UU RI Nomor 3 Tahun 2005 BAB XVI Industri Olahraga

38 Temanggung yaitu NASSA Futsal. Terdapat kantin, mushola, ruang ganti pakaian, toilet. Terdapat 13 members dan pengelola ramah. 9 V3 Futsal Lokasi lapangan futsal V3 sangat strategis berada di jalan raya kedu parakan dan jauh dari lapangan futsal yang lain. Sarana dan prasarana standar untuk sebagai syarat bermain futsal. Bangunan ini juga difungsikan sebagai rest area, cafe, music studio ,dan distro. Terdapat juga fasilitas mushola, kamar ganti pakaian, tempat parkir dan toilet. Terdapat 18 members. Manajer dan pengelola sangat bersahabat dan ramah. 10 Gemini Futsal Lokasi lapangan futsal ini sngat strategis berada di Kecamatan Kandangan. Sarana dan prasarana bagus karena masih baru dengan permukaaan lapangan vinyl. Terdapat ruang ganti pemain, toilet dan tempat parkir yang cukup luas. Tempat bersih dan nyaman. Terdapat 14 members.

2.4 UU RI Nomor 3 Tahun 2005 BAB XVI Industri Olahraga

Pengusaha yang berminat mendirikan lapangan futsal harus memperhatikan dan melaksanakan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 BAB XVI Industri Olahraga Pasal 78 ayat 1 , berbunyi: “Setiap pelaksanaan industri olahraga yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah danatau masyarakat wajib memperhatikan tujuan keolahragaan nasional serta prinsip penyelenggaraan keolahragaan”. Berdasarkan pasal tersebut maka setiap pengusaha lapangan futsal wajib memperhatikan tujuan keolahragaan nasional UU RI Nomor 3 tahun 2005 pasal 4, berbunyi: “Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral 39 dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina kesatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Serta prinsip penyelenggaraan keolahragaan UU RI Nomor 3 tahun 2005 pasal 5, berbunyi: “ Keolahragaan diselengarakan dengan prinsip: a demokratis, tidak diskriminatif dan menjunjung tinggi nilai keagamaan, nilai budaya dan kemajemukan bangsa; b keadilan sosial dan nilai kemanusiaan yang beradab; c sportivitas dan menjunjung tinggi nilai etika dan esteitika; d pembudayaan dan keterbukaan; e pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat; f pemberdayaan peran serta masyarakat; g keselamatan dan keamanan; dan h keutuhan jasmani dan rohani. Pasal 79, berbunyi: 1 Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi, diperjualbelikan, danatau disewakan untuk masyarakat. 2 Industri olahraga dapat berbentuk jasa penjualan kegiatan cabang olahraga sebagai produk utama yang dikemas secara profesional yang meliputi: 1 Kejuaraan nasional dan internasional. 2 Pekan olahraga daerah, wilayah, nasional, dan internasional. 3 Promosi, eksibisi, dan festival olahraga. 4 Keagenan, layanan informasi, dan konsultasi keolahragaan. 3 Masyarakat yang melakukan usaha industri olahraga sebagaimana dimkasud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat bermitra dengan pemerintah, pemerintah daerah, organisasi olahraga,danatau organisasi olahraga lain, baik dalam negeri maupun luar negeri. 40 4 Dalam melaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 masyarakat membentuk badan usaha sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 5 Masyarakat yang melakukan industri jasa olahraga memperhatikan kesejahteraan pelaku olahraga dan kemajuan olahraga. Pasal 80, berbunyi: 1 Pembinaan dan pengembangan industri olahraga dilaksanakan melalui kemitraan yang saling menguntungkan agar terwujud kegiatan olahraga yang mandiri dan profesional. 2 Pemerintah danatau pemerintah daerah memberikan kemudahan pembentukan sentra-sentra pembinaan dan pengembangan industri olahraga. 3 Pemerintah danatau pemerintah daerah memfasilitasi pemwujudan kemitraan pelaku indusrti olahraga dengan media massa dan media lainya. 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah cara prosedur yang dipakai dalam melakukan penelitian sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian. untuk mengadakan pengkajian selanjutnya, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam Moleong 2012, Bogdan dan Taylor 1975:5 mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pengertian penelitian kualitatif diperjelas oleh Denzin dan Lincoln 1987 menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Sejalan dengan pendapat tersebut Moleong 2012:6 memperjelas bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Di dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data