaan dan Penyempurnaan

Apabila telah berhasil menyelesaikan langkah ketiga, tidak berarti dapat langsung memberikan LKS tersebut kepada peserta didik. Sebelum memberikannya kepada peserta didik, perlu dilakukan pengecekan terhadap LKS yang sudah dikembangkan tersebut.

f. Penilain LKS

Pembuatan Lembar Kerja Siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya, yaitu :14

1) Dari segi penyajian materi yaitu:

a. Judul LKS harus sesuai dengan materinya b. Materi sesuai dengan perkembangan anak c. Materi disajikan secara sistematis dan logis d. Materi disajikan secarasederhana dan jelas

e. Menunjungkan keterlibatan dan kemauan siswa untuk ikut aktif 2) Dari segi tampilan yaitu :

a. Penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami b. Gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya c. Tata letak gambar, tabel dan pertanyaan harus tepat

14


(30)

d. Judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas

e. Mengembangkan minat dan mengajak siswa untuk berpikir.

Apabila telah berhasil melakukan langkah-langkah dalam tahap pembuatan LKS, tidak berarti dapat langsung memberikan LKS tersebut kepada peserta ddik, perlu melalukan uji cobakan dengan menggunakan validasi pakar menilai LKS.

Skripsi Susanti Ratna Dewi menyatakan bahwa menilai suatu produk LKS dapat dilakukan dengan menilai empat aspek yaitu, segi desain, penyajian materi, penampilan dan pemilihan alat dan bahan. Masing-masing aspek memiliki indikator-indikator tertentu yang dinilai sehingga memiliki hasil presentase yang menunjukkan kriteria LKS tersebut. Untuk lebih mudah dipahami maka dapat di kategori penilaian dalam bentuk tabel 2.1

Tabel 2.1 kriteria Interpretasi Skor15

No. Interval skor Kategori

1. 81-100% Sangat baik

2. 61-80% Baik

3. 41-60% Cukup

4 21-40% Kurang

5 0-20% Sangat kurang

Hasil pendapat peneliti maka dapat disimpulkan, bahwa LKS dapat dikategorikan dengan baik atau tidaknya dapat dilihat melalui empat aspek, diantaranya : segi desain, konten, penyajian dan memenuhi kemampuan kerja ilmiah.

2. Keterampilan Generik Sains a. Pengertian Keterampilan Generik

Keterampilan Generik sebagai keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan intelektual yang dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga menghasilkan sikap yang akan melekat sepanjang hayat.16

15

Susanti Ratna Dewi, Analisis dan Pengembangan LKS Eksperimen Berbasis Lingkungan Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta,2012) hal. 43, tidak diterbitkan

16

Iwan Permana Suwarna, Mengembangkan Keterampilan Generik pada Matakuliah IPBA, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2011)., h. 3


(31)

In Australia and internationally, generic skill are known by a number of term including core skill, key skills, essensial skill, basic skill and workplace know-how.”17 Hal tersebut sesuai dengan tulisan Callan yang menyatakan “In their interviews, teachers used several phrases to define generic skills, including soft skills, people skills, transferable skills, work skills, core skills, mayer competencies and core competencies.18 Pada kutipan di atas menjelaskan bahwa dibeberapa Negara Keterampilan Generik dikenal dengan beberapa istilah. Salah satunya adalah keterampilan inti. Kemampuan Generik merupakan kemampuan yang dapat diterapkan pada berbagai bidang dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang lama.19 Kemampuan merupakan hasil interaksi kompleks antara pengetahuan dengan keterampilan sehingga untuk menguasainya diperlukan interaksi yang berulang kali dan waktu yang relatif lama.20

Generic Skills as those skills that students need to become successful learners and successful practitioners in their fields of study and work and in other aspects of their life and are an important outcome of university education.21 Dengan demikian, belajar seumur hidup dan kerja yang bergantung pada keterampilan generik berkembang dengan baik.

Kemampuan Generik Sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Oleh karena itu kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium.22

17

Jennifer Gibb, Generic skills in Vocation Eduacation and Training, Research Readings, (Australia National Centre for Vocational Education Research Ltd,2004), h. 8

18

Victor J Callan, Generic skill. Understanding Vocational Education and Training Teacher and Student Attitudes, (Australia :National Centre for Vocational Education Research Ltd, 2003), h. 17

19

Taufik Rahman, dkk, Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) dan Profil Pencapaiannya,(Studi Deskriptif pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan Calon Guru Biologi), h. 194. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA vol, II No.2,Juli 2008

20

Ibid., h. 193 21

Reena George, Fostering Generik Skil Through Participatory Learning Strategis, IJFPSS, vol. 1,No.1, pp 14-15,sep 2011, h. 15

22

Ni Made Pujiani, Liliasari dan Dhani herdiwijaya, Pembekalan Keterampilan Laboratorium Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains, Prosiding Seminar Nasional. f-178


(32)

Pengembangan keterampilan generik sains siswa melalui kegiatan praktikum dapat dilakukan dengan melatih siswa untuk terampil dalam mengamati, mengukur, serta menarik kesimpulan terhadap suatu objek tertentu. Berbagai keterampilan yang dikembangkan selama praktikum akan membantu siswa dalam mempersiapkan diri di jenjang yang lebih tinggi.

