M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125
2.1.8 Analisis Biomekanika Dalam Passing Bawah
Biomekanika mempelajari tentang gaya internal dan gaya eksternal yang beraksi pada tubuh manusia dan pengaruh – pengaruh yang ditimbulkan oleh
gaya – gaya tersebut Sugiyanto, 1992:243. Secara mekanis gerakan bisa diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
gerakan translatori dan gerakan rotatori Sugiyanto, 1992:244. Gerakan translatori adalah gerakan di mana benda bergerak secara keseluruhan dari suatu
tempat ke tempat lain. Sedangkan rotatori adalah gerakan yang berpusat pada poros tertentu seperti pada gerakan lengan tangan terhadap bahu.
Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi dan kemudian
menggerakkan tulang yang berporos pada persendian. Untuk berkontraksinya otot diperlukan energi dan energi dihasilkan dari berfungsinya sistem suplai. Selama
terjadinya, agar gerakan itu bisa dilakukan dengan lancar dan sesuai dengan kemauan, yang berperan mengendalikannya adalah system kontrol yaitu syaraf
dan endokrin Sugiyanto, 1992:245. Pengertian koordinasi dari sudut pandang biomekanika tidak jauh
berbeda dengan sudut pandang anatomi dan fisiologi. Pengertian dari sudut pandang biomekanika lebih diarahkan pada penyesuaian antara impuls kekuatan
kepada otot atau sekelompok otot dengan kebutuhan setiap pelaksanaan bagian gerakan Phil Yanuar Kiram, 1992:50. Koordinasi merupakan kemampuan tubuh
melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Koordinasi adalah hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan
Eri Pratiknyo, 2006:5. 2.1.8.1 Sifat Gerakan
Ditinjau dari biomekanika maka gerakan ayunan lengan saat passing bawah lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang
terdapat pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi saat impact pertemuan antara bagian proksimal lengan dan bola dimana lengan
difleksikan dengan bantuan Musculus Biseps Brachii. Jadi pada saat impact pertemuan lengan dengan bola terjadi suatu momentum yang berkaitan dengan
kecepatan dan massa benda yang sedang bergerak. Jika lengan saat impact dengan bola bergerak cepat, maka akan terjadi peningkatan momentum pada
lengan terhadap bola. Sehingga dalam gerakan passing bawah memerlukan momentum yang harus dikontrol oleh pemain. Karena saat passing bawah
memerlukan momentum dalam jumlah tertentu, sehingga bola dapat melayang dengan jarak yang tepat untuk sampai kepada sasaran.
Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya
Soedarminto,1992:116. Peningkatan momentum terjadi bila gaya digunakan searah dengan gerak. Bila gaya yang digunakan berlawanan dengan gerak akan
menghasilkan perlambatan atau pengurangan momentum. Hal ini terjadi pada passing bawah saat kontak bola dengan lengan yang menghasilkan perlambatan
bola. Sesuai dengan dengan hukum reaksi ”pada setiap aksi akan timbul suatu
reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arahnya”. Bila suatu benda bergerak mendapatkan momentum, sedang benda lain yang dikenai gayanya akan memiliki
momentum yang sama besar dan berlawanan arah Sri Haryono, 2005:16. Gerakan ayunan lengan dari bawah ke atas pada passing bawah adalah
merupakan gerak fleksi dan abduksi lengan. Gerak fleksi adalah gerakan dari bagian tubuh yang terjadi dalam bidang sagital dan berputar pada sumbu
transfersal. Sedangkan abduksi terjadi bila bagian badan bergerak menjauhi garis tengah badan di dalam bidang frontal. Dalam hal ini bagian tubuh tersebut adalah
gerakan lengan saat melakukan passing bawah Soedarminto, 1992:7. Selain itu gerakan passing bawah merupakan gerakan pengungkit. Jadi
bola diungkit ke atas dengan jalan ayunkan lengan dan ditambah dengan penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat
dipantulkan ke atas dengan sudut pantul 90 derajat M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:69. Pengungkit adalah suatu batang yang kaku yang dapat
berputar pada satu titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Gerakan passing bawah merupakan pengungkit jenis kedua karena titik pusat
gerak atau sumbu putar terdapat pada sendi bahu serta pangkal beban dan pangkal gaya terletak pada sepanjang lengan Sri Haryono, 2005:21.
2.1.8.2 Prinsip Mekanika Yang Diterapkan Gerakan passing bawah pada prinsipnya merupakan gerakan
menyongsong bola yaitu gerakan menuju ke suatu tempat di mana bola tertuju. Gerakan menyongsong bola mengandung suatu tuntutan bagi pemain untuk dapat
berusaha menempatkan diri sehingga bola yang datang dapat dimainkan dengan mudah dan berhasil baik M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:161.
Kualitas gerakan penyongsongan bola datang dapat dipengaruhi oleh cepat lambatnya bola yang datang dari lawan. Bola yang datang dari teman
seregu lazimnya tidak keras dan tidak cepat sehingga pemain tidaklah terlalu mengalami kesulitan yang berarti untuk melakukan gerakan menyongsong bola.
