Dewi Sri Huning Struktur Dramatik Teks Ketoprak dalam Lakon Sri Huning Mustika Tuban

4.2.2.2 Penokohan

Penokohan sering diidentifikasikan dengan perwatakan atau karakterisasi tokoh. Watak tokoh dalam sebuah cerita tidak sama. Antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain mempunyai watak yang berbeda.

a. Dewi Sri Huning

Dalam naskah lakon Sri Huning Mustika Tuban, Dewi Sri Huning mempunyai watak yang sabar, sederhana, setia, pemberani dan cinta pada tanah air. Salah satu sifat yang paling menonjol dari Dewi Sri Huning adalah sifat cinta pada tanah air. Walaupun dia merasa sakit hati Raden Wiratmoyo tidak jadi menjadikannya permaisuri, dia rela mengorbankan nyawanya untuk membela Tuban, tanah airnya. Dewi Sri Huning menjadi Senopati perang ketika Tuban diserang oleh Lamongan yang dipimpin langsung oleh Adipati Hendro Katong. Selain sifat-sifat di atas, Dewi Sri Huning juga mempunyai sifat hormat dan nriman. Sifat nriman itu sendiri mempunyai arti menerima segala sesuatu dengan lapang dada. Dewi Sri Huning sangat mencintai Raden Wiratmoyo, begitu juga sebaliknya. Tetapi Adipati Buntar Lawe telah menjodohkan Raden Wiratmoyo dengan Dewi Kumala Retno. Walaupun Dewi Sri Huning sangat sedih mendengar kabar itu, dia tetap berusaha lapang dada dan bahkan tetap ingin menunjukkan rasa hormatnya kepada Raden Wiratmoyo dengan menari pada saat pesta pernikahan Raden Wiratmoyo. Kutipannya adalah sebagai berikut: Sri Huning : “Kangmas Wiratmoyo, kula sampun ngrumaosi kula boten pantes, kula namung anakipun abdi, benten kalihan Dewi Kumala Retno ingkang putranipun Adipati. Nanging kula sampun trima kok, kangmas.” Sri Huning : “Panjenengan boten lepat kangmas, kula ingkang mawas dhiri. Ibarat cebol ingkang kepengin nggayuh lintang. Namung setunggal panyuwun kula, keparenga ing dinten dedhaupan mbenjang, kula badhe mbeksa minangka tandha pakurmatan kula dhateng panjenengan.” Terjemahan dari kutipan di atas sebagai berikut: Sri Huning : “Kangmas Wiratmoyo, saya sudah menyadari kalau saya tidak pantas, saya hanya anak seorang abdi, berbeda dengan Dewi Kumala Retno anak dari Adipati, tetapi saya terima kok Kangmas.” Sri Huning : “Kamu tidak salah Kangmas, saya yang tidak tahu diri. Ibarat cebol ingkang kepengin nggayuh lintang. Hanya satu permintaan saya, ijinkan saya menari di hari pernikahan Kangmas nanti sebagai tanda hormat saya kepada Kangmas.”

b. Raden Wiratmoyo