Keterampilan Generik Sains adalah kemampuan dasar yang bersifat umum, fleksibel, dan berorientasi sebagai bekal mempelajari ilmu pengetahuan yang lebih tinggi atau melayani tugas-tugas bidang ilmu/ pekerjaan yang lebih luas, yaitu tidak hanya sesuai bidang keahliannya tetapi juga bidang lain.23 Dengan demikian definisi-definisi tersebut, walupun dinyatakan secara berbeda namun sama-sama memiliki unsur-unsur pokok yang menjadi ciri dari batasan keterampilan. Unsur-unsur itu adalah :

1) Di dalam keterampilan terdapat beberapa tujuan yang berhubungan dengan lingkungan yang diinginkan.

2) Di dalam keterampilan terkandung keharusan bahwa pelaksanaan tugas atau pemenuhan tujuan akhir tersebut dilaksanakan dengan kepastian yang maksimum.

Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa “Generic Skill is a personal attributes and values which should be acquired by all graduates regardless of their discipline or field of study. In other words, they should represent the central achievements of higher education as a process”.

b. Keterampilan Generik Pada Materi Kimia dan Fisika

Keterampilan Generik yang dapat dikembangkan melalui pengajaran fisika ada Sembilan (9) :24 (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika

23

Saptorini, Peningkatan Ketampilan Generik Sains Bagi Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, h. 190-191

24

Iwan Permana Suwarna, Mengembangkan Keterampilan Generik pada Matakuliah IPBA, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2011)., h. 4


(33)

asas; (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep.

Makna dari setiap Keterampilan Generik Sains tersebut dijelaskan Brotosiswoyo, manusia memiliki alat indera, tetapi untuk ilmu fisika yang terutama pada benda mati, pengelihatan dan pendengaran merupakan dua indera yang paling banyak dipakai. Hal tersebut dikatakan mengamati objek secara langsung dan dinamanakan pengamatan langsung.25 Dalam melakukan pengamatan langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterabatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Misalnya listrik adalah salah satu objek yang ada tetapi tidak dapat di lihat, di dengar atau di cium. Karena itu menggunakan alat Ampere-meter. Ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung.

Kesadaran akan skala besaran, merupakan skala ruang ukuran, objek yang digarap terentang dari yang sangat besar Jagad Raya), sampai sangat kecil (elektron).26 Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik yang merupakan alat untuk mengungkapkan sejumlah hukum atau perangai alam.27 Misalnya gerak benda secara mekanika hanya dapat diungkapkan dengan bentuk persamaan diferensial.

Pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat assasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat assas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat assas.28 Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis yang dilahirkan semata-mata inferensi logika. Tanpa melihat bagaimana makna konkret sesunggunya.

25

B. Suparto Brotosiswoyo, Pekerti Mipa - Hakikat Pembelajaran Fisika. (Jakarta : PEKERTI bidang MIPA, 2000), h. 6

26

Ibid., h. 11 27

Ibid., h. 12 28


(34)

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan

pemodelan matematik yaitu rumus-rumus yang melukiskan hukum- hukum alam.29 Dalam fisika misalnya model Newton, tetapi mekanika yang sama dapat diungkpakan dengan model Hamilton.

Tidak semua fenomena alam dapat difahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterterapannya. Pengembangan keterampilan generik sains dapat dilakukan dengan adanya praktikum sehingga dapat melatih keterampilan siswa. Sehingga pada saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemapuan generik khususnya pada bidang biologi. Yang ada adalah pada bidang kimia dan fisika. Keterampilan generik yang dikembangkan oleh Taufik Rahman yang diadaptasi oleh Brotosiswoyo tahun 2001, berikut adalah keterampilan generik biologi.30

1) Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah suatu teknik pembelajaran yang dapat berdampak pada pengembangan ilmu pengetahuan (Biologi). Proses pengamatan terjadi melalui panca indera (pengelihatan, penciuman, perabaan, pengecapan dan pendengaran). Pengamatan dalam keterampilan generik ini dibagi menjadi dua bagian yang diantaranya adalah pengamatan langsung dan tak langsung.

Pengamatan langsung yaitu dengan kegiatan mengamati objek dengan menggunakan panca indera baik menggunakan alat maupun dengan tidak menggunakan alat. Contohnya mengamati langsung sel xylem dengan menggunakan mikroskop.

29

Ibid., h. 16 30

Taufik Rahman, Pengembangan Program Pembelajaran Praktikum Unutk Meningkatkan Kemampuan Generik Calon Guru Biologi, Disertasi Pada Pasca Sarjana (S3) Pendidikan UPI Bandung, Bandung 2008,.h. 54, tidak dipublikasikan


(35)

Pengamatan tidak langsung adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan gejala dan perilaku alam yang tidak dapat diamati secara langsung tetapi efeknya dapat diketahui dan memerlukan alat tertentu untuk dapat mendeteksinya. Contohnya pengukuran suhu badan yang hanya akan diketahui dengan menggunakan thermometer, tekanan darah yang dapat diukur menggunakan tensi meter.

