1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Proses infiltrasi yang merupakan bagian dari siklus hidrologi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kelestarian sumberdaya alam. Kapasitas
infiltrasi tanah rendah, akan menyebabkan sebagian besar curah hujan yang jatuh pada
suatu daerah akan mengalir sebagai aliran permukaan dan hanya sebagian kecil yang
masuk ke dalam tanah yang menjadi simpanan air tanah. Efeknya pada musim
hujan besar kemungkinan terjadi banjir dan pada musim kemarau akan terjadi
kekeringan. Sebaliknya kapasitas infiltrasi tanah tinggi akan merugikan karena dapat
menurunkan produktivitas lahan pertanian atau perkebunan karena kapasitas infiltrasi
yang besar dapat menyebabkan meningkatnya proses pencucian unsur hara
tanah. Oleh karenanya nilai kapasitas infiltrasi tanah merupakan informasi penting
dan berharga bagi perancangan dan penentuan jenis penggunaan lahan yang
cocok untuk berbagai aktivitas kehidupan, seperti untuk bermukim, bertani, berkebun
ataupun untuk pembuatan saluran irigasi. Dengan demikian pengukuran untuk
mendapatkan nilai infiltrasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya untuk
mendapatkan nilai infiltrasi yang bisa dijadikan patokan untuk menghitung dan
mengetahui jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah dan yang menjadi limpasan
permukaan.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan terinfiltrasi sampai kapasitas
tanah untuk menampung air terpenuhi dan berikutnya air hujan itu akan menjadi aliran
permukaan. Konsep ini hanya berlaku di daerah yang memiliki intensitas hujan tinggi
dimana tanahnya akan baik untuk pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini
pengukuran laju infiltrasi akan dilakukan di sub Daerah Aliran Sungai DAS Cicatih
Hulu 52979 ha, mikro DAS Cibojong 1392 ha pada penutupan lahan sawah.
Pengukuran infiltrasi di lahan sawah ini merupakan kelanjutan dari pengukuran
infiltrasi yang sudah dilakukan di lahan hutan sebelumnya. Pawitan 2006
menyebutkan lahan sawah di mikro DAS Cibojong memiliki persentase luas sekitar
28,71 dari keseluruhan penutupan lahan yang ada dan kedua terbesar setelah hutan.
Lahan sawah tersebut tersebar di wilayah mikro DAS Cibojong dengan tipe lahan
sawah yang hampir seragam, yaitu berterasering baik untuk daerah perbukitan
ataupun daerah yang agak landai. Perbedaan yang mencolok adalah kondisi pengairannya
yang tidak sama. Sebagian lahan sawah pengairannya selalu terpenuhi setiap saat
dengan sistem irigasi namun sebagian lagi pengairannya mengandalkan air hujan saja,
sehingga masa tanam dan panen tidak selalu sama di wilayah ini. Pada penelitian ini
lahan sawah dipilih secara acak dan didapatkan pada lahan sawah bertipe
terasering yang beririgasi.
Pengukuran infiltrasi pada lahan sawah dimaksudkan untuk melihat seberapa
besar pengaruh perakaran tanaman padi dan sifat fisik tanahnya serta pengaruh lapisan
kedap akibat perlakuan petani pada lahan sawahnya terhadap proses infiltrasi.
Pengukurannya akan dilakukan pada satu periode musim tanam yang dibagi dalam 4
fase pengukuran.
Untuk mengetahui pengaruh perakarana tanaman padi atau pengaruh sifat
fisik tanah terhdap laju infiltrasi pada lahan sawah, digunakan ring infiltrometer ganda
Double Ring Infiltrometer. Metode ini banyak dipakai karena selain mudah
dilakukan juga praktis walaupun pelaksanaan dilapangan butuh kesabaran dan
ketelitian. Pemakaian metode ini lebih tepat untuk analisis yang bersifat kuantitatif,
seperti efek perubahan metode pengolahan tanah pada suatu area dan perubahan tata
guna tanah Haridjaja, 1990.
Pengukuran infiltrasi di lahan sawah ini merupakan salah satu indikator
biofisik yang penting untuk sub DAS Cicatih.
1
. 2. Tujuan
1. Menduga laju infiltrasi di lahan
sawah selama satu musim tanam pada masa periode musim kering di
bulan Mei sampai dengan September.
2. Mengetahui hubungan antara sifat fisik tanah Berat isi BI, porositas,
permeabilitas, pF dan tekstur dengan infiltrasi.
3. Menduga kedalaman dan
mengetahui peranan lapisan kedap air dalam proses infiltrasi.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Proses Infiltrasi