3. Infiltrasi dan Lapisan Kedap pada Lahan Sawah

4 liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir. 2. Permeabilitas sedang merupakan karakter tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari: a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berpasir halus. b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu. c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir atau lempung berdebu. 3. Permeabilitas cepat merupakan karakter tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, yaitu tanah yang mengandung minimal 70 pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.

2. 3. Infiltrasi dan Lapisan Kedap pada Lahan Sawah

Infiltrasi Lahan sawah merupakan lahan olahan, dimana struktur tanahnya sudah mengalami berbagai perlakuan. Lahannya otomatis merupakan lahan yang terganggu tetapi proses infiltrasinya tetap harus diketahui dan dengan kondisi seadanya pengukuran infiltrasi tetap dilakukan. Purwanto 1994 menunjukkan adanya variabilitas yang tinggi dari rataan infiltrasi pada lahan sawah yang bertipe terasering atau bertingkat pada awal musim hujan dan pertengahan musim hujan di daerah tangkapan air Cikumutuk, Malangbong, Jawa Barat. Hasil pengukurannya tersaji dalam Tabel 5. Pengukurannya dilakukan pada dua level, bagian atas dan bawah. Pada masing-masing level dilakukan pada tiga titik, yaitu bed bagian dasar petak sawah yang sudah mendatar, riser bagian petak sawah yang masih miring dan gutter bagian pinggir petak sawah dekat dengan tebing bagian atas biasanya merupakan saluran air. Tabel 5. Laju infiltrasi selama musim hujan 9596 Lokasi n Laju infiltrasi akhir mmjam Waktu setelah keadaan setimbang menit Bagian atas Beds Awal musim hujan 1995 9 701±82 28±4 1994 4 497±90 22±6 Gutters Pertengahan musim hujan 19951996 3 42±6 26±16 Risers Pertengahan musim hujan 19951996 1 atas 734 19 2 bwh. 16±1 33±14 Bagian bawah Beds Awal musim hujan 1994 16 473±194 26±8 1995 2 578±78 12±1 Pertengahan musim hujan 19951996 1 107 26 Gutters Pertengahan musim hujan 19951995 5 34±10 63± Risers Pertengahan musim hujan 19951996 1 atas 1200 11 2 bwh. 145±39 37±6 Sumber: Purwanto, 1994 Namun demikian dalam Booker Agricultural International BAI kriteria kapasitas infiltrasi konstan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Kriteria laju infiltrasi konstan Kls Kategori Infiltrasi Laju Infiltrasi Konstan mmjam Keteranga n 1 2 3 4 5 6 7 Sangat lambat Lambat Agak lambat Sedang Agak cepat Cepat Sangat cepat 1 1-5 5-20 20-60 60-125 125-250 250 Non irigasi Perlakuan khusus Sumber: Haridjaja, 1990 Beberapa penelitian menunjukkan laju infiltrasi pada lahan sawah lebih kecil daripada lahan pertanian. 5 Tabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian Lahan Laju Infiltrasi mmjam Referensi Pertanian 26-32 Agnihorti and Yadav 1995 Pertanian 257-102 Navar and Synnot 2000 Sawah 0,022-0,215 Liu 2001 Sawah 0.024 Susilowati 2004 Keadaan ini karena perlakuan pada lahan sawah lebih keras pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan daripada lahan pertanian. Lapisan kedap air Infiltrasi pada lahan sawah selain dipengaruhi oleh sifat fisik tanah juga akan dipengaruhi oleh perlakuan petani terhadap lahan sawahnya seperti pembajakan dan penggaruan baik dengan alat berat, tenaga manusia maupun oleh tenaga hewan. Perlakuan ini membuat lahan sawah akan memiliki lapisan dimana lapisan itu terbentuk dengan sendirinya. Lapisan pada lahan sawah akibat pembajakan biasa disebut dengan lapisan kedap. Situmorang dan Sudadi 2001 menyebutkan pembentukan lapisan kedap, yaitu suatu lapisan yang padat, ketebalan 5- 10 cm, umumnya pada lahan yang telah disawahkan. Dibandingkan dengan tanah permukaan, lapisan kedap mempunyai bobot isi lebih tinggi dan pori total yang lebih rendah dan permeabilitasnya lebih rendah. Lapisan kedap terbentuk karena beberapa faktor, antara lain: 1. Pemadatan selama pembajakan dalam keadaan basah lapisan olah di atasnya ataupun karena pemadatan lain. 2. Penghancuran agregat akibat pengolahan tanah di atasnya. 3. Dipengaruhi oleh tekstur dan sifat mengembang dan mengkerut tanah. 4. Tanah berlempung halus optimal untuk pembentukkan tapak bajak. 5. Liat yang terlalu tinggi, tapak bajak kurang nyata. 6. Pada tanah dengan air tanah yang sangat dangkal atau selalu tergenang air, lapisan tapak bajak juga tidak nyata terbentuk. 7. kondisi terbaik untuk pemadatan adalah pada tanah-tanah berlempung halus. Lapisan kedap di satu sisi akan mengganggu, pada musim hujan air yang banyak akan membuat lahan sawah cepat jenuh air dan limpasan permukaan akan cenderung lebih besar namun di sisi lain lapisan kedap ini membantu petani agar perkolasi dapat berkurang khususnya pada saat musim kemarau. Pada lahan sawah, di saat ketersediaan air untuk tanaman berkurang sedangkan tanaman masih membutuhkan air lapisan kedap membantu menahan air dan mencegah air tesedia mendekati keadaan titik layu permanen. Dengan demikian lapisan kedap sangat menguntungkan petani menjaga ketersediaan air untuk tanaman. Susilowati 2004 menyatakan bahwa akibat sawah yang tergenang maka pori-pori tanah berangsur- angsur terisi butir-butir sedimen halus yang terbawa air. Oleh karenanya semakin tua umur sawah semakin kedap tanahnya. Pada umumnya setelah sawah mencapai umur 4 sampai 5 tahun, kekedapan tanah di sawah makin stabil, karena telah terbentuk lapisan kedap air yang sempurna.

III. METODOLOGI 3. 1. Tempat Penelitian