2) Kesadaran tentang skala besaran

Kesadaran mengenai skala besaran adalah mengenai pemahaman akan perbandingan ukuran benda yang sesungguhnya dengan ukuran benda tiruannya. Dalam objek biologi terdapat objek-objek yang ukurannya sangat kecil seperti sel, gen, bakteri, virus.

3) Bahasa simbolik

Bahasa simbolik berfungsi untuk menggambarkan symbol dalam pembelajaran sains, misalnya dalam mengenal lambang unsur, terdapatnya symbol (P) untuk parentum, dan (F) untuk filium

4) Kerangka logika

Kerangka logika adalah suatu kemampuan untuk berfikir sistematis oleh seseorang. Contoh dalam ilmu biologi adalah mengenai sistem klasifikasi makhluk hidup di mana pada sistem klasifikasi tersebut mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan karakteristik mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah.

5) Inferensi

Inferensi logika adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengambil suatu kesimpulan atau garis besar dari suatu rujukan.

6) Hubungan sebab akibat

Kemampuan Generik ragam sebab akibat, terdapatnya sebab akibat dan hukum sebab akibat, hubungan antara sebab akibat dalam hukum sebab akibat memiliki nilai kepastian yang tinggi dan jika dilakukan pengulangan akan hasil yang sama. 7) Pemodelan

Pembelajaran sains sangatlah luas, sehingga banyak objek yang tidak dapat dipelajari langsung dari objek aslinya. Maka dari itu diperlukannya model (benda


(36)

tiruan). Model dapat berbentuk benda dua dimensi (gambar, tabel, grafik dan bagan) atau tiga dimensi berupa torso.

8) Abstraksi

Abstraksi adalah suatu kegiatan yang menggambarkan hal-hal abstrak ke dalam bentuk nyata. contohnya rantai respirasi dan pembentukan ATP, prosesnya diabstraksikan ke dalam bentuk gambar.

Berdasarkan penjelasan mengenai makna keterampilan generik sains. Maka tidak semua Keterampilan Generik dapat dikembangkan.31 Sehingga jenis keterampilan generik sains yang dibuat dan sesuai dengan subkonsep, setiap subkonsep bisa > 1 jenis Keterampilan Generik dan dapat diukur juga dari kemampuan kognitif. Berikut Tabel 2.2. Jenis Keterampilan Generik terhadap materi bakteri.

Tabel 2.2Jenis Keterampilan Generik Terhadap Materi Archaebacteria dan Eubacteria

Jenis Ketarampilan Generik Sains Subkonsep Achaebacteria dan Eubacteria

Pengamatan langsung Hubungan Sebab Akibat

Ciri-ciri Archaebateria dan Eubacteria

Pemodelan Inferensi

Klasfikasi Archaebacteria dan Eubacteria

Pengamatan langsung Kesadaran akan skala besaran

Struktur sel bakteri

Pengamatan langsung Pemodelan

Inferensi

Kelompok bakteri berdasarkan bentuk-bentuk sel yang hidup berkoloni, habitat, cara memperoleh makanan dan

kebutuhan oksigen

Pemodelan Reproduksi bakteri

Pemodelan Inferensi

Peranan bakteri dalam kehidupan sehari-hari

31

Dwi Nur Apriani, dkk, Pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa, chem in edu 2 (1), 2012


(37)

Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Generik Sains dengan Indikator Hasil Belajar

Indikator keterampilan Generik Sains

Indikator Hasil Belajar Pengamatan langsung :

Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan

a. Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria, serta pengelompokan Archaebacteria b. Mengamati bentuk-bentuk sel

Eubacteria yang membentuk koloni dan pemanfaatan bakteri

c. Dapat menghitung perbesaran mikroskop

Dapat mengunakan indera dalam melakukan percobaan

Kesadaran akan skala besaran

Dapat mengetahui kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis

Pemodelan

Mengungkapkan fenomena dalam bentuk sketsa, gambar dan tabel

a. Dapat melakukukan prosedur langkah kerja

b. Menjelaskan perkembangbiakan bakteri

c. Mengidentifikasi peran bakteri dalam kehidupan

Hubungan Sebab akibat

Dapat Membuat hipotesis

Menentukan variabel terikat dan bebas

a. Menyajikan laporan hasil

pengamatan bakteri

b.Menyajikan laporan tentang pemanfaatan serta peran bakteri dalam kehidupan

c. Peran bakteri dalam kehidupan sehari-hari

Inferensi


(38)

Tabel 2.4Keterampilan Generik Sains dengan Indikator Pencapaian Pembelajaran

Keterampilan Generik Sains Indikator Pencapaian Pembelajaran

Pengamatan Langsung Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan berdasarkan indera pengelihatan

Dapat mengunakan indera ketika melakukan percobaan

Kesadaran akan skala besaran Dapat mengetahui kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis

