2. 4. Tekstur METODOLOGI 3. 1. Tempat Penelitian

10 setinggi 3 cm dari dasar bak selama 24 jam. Maksud peredaman ialah untuk mengeluarkan semua udara dalam pori-pori tanah, sebab permeabilitas ini ditetapkan dalam keadaan jenuh. Untuk membuat jenuh tanah berat, diperlukan waktu lebih dari 24 jam. c. Setelah peredaman selesai, contoh tanah dengan tabungnya dipindahkan ke alat penetapan permeabilitas, kemudian air dari kran dialirkan ke alat tersebut. d. Jika tanah diletakan pada alat pukul 9 pagi, maka pengukuran pertama dilakukan pada pukul 15 sampai 16, pengukuran kedua pukul 16 sampai 17, pengukuran ketiga pukul 9 sampai 10 hari kedua, pengukuran keempat pada pukul 9 sampai 10 hari ketiga dan pengukuran kelima pada pukul 9 sampai 10 hari keempat. Yang diamati pada setiap pengukuran ialah banyaknya volume air yang keluar setelah melalui massa tanah selama satu jam. e. Setelah selesai kemudian merata- ratakan nilai kelima pengukuran tadi. f. Terakhir, menghitung nilai permeabilitas menggunakan persamaan Darcy, data-datanyanya diperoleh dari hasil pengukuran. A l h L t Q K × × = Dimana, K = permeabilitas cmjam, Q = banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran ml, t = waktu pengukuran jam, L = tebal contoh tanah cm, h = water head, ialah tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah cm, A = luas permukaan contoh tanah cm 2 . 3. 3. 2. 4. Tekstur Tekstur adalah susunan relatif dari tiga ukuran butir tanah, yaitu pasir berukuran 2 mm – 50 µm, debu 50 µm – 2 µm dan liat 2 µm. Analisis tekstur tanah sangat penting untuk mengetahui laju infiltrasi. Karena masuk tidaknya air ke dalam tanah akan sangat ditentukan oleh tekstur tanah itu sendiri. Tahap pekerjaan sebagai berikut: a. Menimbang 50 gr tanah kering udara yang lolos saringan 2 mm 100 gr bila tanah banyak mengandung pasir, dan dimasukkan ke dalam gelas piala 1 liter. b. Menambahkan 50 ml natrium heksametafosfat 5 dan 100 ml air destilata, aduk rata dan biarkan selama 30 menit. c. Selanjutnya memindahkan secara kuantitatif ke dalam tabung milk shaker dan dikocok selama 15 menit. d. Lalu memindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas ukur 1 liter dengan ditambahkan air destilata sampai volume air mencapai 1 liter. e. Gelas ukur selanjutnya dimasukkan ke dalam bak air biarkan dalam beberapa menit agar suhunya sama dengan suhu air bak. f. Lalu mengaduk dengan pengaduk tekstur 20 kali, pada akhir pengadukkan catat waktu dan masukkan hidrometer, setelah 40 detik hidrometer dibaca, catat sebagai pembacaan I H1. g. Kemudian mengangkat hidrometer, catat suhu dalam bak air T1. h. Selanjutnya membiarkannya 180 menit, lalu masukkan kembali hidrometer dan baca, catat sebagai pembacaan II H2, angkat hidrometer, catat suhu air bak T2. i. Bacaan I H1 adalah bobot pasir dan liat dan bacaan II H2 adalah bobot liat. Hasil pengukuran harus dikoreksi dengan standar 68ºF, untuk setiap kenaikkan tiap derajat Fahrenheit harus ditambah 0,2 satuan pada bacaan hidrometer, demikian pula sebaliknya untuk setiap penurunanan 1ºF dari 68º harus dikurangi dengan 0,2 satuan pada bacaan hidrometer. Hindarkan bekerja pada suhu yang ekstrim 100º F atau 150º F juga bacaan hidrometer harus dikurangi 2,0 satuan untuk kompensasi pengembangan natrium heksametafosfat. Untuk menentukan persen pasir, liat dan debu dipakai persamaan: [ ] 100 , 2 68 2 , 1 1 × − − − − = BKM T H BKM pasir 11 [ ] 100 , 2 68 2 , 2 2 × − − − = BKM T H liat pasir liat debu 100 − − = Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3. 2. 5. pF