Selanjutnya untuk menyongsong bola cepat, maka selalu diperlukan gerakan imbangan yang cepat pula. Dan untuk menghadapi bola smes yang keras,
haruslah dikembangkan latihan antisipasi terhadap arah gerak dan timing lawan yang melakukan smes tersebut M.Mariyanto,Sunardi, Agus Margono,1992:162.
Gerakan saat melakukan passing bawah selain gerakan lengan juga terjadi gerakan tungkai untuk memindahkan titik berat badan. Titik berat suatu benda
sering disebut sebagai titik keseimbangannya Soedarminto,1992:149. Menurut Boyke Mulyana 2000:19 letak titik berat atlet jarang tetap pada tempat yang
sama selama beberapa waktu. Jika saat berdiri tegak dan kemudian menggerakkan tungkai ke arah depan satu langkah, maka titik beratnya berpindah
ke arah yang sama. Jika menggerakan tungkai dan lengannya, maka titik beratnya berpindah ke depan lebih banyak massa yang dipindahkan.
Jarak berpindahnya titik berat tergantung pada seberapa besar dan jauh massa tubuh dipindahkan. Menurut Soedarminto 1992:150 jika bentuk atau
posisi sebuah objek berubah, maka letaknya titik berat juga akan berubah. Tungkai cukup berat dan memiliki massa yang besar, sehingga menyebabkan
pemindahan titik berat yang lebih besar dari pada ketika memindahkan salah satu
lengan saja. Pemindahan titik berat badan selalu berkaitan dengan jumlah massa yang dipindahkan dan jarak yang ditempuhnya.
Selain titik berat badan, keseimbangan dan stabilitas tubuh juga mempengaruhi gerakan saat melakukan passing bawah. Kedua hal tersebut
merupakan dua istilah yang hampir sama tetapi mempunyai arti yang berlainan. Jika posisi sebuah objek diubah sedikit dan objek cenderung untuk kembali pada
posisi semula, maka objek itu dalam keadaan seimbang atau stabil Soedarminto,1992:152. Keseimbangan berkaitan dengan koordinasi dan
kontrol. Jika atlet yang mempunyai keseimbangan yang baik, maka ia dapat mempertahankan keadaan equilibriumnya dan menetralkan gaya yang akan
mengganggu penampilannya. Stabilitas berkaitan dengan seberapa besar tahanan yang diciptakan atlet untuk melawan gangguan lawan terhadap keseimbanganya.
Semakin stabil atlet, maka semakin besar tahanan yang diciptakannya untuk mengatasi gaya yang mengganggunya. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas dan keseimbangan menurut Sri Haryono 2005:29 dalam passing bawah :
1 Stabilitas berbanding lurus dengan luas dasar menumpu. Atlet dapat meningkatkan stabilitasnya bila ukuran bidang tumpuannya
diperluas. Dalam gerakan persiapan penerimaan bola dalam passing bawah, dengan melangkahkan tungkai ke depan berarti dapat memperluas bidang
tumpunya. Apabila seorang pemain melakukan posisi kuda-kuda dengan jarak antara kedua ujung kaki sempit, maka bermain tersebut ada pada keadaan yang
tidak stabil, maka akan lebih mudah digoyangkan. Sebaliknya, apabila pemain
bola voli melakukan posisi kuda-kuda dengan jarak antara ujung kaki lebih lebar, maka pemain tersebut dalam keadaan yang lebih stabil, sebab ia memilki dasar
menumpu yang luas sehingga tidak mudah digoyangkan. 2 Stabilitas berbanding terbalik dengan besarnya jarak antara titik berat badan
dengan dasar penumpu. Atlet dapat meningkatkan stabilitasnya bila titik berat badannya
direndahkan. Seorang atlet yang menaikkan letak titik beratnya akan kurang stabil bila dibandingkan dengan atlet yang mempunyai letak berat badannya lebih
rendah di atas bidang tumpunya. Sama halnya dalam gerakan penerimaan bola dalam passing bawah, dengan gerakan sedikit menekuk tungkai atas dan
membungkukkan togok maka akan menurunkan letak titik beratnya. Sehingga tubuh akan lebih stabil dalam melakukan gerakan passing bawah.
3 Gaya gesekan. Keseimbangan dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan aktivitas
cabang olahraga yang dilakukan, dapat dipergunakan alat yang mempunyai gaya gesekan yang sesuai dengan aktivitas cabang olahraga tersebut. Untuk
memperoleh stabilitas yang besar diperlukan alat yang memiliki gaya gesekan yang besar pula, misalnya sepatu dengan sol yang dilengkapi secara khusus untuk
hal itu. Pada pemain bola voli sebaiknya sepatu yang dipakai untuk bermain memiliki sol karet, hal ini bertujuan untuk memperoleh stabilitas yang besar pada
saat melakukan posisi siap.
2.2 Kerangka Berfikir