Sebab akibat Membuat hipotesis

Menentukan variabel terikat dan bebas

Pemodelan Mengungkapkan fenomena dalam

bentuk tabel atau charta Inferensia logika Menarik kesimpulan

3. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yag menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.32 Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi dalam diri yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku.33

Belajar memberikan dua definisi, yaitu : Pertama, belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan

32

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009), cet I., h. 39 33


(39)

dan tingkah laku. Kedua, penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.34 Kemampuan manusia untuk belajar merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain, kemampuan belajar itu member manfaat bagi individu dan juga masyarakat untuk menempatkan diri dalam makhluk yang berbudaya. Dengan belajar seseorang mampu mengubah perilaku, dan membawa pada perubahan individu yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan itu diperoleh dengan melalui usaha, menetap dalam waktu yang lama dan meruapakan hasil dari pengalaman. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam :35

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Belajar merupakan kegiatan yang membawa manusia pada perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan pendapat tentang belajar peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses siswa membangun pemahaman sendiri untuk berfikir, berbuat dan berinteraksi secara lancar sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu bentuk yang diperoleh dari adanya proses belajar. Ketika proses belajar itu dilakukan, maka pada akhirnya rangkaian proses

34

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2003), cet.4., h. 13

35


(40)

tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa sebagai hasil belajar.

Belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, sehingga pengertian hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi guru dan dari sisi siwa. Dari sisi guru mengajar diakhiri oleh proses evaluasi belajar dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya panggal dan puncak proses belajar.36

Proses belajar dapat melibatkan 3 ranah, yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric).37 Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat dan sebagainya.

Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan peserta didik. Semua usaha di kerahkan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu indikator keberhasilan siswa dapat dinyatakan dari hasil belajarnya.

Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal, peristiwa dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada perilaku. Dan perilaku belajar seseorang yang dipelajari dapat diketahui

36

Dimyati dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006), h. 250-251

37


(41)

melalui tes yang pada akhirnya dimunculkan nilai belajar dalam bentuk rill atau non rill.

Tujuan pendidikan dapat dimasukkan ke dalam salah satu tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.38 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang mengusai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Secara garis besar tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Selain itu juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar dan metode-metode mengajar yang digunakan.39

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Belajar dilakukan untuk mengusahaka adanya perubahan perilaku paa individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah lau sebagai hasil pengalaman individu dalam interkasinya dengan lingkungan sekitar.

B. Hasil Penelitian yang Relavan

Sunyono, Dalam penelitian ini digunakan desain “one group pretest-postest design”. Produk LKS ini diuji dengan N-gain. Model LKS ini dikembangkan dalam bentuk LKS eksperimen yang alur penyajiannya berorientasi pada 4 (empat) keterampilan yang dimunculkan, yaitu bahasa simbolik, pemodelan

38

Ibid., h. 43 39

Loeloek Endah Poerwati & Sofan Amri, Kurikulum 2013, (Jakarta : PT. Prestasi pustakaraya, 2013), h. 222


(42)

tematik hukum sebab akibat, dan membangun konsep. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ; 1) tingkat ketebacaan dan keterlaksanaan LKS yang dikembangkan memiliki kategori tinggi, artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS dan kegiatan siswa mudah dilaksanakan dengan langkah-langkah dalam LKS; 2) Peningkatan keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan LKS yang disusun berada pada kategori sedang. Peningkatan tertinggi pada indikator bahasa simbolik dan peningkatan terendah pada indikator pemodelan tematik.40

Taufik Rahman, Nuryani Y. Rustaman, Nana Syaodih Sukmadinata, Anna Poedjiadi. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa tes esai berkaitan dengan kemampuan generik (tes LP4). Di samping itu dilakukan pula observasi performance praktikum. Data penelitian berupa data keterampilan generik rerata UTS dan UAS yang meliputi kemampuan generik pemodelan, inferensi logika, sebab akibat dan bahasa simbolik. Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) berdampak positif terhadap pencapaian kemampuan generik pelaksanaan praktikum maupun

performance praktik. Pencapaian kemampuan generik tersebut meliputi pengamatan langsung pada kategori sangat tingi; pemodelan, inferensi, sebab akibat pada kategori tingi, dan bahasa simbolik pada kategori sedang mendekati rendah. Rendahnya bahasa simbolik tersebut terutama karena kurangnya mahasiswa menguasai konsep perhitungan kimia. Adapun performance

praktiknya tergolong kategori tinggi.41

Tina Yuni Astuti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demostrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan mengambil sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode

40

Sunyono, Pengembangan Model Lembar Kerja Siswa Berorientasi Keterampilan Generik Sains Pada Materi Kesetimbangan Kimia, (Solo : Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia II, 2010), h. 464-465

41

Taufik Rahman, dkk, Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) dan Profil Pencapaiannya, (Studi Deskriptif pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan Calon Guru Biologi), h. 200. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA vol, II No.2,Juli 2008


(43)

praktikum dan kelas eksperimen II dengan pembelajaran menggunakan metode demostrasi. Bedasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t (∝ = 0.05) diperoleh t-hitung (3.79) > t-tabel (2.02). oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains antara siswa yang diajarkan melalui metode praktikum dengan metode demostrasi. Ketereampilan generik sains siswa yang diajarkan melalui metode praktikum lebih unggul dibandingkan dengan metode demostrasi.42

Supardi Yasa, Ni Ngh. Madri Antari, Sumantri. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains dan kelompok siswa yang belajar denganmenggunakan model pembelajaran STAD. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan nonequivalent posttest only control group design. Populasi penelitian adalah siswa SD kelas V terdiri atas 5 kelas. Sampel diambil dengan cara group random sampling. Data yang diperlukan dalampenelitian adalah data pemahaman konsep IPA siswa, yang dikumpulkan dengan tes pemahaman konsep IPA. Tes pemahaman konsep IPA berbentuk pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan statisticinferensial uji-t. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi5%.

Hasil analisis data, diperoleh bahwa terdapat perbedaan pemahamankonsep yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPA (t =7,3; p<0,05). Skor rata-rata pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains (M = 83,7) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD (M = 75,00).43

42

Tina Yuni Astuti, Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demostrasi. Skripsi (Jakarta : Program Studi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,2013), hal ii

43

I Md. Supardi Yasa,dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kemampuan Generik Sains Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Kelas V Di Kelurahan Banyuasri. Jurnal Chemica Vol 1, 2012


(44)

Ramlawati, Liliasari, dan Ana Ratna Wulan. Desain penelitian Embedded Experimental. Komponen utaman APE meliputi: pengetahuan sebelum kuis, jurnal praktikum, lembar kerja mahasiswa, laporan praktikum. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model APE keterampilan generik sains mahasiswa dapat meningkat secara signifikan. Indikator KGS yang meningkat signifikan adalah pemodelan, bahasa simbolik dan abstraksi pada kategori tinggi. Pada kelompok tengah model APE dapat meningkatkan indikator kesadaran tentang skala, pemodelan dan pengamatan langsung pada kategori sedang. Sedangkan pada mahasiswa kelompok bawah, model APE tidak dapat meningkatkan indikator KGS secara berarti, kecuali pada indikator bahasa simbolik dan tilikan ruang pada kategori sedang.44

Nurrohman, Agus Suyatna, Chandra Ertikanto. Produk lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan memiliki kualitas kemenarikan, kemudahan dan kebermanfaatan serta LKS yang dikembangkan terbukti efektif digunakan sebagai media pembelajaran dilihat dari presentase siswa yang tuntas tujuan pembelejaran yaitu 81.25% pada pemakaian di kelas VIII MTsAlfatah Natar.45

C. Kerangka Pikir

Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis, sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus, perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-bku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran, karena pendidikan juga merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mendpatkan pengajaran yang efektif dan efisien. Pada proses pendidikan banyak sekali mata pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA itu sendiri memiliki cabang ilmu pengetahuan lain salah satunya adalah ilmu

44

Ramlawati, Liliasari dan Ana Ratna Wulan, Pengembangan Model Assesmen Portofolio Elektronik (APE) untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa, (Universitas Negeri Makassar : Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, 2012). Jurnal Chemica Vol. 13 Nomor 1 Juni 2012, 31-41

45

Nurrohman, Agus Suyatna, Chandra Ertikanto, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan Generik Sains (KGS) Materi Tekanan, Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 2 No. 3, 2014


(45)

biologi. Ilmu biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang Archaebacteria dan Eubacteria, sistem pernapasan, sistem pecernaan, sistem ekskresi, ekosistem, yang semuanya merupakan peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Masalah pendidikan yang paling dirasa saat ini adalah mengenai kualitas pendidikan. Hal ini terbukti dengan prestasi belajar siswa pada jenjang pendidikan menengah atas masih jauh dari harapan khususnya pada pelajaran biologi. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar biologi siswa diantaranya adalah cara guru dalam menyajikan materi pembelajaran di kelas masih konvensional. Hal ini membuat siswa merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran akhirnya bersifat teacher centered. Dalam hal membantu proses pembelajaran, banyak guru yang menggunakan LKS. Namun LKS yang dimiliki hanyalah LKS yang berisikan teori dan soal-soal yang membuat siswa kurang berminat untuk mempelajarinya. Faktor lainnya menyebabkan rendahnya hasil belajar biologi siswa adalah pembelajaran biologi umumnya dilakukan tanpa proses keterampilan.

Proses pembelajaran biologi siswa masih bersifat mengahafal. Padahal pembalajaran yang memberi hasil paling baik adalah melalui belajar penemuan, karena siswa sendiri yang berperan aktif dalam pembelajaran dan mengkonstruk pengetahuan berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. LKS yang umumnya digunakan oleh beberapa sekolah kurang membantu dalam melatih keterampilan dengan melakukan praktikum. Semua hal tersebut membuat hasil belajar biologi siswa menjadi rendah. Sehingga dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang membantu siswa untuk melakukan proses melatih keterampilan dengan melakukan praktikum.

Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Keterampilan Generik Sains diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. LKS ini dapat membantu siswa dalam melatih keterampilan yang dimiliki dengan bimbingan dari guru melalui pearantara LKS. LKS ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. Selain itu penggunaan LKS ini dapat mengubah pola pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered sehingga siswa yang


(46)

akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya hasil belajar biologi siswa pun akan meningkat. Berdasarkan landasan teori dan hasil-hasil penelitian yang relavan, maka diduga LKS berbasis Keterampilan Generik Sains dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir, maka peneliti mengajukan Hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar siswa biologi

H1 : Terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains terhadap hasil belajar siswa biologi


(47)

32

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan bertempat di SMA Negeri 60 Jakarta. Adapun penelitian ini dilakukan pada semester ganjil pada tanggal 03 November tahun ajaran 2014/2015.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Metode ini memiliki kelompok kontrol namun tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1

Penelitian ini menggunakan dua kelas penelitian, kelas pertama adalah kelompok kontrol, yaitu menggunakan metode ceramah dan tidak diberikan perlakuan LKS berbasis keterampilan generik sains dan kelas kedua adalah kelompok eksperimen, yaitu diberikan perlakuan LKS berbasis keterampilan generik sains.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah the nonequivalent control group design, dalam desain ini digunakan dua kelompok subjek, satu diantaranya diberikan perlakuan. Desain penelitiannya digambarkan pada Tabel 3.1. Sebagai berikut2 :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

E Oı Xı O₂

K Oı - O₂

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2013), cet-16, h. 114

2


(48)

33

K: kelas kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan LKS berbasis keterampilan generik sains)

Oı: pretest (tes awal yang sama pada kedua kelompok) O₂: posttest (tes akhir yang sama pada kedua kelompok)

Xı : perlakuan dengan menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains X₂ : perlakuan dengan tidak menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 60 Jakarta yang terdaftar dalam semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Populasi terjangkau yaitu siswa SMAN 60 Jakarta kelas X semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.

simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.3 Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu kelas X SMAN 60 Jakarta. Sampel adalah sebagian bagian dari populasi.4 Dalam penelitian ini, penentuan sampel dilakukan dengan mengambil dua kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini diperoleh data berupa skor hasil belajar biologi siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar biologi siswa. Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

3

Ibid., h. 124 4

S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta,2007), cet-6, h. 121


(49)

34 generik sains

2. Diberikan tes kemampuan awal (pretest) tentang konsep archaebacteria dan eubacteria di dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Diberikan treatment (perlakuan) kepada kelas yang dijadikan subjek penelitian pada pembahasan archaebacteria dan eubacteria, dengan perlakuan pemberian LKS berbasis keterampilan generik sains.

4. Diberikan tes kemampuan akhir (posttest) tentang archaebacteria dan eubacteria di kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal-soal yang sama.

5. Hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan, yaitu: kelompok atau kelas kontrol yang diajar tanpa menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains dan kelompok atau kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains, untuk selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk membuat laporan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.5 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Proses Pembelajaran

Instrumen yang digunakan selama proses pembelajaran adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) berbasis keterampilan generik sains untuk kelas eksperimen. LKS disusun melalui beberapa tahap yaitu, pertama melakukan analisis kurikulum 2013, bertujuan untuk menentukan materi-materi yang membutuhkan LKS yang tidak

5


(50)

35 membuat LKS.

Melakukan validasi desain LKS sebelum melakukan uji coba atau penggunaan instrumen. Validasi desain LKS pada penelitian ini diukur dengan validasi isi, yaitu melalui pengecekan dan pertimbangan dari dosen dan guru biologi. Berdasarkan pada tahap pengecekan dan penyempurnaan LKS, dilihat pada Tabel 3.2 berupa kisi-kisi instrumen validasi isi LKS berbasis Keterampilan Generik Sains :

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Isi LKS Berbasis Keterampilan Generik Sains

No. Variabel Indikator No. Pernyataan Jumlah

1. Kesesuaian

desain dengan tujuan pembelajaran a. Ukuran b. Kepadatan halaman c. Kejelasan 1,2 3,4,5 10,18,19,20,21, 22,23,24 2 3 8

2. Kesesuaian materi dengan tujuan

pembelajaran

a. Kesesuaian bahasan topik b. Struktur LKS berbasis KGS

12,13,14 11

3 1

3. Kesesuaian

elemen dengan tujuan

pembelajaran

a. Rincian tugas b. Latihan

15,16 17

2 1

4. Kejelasan penyampaian

a. Bahasa yang digunakan

b. Pemilihan gambar dan daftar pustaka

6,7 8,9

2 2


(51)

36

yang harus diperbaiki. Penilaian dilakukan menggunakan lembar validasi LKS yang terdiri dari empat aspek, yaitu kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran, kesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian elemen dengan tujuan pembelajaran, dan kejelasan penyampaian. Dari keempat aspek tersebut secara umum diperoleh persentase rata-rata 93.75% yang berarti hasil penilaian dari validator untuk LKS memiliki kriteria valid. Rekapitulasi data hasil validasi LKS oleh ahli terlihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli

No. Variabel Indikator Rata-rata %

Kriteria

1. Kesesuaian desain dengan tujuan

pembelajaran

a. Ukuran

b. Kepadatan halaman c. Kejelasan

100% Sangat Baik

2. Kesesuaian materi dengan tujuan

pembelajaran

a. Kesesuaian bahasan topik

b. Struktur LKS berbasis KGS

100% Sangat baik

3. Kesesuaian elemen dengan tujuan

pembelajaran

c. Rincian tugas d. Latihan

100% Sangat Baik

4. Kejelasan penyampaian

a. Bahasa yang digunakan b. Pemilihan gambar dan

daftar pustaka

75% Baik

Rata – rata 93.75% Sangat


(52)

37

mana siswa menguasai materi yang telah diberikan. Tes hasil belajar ini dalam bentuk tes objektif atau dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dengan 5 pilihan. Jika jawaban benar maka diberikan nilai 1 dan jika jawaban salah maka diberi nilai 0.

Data yang digunakan untuk hasil belajar soswa ranah kognitif adalah nilai hasil tes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal yang diberikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Soal tes hasil belajar biologi diberikan sebelum dan setelah siswa mempelajari materi Achaebacteria dan Eubacteria dengan menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains pada kelas eksperimen dan menggunakan LKS yang tidak berbasis keterampilan generik sains pada kelas kontrol. Adapun kisi-kisi instrumen tes terlihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes

Sub konsep

Aspek kognitif Jumlah Soal yang Digunakan C1 C2 C3 C4 C5 C6

Ciri-ciri

archaebateria dan Eubacteria

1 4

11

5 6 8

9

- 7

Klasifikasi archebacteria dan eubacteria

- 15 16 17

19

18 - 5

Struktur tubuh bakteri

21 - 23 24 25 29 5

Reproduksi bakteri - - 41 42

43 - - 3

Pengelompokkan bakteri

30 32 34 35 37 38 6

Peranan bakteri pada kehidupan sehari-hari

44 - 45 - - 49

50

4


(53)

38

kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan kriteria tertentu.

Penelitian ini penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa. Lembar observasi aktifitas siswa dilakukan dengan mengamati siswa selama pembelajaran dan memberikan penilaian pada akhir pertemuan oleh dua orang obesever yaitu pihak sekolah atau bidang studi di sekolah yang bersangkutan.

Lembar observasi aktifitas siswa untuk arah vertikel menunjukkan perincian aspek yang akan diukur yang terdiri dari beberapa aspek tahap pembelajaran dan langkah pembelajaran keterampilan generik sains. Sedangkan untuk arah horizontal menunjukkan banyaknya skor yang dapat dicapai, skor tersebut antara satu sampai empat. Penilaian aspek keterampilan generik sains dimulai dari rentangan nilai satu sampai empat. Siswa dinilai secara berkelompok. Jika semua orang dari anggota kelompok melakukan semua aktifitas dengan sistematis maka mendapat nilai 4 (sangat baik). Jika hanya empat orang dari anggota kelompok melakukan semua aktifitas namun tidak sistematis maka mendapat nilai 3 (baik). Jika hanya dua orang dari anggota kelompok melakukan aktifitas, namun hanya ada beberapa yang terlaksana maka mendapat nilai 2 (cukup). Jika tidak ada orang dari anggota kelompok melakukan aktifitas, dan tidak terlaksana sama sekali, maka mendapat nilai 1 (kurang baik).

Angket yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengethui respon siswa terhadap pembelajaran biologi dalam menggunakan lembar kerja siswa berbasis keterampilan generik sains pada konsep arcahebacteria dan eubacteria. Model angket yang digunakan adlah angket skala Likert yang

6

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2010), h. 238


(54)

39

pertanyaan positif (+)

pertanyaan negatif (-)

1. Pembelajaran biologi sebelum menggunakan lembar kerja siswa

1,3,5 2,4 5

2. Implementasi lembar kerja siswa berbasis keterampilan generik sains

6,9,10 7,8 5

3. Komponen lembar kerja siswa berbasis keterampilan generik sains

12,14,15 11,13 5

4. Keterampilan generik sains yang terdapat dalam lembar kerja siswa

16,17,18 19,20 5

Jumlah 12 8 20

Instrumen nontes pada penelitian yang berupa angket. Skala yang digunakan pada lembar angket adalah skala Likert. Jawaban dari setiap item pada lembar angket aktivasi siswa yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi yang diberi skor pada Tabel 3.6 berikut:7

Tabel 3.6 Skala Likert Angket

No. Skor Jawaban

1. 5 Sangat Baik

2. 4 Baik

3. 3 Cukup

4. 2 Kurang

5. 1 Sangat Kurang

7


(55)

40

memberikan skor pada setiap jawaban. Memberi skor untuk pernyataan positif adalah pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Skala Likert Angket Butir Positif

Skor Jawaban

1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju

3 Cukup

4 Setuju

5 Sangat Setuju

Sementara itu untuk pernyataan negatif teknik pemberian skor pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Skala Likert Angket Butir Negatif

Skor Jawaban

5 Sangat Tidak Setuju 4 Tidak Setuju

3 Cukup

2 Setuju

1 Sangat Setuju

Selanjutnya data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:8

Skor ideal = jumlah item x skor maksimal Angka persentase = �����ℎ����������������ℎ

��������� x 100%

Kemudian persentase yang diperoleh, dikategorikan sesuai dengan interpretasi pada Tabel 3.9.

8


(56)

41

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

21% - 40% Kurang

0% - 20% Sangat Kurang

3. Kalibrasi Instrumen

Menghitung kalibrasi instrument dalam penelitian ini penulis menggunakan program Anates yang dikembangkan oleh Karno TO dan Wibisono. Berikut langkah-langkah penggunaan anates: telah dibuka program anates, kemudian klik jalankan anates pilihan ganda, klik buat file baru, kemudian telah ditentukan jumlah subjek/siswa, telah ditentukan jumlah butir soal, telah ditentukan jumlah pilihan jawabab 1-5, kemudian ditulis nama/kode subjek pada kolom yang telah disediakan, ditulis kunci jawaban soal pada kolom yang telah disediakan, ditulis kunci jawaban subjek pada kolom yang telah disediakan, kemudian kembali ke menu utama, klik penyekoran, klik olah otomatis dan simpan data

Mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi syarat soal yang baik, maka dilakukan pengujian validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Berikut penjelasan kalibrasi instrumen.

1. Validitas dan Reliabilitas

Validasi yang digunakan adalah validitas butir soal. Menurut Sugiyono, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:10

{

2 2

}{

2

}

)

(

)

(

)

)(

(

)

(

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

=

9

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), cet-9., h. 44 10


(57)

42 Y = nilai-nilai item

∑ XY = jumlah perkalian nilai-nilai X dan Y

∑ X = jumlah nilai-nilai X

∑Y = jumlah nilai-nilai Y

Adapaun kriteria penafsiaran indeks validitas dapat dilihat pada Tabel 3.10 Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.11

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.800 – 1.00 Sangat tinggi

0.600 – 0.800 Tinggi

0.400 – 0.600 Cukup

0.200 – 0.400 Rendah

0.00 – 0.200 Sangat rendah

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen yang dilakukan dikelas XI IPA, dari 50 butir soal diperoleh 30 butir soal yang valid dan 20 butir soal yang tidak valid. Soal yang valid tersebut akan digunakan sebagai instumen tes untuk ranah kognitif. Hasil perhitungan menggunakan program ANATES dapat dilihat pada lampiran 2B.

Menentukan reliabilitas tes bentuk uraian dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu :12

11

=

�−1

� �

1

∑ ����

��2

11

Ibid., h. 75 12

Sofyan, Feronika, Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006). h. 113


(58)

43

�� = proposi jawaban benar untuk butir nomor i

�� = proposi jawaban salah untuk butir nomor i

��2 = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai reabilitas tes ini adalah 0.87. Nilai ini termasuk kategori sangat tinggi. Karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelelitian ini. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program ANATES dapat dilihat pada lampiran 2B.

2. Uji Taraf Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal13. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus :

P

= B/JS

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai-nilai tingkat kesukaran dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Interpretasi Tingkat Kesukaran.14

Nilai p Tingkat Kesukaran

0.00 <� ≤ 0.30 Sukar 0.30 < � ≤0.70 Sedang 0.70 < �< 1.00 Mudah

13

Suharsimi Arikunto, op. cit.,h.208 14


(59)

44

B A

B B

A

A

P

P

J

B

j

B

D

=

=

dapat dilihat pada lampiran 2B.

3. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.15 Berikut ini rumus mencari daya pembeda soal:16

Keterangan:

J = jumlah peserta didik

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu salah PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda soal dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Interpretasi Daya Pembeda Soal.17

Nilai dp Interpretasi Daya Pembeda Soal

0,71 - 1,00 Sangat Baik

0,41 — 0,70 Baik

0,20 — 0,40 Cukup

0,00 — 0,20 Buruk

Negatif Sangat Buruk

15

Ibid., h. 211 16

Ibid., h. 213 17


(60)

45 dapat dilihat pada lampiran 2B.

F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Keterampilan Generik Sains

Setiap aspek keterampilan generik sains mendapat rentangan skor yaitu, 4 sampai 0. Untuk mengetahui persentase ketercapaian keterampilan generik sains, digunakan rumus berikut ini:

Skor maximum = jumlah responden x skor maximum KGS

Persentase KGS =

����������������������

���� �������

X 100%

Persentase keterampilan generik sains siswa dikelompokkan dalam tiga kriteria. Kriteria keterampilan generik sains dapat dilihat pada Tabel 3.13

Tabel 3.13 Kriteria Keterampilan Generik Sains.18

Rentang % Kriteria

> 80 Tinggi

60-80 Sedang

< 60 Rendah

2. Teknik analisis data penilaian kinerja

Penilaian kinerja dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Analisis pada assessment kinerja dilakukan dengan cara menjumlahkan semua indikator

18

Tina Yuni Astuti, Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demostrasi. Skripsi (Jakarta : Program Studi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,2013), h. 47


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)